Panca Datu dan Penuwed adalah konsep dalam tradisi dan kepercayaan Hindu Bali yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam, baik secara sekala (fisik/tampak) maupun niskala (spiritual/tak tampak).
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
Dalam konteks sebagai Sad Kerta Pengraksa Karang Sikut Satak, keduanya menjadi elemen penting dalam menjaga keharmonisan lingkungan dan kehidupan.
Panca Datu
Panca Datu berarti "lima elemen" yang menjadi inti kekuatan alam semesta, yaitu:
- Emas (Mas) - Melambangkan unsur kebijaksanaan.
- Perak (Perak) - Melambangkan kesucian.
- Tembaga (Temaga) - Melambangkan kekuatan.
- Besi (Besi) - Melambangkan keteguhan.
- Permata (Ratna) - Melambangkan kemurnian dan cahaya spiritual.
Kelima elemen ini sering digunakan dalam upacara suci, seperti pratima (arca suci) atau penyucian pura, untuk mengharmoniskan energi spiritual di tempat tertentu.
Penuwed
Penuwed adalah sarana atau simbol spiritual yang berfungsi sebagai pelengkap dalam pelaksanaan ritual dan menjaga keseimbangan. Penuwed biasanya berbentuk sarana ritual yang menguatkan fungsi dari Panca Datu, seperti lontar, mantra, atau sarana lain yang memiliki makna simbolis dan kekuatan niskala.
Sad Kerta Pengraksa Karang Sikut Satak
Sad Kerta adalah enam elemen kesejahteraan yang menjaga keharmonisan dalam kehidupan manusia. Dalam konteks Karang Sikut Satak, ini mengacu pada pemeliharaan keseimbangan lingkungan secara menyeluruh:
- Tri Hita Karana: Keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.
- Sekala dan Niskala: Keharmonisan antara dunia fisik dan spiritual.
- Palemahan: Penataan ruang dan lingkungan yang selaras dengan nilai spiritual.
- Kehidupan Sosial: Menjaga hubungan harmonis dalam masyarakat.
- Ritual Keagamaan: Melaksanakan yadnya (persembahan) untuk menjaga keseimbangan spiritual.
- Kearifan Lokal: Menghormati nilai-nilai budaya dan tradisi setempat.
Sad Kerta berarti "enam kesejahteraan" yang mencakup aspek-aspek keharmonisan lingkungan, baik fisik maupun spiritual. Pengraksa Karang bermakna penjaga dan pelindung tanah atau bangunan:
Sekala: Perlindungan fisik melalui kekuatan material, pondasi, dan struktur bangunan.
Niskala: Perlindungan spiritual melalui ritual dan simbol-simbol suci.
Secara simbolis dan praktis, Panca Datu dan Penuwed menjadi landasan pelaksanaan ritual ini. Secara sekala, Panca Datu digunakan sebagai elemen fisik dalam upacara, sementara secara niskala, Penuwed menjadi media untuk menghubungkan energi alam semesta dengan keharmonisan spiritual manusia.
Peran dalam Kehidupan
Konsep ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan, sehingga menciptakan keseimbangan universal yang mendukung keberlangsungan kehidupan.Teologi Pemasangan Panca Datu, Penuwed, dan Besi Kari sebagai Sad Kerta Pengraksa Karang Sikut Satak secara Sekala Niskala
Besi Kari
Besi Kari adalah alat prabotan rumah tangga yang di buat oleh pande dengan bahan logam yang mana ujung prabotan yang patah itu tidak bisa digunakan dan yang digunakan adalah prabotan logam dari patahan sampai kepangkalnya. Besi Kari ini melambangkan keteguhan, kekuatan, dan stabilitas. Dalam tradisi Bali, besi kari digunakan untuk melindungi bangunan dari pengaruh buruk secara sekala (misalnya bencana alam) dan niskala (energi negatif). Besi ini menjadi simbol kekuatan dan penjaga keseimbangan harmoni karang (tanah/lingkungan)
Dengan memasang Panca Datu, Penuwed, dan Besi Kari, upaya menjaga Sad Kerta dilakukan melalui kombinasi kekuatan alam semesta (Panca Maha Bhuta) dan kekuatan spiritual. Hal ini menciptakan karang sikut satak yang harmonis, yaitu ruang yang menjadi pusat keseimbangan dan ketenangan, baik secara individu maupun lingkungan.
Pemasangan ini biasanya diiringi oleh upacara ritual khusus dengan persembahan banten yang melibatkan mantra suci dan persembahan kepada dewa-dewa penjaga arah mata angin, sehingga energi positif alam semesta dapat mendukung kesejahteraan manusia secara sekala dan niskala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar