Sampun mapica panuntun ngaturang ayah, nangiang turmaning manjahang Ida Bhatara Sanghyang Ringgit ring rahina Sukra Wage wuku wayang,jagi katur piodalan rahina Saniscara Kliwon wuku Wayang, tanggal 18/1/2025, sepisan ngajum tirtha dasar panglukatan.
Sukra Wage wuku wayang pinaka rahina Kala Mangsa.
Kala Mangsa dalam konteks Hindu Bali merujuk pada konsep waktu yang dipahami sebagai siklus energi alam semesta yang memengaruhi kehidupan manusia. Konsep ini erat kaitannya dengan penanggalan Bali (Pawukon dan Saka) serta filosofi waktu dalam agama Hindu. Dalam tradisi Bali, waktu memiliki makna sakral dan memengaruhi berbagai aktivitas, ritual, serta keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Kala Mangsa dalam Hindu Bali
1. Kala (Waktu):
Kala adalah dimensi waktu yang mengacu pada energi universal yang mengatur segala hal di alam semesta.
Dalam Hindu, Kala sering dipersonifikasikan sebagai Batara Kala, dewa waktu yang mengingatkan manusia tentang batasan kehidupan dan pentingnya harmoni dengan alam.
2. Mangsa (Musim):
Mangsa adalah periode waktu tertentu yang dipengaruhi oleh siklus alam, seperti musim hujan, musim kemarau, atau transisi antar-musim.
Dalam tradisi agraris Bali, mangsa sangat penting karena menentukan waktu bercocok tanam, panen, atau ritual terkait pertanian.
3. Kala Mangsa:
Kala Mangsa adalah kombinasi antara waktu (kala) dan musim (mangsa) yang dianggap memiliki energi tertentu.
Dalam Hindu Bali, konsep ini digunakan untuk menentukan hari baik (dewasa ayu) atau waktu yang tepat untuk melakukan ritual keagamaan, upacara, atau aktivitas penting lainnya.
Implementasi dalam Kehidupan:
1. Penentuan Hari Baik:
Kalender Bali, termasuk Pawukon (siklus 210 hari) dan Saka (kalender bulan), digunakan untuk menentukan Kala Mangsa yang sesuai untuk ritual seperti pernikahan, pembangunan rumah, hingga upacara besar.
2. Hubungan dengan Ritual dan Alam:
Kala Mangsa juga dipakai untuk menyelaraskan aktivitas manusia dengan siklus alam, seperti saat musim menanam padi, ritual menyambut musim hujan, atau panen raya.
3. Filosofi Waktu:
Dalam Hindu Bali, waktu dianggap bersifat siklis dan bukan linear. Oleh karena itu, memahami Kala Mangsa berarti memahami harmoni antara manusia, alam, dan energi semesta.
Contoh Ritual Terkait Kala Mangsa
Melukat (ritual pembersihan) dilakukan pada waktu tertentu untuk menyelaraskan energi diri dengan alam.
Ngusaba atau upacara syukur dilaksanakan pada masa panen sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Wisnu.
Konsep Kala Mangsa mengajarkan pentingnya hidup selaras dengan siklus alam dan energi waktu, sehingga manusia dapat menjalani kehidupan dengan lebih harmonis dan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar