Jumat, 31 Januari 2025

Pawintenan Wiwa Putusing Kepemangkuan

Konsep Pinandita Wiwa Griya Agung Bangkasa sebagai Pawintenan Putusing Kapemangkuan


Pawintenan Wiwa adalah upacara penyucian diri yang dilaksanakan sebelum seseorang diangkat menjadi pandita Bhawati setingkat Ida Jro Gde. Upacara ini dipimpin oleh Guru Nabe atau pemimpin spiritual penglingsir kapurunan di Griya Agung Bangkasa. Dalam pelaksanaannya, Pawintenan Wiwa menggunakan aksara Bali yang dirajah pada tubuh peserta. Aksara-aksara yang digunakan termasuk aksara Wijaksara dan aksara Modre, yang melambangkan simbol-simbol dewa pada tubuh manusia dan diyakini memiliki kekuatan religius magis. Selain itu, aksara-aksara tersebut juga dirajah pada kain (rurub) dan busana yang digunakan dalam upacara. Penggunaan aksara Bali dalam Pawintenan Wiwa memiliki fungsi referensial, religius, dan magis, serta mengandung makna sosial budaya dan teologis. 

Pinandita Wiwa Griya Agung Bangkasa adalah sebuah institusi spiritual yang memiliki peran sakral dalam prosesi pawintenan putusing kapemangkuan, yaitu upacara penyucian dan pengukuhan seseorang sebagai pemangku. Yang membedakan prosesi ini adalah adanya keharusan tapak antuk Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun, yang diyakini sebagai pencipta pewintenan Wiwa.

Konsep ini bersumber dari sastra Ki Dalang Tangsub, sebuah teks suci yang menggubah aturan pewintenan ini secara spiritual. Oleh karena itu, upacara ini hanya boleh dilaksanakan di dua tempat suci, yaitu:

1. Pura Panataran Merajan Agung Dalem Tangsub


2. Pura Kahyangan Dharma Smerti di Pundukdawa




---

Makna Sakral Upacara Pawintenan Wiwa

1. Penyucian Jiwa dan Raga

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan calon pemangku dari keterikatan duniawi agar siap menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan.



2. Pengukuhan oleh Ida Bhatara Hyang Sinuhun

Melalui tapak antuk Archa Ida Bhatara, pewintenan ini tidak hanya bersifat formal tetapi juga mendapatkan restu spiritual secara niskala.



3. Kesinambungan Tradisi dari Sastra Ki Dalang Tangsub

Pewintenan Wiwa dianggap memiliki garis suci dari leluhur, sebagaimana digubah dalam sastra ini, yang menekankan kesucian pemangku dalam menjalankan dharma.



4. Hanya Dilaksanakan di Tempat Suci Tertentu

Pura Panataran Merajan Agung Dalem Tangsub dan Pura Kahyangan Dharma Smerti dipilih secara khusus sebagai tempat pewintenan, karena memiliki hubungan erat dengan Ida Bhatara Hyang Sinuhun.





---

Tahapan Upacara Pawintenan Wiwa

1. Melukat di Pura Panataran Merajan Agung Dalem Tangsub

Dilakukan penyucian dengan tirtha khusus yang dipercaya berasal dari anugerah Ida Bhatara Hyang Sinuhun.



2. Tapak Antuk Archa Ida Bhatara

Archa ini menjadi simbol pengukuhan bagi calon pemangku, menandakan bahwa mereka telah diterima secara spiritual.



3. Pawintenan Wiwa di Pura Kahyangan Dharma Smerti, Pundukdawa

Proses inti pewintenan dilakukan di pura ini dengan mantra dan pasupati oleh sulinggih.



4. Mapinton dan Pengukuhan Nama Pemangku

Setelah prosesi selesai, pemangku menerima nama spiritual baru dan mendapatkan tugasnya dalam pelayanan umat.





---

Kesimpulan

Pawintenan ini bukan sekadar proses formal, tetapi memiliki makna sakral yang dalam. Dengan adanya tapak antuk Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun dan keterkaitannya dengan sastra Ki Dalang Tangsub, pewintenan ini menjadi warisan suci yang hanya boleh dilaksanakan di tempat tertentu, menjadikannya sebagai prosesi spiritual tertinggi dalam pengangkatan seorang pemangku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar