"Konsep Jaga Baya Dulang Mangap dalam Pecalang Pasemetonan dan Trilogi Kepasekan di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa"
Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., Pd
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa merupakan salah satu pura penting bagi warga Pasek yang menjadi pusat spiritual dan sosial dalam menjaga warisan leluhur. Dalam upaya menjaga kesucian dan keamanan pura, peran Pecalang Pasemetonan sangat krusial dengan mengusung konsep Jaga Baya Dulang Mangap, yang menekankan aspek pengamanan berbasis tradisi dan spiritual.
Selain itu, Trilogi Kepasekan, yang meliputi Bhakti ring Kawitan, Eling ring Bhisama, dan Guyub ring Pasemetonan, menjadi dasar kehidupan keagamaan dan sosial umat Hindu Pasek. Kajian ini akan mengeksplorasi bagaimana konsep-konsep ini diterapkan dalam kehidupan masyarakat Pasek, khususnya dalam konteks spiritual, sosial, dan budaya di Pura Panataran Agung Pundukdawa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Jaga Baya Dulang Mangap diterapkan dalam Pecalang Pasemetonan di Pura Panataran Agung Pundukdawa?
2. Bagaimana penerapan Trilogi Kepasekan dalam kehidupan sosial dan keagamaan masyarakat Pasek di pura ini?
3. Bagaimana hubungan antara Pecalang Pasemetonan dan Trilogi Kepasekan dalam menjaga kesucian dan keamanan pura?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi peran dan fungsi Jaga Baya Dulang Mangap dalam sistem keamanan berbasis adat di Pura Panataran Agung Pundukdawa.
2. Menganalisis penerapan Trilogi Kepasekan dalam kehidupan umat Pasek di sekitar pura.
3. Mengungkap keterkaitan antara Pecalang Pasemetonan dan Trilogi Kepasekan dalam menjaga nilai-nilai adat dan spiritual.
---
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Jaga Baya Dulang Mangap
Konsep ini merupakan bentuk sistem keamanan berbasis tradisi yang dijalankan oleh Pecalang Pasemetonan, yang tidak hanya bertugas menjaga ketertiban saat upacara, tetapi juga memastikan keharmonisan sosial di dalam lingkungan pasemetonan.
2.2 Trilogi Kepasekan
1. Bhakti ring Kawitan → Menunjukkan penghormatan kepada leluhur dan menjaga tradisi leluhur Pasek.
2. Eling ring Bhisama → Mengingat dan menjalankan ajaran serta pesan suci dari leluhur Pasek.
3. Guyub ring Pasemetonan → Menjaga persaudaraan dan kebersamaan dalam ikatan pasemetonan.
2.3 Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek
Pura ini merupakan tempat suci yang menjadi pusat pemujaan Ida Bhatara Mpu Gana, salah satu leluhur Pasek. Sebagai bagian dari Catur Parhyangan, pura ini memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan tradisi Pasek.
---
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian → Kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnografi.
2. Sumber Data → Wawancara dengan pemangku, pecalang pasemetonan, dan tokoh masyarakat Pasek.
3. Teknik Pengumpulan Data → Observasi, wawancara mendalam, dan studi pustaka.
4. Teknik Analisis Data → Analisis tematik untuk memahami peran Pecalang dan Trilogi Kepasekan dalam menjaga kesucian pura.
---
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Jaga Baya Dulang Mangap dalam Pecalang Pasemetonan
Pecalang sebagai penjaga keamanan spiritual dan fisik pura.
Sistem jaga berbasis gotong royong dan nilai kearifan lokal.
4.2 Implementasi Trilogi Kepasekan
Bhakti ring Kawitan → Pelaksanaan upacara yadnya dan penghormatan kepada Ida Bhatara Mpu Gana.
Eling ring Bhisama → Pengamalan nilai-nilai luhur Pasek dalam kehidupan sehari-hari.
Guyub ring Pasemetonan → Solidaritas dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
4.3 Hubungan antara Pecalang Pasemetonan dan Trilogi Kepasekan
Sinergi antara keamanan adat dan nilai-nilai kepasekan.
Peran Pecalang dalam menjaga keharmonisan pasemetonan melalui Trilogi Kepasekan.
---
BAB V: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep Jaga Baya Dulang Mangap dalam Pecalang Pasemetonan berperan penting dalam menjaga keamanan pura dan nilai-nilai adat. Selain itu, Trilogi Kepasekan menjadi landasan utama dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Pasek. Keterpaduan kedua konsep ini mencerminkan bentuk pelestarian adat dan budaya yang kuat di Pura Panataran Agung Pundukdawa.
5.2 Saran
Perlu adanya pelatihan rutin bagi Pecalang Pasemetonan agar lebih memahami aspek spiritual dan adat dalam menjalankan tugasnya.
Sosialisasi Trilogi Kepasekan secara lebih luas kepada generasi muda Pasek agar nilai-nilai ini tetap lestari.
---
Skripsi ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan studi kasus di pura lain atau dengan meneliti pengaruh konsep ini terhadap generasi muda Pasek.
########$$$$$$$$########$$$$$$
Konsep Jaga Baya Dulang Mangap dan Trilogi Kepasekan merupakan bagian dari nilai-nilai adat dan spiritual dalam pasemetonan Pasek, terutama di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, Pundukdawa, tempat pemujaan Ida Bhatara Mpu Gana.
Jaga Baya Dulang Mangap (Pecalang Pasemetonan)
Konsep ini menggambarkan peran pecalang pasemetonan, yaitu kelompok pecalang yang khusus menjaga keamanan dan ketertiban dalam lingkup pasemetonan (keluarga besar Pasek).
Jaga Baya berarti menjaga keselamatan dan keamanan, baik dalam konteks adat, upacara keagamaan, maupun kesejahteraan pasemetonan.
Dulang Mangap menggambarkan prinsip kebersamaan dalam berbagi dan menjaga keharmonisan, diibaratkan seperti dulang (wadah makanan) yang terbuka untuk bersama-sama dinikmati.
Pecalang pasemetonan bertugas tidak hanya dalam pengamanan upacara di pura tetapi juga dalam menjaga keharmonisan sosial dan budaya pasemetonan Pasek.
Trilogi Kepasekan
Trilogi ini adalah tiga prinsip utama dalam menjaga kesucian dan kebersamaan pasemetonan Pasek:
1. Bhakti ring Kawitan – Berbakti kepada leluhur atau kawitan, termasuk menghormati Ida Bhatara yang berstana di pura kawitan dan menjaga tradisi turun-temurun.
2. Eling ring Bhisama – Mengingat dan menjalankan bhisama (ajaran atau titah) dari leluhur, terutama yang telah diwariskan oleh Ida Bhatara Mpu Gana sebagai tokoh spiritual utama dalam pasemetonan Pasek.
3. Guyub ring Pasemetonan – Menjaga persaudaraan dan kebersamaan dalam lingkungan pasemetonan Pasek, baik dalam aspek sosial, budaya, maupun spiritual.
Konsep-konsep ini menjadi pedoman bagi pasemetonan Pasek dalam menjaga harmoni, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pelaksanaan yadnya di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek, Pundukdawa.
Jaga Baya Dulang Mangap adalah kelompok pecalang yang berperan dalam menjaga ketertiban dan keamanan saat pelaksanaan upacara di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa. Pecalang ini berasal dari pasemetonan (keluarga besar) dan memiliki tanggung jawab khusus dalam memastikan kelangsungan upacara adat serta menjaga keharmonisan di antara umat yang hadir.
Konsep Trilogi Kepasekan, yang menjadi landasan spiritual dan sosial bagi pasemetonan Pasek, terdiri dari tiga nilai utama:
1. Bhakti ring Kawitan – Menghormati leluhur dan menjaga warisan spiritual keluarga besar Pasek.
2. Eling ring Bhisama – Mengingat serta menjalankan ajaran dan wejangan suci yang diwariskan oleh leluhur.
3. Guyub ring Pasemetonan – Menjaga persatuan, kekompakan, dan keharmonisan dalam lingkungan keluarga besar Pasek.
Di Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek yang menjadi linggih Ida Bhatara Mpu Gana, nilai-nilai Trilogi Kepasekan ini diwujudkan dalam berbagai kegiatan keagamaan, ritual, dan kebersamaan pasemetonan Pasek dalam menjaga warisan leluhur.
Pura ini menjadi pusat spiritual bagi pasemetonan Pasek, tempat persembahyangan, dan juga tempat berkumpulnya umat untuk memperkuat rasa persaudaraan serta mengaplikasikan ajaran leluhur dalam kehidupan sehari-hari.
Puisi Dulang Mangap
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd
Pecalang Dulang Mangap
Di bawah langit yang membiru terang,
pecalang berdiri tegak di jalan,
mata tajam menatap seimbang,
menjaga desa, menjaga aman.
Bagai dulang terbuka luas,
siap menerima, siap memberi,
mengemban dharma tanpa lelah,
melindungi adat, menjaga suci.
Langkahnya tenang, suaranya bijak,
bukan sekadar penjaga batas,
tapi penjaga harmoni semesta,
menyatukan umat dalam damai yang lepas.
Dulang mangap, tanda tulus,
terbuka hati, teguh janji,
pecalang hadir, penuh ikhlas,
mengawal desa, menjaga diri.
Saat fajar dan senja menyapa,
pecalang tetap setia berjaga,
demi tanah, demi dharma,
menjadi benteng budaya kita.
Konsep "Jaga Baya, Dulang Mangap, Satya ring Sesana, Wirang ring Semeton" merupakan ajaran etika dan moral dalam kehidupan sosial masyarakat Bali. Berikut adalah makna dari masing-masing bagian:
1. Jaga Baya → Berhati-hati dalam bertindak dan selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi. Ini mengajarkan seseorang untuk berpikir sebelum bertindak dan selalu mempertimbangkan dampak dari setiap perbuatan.
2. Dulang Mangap → Bersikap terbuka dan menerima masukan dari orang lain. Seperti dulang (nampan) yang memiliki sisi terbuka, seseorang sebaiknya tidak menutup diri terhadap saran, kritik, atau masukan yang membangun.
3. Satya ring Sesana → Setia pada janji dan menjalankan kewajiban dengan penuh tanggung jawab. Ini mencerminkan sikap integritas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, hubungan sosial, maupun dalam menjalankan ajaran agama.
4. Wirang ring Semeton → Merasa malu jika berbuat salah terhadap saudara atau sesama. Ini menanamkan rasa tanggung jawab sosial agar seseorang selalu menjaga nama baik diri sendiri dan keluarga dengan tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
Konsep ini menjadi panduan dalam membangun keharmonisan sosial, etika kerja, serta menjaga nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab dalam masyarakat Bali.
Syair Konsep Jaga Baya
Jaga baya ring jagat puniki,
Dulang mangap tresna suci,
Satya ring sesana, teguh tan megawe lara,
Wirang ring semeton, suba sakadi sedana.
Darma utama tan sida len,
Mulat sarira ring sakancan,
Setata eling dharma suci,
Nangun jagat tentrem langgeng.
Syair ini mencerminkan ajaran luhur untuk menjaga keharmonisan dengan sesama, berpegang pada kebenaran, serta menghindari perbuatan yang memalukan atau mencederai persaudaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar