Upacara Sederhana
Latihan Mati Sebelum Mati
Om Swastiastu.
Om Awignamastu nama sidhiam.
Om Anubadrah kertawiyantu wiswatah.
Proses sedaraga merupakan latihan mati sebelum mati, sebelum berjumpa dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa melalui Ida Bhatara Kawitan. Apa yang kita bawa menghadap Ida Sanghyang Widhi Wasa kelak? Bagaimana jasad dan hati kita? Masih kotorkan atau sudah bersih? Mumpung masih ada usia, mari bersihkan dengan bertaubat/mohon ampun/prayascitta kepada-Nya.
Upacara sedaraga latihan mati sebelum mati
Tidur itu mati kecil. Bayangkanlah, kita akan sendirian di dalam kubur berkalang tanah. Lalu ruh dikembalikan ke jasad untuk ditanya oleh Sang Suratma. Di situlah kengerian berhadapan dengan pengadilan Sang Jogormanik. Padahal dalam menghadapi rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa atau maut sebelumnya saja kita sudah kesakitan dan ketakutan.
Tidur adalah latihan mati kecil, bersama-Mu aku hidup dan mati. Dari situlah kita berpindah dari alam dunia ke alam kematian. Kita akan sadar, atas teguran Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Berbangga-bangga dalam memperbanyak (dunia) telah melalaikanmu.
Kita baru tersadar bahwa yang kita kejar (dunia) hanya angan-angan, berupa bayangan hitam yang ingin diraih. Ketika akan mendapatakannya, kita terjerembab ke dalam kubur dalam kondisi masih mengejar angan-angan dunia yang melalaikan, memperbanyak-banyak sesuatu yang mengharapkan hadiah.
Jangan sampai Sang Jogormanik berbicara kepada kita kelak, “Bagaimana bisa kamu mati dalam keadaan seperti ini? Dalam keadaan menganiaya diri sendiri?” Tentu cara mati kita ditentukan bagaimana cara hidup kita.
Di alam kubur kita menghadapi suasana yang menakutkan. Kita menginginkan surga, tetapi yang datang Sang Jogormanik bermuka masam dan seram (krura rupa). Kita membayangkan neraka, betapa pedih siksanya. Suasana sangat menakutkan.
Ketika kematian sudah di depan mata dan kita tidak punya persiapan menghadapi kematian, kita terkejut menghadapi pengadilan.
Kita berharap semoga Bhatara Guru yang datang bukan Sang Jogormanik yang bertanya dengan pertanyaan keras, membentak, menyiksa karena kita tak mampu menjawabnya. Siksaan akan berlangsung sampai kiamat. Alam kubur menjadi permulaan nerakanya.
Kita berdoa memohon pertolongan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa saja.
Cukuplah Ida Sanghyang Widhi Wasa bagiku. Beliau adalah raja dari para Dewa. Hanya kepada-Nya hamba memohon ampu dan Beliua adalah Ida Sanghyang Widhi Wasa pemilik ‘Padma/stana (singgasana) yang agung.
Orang-orang beriman kelak akan berada di ruang tunggu istimewa. Sementara di luar sana orang-orang menunggu pengadilan dengan berkeringat yang menggenangi sekitar dirinya.
Sampai pada saatnya pengadilan, hanya ada Ida Bhatara Yamadipati yang mengadili. Tidak ada yang lain. Jangan sampai kita diadili dengan keadilan-Nya, karena bisa-bisa akan celaka. Sementara orang-orang beriman akan diadili dengan kasih sayang dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, dosa-dosanya diampuni dan ditukar dengan pahala.
Karenanya selagi hidup wajib melaksanakan upacara Dwijati - sedaraga/mati sebelum mati, sebelum menghadap Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Kita berharap akan dipanggil oleh Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan sebutan sayang:
Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan berbagai anugrah Beliau.
Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Beliau dan masuklah ke dalam surga-Nya!
Sangat berbahagia jika kita menghadap Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan keadaan segala anugrahnya. Betul-betul bahagia menghadap Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Bayangkan, sudah berapa banyak dosa yang kita perbuat sejak usia bayi sampai hari ini? Berapa banyak doa dan yadnya yang kita tinggalkan? Berapa banyak puasa yang kita tak lakukan? Berapa besar dosa kita kepada ibu dan bapak?
Beruntunglah orang-orang yang senantiasa mampu melaksanakan Upacara Sedaraga Dwijati, mensucikan dirinya, mendirikan tiang agama artinya barang siapa yang telah menegakkan agama dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar