Selasa, 16 Januari 2024

Catur Warna dan Kasta

Agama Hindu Bali (disebut juga Agama Hindu Dharma atau Agama Tirtha ("Agama Air Suci") adalah suatu praktik agama Hindu yang umumnya diamalkan oleh mayoritas suku Bali di Indonesia. Dalam kepercayaan umat Hindu Bali, tingkat status sosial itu dikenal dengan istilah Catur Warna. 

Di Bali berlaku sistem Catur Varna (Warna), yang mana kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata Catur berarti empat dan kata Warna yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya memilih. 

Catur warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kualitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. 

Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur warna itu ialah: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. 

Permasalahan yang paling menonjol adalah yang terkait dengan sosial keagamaan, yaitu belum adanya penyamaan persepsi tentang warna brahmana. Banyak dalam pemikiran umat hindu warna brahmana adalah garis keturunan. Sedangkan dalam era kekinian warna Brahmana adalah gelar yang diberikan bagi mereka yang sudah melakukan proses penyucian diri dalam tingkatan upacara Dwi Jati.

Catur Warna menurut penganut agama Hindu merupakan ajaran pokok dalam agama dan terdapat di dalam Weda serta harus dilestarikan dan merupakan spesialis kerja, atau pembagian tugas kerja dalam masing-masing Warna. 


Sedangkan Kasta menurut mereka (penganut agama Hindu) adalah produk portugis dan terikat oleh status kelahiran, sehingga setiap orang tidak dapat berpindah ke Kasta yang lainnya. Kasta ada empat yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra serta ada golongan yang kelima yaitu Paria. 

Dalam Catur Warna setiap orang bisa berpindah posisi ke Warna mana saja sesuai Guna Karmanya (bakat dan profesi) yang lebih dominan di masyarakat. 

Di dalam kitab Manawa Dharma Sastra dinyatakan “Demikian seorang Sudra bisa menjadi Brahmana, demikian Brahmana bisa menjadi Sudra (karena Guna Karmanya). Demikian pula halnya dengan Ksatria dan Waisya”. 

Catur Warna dapat dikatakan sebagai stratifikasi sosial terbuka (open sosial stratification), sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk pindah posisi ke Warna apa saja tanpa adanya ikatan yang pasti seperti jumlah kekayaan, kepandaian dan lain-lain. 

Adapun Kasta merupakan stratifikasi sosial tertutup (closed sosial stratification) serta terikat oleh status kelahiran, sehingga membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan kelapisan yang lain, baik yang gerak ke atas atau ke bawah. Satu-satunya yang menjadi jalan untuk menjadi anggota dalam lapisan sosial adalah kelahiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar