Peran Putra sebagai Sesana kepada Leluhur: Kajian Teks Sloka dalam Perspektif Etika Hindu
Abstrak:
Dalam ajaran Hindu, kelahiran seorang putra (anak laki-laki) bukan hanya sebagai penerus garis keturunan, tetapi juga sebagai sesana (kewajiban suci) kepada leluhur. Keberadaan putra diyakini memiliki peran penting dalam menjaga kesinambungan dharma keluarga, termasuk pelaksanaan upacara pitṛ yajña sebagai bentuk bhakti kepada leluhur. Artikel ini mengkaji kedudukan dan makna putra dalam teks suci Hindu melalui pendekatan filologis dan kontekstual terhadap sloka-sloka dari kitab suci.
---
Pendahuluan:
Konsep putra dalam agama Hindu tidak hanya dimaknai secara biologis, tetapi juga spiritual. Kelahiran seorang anak, terutama putra, dianggap mampu menyelamatkan leluhurnya dari penderitaan di alam pitṛ loka. Dalam tradisi Weda dan Smrti, anak adalah pelanjut dharma dan pelaksana ritual keagamaan, khususnya upacara sraddha dan pitra tarpana.
---
Kutipan Sloka:
> "Putrānāṁ hi pitur mokṣaḥ, putraṁ nāma yataḥ smṛtaḥ."
(Manusmṛti, II.145)
Transliterasi:
Putrānāṁ hi pitur mokṣaḥ, putraṁ nāma yataḥ smṛtaḥ.
Arti/Makna:
“Putra disebut demikian karena ia menyelamatkan ayahnya (dan leluhurnya) dari neraka, maka dari itu ia dinamakan putra.”
---
Pembahasan:
Sloka ini menjelaskan akar etimologis kata putra, yang berasal dari kata "pu" (neraka) dan "tra" (penyelamat). Seorang putra dianggap sebagai penyelamat dari neraka yang disebut Put, di mana diyakini leluhur akan terjerumus jika tidak memiliki keturunan yang melanjutkan upacara leluhur. Oleh karena itu, dalam konteks dharma Hindu, kewajiban memiliki putra menjadi bagian dari gṛhastha dharma, yaitu kewajiban dalam tahap kehidupan berumah tangga.
Makna putra sesana sangat erat kaitannya dengan pitraṛṇa (utang kepada leluhur), yang harus dilunasi oleh seorang anak dengan melaksanakan upacara suci seperti pitra yajña, sraddha, dan tarpana. Ketika seorang anak melaksanakan tugas ini, ia sesungguhnya melaksanakan sesana atau dharma suci kepada leluhurnya.
---
Kesimpulan:
Putra dalam ajaran Hindu bukan sekadar penerus keturunan, tetapi juga menjadi penghubung antara dunia nyata dan alam leluhur. Tugasnya untuk melaksanakan pitra yajña menegaskan kedudukannya sebagai pelindung dan penyelamat leluhur dari penderitaan spiritual. Sloka dari Manusmṛti menekankan pentingnya peran ini sebagai bagian dari etika spiritual dalam keluarga Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar