Sabtu, 23 Maret 2024

Dudonan Upacara Matatah



UPACARA METATAH ATAU TRADISI POTONG GIGI DI GRIYA AGUNG PASEK MANUABA LUMINTANG
(Minggu, 24 Maret 2024) 

Dalam tradisi agama Hindu di Bali pada khususnya, ketika seorang anak mulai menginjak usia remaja atau sudah dewasa wajib melaksanakan Upacara Potong Gigi. Upacara Potong Gigi atau yang biasanya juga disebut dengan istilah Mepandes, Metatah atau Mesangih merupakan upacara yang bermakna untuk menemukan hakekat manusia sejati yang terlepas dari belenggu kegelapan dari pengaruh Sad Ripu dalam diri manusia.

Sad Ripu adalah enam jenis musuh yang timbul dari sifat-sifat asubha karma atau perbuatan yang tidak baik dalam diri manusia itu sendiri, yaitu :

1. Kama,sifat penuh nafsu indriya.
2. Lobha,sifat loba dan serakah.
3. Krodha,sifat kejam dan pemarah.
4. Mada,sifat mabuk dan kegila-gilaan
5. Moha,sifat bingung dan angkuh.
6. Matsarya,sifat dengki dan irihati.
 
Ciri-ciri Fisik Siap Metatah

Upacara Potong Gigi merupakan bagian dari Manusa Yadnya, yang pada hakikatnya jika ciri-cirinya secara fisik sudah menginjak remaja dapat melaksanakan Upacara Potong Gigi. 

Ciri- cirinya adalah sebagai berikut:

Pada wanita dapat dilakukan setelah mendapatkan menstruasi yang pertama.
Pada pria dapat dilakukan setelah mengalami perubahan suara.
Ciri-ciri tersebut dapat dijadikan landasan awal bahwa si anak sudah siap untuk Metatah akan tetapi tidak diharuskan pada saat itu juga, karena harus ditunjang dari kesiapan finansial juga.

Tujuan Upacara Potong Gigi
Ada beberapa tujuan dari Upacara Potong Gigi yang tidak kalah penting untuk diketahui, yaitu sebagai berikut:

a. Menghilangkan kotoran diri dalam wujud kala, bhuta, pisaca dan raksasa dalam arti jiwa dan raga diliputi oleh watak Sad Ripu sehingga dapat menemukan hakekat manusia yang sejati.

b. Untuk dapat bertemu kembali dengan bapak dan ibu yang telah berwujud suci.

c. Untuk menghindari hukuman didalam neraka nanti yang dijatuhkan oleh Bhatara Yamadipati berupa mengigit pangkal bambu petung. Hal ini tertera dalam Lontar Atmaprasangsa.

d. Memenuhi kewajiban orang tua kepada anaknya untuk menjadi manusia yang sejati.
Susunan Upacara Potong Gigi
Berdasarkan ketentuan dalam lontar Dharma Kahuripan dan lontar Puja Kalapati, bahwa tahapan upacara potong gigi disebutkan sebagai berikut :
1) Dane Jro Mangku memulai melaksanakan tatalungguh, Ngajum tirta pangresikan. 
2) Ngemargiang Pengresikan Ke Upacara rauh Ke Pelinggih, Bale Gading, sekalian Ngucapin Sarana Upacara Metatah. 
3) Nekeb, Upacara ini dilakukan di meten atau di gedong
4) Ngemargiayang Pangresikan ke peserta matatah, Ini dilakukan di depan meten atau gedong.
5) Dane Jro Mangku Ngastawa Surya, Akasa, Pratiwi, Brahma, Wisnu, Ida Bhatara Smara Ratih. 
6) Magumi padangan, Upacara ini juga di sebut mesakapan kepawon (nunas panglukatan ring Brahma dan Wisnu). 
7) Ngayab Upakara Pangekeban, Upakara ring Bale Gading, Upakara/Pejati Surya Natah/Surya upasaksi upacara matatah. 
8) Ngayab segehan di depan upakara pangekeban, depan gedong pengekeban (muka lawang), di bale gading. 
9) Muspa dari tempat Pengekeban. Urut – urutan upacara Pangekeban yaitu : 
- Puyung
- Sekarang (upasaksi) 
- Kwangen (Mohon penugrahan kepada Bhatara Hyang Guru, sepisan Ida Bhatara Smara Ratih) 
- Kwangen (Samodaya sepisan ngelungsur panuhrahan) 
- Nunas tirta (air suci) kepada Bhatara Hyang Guru. 

10) Natab banten Menek Kelih (Tebasan Ngeraja Singha dan Ngeraja Swala) 

11) Ngerajah Peserta Metatah. 
12) Ida Sulinggih mulai munggah mapuja, ngarga tirta, Ngastawa, ngemargiayang Padudsan, ngayab upakara sami. 
13) Proses Metatah dimulai, peserta menuju tempat potong gigi secara bergantian, Urut – urutan upacaranya :
- Pembacaan Putru Matatah dilantunkan. 
- Kelungah yang sudah di rajah, di kasturi, airnya dituangkan pada gelas plastik sebagai air kumur saat Metatah. 
- Peserta Metatah keluar dari gedong pengekeban seraya membawa ponjen masing-masing. 
- Naik di Bale matatah, mengucapkan pangastungkara ke pada sangging,
- Sembahyang dengan kwangen kepada Bhatara Surya dan kepada Bhatara Sang Hyang Semara Ratih 
- Ponjen di Taruh di Bale Gading
- Mohon tirtha di Bale Gading.
- Kwangen yang dipakai muspa di selipkan pada dada. 
- Sang Metatah tidur dan di rurub dengan rerajahan. 
- Proses Metatah atau memotong / mengasah dua buah taring dan empat buah gigi seri pada rahang atas 
- Turun dari tempat potong gigi, jalannya ke hilir dengan menginjak banten paningkeb.
- Kembali ke meten / gedong tempat ngekeb (dengan menyerahkan ponjen pada peserta berikutnya). 
14) Setelah selesai metatah, Ida Sang Sulinggih melakukan panglukat kepada semua peserta matatah. 

15) Ida Sulinggih Melakukan Pepetikan kepada peserta Metatah. Jika diikuti upacara pawintenan Ida Sulinggih ngemargiyang upacara pawintenan pada peserta. 

16) Ida Sulinggih melakukan proses mejaya – jaya di merajan pada peserta.

17) Sembahyang 

18) Ngayab banten otonan, Ngayab banten pawinten-digunakan dan Mapadamel

19) Kembali ke meten/gedong tempat ngekeb.

20) Sungkeman/Ucapan terimakasih pada kedua orang tua. 
21) Ngelungsur Prasadam. 

22) Mapinton ke Pura Kahyangan Tiga, ke Pura Kawitan dan ke Pura lainnya yang menjadi pujaannya.

Hal penting yang dapat disimpulkan dan perlu diingat adalah tujuan dari upacara ini untuk meminimalkan sifat negatif dari orang yang bersangkutan, akan tetapi tidak berarti bahwa setelah upacara ini dilakukan orang itu sifatnya akan menjadi sepenuhnya baik. Semua kembali kepada pribadi masing-masing setiap orang. Apakah mempunyai dasar dan keinginan yang kuat dalam merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik.
#tubaba@griyangbang//salamrahayu#

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar