Minggu, 04 Agustus 2024

Arti Mantra

Landasan Dasar, Tata Cara, Persiapan dan Mantram Kramaning Sembah

Sembahyang atau sering juga disebut muspa kramaning sembah merupakan jalan dan salah satu cara Memuja Tuhan. Salah satu hakekat inti ajaran agama Hindu (sanata dharma) adalah sembahyang. setiap orang yang mengaku beragama, ia pasti melakukan sembahyang karena sembahyang menurut agama bersifat wajib (harus). sembahyang intinya adalah iman atau percaya sehingga semua tingkah laku atau perbuatan, pikiran dan ucapan sebagai perwujudan dalam bentuk "bakti" hakekatnya sumber pada unsur iman (sradha).

Menurut kitab Atharwa Weda XI.1.1, unsur iman atau sradha dalam agama hindu meliputi : Satya, Rta, Tapa, Diksa, Brahma dan Yadnya.

dari keenam unsur srada tersebut, dua ajaran trakhir termasuk ajaran sembahyang.
sembahyang terdiri dari dua suku kata, yaitu:
Sembah yang artinya "sujud atau sungkem" yang dilakukan dengan cara - cara tertentu dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata - kata maupun tanpa ucapan (pikiran atau perbuatan).
Hyang artinya "yang dihormati atau dimuliakan" sebagai obyek pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang berhak menerima penghormatan menurut kepercayaan itu.
dalam kehidupan sehari - hari, sembahyang kadang sering disebut "muspa, mebakti ataumaturan".
Muspa, karena dalam persembahyangan itu lazim dilakukan dengan jalan persembahan kembang, bunga (puspa).
Mebakti, yang berasal dari kata bakti. dikatakan demikian karena inti sembahyang itu adalah untuk memperlihatkan rasa bakti atau hormat yang setulus - tulusnya, sebagai penyerahan diri kepada yang dihormati atau Tuhan YME.
Maturan, artinya menyampaikan persembahan dengan mempersembahkan (menghaturkan) apa saja yang merupakan hasil karya sesuai menurut kemampuan dengan perasaan tulus iklas. intinya adalah perwujudan rasa bakti dan kerelaan untuk beryadnya.
Tata Cara dalam Persembahyangan
didalam Reg Weda IX. 113-4 menjelaskan bahwa hidup yang benar merupakan persiapan untuk melakukan persembahyangan. yang diartikan hidup yang benar adalah:
Suci Lahiriah,
Suci Batiniah, dan
Suci Laksana (hidup).
di dalam Yayur Weda 19.30 terdapat juga uraian yang menjelaskan tahap - tahap tingkatan pencapaian realisasi dalam bakti. adapun tahapan itu diantaranya:
Wrata (brata),
Diksa,
Daksina,
Sraddha, dan
Satya
dalam rumusannya dikatakan bahwa
"dengan BRATA orang akan mencapai tingkat DIKSA (orang suci). bila orang hidup dalam kesucian (diksa) maka ia akan memperoleh DAKSINA (rahmat) atau pahala. dengan pahala yang diperoleh ia akan mencapai SRADDHA (peningkatan iman) atau yakin, dan atas dasar keyakinan itulah ia dapat mencapai SATYA atau Tuhan".

Ketika bersembahyang tidak meminta sesuatu kepada-Nya, selain mengucapkan doa-doa seperti tersebut di atas. Perhatikanlah makna Kekawin Arjuna Wiwaha sebagai berikut:
"Hana Mara Janma Tan Papihutang Brata Yoga Tapa Samadi Angetekul Aminta Wirya Suka Ning Widhi Sahasaika, Binalikaken Purih Nika Lewih Tinemuniya Lara, Sinakitaning Rajah Tamah Inandehaning Prihati".

Artinya:
Adalah orang yang tidak pernah melaksanakan brata tapa yoga samadi, dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati.

Itu berarti pula bahwa Hyang Widhi mengasihi dan memberkati hamba-Nya yang melaksanakan brata tapa yogi samadi terus menerus tanpa mengharap pahala.

Banyak macam sembahyang, ditinjau dari kapan dilakukannya, dengan cara apa, dengan sarana apa dan di mana serta dengan siapa melakukannya. Kemantapan hati dalam melakukan sembahyang, membantu komunikasi yang lancar dan pemuasan rohani yang tiada terhingga. Kemantapan hati itu hanya dapat kita peroleh apabila kita yakin bahwa cara sembahyang kita memang benar adanya, tahu makna yang terkandung dari setiap langkah dan cara.

Berikut ini adalah pedoman sembahyang yang telah ditetapkan oleh Mahasabha Parisada Hindu Dharma ke VI.

Persiapan sembahyang
Persiapan sembahyang meliputi persiapan lahir dan persiapan batin. Persiapan lahir meliputi sikap duduk yang baik, pengaturan nafas dan sikap tangan.
Termasuk dalam persiapan lahir pula ialah sarana penunjang sembahyang seperti pakaian, bunga dan dupa sedangkan persiapan batin ialah ketenangan dan kesucian pikiran. Langkah-langkah persiapan dan sarana-sarana sembahyang adalah sebagai berikut:

Sarana Persembahyangan

Bunga dan kawangen 
adalah lambang kesucian, karena itu perlu diusahakan bunga yang segar, bersih dan harum. Jika pada saat sembahyang tidak ada kawangen, maka dapat diganti dengan bunga (kemabang). Bunga yang tidak baik dipersembahkan menurut Agastya Parwaadalah:
 "Inilah bunga yang tidak patut dipersembahkan kepada Hyang Widhi, yaitu bunga yang berulat, bunga yang gugur tanpa diguncanng, bunga yang berisi semut bunga yang layau atau yang lewat masa mekarnya, bunga yang tumbuh dikuburan. Itulah bunga yang tidak patut dipersembahkan oleh orang-orang baik" 
 Dupa 
Apinya dupa adalah simbol Sang hyang Agni, yaitu saksi dan pengantar sembah kita kepada Hyang Widhi, sehingga disamping sarana-sarana lain dupa ini juga perlu di dalam sembahyang.

Tirtha
adalah air suci, yaitu air yang telah disucikan dengan suatu cara tertentu dan disebut dengan Tirtha Wangsuh Pada Hyang Widhi (Ida Betara). Tirtha dipercikan di kepala, diminum dan dipakai mencuci muka. Hal ini dumaksudkan agar pikiran dan hati kita menjadi bersih dan suci yaitu bebas dari segala kotoran , noda dan dosa, kecemaran dan sejenisnya.

Bija atau Wija 
Adalah Lambang Kumara yaitu putra atau bija Bhatara Siwa. Kumara ini adalah benih ke-Siwaan yang bersemayam di dalam diri setiap orang. Dengan demikian "Mawija" (Mabija) mengandung pengertian menumbuhkembangkan benih ke-Siwaan yang bersemayam didalam diri kita. Benih itu akan bisa tumbuh dan berkembang apabila ditanam di tempat yang bersih dan suci, maka itu pemasangan Bija(Wija) dilakukan setelah metirtha.

Urutan-urutan sembah
Urutan-urutan sembah baik pada waktu sembahyang sendiri ataupun sembahyang bersama yang dipimpin oleh Sulinggih atau seorang Pemangku adalah seperti berikut ini:


sebelum melaksanakan sembahyang, lakukan dulu TriSandya

Setelah selesai memuja Trisandya dilanjutkan Panca Sembah. Kalau tidak melakukan persembahyangan Trisandya (mungkin tadi sudah di rumah) dan langsung memuja dengan Panca Sembah, maka setelah membaca mantram untuk dupa langsung saja menyucikan bunga atau kawangen yang akan dipakai muspa.

Ambil bunga atau kawangen itu diangkat di hadapan dada dan ucapkan mantram ini:
Om Ang Ung Mang Puspa Danta Ya Namah Swaha
Artinya: 
Ya Tuhan, semoga bunga ini cemerlang dan suci.


Urutan sembahyang ini sama saja, baik dipimpin oleh pandita atau pemangku, maupun bersembahyang sendirian. Cuma, jika dipimpin pandita yang sudah melakukan dwijati, ada kemungkinan mantramnya lebih panjang. Kalau hafal bisa diikuti, tetapi kalau tidak hafal sebaiknya lakukan mantram-mantram pendek sebagai berikut:

Sembah puyung (sembah dengan tangan kosong)
Mantram:
Om atma tattvatma suddha mam svaha.
artinya:
Om atma, atmanya kenyataan ini, bersihkanlah hamba.


Menyembah Sanghyang Widhi sebagai Sang Hyang Aditya

Sarana bunga
Mantram:
Om Aditisyaparamjyoti,
rakta teja namo'stute,
sveta pankaja madhyastha,
bhaskaraya namo'stute

Om hrang hring sah parama siwa raditya ya namo namah
Artinya:
Om, sinar surya yang maha hebat,
Engkau bersinar merah,
hormat padaMu,
Engkau yang berada di tengah-tengah teratai putih,
Hormat padaMu pembuat sinar.


Menyembah Tuhan sebagai Ista Dewata pada hari dan tempat persembahyangan
Sarana kawangen Ista Dewata artinya Dewata yang diingini hadirnya pada waktu pemuja memuja-Nya. Ista Dewata adalah perwujudan Tuhan dalam berbagai-bagai wujud-Nya seperti Brahma, Visnu, Isvara, Saraswati, Gana, dan sebagainya. Karena itu mantramnya bermacam-macam sesuai dengan Dewata yang dipuja pada hari dan tempat itu. Misalnya pada hari Saraswati yang dipuja ialah Dewi Saraswati dengan Saraswati Stawa. Pada hari lain dipuja Dewata yang lain dengan stawa-stawa yang lain pula.

Pada persembahyangan umum seperti pada persembahyangan hari Purnama dan Tilem, Dewata yang dipuja adalah Sang Hyang Siwa yang berada dimana-mana. Stawanya sebagai berikut:

Mantra
Om nama deva adhisthannaya,
sarva vyapi vai sivaya,
padmasana ekapratisthaya,
ardhanaresvaryai namo namah

Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah swaha.
Artinya:
Om, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang inggi,
kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada dimana-mana,
kepada Dewa yang yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat,
kepada Adhanaresvari, hamba menghormat


Menyembah Tuhan sebagai Pemberi Anugrah
Sarana bunga
Mantra
Om anugraha manohara,
devadattanugrahaka,
arcanam sarvapujanam
namah sarvanugrahaka.

Deva devi mahasiddhi,
yajnanga nirmalatmaka,
laksmi siddhisca dirghayuh,

nirvighna sukha vrddhisca
Artinya:
Om, Engkau yang menarik hati, pemberi anugerah,
anugerah pemberian dewa, pujaan semua pujaan,
hormat pada-Mu pemberi semua anugerah.

Kemahasidian Dewa dan Dewi, berwujud yadnya, pribadi suci,
kebahagiaan, kesempurnaan, panjang umur,
bebas dari rintangan, kegem- biraan dan kemajuan

Sembah puyung (Sembah dengan tangan kosong)
Mantram:

Om ayu werdi yasa werdi,
werdi pradnyan suka sriam,
dharma santana werdisyat santute sapta werdayah,
Om dirgayuastu tatastu astu,
Om awignamastu tatastu astu,
Om subhamastu tatastu astu,
Om sukham bawantu,
Om sriam bawantu,
Om purnam bawantu,
Om ksama sampurna ya namah,
Om hrang hring sah sarwa nugraha ya namah swaha

Om deva suksma paramacintyaya nama svaha
artinya:
Om, Semoga Hyang Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan, jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan.
hormat pada Dewa yang tak terpikirkan yang maha tinggi yang gaib.

Setelah persembahyangan selesai dilanjutkan dengan mohon tirtaAmrta (ambrosia) dan bija.
pelaksanaan pemberian tirtha amrta inipun memenuhi acara tersendiri, demikian menurut manusmrti dinyatakan:
percikan tiga sampai tujuh kali ke ubun - ubun.
Mantram:
Om Buddha Mahapawitra ya namah
Om Dharma Mahatirtha ya namah

Om Sanggya Mahatoya ya namah

minum tiga kali
Mantram:
Om Brahma Pawaka
Om Wisnu Amrta

Om Iswara Jnana

meraup tiga kali
Mantram:
Om siwa sampurna ya namah
Om sadasiwa paripurna ya namah

Om paramasiwa suksma ya namah
semua acara dapat dan umumnya disempurnakan dengan basma dan menerima wija (bija). yang dilaksanakan dengan mantra:
Om kung kumara wijaya om phat

berikut ini mantra untuk ista dewata

Untuk memuja di Pura atau tempat suci tertentu, kita bisa menggunakan mantram lain yang disesuaikan dengan tempat dan dalam keadaan bagaimana kita bersembahyang. Yang diganti adalah mantram sembahyang urutan ketiga dari Panca Sembah, yakni yang ditujukan kepada Istadewata. Berikut ini contohnya:


Untuk memuja di Padmasana, Sanggar Tawang, dapat digunakan salah satu contoh dari dua mantram di bawah ini:

Om, Akasam Nirmalam Sunyam 
Guru Dewa Bhyomantaram 
Ciwa Nirwana Wiryanam 
Rekha Omkara Wijayam

Artinya: 
YaTuhan, penguasa angkasa raya yang suci dan hening. Guru rohani yang suci berstana di angkasa raya. Siwa yang agung penguasa nirwana sebagai Omkara yang senantiasa jaya, hamba memujaMu.


Om Nama Dewa Adhisthanaya 
Sarva Wyapi Vai Siwaya 
Padmasana Ekapratisthaya 
Ardhanareswaryai Namo’namah

Artinya: 
Ya Tuhan, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat yang tinggi, kepada Siwa yang sesungguhnyalah berada di mana-mana, kepada Dewa yang bersemayam pada tempat duduk bunga teratai sebagai satu tempat, kepada Ardhanaresvarì, hamba memujaMu.


Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Desa, digunakan mantram sebagai berikut: 
Om Isanah Sarwa Widyanam 
Iswarah Sarwa Bhutanam 
Brahmano’ Dhipatir Brahma 
Sivo Astu Sadasiwa

Artinya: 
Ya Tuhan, Hyang Tunggal Yang Maha Sadar, selaku Yang Maha Kuasa menguasai semua makhluk hidup. Brahma Maha Tinggi, selaku Siwa dan Sadasiwa.


Untuk di pura Kahyangan Tiga, ketika memuja di Pura Puseh, mantramnya begini:

Om, Girimurti Mahawiryam 
Mahadewa Pratistha Linggam 
Sarwadewa Pranamyanam 
Sarwa Jagat Pratisthanam

Artinya: 
Ya Tuhan, selaku Girimurti Yang Maha Agung, dengan lingga yang jadi stana Mahadewa, semua dewa-dewa tunduk padaMu.


Untuk memuja di Pura Dalem, masih dalam Kahyangan Tiga:

Om, Catur Diwja Mahasakti 
Catur Asrame Bhattari 
Siwa Jagatpati Dewi 
Durga Sarira Dewi

Artinya: 
Ya Tuhan, saktiMu berwujud Catur Dewi, yang dipuja oleh catur asrama, sakti dari Ciwa, Raja Semesta Alam, dalam wujud Dewi Durga. Ya, Catur Dewi, hamba menyembah ke bawah kakiMu, bebaskan hamba dari segala bencana.


Untuk bersembahyang di Pura Prajapati, mantramnya:

Om Brahma Prajapatih Sresthah 
Swayambhur Warado Guruh 
Padmayonis Catur Waktro 
Brahma Sakalam Ucyate

Artinya: 
Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma Prajapati, pencipta semua makhluk, maha mulia, yang menjadikan diriNya sendiri, pemberi anugerah mahaguru, lahir dari bunga teratai, memiliki empat wajah dalam satu badan, maha sempurna, penuh rahasia, Hyang Brahma Maha Agung.


Untuk di Pura Pemerajan/Kamimitan (rong tiga), paibon, dadia atau padharman, mantramnya:

Om Brahma Wisnu Iswara Dewam 
Tripurusa Suddhatmakam 
Tridewa Trimurti Lokam 
Sarwa Wighna Winasanam

Artinya: Ya Tuhan, dalam wujudMu sebagai Brahma, Wisnu, Iswara, Dewa Tripurusa MahaSuci, Tridewa adalah Trimurti, semogalah hamba terbebas dari segala bencana.


Untuk di Pura Segara atau di tepi pantai, mantramnya:

Om Nagendra Krura Murtinam 
Gajendra Matsya Waktranam 
Baruna Dewa Masariram 
Sarwa Jagat Suddhatmakam

Artinya: 
Ya Tuhan, wujudMu menakutkan sebagai raja para naga, raja gagah yang bermoncong ikan, Engkau adalah Dewa Baruna yang maha suci, meresapi dunia dengan kesucian jiwa, hamba memujaMu.


Untuk di Pura Batur, Ulunsui, Ulundanu, mantramnya:

Om Sridhana Dewika Ramya 
Sarwa Rupawati Tatha 
Sarwa Jñana Maniscaiwa 
Sri Sridewi Namo’stute

Artinya: 
Ya Tuhan, Engkau hamba puja sebagai Dewi Sri yang maha cantik, dewi dari kekayaan yang memiliki segala keindahan. la adalah benih yang maha mengetahui. Ya Tuhan Maha Agung Dewi Sri, hamba memujaMu.


Untuk bersembahyang pada hari Saraswati, atau tatkala memuja Hyang Saraswati. Mantramnya:

Om Saraswati Namas Tubhyam 
Warade Kama Rupini 
Siddharambham Karisyami 
Siddhir Bhawantu Me Sada

Artinya: 
Ya Tuhan dalam wujud-Mu sebagai Dewi Saraswati, pemberi berkah, terwujud dalam bentuk yang sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu sukses atas waranugraha-Mu.


Untuk bersembahyang di pemujaan para Rsi Agung seperti Danghyang Dwijendra, Danghyang Astapaka, Mpu Agnijaya, Mpu Semeru, Mpu Kuturan dan lainnya, gunakan mantram ini:

Om Dwijendra Purvanam Siwam 
Brahmanam Purwatisthanam 
Sarwa Dewa Ma Sariram 
Surya Nisakaram Dewam

Artinya: 
Ya, Tuhan dalam wujudMu sebagai Siwa, raja dari sekalian pandita, la adalah Brahma, berdiri tegak paling depan, la yang menyatu dalam semua dewata. la yang meliputi dan memenuhi matahari dan bulan, kami memuja Siwa para pandita agung.


Demikianlah beberapa mantram yang dipakai untuk bersembahyang pada tempat-tempat tertentu. Sekali lagi, mantram ini menggantikan “mantram umum” pada saat menyembah kepada Istadewata, yakni sembahyang urutan ketiga pada Panca Sembah.


Terakhir, ini sembahyang ke hadapan Hyang Ganapati (Ganesha), namun dalam kaitan upacara mecaru (rsigana), atau memuja di Sanggah Natah atau Tunggun Karang, tak ada kaitannya dengan Panca Sembah:

Om Ganapati Rsi Putram 
Bhuktyantu Weda Tarpanam 
Bhuktyantau Jagat Trilokam 
Suddha Purna Saririnam

Demikianlah mantram untuk Istadewata.
Unknown di 00.39 Tidak ada komentar:
Berbagi
Pedoman Manggala Upacara


Untaian kalimat merdu dan indah berupa puja dan puji serta syukur kehadapan Sang Hyang Widhi , Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah beliau sehingga kita bisa mengemban amanat kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Jika kita renungi lebih jauh, maka ada manfaat positif yang dapat kita nikmati secara tidak langsung dari pernyataan syukur kita atas seluruh anugerah-Nya walaupun terkadang kita sering terlena sehingga melupakan semua ini. Namun sesungguhnya rasa syukur sudah semestinya kita wujud nyatakan sebagai suatu perilaku sadar yang berkesinambungan, karena perilaku tersebut sangat kita butuhkan untuk kesempurnaan diri kita. Jika kita sudah mampu berprilaku sadar untuk bersyukur dan berterima kasih lebih-lebih kepada Sang Hyang Widhi, berarti secara mental dari lubuk hati yang paling dalam kita telah memberi pengakuan atas kemaha kuasaan Sang Hyang Widhi, yang kita rasakan sebagai anugerah untuk melengkapi atau kesempurnaan hidup kita. 

Apabila rasa yang demikian telah tumbuh dalam diri kita berarti rasa aku dan ego atau ahamkara, telah berada dibawah penguasaan pikiran sadar (budhi). Selama budhi ajeg memegang kendali dalam diri manusia, selama itu pula ia akan tetap melihat atau mengenali antara kebaikan dan keburukan atau kebenaran dan kesalahan. Hal ini berarti dengan kondisi seperti itu orang akan bisa menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang dan melaksanakan sesuatu yang patut dilaksanakan dalam hidupnya. Kondisi mental spiritual yang tumbuh subur dalam diri akan senantiasa mendorong kita menjalankan kehidupan yang benar, sebagai yang diwahyukan oleh Sang Hyang Widhi. 

A. Persiapan 

1. Memakai busana; 
    a. Mewastra (memakai kain panjang)
    b. Mekampuh (kain yang dipakai/yang diikatkan dipinggang setelah kain panjang bentuknya lebih kecil 
        dari kain panjang)
    c. Mapetet (kain yang menyerupai selendang yang diikatkan sebagai ikat pinggang)
    d. Makawaca (kain yang diikatkan dikepala / udeng sebagai penutup kepala).
2. Persiapan sarana dan prasarana manggala upacara; 
3. Menaruh sesaji dipelinggih atau pada tempat yang telah disediakan; 
4. Menaruh Padupaan dipelinggih; 
5. Menaruh air ditempat yang telah disiapkan atau pelinggih untuk memohon tirta pengelukatan/tirta 
    wangsuhpada. 

B. Sikap Dasar Manggala Upacara
 
1. Cuci tangan 
2. Asana (sikap bersila/bersimpuh) 
3. Pranayama 
4. Karosodhana 
5. Bakar dupa/pasepan 
6. Menghirup asap dupa dan tangan diasapi 
7. Mensucikan bija 
8. Menuntun atma 
9. Menghurip genta/memberi mantra genta 
10. Memohon Sang Hyang Widhi berstana di Padmasana atau pada tempat yang telah disediakan. 
11. Mengayat para Dewa 
12. Menghaturkan sembah kepada para dewa 
13. Menyambut Bhatara dan para Dewa 
14. Menghaturkan asep kepada para Dewa dan Bhatara. 

C. Pengaksama 

D. Memohon Tirta 

1. Penghayatan terhadap Sang Hyang Tirta/Dewi Gangga 
2. Memohon tirta pengelukatan 
3. Memohon tirta wangsuh pada 

E. Menghaturkan banten/sesaji byakawon, prayascita, durmengala. 

1. Byakawonan 
2. Tepung tawar segau 
3. Buhu-buhu 
4. Telor pada isuh-isuh 
5. Kekosok 
6. Tetebus 
7. Isuh-isuh 
8. Memercikan tirta dengan lis 
9. Prayascita 
10. Durmenggala 

F. Mensucikan Sesajen Semua sesajen diperciki tirta pengelukatan
 
G. Menhaturkan Sesajen 

1. Sesajen dalam bentuk pejati 
2. Sesajen dalam bentuk canang 
3. Sesajen dalam bentuk pras 
4. Muktiang sesaji kepada Sanghyang Widhi, para Dewa, dan Bhatara 
5. Ngayabang banten di pelinggih 
6. Ngayabang banten di lapan 
7. Mengaturkan sesaji dalam bentuk segehan 
8. Prenamya kepada sarwa kala 
9. Ngayabang banten di bawah / di sor (segehan) 

H. Persembahyangan bersama 

1. Tri Sandya 
2. Panca Sembah 
3. Metirta 
4. Pakai Bija 
I. Puja Pralina 

J. Penutup 
Demikian urut-urutan yang harus dipahami terlebih dahulu oleh manggala Upacara di dalam memimpin pelaksanaan upacara, baru memilih mantra-mantra sesuai dengan urut-urutan tadi. Mantra-mantra yang tercantum dalam uraian halaman berikut brosur ini tidaklah bersifat baku, namun setiap manggala diharapkan juga dapat memilih dan menambahkan mantra-mantra lain yang belum kami cantumkan. Sekian mudah-mudahan sukses.  

Om Santih, Santih, Santih, Om 

TUGAS MANGGALA UPACARA 
Sikap dan laksana manggala/pinandita atau pemangku agama Hindu pada waktu memimpin upacara. 

A. PERSIAPAN

1. Memakai busana 
a. Mawastra (memakai kain panjang) 
    Mantra : Om tas wastra mami, bhuda bhusana ya namah swaha.
b. Mekampuh (bentuk kain yang lebih kecil yang diikatkan pada pinggang diatas kain panjang) 
    Mantra : Om Kawacana mami Bhuda wisesa sudha nirmala ya namah swaha
c. Mapetet (memakai ikat pinggang dari kain yang menyerupai selendang) 
    Mantra : Om tas pragya mami bhuda sidhi ya namah swaha
d. Makawaca (kain yang diikatkan di kepala sebagai penutup kepala/udeng) 
    Mantra : Om Hrung kawaca ya namah swaha. 
2. Disiapkan sesaji dan air suci (pembersihan) ditempat memimpin upacara. 
3. Disiapkan peralatan yang dihadapi oleh manggala upacara seperti : 
    a. Disebelah kiri Sebuah tempat berisi kembang, air suci, bija dari beras, bajra/genta (kalau       
        mempergunakan)
    b. Disebelah kanan Disiapka sebuah tempat berisi pasepan/padupaan dan sebuah tempat berisi air untuk 
        mencuci tangan.
    c. Didepan Terdapat saji-sajian khusus untuk manggala upacara. 

4. Menaruh sesajen /banten di pelinggih. 
Mantra :
Om tamolah pancapacara guru paduka ya namah swaha
Om lingga purusa ya namah swaha  
5. Menaruh asep/dupa dipelinggih 
Mantra : Om Brahma dupa, tri purusa ya namah swaha  
6. Menaruh air dipelinggih untuk memohon tirta wangsuhpada. 
Mantra : Om pukulun paduka Bhatara, hulun angaturaken tirta nunas aneda wangsuh pada Sang Hyang Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa ya namah swaha.  

B. SIKAP DASAR MANGGALA UPACARA 

Setelah persiapan upacara selesai, lalu manggala upacara mulai mengambil/mengatur sikap dengan cara sebagai berikut : Om, awignam astu namo sidham.  

1. Cuci tangan Mantra : Om Hrah phat astra ya namah

2. Berkumur Mantra : Om ung phat astra ya namah

3. Asana (sikap bersila/bersimpuh) Mantra : Om prasadha sthiti sarira Siwa suci nirmala ya namah

4. Pranayama (mengatur pernafasan)
a. Puraka yaitu menarik nafas Mantra : Om Ang namah
b. Kumbaka yaitu menahan nafas Mantra : Om Ung namah
c. Racaka yaitu mengeluarkan nafas Mantra : Om Mang namah

5. Karasodana yaitu membersihkan tangan dengan cara tangan disusun telapak tangan menengadah. 
a. Tangan kanan diatas Mantra : Om Sudhamam Swaha 
b. Tangan kiri diatas Mantra : Om Ati Sudhamam Swaha 

6. Membakar dupa/pasepan Mantra : Om Ang dhupa dipa astra ya namah 

7. Menghirup asap dupa dengan cara tangan diasapi lalu dihirup berulang-ulang tiga kali. 
    Mantra :
    a. Om ang Brahmamrtha dipa ya namah Om ung Wisnumrtha dipa ya namah Om mang Iswaramrtha dipa 
        ya namah
    b. Mantra Praktisnya Om mang Iswara Paramasiwa ya namah swaha 
        • Om, Pakulun sanghyang kawiswara, sanghyang guru reka, sanghyang saraswati, lugraha sesolah ulun, 
           selampah tan kneng wighna lara, dandha utphata mwang tan kopedrawa de hyang sinuhun.
        • Om, Ang Ung Mang, Siwa, sada siwa, parama siwa, sabda bayu idep sudha nirwighna ya namah.
        • Om, Ang Ung Mang, Ung, Mang, Ang Ah, Om.

8. Mensucikan bija Mantra : 
Om Puspa danta ya namah
Om kum kumara wija ya namah
Om sri gandaswari amrtha bhyo ya namah swaha
Om, ghrim wausat ksama sampurna ya namah (tebarkan beras untuk menyucikan sarana upakara). 
Pukulun paduka bhatara manusanira hangaturaken sajeng pemendak (tabuh 3x). 
Om, indah takita sang bhuta mangan mantra, nini bhuta natra antra, mwang sang bhuta kala dengen, aturaken sarining ulun ripada sanghyang saraswati, sira tinanggap deningsun wehana kasidianku 3 x  
9. Menuntun Atma dengan sikap tangan mudra didepan dada, mantra;
Om ang hrdhaya ya namah,
Om rah phat astra ya namah,
Om hrang hring sah parama siwamrtha ya namah. 

10. Dilanjutkan dengan mengambil kembang terlebih dahulu diasapi dengan dupa, mantra;
Om puspa dantha ya namah swaha Dilanjutkan dengan Astra mantra 
Om ung hrah phat astra ya namah,
Om atma tatwatma sudhamam swaha
Om om ksama sampurna ya namah
Om sri pasupati um phat
Om sriambawantu ya namah
Om sukhambawantu ya namah
Om purnambawantu ya namah swaha. (Artinya; Kami bersujud kepadaMU, yang dilambangkan dengan aksara hum, rah dan phat, kami bersujud kepada nyala api suci. Kami bersujud kepadaMU yang berwujud sebagai Atma, yang juga Atma tattwa sucikanlah kami.. Kami bersujud kepadamu yang maha sempurna, pengendali diri dan maha pengampun. Kami bersujud kepadaMU yang dilambangkan sebagai aksara hum dan phat, kami bersujud kepadaMU sebagai Sri Pasupati.. Ya Tuhan, Engkau Maha Mulia, Maha Bagahagia, dan Maha Sempurna)
OM Om Om bhur bhwah swah tat sawitur warenyam bhargo dewasya dimahi dyoyonah pracodayat 3 x (menyucikan diri)  

11. Kalau memakai genta, ambil gentanya diperciki tirta, asapi dengan dupa dan ngastawa,mantra; 
Om, kara Sadhasiwa stham, Jagatnatha hitangkarah, Abiwada wadaniyam,Ghanta sabda prakasyate.
Om Ghanta sabda mahasretam,Ongkarem parikirtitam, Chandra nada windu nadakam,
Spulingga Siwa tatwamca.
Om Ghantayur pujyate Dewa, Abhawa-bawa karmesu, Waradah labdha sandeyah,Waram siddhi nir samsayam. 

12. Sesudah ngastawa genta pentil palit genta sebanyak tiga kali, mantra;
Om – Om – Om, kemudian genta itu ditaruh
Om ang kang kasolkaya ya namah  

13. Memohon Sang Hyang Widhi agar berstana di Padmasana dengan sikap ambil kembang dan bija lalu   
      diasapi dan dipegang dengan sikap mudra ditaruh di depan dada, mantra; 
Om Om anantasana ya namah.
Om rm dharma simha rupaya swetha warna ya namah.
Om rm jnana simha rupaya rakta wama ya namah.
Om lm wiragya simha rupaya pita wama ya namah.
Om lm Iswarya simha rupaya kresna wama ya namah.
Om Om padmasana ya namah swaha.
Om I Ba Sa Ta A.
Om Ya Na Ma Si Wa.
Om Mam Um Am namah.
Om Om Dewa Pratista ya namah.
Om Sa Ba Ta A I.
Om Na Ma Si Wa Ya.
Om Ang Ung Mang namah.
Selesai mengucapkan mantra bunga ditaburkan kedepan. 

14. Kemudian menghayat Sang Hyang Siwa Raditya, Bhatara dan Dewa Maheswara memakai kembang 
      dengan sikap Amustikarana, mantra; 
Om Om anantasana ya namah,
Om Om padmasana ya namah
Om padma pratista ya namah,
Om Om dewa pratistha namah
Om hrang hring sah parama siwaditya ya namah swaha. (Artinya; Kami bersujud kepadamu yang berada di tempat duduk yang abadi.
Om Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang
Om Ang Ung Mang namah swaha
Om Mang Ung Ang,
Om sri guru bhio namah

15. Mengaturkan sembah kepada Sang Hyang Siwa Raditya, mantra; 
Om Adityasia paramjyotir,Rakta teja namostute Siwageni teja mayanca,Siwa Dewa wisiantakem
Om Padma lingganca pratista, Astadewa prakirtitam Siwagraha sangyuktam,Ganaksaram sadasiwa
Om Sa Ba Ta A I, Na Ma Si Wa Ya,Ang Ung Mang

16. Menyambut para Dewa, Batara, ambil kembang dengan sikap Amustikarana, mantra; 
Om Pranamia sang linggam,Dewa linggam maheswara Sarwa dewati dewanam,Tasme lingga yawe namah

17. Mengaturkan asep kepada para Dewa dan Bhatara, mantra; 
Om Ang Brahma sandhya namo namah
Om Ung Wisnu sandhya namo namah
Om Mang Iswara sandhya namo namah

C. PENGAKSAMA 
Selanjutnya kita dahului dengan memohon maaf kehadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya. Mantra :
Om Ksama swamam Maha Dewa, Sarwa prani hitangkarah, Mammocca sarwa papebhyah, Palayaswa Sada Siwa.
Om Papoham papa karmaham, Papatma papa sambhawah, Trahinam sarwa papebhyah, Kanacin mam ca raksantu.
Om Ksantawyah kayika dosah, Ksantawya wacika mama, Ksantawya manasa dosah,Tat prasiddha ksamaswa mam.
Om Hinaksaram hina padam,Hina mantram tathaiwaca, Hina bhaktim hina wrddhim, Sada siwa namo stute. Om Mantra hinam kriya hinam, Bhakti hinam maheswara, Yat pujitam Mahadewa,Pari purnam tadastune.
D. MEMOHON TIRTA 
Sesudah itu barulah memohon tirta dengan sikap sama seperti di atas Siro-vista-sivambha; sirovistam maha divyam, pavitram papa nasanam, nityam kusagram tisthati, sidantam pratigrhnati.
Om hum rah phat astraya namah (Artinya; Semoga simpul rumput keilahian memnersihkan dan menghancurkan kejahatan, semoga ujung rumput kusa yang kokoh mendukung dia yang duduk diluar hati. Kami bersujud kepadaMU yang dilambangkan dengan aksara hum,rah dan phat, kami bersujud kepada nyala api suci).

1. Pemujaan terhadap Sang Hyang Tirta/Dewi Gangga memakai kembang dan genta, mantra; 
Om Pranamya baskara dewam,Sarwa klesa winasanam, Pranamia ditya siwartham,Bukti mukti warapradam.
Om Gangga Saraswati sindhu,Wipase kosiki nadi Yamuna mahati trostah,Serayunca maha nadi
Om Panca Tirtha pawitram,moksha klesa wimoksanam Sarwa papa winasanam,Bhuta bhuti wiprabatam
Om Gangga sindu Saraswati,Suyamuna godawari narmada Kaweri sarayu mahendra tanaya,Carmanwati winukam.

2. Memohon tirta pengelukatan, mantra; 
Om Sang Bang Tang Ang Ing, Nang Mang Sing Wang Yang
Om Hrang Hring Sah Parama, Siwa gangga amerta ya namah swaha
Om Gangga Saraswati suniam,Jaya tirta mahotamam Jaya sri jaya murtinam,Sarwa rogha winasanam
Om Pancaka tirta pawitranam, Sarwa wighna winasanam Sarwa papa winasanam, Sarwa mala pratistanam
Om Ayuwerdi yasawerdi, Werdi pradnya suka sriyam Dharma Santana wredisca Santute sapta wrdayah

3. Memohon Tirta Wangsuhpada 

a. Apsu Dewa Mantra : 
Om Apsu dewa pawitrani, Gangga dewi namo stute, Sarwa kleca winasanam, Toyane pari cudhyate  
Om Sarwa papa winacini, Sarwa roga wimocane, Sarwa kleca winacanam, Sarwa bhogam awap nuyat.

b. Pancaksara Mantra : 
Om Pancaksaram maha tirtham, Pawitram papa nasanam, Papa koti sahasranam, Agadam bhawet sagaram. Om Pancaksaram param Brahman, Pawitram papa nasanam, Mantrantam parama jnanam, Siwa loka pratham subham.
Om Namah Ciwaya ity evam, Para Brahmatmane wandam, Para saktih panca dewah, Panca rsyam bhawet aghni.
Om A-karas’ca u-karas’ca, Makaro windu nadakam, Pancaksaram maya proktam,
Ongkara aghni mantrake.  
Om Bhur bwah swah, maha Gangga tirta pawitrani ya namo namah swaha.

c. Penganggaan, mantra;
Om gangga saraswati sindhu, wipase kosiki nadi, yamuna mahati srestah, sarayunca maha nadi.  
Om gangga sindhu saraswati, suyamuna godawari narmada, kaweri sarayuh mahendra tanaya, carmanwati venuka.  
Om bhadra netrawati, maha suranadi khyatan ca ya gandaki punyah purna jalah samudra sahitah kurwantute manggalam  
Om gangga dewi maha punya namaste wiswa bhamini yamune parame punye namaste paramecwari 
Om sarwa wighna winasyantu sarwa kleca winacyantu sarwa dukha winacaya sarwa papa winacaya ya namo namah swaha. 

d. Mrtyunjaya dan Ayu Werddhi, mantra; 
Om Mrtyunjayasya dewasya, Ye namany anukirtayet, Dirghayusyam awapnoti, Sanggrame wijayam bhawet. Om Ayu werdhi yaca werddhi, Werdhi prajna sukha criyam, Dharma santana werddhis ca, Santute sapta werddhayah.
Om Wyavan meru sthito dewah, Yawad gangga mahitale, Candrarko gagana yawat, Tawatwa wijayam bhawet.
Om Dirghayur astu tat astu swaha.

E. MENGATURKAN BANTEN BYAKAON, PRAYASCITA, DURMENGGALA 

1. Byakaon Mantra : 
Om Kaki bhuta panampik mala,Kaki bhuta panampik lara, Kaki bhuta panampik klesa, undurakena bhaya kalaning manusaning hulun.  
Om Ksama sampurna ya namah. See: Pakulun Hyang Bhatara Kali, Bhatara Hyang Sakti, Sang Kala Putih, Sang Kala Bang, Sang Kala Pita, Sang Kala Ireng, Sang Kala Manca Warna, Sang Kala Anggapati, Sang Kala Pari, Sang Kala Sedahan, aja sira anyengkala, manusanira angastuti Hyang Dewa Bhatara ring parahyangan sakti, reh ingsun angaturaken tadah sajianira. Bhatara kala punika buktin neruda nira kabeh. Om kala-kali bhyobhuktaya namah.
Om ksama sampurnaya namah.
Om sarwa kala laksana ksamen ya namah swaha.

2. Tepung tawar, segau, mantra; 
Om Sajna asta sastra empu sarining wisesa, tepung tawar amunahaken, segau angeluaraken, sakwehing sebel kandel lara rogha baktanmu.

3. Buhu-buhu, mantra; 
Om Sweta tirtanca nityam, pawitram papa nasanam, Sarwa rogasca nagasca, sarwa kala- kalisu wina sanam Om Rakta tirtanca, om kresna tirtanca, om sarwa tirtanca yawe namo namah swaha. Mantra Lis
Om, angadeg sira janur kuning, tumurun bhatara Siwa, anemu ta manusa ring madyapada, Hyang Brahma, Hyang Wisnu, Hyang Iswara ya namah swaha.
Om, jreng jreng sabur , angilangakna mala patakaning sang lis-lisan.
Om, sabur sweta, sabur rakta, sabur pita, sabur kresna, sabur manca warana.
Om, ksama sampurna ya namah swaha.

4. Telor pada isuh-isuh, mantra; 
Om Antiganing sawung, pengawakaning sang hyang gala Candu, sagilingan kalisakna lara, rogha, mala, pataka kabeh.
Om sah aset namah.
Om Bam Bama-dewaya angiberaken lara, rogha, papa klesa, mala wighna, sarwa dewa-dewi kabeh.
Om Sri yawe namo namah swaha.  

5. Kekosok, mantra;
Om Tresna taru lata kabaretan kalinusan dening angin, angampuhang mala wighna kabeh,  
Om Sidhirastu ya namah swaha.

6. Tetebus, mantra; 
Om Raga wetan angapusaken balung pila pilu, Angapusaken otot pilu, den kadi langenging Sang Hyang surya, mangkana langgenging angapusaken kang tinebus-tebas.
Om Sampurna ya namah swaha.

7. Isuh-isuh, mantra; 
Om Sang Hyang Taya tanpa netra, tanpa cangkem, tanpa karna, Sang Jati Sukla Nirmala, sira mangisuh-isuhing sarwa dewata, angilangaken sarwa bhuta kala dengen ring pada bhatara kabeh, bhayta kita saking kulit, ring balung, ring sumsum, mantuk ta kita maring jipang sabrang melayu.
Om Mam Nama Siwa ya swaha.

8. Memercikan tirtha dengan lis, mantra;
Om Sang janur kuning pangadeganira turun Bhatara Siwa kabaktaning janma manusa kabeh
Om sam sampurna ya namah. Lalu diperciki tirtha dengan mantra;
Om jreng jreng sabuh angadeg angilangakna sarwa kala ireng sang linislisan
Om sabur sweta, sabur rakta, sabur pitha sabur krsna, sabur manca warna sarwa karya prayascita ya suci nirmala ya namo namah swaha.

9. Prayascita, mantra; 
Om Prayascitta karo yogi, catur warna wicintayet, catur wastram sa-puspadyam,AM GHOM REM BYAS tathottamam.  
Om agni rahasia mukam mungguh bungkahing hati, angeseng salwiring dasa mala, teka geseng, geseng, geseng 
Om prayascita subagiyamastu ya namah swaha.(Geriya Cepaka Galingan Mengwi).  

10. Durmanggala, mantra; 
Om Sang Kala Purwa, Sang Kala Sakti, Sang Kala Braja, Sang Kala Ngulalang, Sang Kala Prete, Sang Kala Suksma. Aja sira pati papanjingan pati paperet ngi, iki tadah sajinira, penek lawan trasi bang, bawang, jahe, anadaha sira tur lunga, manawi kirang tadahan iki jinah satak selawe, lawe satukel, meraha sira ring pasar agung, nggena tuku ring pasar agung wehan sanak rabinira sowang-sowang ajasira mawali muwah pada ewahana pada sidi swaha.
Om mrtyunjaya rakta saraya sarwarhoga upadrawa, papa mretyu sangkara, sarwa kali kalika sah wigraha agawe pada, susupna durmanggala, papa kroda winasaya sarwa wighnaya nama swaha.

F. MENSUCIKAN SESAJEN

1. Sesudah itu sesajen disucikan dengan mantra; 
Om Sang Hyang Tiga Murti Hyang, Sang Hyang Ekajnana cuntaka, Sang Hyang Suci Nirmalajnana, makadi bhatara malingga ring babanten kararaban, karapwan denamel dening wong campur, kararaban roma, kwaltikaning cona, kaparodaning wak, kapryascita den ira Sang Hyang Tiga Murti Hyang, Sang Hyang Ekajnana cuntaka, Sang Hyang Suci Nirmalajnana.
Om criyo wai ya namo namah swaha

2. Semua sesaji yang dipersembahkan diperciki dengan tirtha penglukatan, mantra;
Om om sampurna ya namah.  
Om sudha, sudha, sudha, parisudha ya namah.
Om sudha akasa, sudha bumi, sudha wighna, sudha mala, sudha papa klesa, kasudha dening Sang Hyang Trilokanatha
Om Sidhirastu tat astu swaha.

G. MENGATURKAN SESAJEN 
     
     Pengaksama;  
Om, Pakulun paduka bathara Siwa, Sadasiwa, Parama Siwa, makadi sira Sang Hyang Tiga Guru Wisesa, Sang Hyang Surya Candra Lintang Tranggana, makadi sang hyang triodasa saksi, kaki Bhagawan Penyarikan, nini Bhagawan Penyarikan, kaki Bhagawan Citragota, nini Bhagawan Citragota, kaki Samantara, nini Samantara, kaki Penyeneng, nini Penyeneng, kajenengana denira Sang Hyang Tiga Wisesa,kaweruh nugraha Sang Hyang Wesrawana, manusanira anembah angaturaken………. ripada Bhatara, raina …….wuku……manusanira bipraya angadakaken upakara (jenis upakara) .melarapan antuk saturan (jenis banten) dumogi henak hyun paduka bhatara tumedun amuktisari, anyaksinin amuputaken sopakaraning manusanira, manawi ta wenten kirang saturan ipun den agung sinampuraken, akedik kangsun angaturaken agung pamilakunya, hamilaku kadirgayusan, kesantosaan mwang kerahayuan rat kabeh, domogi ledang paduka bhatara wehana waranugraha, tan kekeneng hila-hila mwang tan kopedrawa de hyang sinuhun. 
Om, siddhirastu ya namah swaha.
       Pengayat ke Surya 
Om Om padmasana ya namah,
Om Om anantasana ya namah,
Om Om dewa dewi pratistha ya namah.
Om Aditya sya param jhotir,Rakta teja namostute, Sweta pangkaja madhyasta,Bhaskara ya namo namah . Om Aditya garbha pawana,Adtitya dewa raja twam, Aditya twam gatir asi,Aditya caksur ewasca.  
Om aditya jata wedasa,Aditya janopa suryah, Surya rasmir hrsi kesa,Surya sttwam maha wiryam.
Om rang ring sah parama siwa aditya ya namah swaha.
       Kahyangan stawa 
Om indragiri murthi dewam,Loka natha jagatpati, Murti wiryam Ludra murti,Sarwa jagat pawitranam.
Om indragiri murtya lokam,Ciwa murti prajapati Brahma, Wisnu maheswaram,Sarwa jagat prawaksyamam. Om Surya dewa mahadewa,Ciwa Agni teja maya, Ciwa Durgha kali sira,Dewa sarwa wisyantakem.
Om Ciwa Yama Warunas’ca,Ciwa pasu mregha paksi, Sarwa dewa Ciwa dewa,Guru dewa Jagatpati.
Om giripati murtya dewam,Loka sakti jagat sriya, Brahma, Wisnu, Maheswaram,Tri Purusa murti dewam.
       Tri Guru Stawa 
Om Dewa dewi tri dewanan, tri murti tri lingganam, tri purusa murti dewam, sarwo jagat prawitranam.
Om guru rupam guru dewam, , guru purwam guru madyam, Guru pantaram dewam, guru dewam suddhatmakam.
Om Brahma Wishu Iswara dewam, jiwatmanam tri lokanam, sarwa jagat pratistanam, sudha klesa winasanam.
Om guru paduka byonamah swaha.

1. Mengaturkan sesajen dalam bentuk pejati, mantra;
Om Siwa sutram yadnya pawitram, paramam pawitram prajapati jyogayusyam, balamastu tejo paramam, gohyanam triganam triganatmakam.  
Om Namaste bhagawan agni, namaste bhagawan ari, namaste bhagawan isa, sarwa baksa utasanam.

2. Untuk sesaji dalam bentuk canang dengan Tri bhawana, mantra;
Om Parama Ciwa twam gohyah Ciwa tatwa parayanah Ciwasya pranato nityam Candisaya namo’stute  
Om newidyam Brahma Wisnucca, bhoktra dewa mahecwaram, sarwa wyadin alabhati, sarwa karyanta siddhamtam.
Om jayarti jayam apunyat, ya cakti yacam apnoti, ciddhi sakalam apnuyat, Parama Ciwa labhati.
Om bhoktra laksana ya namo namah swaha.

3. Untuk sesajen dalam bentuk pras, mantra;
Om panca warna bhawet Brahma, Wishnu saptawara waca, Sadwara icwara dewacca, astawara Ciwo jnejah. Wrhaspati pinaka wit, Soma pinaka bungkah, Anggara pinaka godong, Buddha pinaka kembang, Sukra pinaka woh, Saniccara pinaka kulit, Redite pinaka warna.  
Om sarwa pras pranajanam, sarna karya praciddha ya ciddhi bhawantu, ya namo namah swaha.

4. Ayu Wreddhi, mantra;
Om Ayu wreddhi yaca wreddhi, wreddhi prajna sukha criyam, dharma santana wreddhis ca, santute sapta wreddhayah.  
Om yawan meru stitho dewah, yawad Gangga mahitale, candrarko gagana yawat, tawad wa wijayem bhawet.
Om dirghayur astu tad astu-astu swaha.

5. Selanjutnya muktiang sesajen kepada Sang Hyang Widhi, para Dewa dan Bhatara, mantra;
Om Dewa buktam maha sukam bojanam parama samertam dewa bhoksa maha tustam boktre laksana karanam  
Om Bhuktiantu sarwata dewa bhuktiantu tri lokanam saganah sapari warah sawarga sadasi dasah
Om Dewa boktre laksana ya namah  
Om Dewa trepti laksana ya namah
Om Treptia parameswara ya namah swaha

6. Ngayabang banten di pelinggih, mantra;
Om Parama siwa tanggohyam siwa tattwa parayanah siwasya pranata nityam candiscaye namostute
Om Niwedyam brahma wisnusca bhoktra dewa maheswaram sarwa wyadim alabate sarwa karyanta siddhantem  
Om Jayarte jayamapnuyat ya sakti yasa mapnoti sidhi sakala mapunyat parama siwa labhate

7. Ngayabang banten di lapan seperti; pengulap, pengambeyan, mantra; 
Om Kaki prajapati, nini prajapati, Kaki samantara, nini samantara kaki citragotra, nini citragotra, ingsun angulapi atmanipun …….., maring purwa, maring daksina, maring pascima, maringuttara, maring madya, ingsung angambe atman pun si …, rumaksa ring awak sariran ipun  
Om Siddhirastu.

8. Mengaturkan segehan putih atau manca warna, mantra;
Om Sang Kala Ekawara, Sang Kala Dwiwara, Sang Kala Triwara, manusanira angaturaken tadah saji ring jeng sang Kala kabeh, mangden sampun kataman sisip ring sang Kala Tiga, poma-poma-poma  

9. Pranamya kepada sarwa Kala Bhuta Bucari, mantra;
Om Durghapati masarira, kala kingkara moksatam, kala Mertyu punah citram, sarwa wighna winasanem.  
Om Mang Ung Ang namah swaha wosat.
Om Sidhirastu ya namah.
Om Ang Ung Mang.
Om Sa Ba Ta A I – Na Ma Si Wa Ya.

10. Ngayabang banten sor (segehan),mantra; 
Om Ang Kang kasolkaya isana wosat.  
Om Swasti swasti sarwa bhuta kala. suka ya namah swaha.
See : Riwus sira amuktiaken caru, muliha sira ring pasenetan nira sowang-sowang, haywa sira ulih silih gawe, haywa ngrubeda, anyengkalen Bhatara Dewa ring kayangan sakti.
Dilanjutkan dengan metetabuhan (arak berem).  
Mantra : Om ebek segara, ebek danu, ebek banyu pramananing hulun.

1. Nasi panca warna
Om, sang kala gumarang, sang kala anggapati raja, sang kala bedawang,sang kala wisaya,sang kala sakti, sang kala daut rah, raksanira bhatari durgha, sampun ta sira anyengkala sang apara caru, apan ana sajining iwak-sura, sekul sapulung, sama henak ta sira pada rahayu. 
Om, siddhirastu ya namah. ( Bidja Md, Manggala Upacara,1990)

2. Caru manca sata,
Om, pakulun sang bhuta Krura, potika Purwa, Umanis panca warania, lah sira amukti caru, ajaken sanakira 555 kabeh, wus amukti, mantuka sira maring kahyangan, rumaksa sang adruwe caru (perciki tirta)
Om, pakulun sang bhuta Janggitan, potika Daksina, Pahing pancawarania, sira pada amukti caru, ajaken sanakira 999 kabeh, mantuka sira maring kahyangan, rumaksa sang adruwe caru. perciki tirta)
Om, pakulun sang bhuta Lembukarana, potika Pascima, Pon pancawarania, sira pada amukti caru, ajaken sanakira 777 kabeh, mantuka sira maring kahyangan, rumaksa sang adruwe caru perciki tirta) 
Om, pakulun sang bhuta Langkir, potika Utara, Wage pancawarania, sira pada amukti caru, ajaken sanakira 444 kabeh, mantuka sira maring kahyangan, rumaksa sang adruwe caru perciki tirta)
Om, pakulun sang bhuta Sakti, potika Madya, Kliwon pancawarania, sira pada amukti caru, ajaken sanakira 888 kabeh, mantuka sira maring kahyangan, rumaksa sang adruwe caru
Om, siddhir astu ya namah. Mantra tirta caru:
Om, Korsika iswara rupam, twam Garga Brahma rupaya, Metri Mahadewa dewam, Kurusya Wisnu Dewa ya, Pratanjala Siwa rupam, sarwa papa winasanam, sarwa wighna winasaya, sarwa klesa winasaya.
Om, namo namah swaha. ( Bidja Md, Manggala Upacara,1990)

3. Gelarsanga
Om, Indah ta kita sang bhuta dengen, iringan ingon-ingon Sang Hyang Pasupati, sang bhuta Anggapati aranya, kita angelingana Sang Bhuta Sangha, iki mene kabhukti denira, iwak karangan, nasi pangkonan, sinusunan sawung anyar, sajeng sakoci, tan sinaringan, iki tadah sajinira, ajaken sanakira samodya, manawi ta wenten kirang kaluputanipun, mangda sampun ta sira bangga puraka, Ingsun aminta kreta nugrahanira mangda rumaksa dinulur lampah lakon sang apara caru, dirghayusa mwah urip, tekan kesadyanipun, nutugaken Dharma kalepasan. 
Om, hrem Kalastra,sarwa Kala sampurna ya namah swaha.
Om ang kang kasolkaya swasti-swasti, sarwa bhuta kala predhana purusa bhoktya namah swaha.

H. DILANJUTKAN PERSEMBAHYANGAN BERSAMA 

1. Puja Tri Sandhya 
2. Muspa Panca Sembah 
a. Sembah tangan kosong 
Mantra : Om Atma tatwatma sudhamam swaha 

b. Sembah memakai kembang kepada Ciwa Raditya 
Mantra : Om Adityasya paramjyotir, Rakta teja namostute Sweta pangkaja madhyaste Baskaraya namostute, Om Pranamya baskara dewam sarwa klesa winasanam pranamya ditya siwartham bukti mukti warapradam, Om Hrang hring sah parama siwa ditya ya namah swaha.  

c. Sembah memakai Kembang/Kewangen ke Dewa Samodaya
    Mantra : Om Namo Dewaya adhisthanaya Sarwa wyapinesiwaya Padmasanaya ekaprathisthaya Ardha    
    nareswarya ya namah swaha. dilanjutkan dengan pengastawa ista dewata atau yadnya sbb:  
Pura Desa : Om Isanah sarwa widhyanam,Iswarah sarwo bhuthanam, Brahmana dhipatir brahma,Sarwa jagat pramoditam.  
Pura Puseh /galungan/ kuningan/ pagerwesi : Om, Giri murti mahawiryam,Mahadewa pratistha linggam, Sarwa dewa pranamyanam,Sarwajagat pratisthanam.  
Pura Dalem : Om, catur dewya maha sakti,Catur asrama bhatari, Siwa jagatpati dewi,Durgha masarira dewi.  
Prajapati : Om, brahma prajapati srestah,Swayambhur warado guruh, Padmayoni catur waktro,Brahma sakalam ucyate  
Padmasana/ luhuring akasa : Om, akasa nirmala sunyam,Gurudewah wyomantaram, Siwa nirwanam wiryanam, reka om kare wijayam.
Pura Segara : Om Nagendra krura murtinam,Gajendra matsya waktranam, Baruna dewa masarirem,Sarwa jagat sudhatmakam.  
Pura Batur/ ulun suwi/ ulundanu : Om, Sridhana dewika ramya,Sarwa rupawati tatha, Sarwa jnana maniscaiwa,Sri sridewi namo’stute.  
Saraswati : Om, Saraswati namastobhyam,Warade kama rupini, Siddha rambham karisyami,Siddhir bhawantu me sada.  
Dangkahyangan : Om, Dwijendra purwanam siwam, Brahmanam purwatistanam, Sarwa dewa massariram,Surya niskaram dewam.  
Purnama/Tilem :  
Ganesha : Om, abhimartha artham, Pujitam ya suarairapi, Sarwa wighna winasaya, Gana dipata ya namah.  

d. Sembah memakai kewangen untuk memohon waranugraha
Mantra : Om Anugraha manoharam Dewa datha nugrahakam Hyarcanam sarwa pujanam Namah sarwa nugrahakam Om Dewa dewi maha sidhi Yajnanga nirmalatmaka Laksmi sidhisca dirgayuh Nirwighna suka wreditah Om Ghring anugraha arcanaya namo namah Swaha Om Ghring anugraha manuharaya namo namah swaha

e. Sembah tangan kosong
Mantra : Om Dewa Suksma Paramecintya ya nama swaha

3. Dilanjutkan dengan matirtha dan Mabija 
    Matirtha Dipercikan tiga kali di kepala, mantra : 
Om Budha pawitra ya namah  
Om Dharma maha tirtha ya namah  
Om Sanggya maha toya ya namah .
Mantra :
Om Brahma pawaka ya namah  
Om Wisnu amertha ya namah
Om Iswara jnana ya namah (minum 3x)
Mantra :
Om Siwa sampuna ya namah  
Om Sadhasiwa paripurna ya namah
Om Paramasiwa suksma ya namah (mesugi 3x)  
Memakai kembang ditelinga, mantra; 
Om sri asmara ya namah 
Mabija , mantra : 
Om wija-wija kara ya namah  

I. Memohon Ampun Kepada Sang Jagatnantha
Om ksama swamam jagatnatha, sarwa papa nirantaram; sarwa karya siddham dehi, pranamia sura suaren. Om, twam surya twam siwam karam, tuam ludra bahni laksanam, twamhi sarwa gathotkarah,mamo karya prayojanam.
Om, ksama swamam maha saktyem, hyati suarem gunatmakam, mascayet stata papam, sarwa loka darsanam (Oh pelindung dunia, ampunilah kami yang selalu berbuat salah dan selalu dalam penderitaan. Berilah kekuatan pada semua tindakan-tindakan kami. Kami memuja Dewa dari para Dewa. Engkau adalah Matahari, Engkau adalah wujud yang Maha Suci. Engkau adalah Rudra sifatmu seperti api; karena engkau meliput segalaNya. Semoga pemujaan kami berhasil. Ampunilah kami, oh yang maha kuasa, karena engkau memiliki sifat yang satu yang diuraikan menjadi delapan sifat kemahakuasaan. Semoga engkau melebur semua tindakan-tindakan salah yang saya lakukan. Dan diri kami menjadi seperti kaca bersinar).

J. PUJA PRALINA
    Kalau rangkaian upacara itu sudah selesai dilanjutkan Puja Pralina;
    Mantra :
Om A Ta Sa Ba I, Om Na Ma Si Wa Ya,
Om Ang ksama sampurna ya namah swaha.
     Kalau memakai genta lalu pentil palit genta sebanyak tiga kali;
     Mantra : Om – Om – Om
     Kemudian gentanya ditaruh.
     Mantra : Om Ang Kang kasolkaya namah swaha. 

K. PENUTUP 
     Rangkaian upacara oleh Manggala ditutup dengan parama santhi
     Mantra : Om santhi, santhi, santhi, Om  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar