Rabu, 27 Maret 2024

Makna Puh Ginada Eda ngaden awak bisa

Kepandaian itu seperti celana dalam, 
Kita perlu memakainya, 
Tapi tak perlu memamerkan nya. 

Kata ini sangat simpel/sederhana bahkan terkesan melucu tapi benar. Bagaimana bisa sebuah kepandaian yang tinggi derajatnya lalu dianalogikan dengan celana dalam yang secara etika berfungsi untuk menutup sesuatu yang bila dipertontonkan bakal menjadi sesuatu yang memalukan.

Bagi pembuatnya atau perangkai kalimat ini, jelas dia sedang menyajikan kalimat yang sarkas dan satir. Dia sedang menertawakan mereka yang mengaku pandai tapi suka sekali memamerkannya. Jelas ini kalimat protes juga kritik yang lumayan pedas dan kasar. Tapi tetap lucu. Satu kata untuk pembuat kalimat ini: Cerdas. Sama halnya seperti pupuh dibawah ini:

PUPUH GINADA 
KARYA KI DALANG TANGSUB

De ngaden awak bisa
Depang anake ngadanin
Geginane buka nyampat
Anak sai tumbuh luu
Ilang luu buka katah
Yadin ririh liu nu peplajahan

Yang kira-kira artinya (dari berbagai sumber):

Jangan mengira dirimu sudah pintar
Biarlah orang lain yang menilai diri kita/menyebutnya demikian
Ibarat kita menyapu
Sampah akan ada terus menerus
Kalaupun sudah habis, masih banyak debu
Biarpun kamu sudah pintar, masih banyak hal (yang harus dipelajari)

Dalam pandangan saya, lagu ini begitu polos, lugu, apa adanya, namun penuh makna. Oleh dongeng budaya, lagu ini diterjemahkan sebagai berikut:

1. Jangan sombong, mengatakan diri pintar, diri baik, serba tahu dan seterusnya, juga hindari memuji diri sendiri. Orang lainlah yang menilai dan mengatakan bukan diri anda. Dalam hal agama juga sama saja, mengatakan agama sendiri paling bagus, damai dan seterusnya adalah tidak dianjurkan.

2. Belajar ataupun tindakan baik apapun yang kita lakukan harus kontinyu dan terus menerus. Ibarat orang menyapu, tidak cukup hanya dilakukan sekali saja.

3. Tidak ada manusia yang sempurna. Seseorang mungkin pintar dalam ilmu tertentu tapi bisa jadi bodoh dalam ilmu lain. Jadi walau sudah pintar, masih tetap perlu belajar.

Kentara sekali di sini, konsep berpikir dan bertindak orang Bali secara umum. Oleh Bhagawan Dwija, sifat perilaku agar tidak suka menonjolkan kelebihan, dan menjadi sombong sebenarnya berimplikasi pada keyakinan apapun yang dimiliki dan diketahui manusia sangat tidak berarti jika dibandingkan dengan keagungan Tuhan. Saya yakin, ini banyak didasari oleh rasa bakti transendental kepada sang pencipta. Ini bukan berarti saya terlalu mendasarkan diri pada satu keyakinan saja. Saya hanya tertarik betapa hebatnya para orang tua dulu yang mampu mengkomposisi lagu ini. Menurut saya, hal penting yang bisa diambil dari lagu ini adalah “jangan sombong (ketika tahu akan sesuatu); rendah hati, tapi bukan rendah diri; dan selalu belajar (karena akan selalu ada hal baru – di atas langit masih ada langit).” Inti utamanya adalah pada “yadin ririh liu nu peplajahan – masih banyak yang harus dipelajari.”

Sekali lagi penting ditekankan, kita harus bisa menampilkan sisi terbaik kita di konteks yang relevan, namun kita harus tetap rendah hati dan tidak berhenti belajar. Seperti kutipan-kutipan berikut:

“Develop a passion for learning. If you do, you will never cease to grow.” ~ Anthony J. D’Angelo

Artinya:
Mengembangkan gairah untuk belajar. Jika Anda melakukannya, Anda tidak akan pernah berhenti bertumbuh.


“When we blindly adopt a religion, a political system, a dogma, we become automatons. We cease to grow.” ~Anais Nin

Artinya;

Ketika kita secara membabi buta mengadopsi suatu agama, sistem politik, dogma, kita menjadi robot. Kami berhenti tumbuh.

Karenanya, sangat cocok dipakai pengantar tidur anak-anak kita agar nilai baiknya bisa tertanam sejak dini. Harus diakui, jaman sekarang, rasanya sudah jarang sekali ada orang tua yang meninabobokan putera-puterinya dengan lagu ini. Generasi saya sudah jarang sekali mendengarnya, apalagi generasi di bawah saya. Sekali lagi, penting untuk selalu belajar namun tidak arogan.

Saya yakin, teman-teman punya juga lagu di daerahnya yang sarat nilai yang bisa dipakai sebagai acuan sehari-hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar