Kamis, 09 Mei 2024

ELING

Eling lan Waspada.
Mencermati fenomena ini penulis mengajak untuk menilik kembali pada sebuah konsepsi lama dalam filosofi Jawa yaitu eling lan waspada. Sebuah konsep yang berasal dari khasanah tradisi Jawi/tasawuf akhlaqi. Istilah ini diambil dari satu bait akhir tembang sinom Serat Kalatida karya Raden Ngabehi Ronggo Warsito; 

“Sak begja-begjaning kang lali, luwih begja kang eling lan waspada!” 
(Seberuntung- beruntungnya orang yang lalai, lebih beruntung orang yang tetap ingat dan waspada). 

Eling lan waspada dapat dibahasakan menjadi mawas diri. Eling lan waspada pada dimensi Kemanusiaan berupa kesadaran atas potensi kekuatan dan kelemahan manusia. Eling lan waspada pada dimensi Ketuhanan, berupa kesadaran atas Sangkan Paraning Dumadi, sebuah perjalanan anak manusia dari akan kembali kepada Sang Causa Prima, Tuhan Maha Esa. 

Menjadi pribadi mawas diri yang mempunyai pengetahuan untuk mengekspresikan dirinya sebagai manusia dan ke arah mana dirinya akan dibawa, sesuai dengan pengetahuan, sesuai yang dikehendaki Penciptanya.

Pengembangan diri yang Eling lan Waspada merupakan usaha memfokuskan diri untuk selalu berhati-hati dalam menempuh amanah jalan kehidupan menuju pencapaian ukhrawi tanpa meninggalkan yang duniawi. Buah dari kesadaran ini ialah kedamaian batin, kemuliaan akhlak, dan kedekatan dengan Tuhan.

Dalam hal ini yang pertama kali harus diketahui adalah tentang mengenali konsep Diri. Sebuah pertanyaan filosofis paling mendasar yang harus dijawab tentang Eling “Siapa sejatinya Diri ini?” Pertanyaan di atas tadi, bisa secara sederhana dapat dijawab dengan narasi Segitiga Kesadaran dibawah ini, sila disimak!

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar