Jumat, 30 Agustus 2024

SESAPAN TUMPEK WARIGA

Makna Sesapan Tumpek WARIGA


Dalam perayaan Tumpek wariga terdapat ungkapan sesapaan :

“Kaki-kaki, dadong jumah, tiyang mepengarah buin selae dina galungan apang mebuah nged....nged...nged.....”. 

Rupanya, sesapa tersebut sarat akan makna.

Dikatakan Jro Mangku Gede Istri Erny Mahayuni Adhi, ungkapan tersebut bermakna bahwa tumbuh-tumbuhan dianggap sebagai kaki (kakek) yang berarti bahwa tumbuh-tumbuhan pertama kali diciptakan oleh Tuhan sehingga dianggap sebagai saudara yang lebih tua dari manusia.
Puja tersebut merupakan bahasa sederhana dari masyarakat Hindu untuk mengutarakan permohonannya memanfaatkan hasil alam untuk sarana upacara yajña maupun untuk dikonsumsi.

“Tumbuh-tumbuhan dipanggil dengan sebutan kaki (kakek) dan dadong (nenek) sebagai bentuk penghormatan karena tumbuhan dianggap sebagai sosok tetua yang mengayomi kehidupan umat manusia,” kata Jro Mangku Gede Istri Erny Mahayuni Adhi.

Penggunaan sarana bubur sebagai bahan banten juga berkaitan dengan penggambaran tumbuh-tumbuhan sebagai sosok tetua tersebut. Orang tua yang sudah usia lanjut, akan kembali menjadikan bubur sebagai makanan utamanya. Bubur adalah sari makanan yang bertekstur lembut sehingga mudah dicerna.

Kemudian penggunaan bubur yang di buat serta dihaturkan saat Tumpek bubuh berwujud warna merah serta putih. Bubuh bercorak merah ialah lambang purusa (maskulin) sebaliknya bubur bercorak putih ialah lambang pradana (feminim). Penyatuan kedua hal inilah menimbulkan lahirnya kehidupan.

“Itulah sebabnya, alasan jika sarana bubur saat tumpek wariga tak bisa diganti dengan sarana lain. Misalnya diganti dengan ayam goreng atau bebek presto, tentu memiliki makna yang berbeda,” paparnya.

Dalam pelaksanaan upacara Tumpek Wariga, umat Hindu disarankan untuk memotong pohon, memetik bunga, buah dan daun. Melainkan sebagai bentuk penghormatan agar senantiasa menjaga kelestariannya.

“Makanya, saat mesesapa, ada permohonan yang tertuang dalam kalimat mabuah nged-nged menjadi ungkapan permohoan kepada alam agar tersedia berbagai kebutuhan yang digunakan sebagai pelengkap atau persembahan dalam menyambut hari Galungan,” tutupnya. 

1 komentar:

  1. Tittang matur suksma Jero Mangku Gede Suhu, sampun menjelaskan mankna Tumpek Bubuh. Tiyang izin copy🙏🙏🙏

    BalasHapus