Minggu, 25 Agustus 2024

Puja Sang Hyang Agni Dalam Dagdhi Karana

Puja Sang Hyang Agni Dalam Dagdhi Karana

Dalam sebuah mantra, sejatinya terkandung arti dan makna serta filosofi yang sangat dalam. Mantra tidak hanya sekadar sebagai sebuah hapalan dan ucapan atau jampi - jampi yang harus dilafalkan atau dilantunkan dalam sebuah ritual atau upacara ataupun kegiatan lainnya. Maka perlu kiranya kita mengerti dan memahami arti dan makna serta tujuan dari sebuah mantra secara lebih mendalam sehingga mantra itu betul - betul memberikan manfaat, tidak hanya manfaat rohani tapi juga jasmani.

Dalam tradisi Hindu Bali, khususnya bagi para Sulinggih atau Dwijati ada sebuah Kriya atau tehnik spiritual yang disebut dengan Dagdhi Karana. Mantra dan kriya Dagdhi Karana ini hanya akan dilantunkan dan dilakukan oleh seorang Dwijati atau Sulinggih, namun walaupun demikian ada baiknya kita juga mengetahui apa yang dimaksud dengan Dagdhi Karana ini serta memahami apa arti dan makna yang terkandung didalam mantra tersebut, serta untuk mengetahui bagaimana tehnik atau Kriya Dagdhi Karana ini, walaupun hanya secara garis besarnya saja. Dengan demikian kita akan mengetahui manfaat apa yang bisa diperoleh seseorang yang melakukan tehnik atau Kriya ini. Dibawah ini adalah sebuah bait dari Dagdhi Karana mantra beserta artinya:


Om Sariram kundam ityuktam
Triantah karanam indhanam
Sapta Omkara mayo vahnir
Bhojanta udintithah

Om Ang Kala Agni Rudraya Namah

Om-pranava suci Tuhan
Sariram-badan
Kunda-tungku api suci(biasanya dibuat saat upacara Homa/Puja Sang Hyang Agni)
Iti-ini
Uktam-disebut
Triantah karana-tiga lapisan badan penyebab(buddhi, manas, ahamkara)
Indhanam-kayu bakar/bahan bakar
Sapta-tujuh
Omkara-aksara suci Om
Maya-tidak nyata, mistik
Vahnir-api
Bhojanta-melahap, menikmati,memakan
Udin-berkobar naik, ke atas.
Titha-api

Om, badan ini disebut sebagai tungku api, dimana tiga lapisan badan penyebab(buddhi, manas, ahamkara) adalah kayu bakarnya. Tujuh aksara suci Om adalah api mistik yang melahap, membakar, naik dan berkobar – kobar.

Sembah sujud kepada perwujudan api mistik, Rudra dengan bijaksara Ang.

Bagi orang awam mungkin jarang atau bahkan tidak pernah mendengar atau mengetahui apa itu Dagdhi Karana. Namun bagi para Sadhaka, Sulinggih ataupun Dwijati, ritual atau kriya ini adalah kriya yang wajib dilaksanakan hampir setiap hari, sebagai salah satu kriya untuk penyucian diri, yang diajarkan secara turun temurun melalui garis perguruan, parampara atau aguron – guron kapurusan.

Dagdhi Karana adalah sebuah Kriya atau tehnik penyucian diri dengan membakar segala kekotoran bathin dengan mempergunakan sarana api mistik yang memang ada di dalam diri manusia. Dagdhi berarti membakar, Karana berarti penyebab, jadi Dagdhi Karana berarti membakar segala penyebab kekotoran bathin utamanya yang melekat pada Tri Antah Karana, yaitu tiga lapisan badan penyebab manusia, yaitu yg terdiri dari:
1. Budhi yaitu kecerdasan
2. Manas yaitu pikiran
3. Ahamkara yaitu ego dan tindakan


Agni Kunda
Tehnik ini sangat efektif dan bermanfaat untuk membersihkan jalur sumsuna, untuk membangkitkan Kundalini Sakti dan meningkatkan kesadaran rohani spiritual seseorang. Dalam tehnik atau kriya ini sang Sadaka ataupun mereka yang melakukan kriya ini akan membayangkan bahwa badan ini adalah sebuah Agni Kunda. Kunda adalah sebuah tungku api suci dalam ritual upacara Homa atau Agni Hotra dimana semua persembahan akan dituangkan kedalamnya.

Sang Sadaka kemudian membayangkan bahwa ada api di dalam badan atau Kunda yang menyala dan berkobar – kobar dengan energinya yang luar biasa. Api atau Agni disebut sebagai "Sarva Baksa" yang berarti melahap apapun yang dituangkan kedalamnya. Dengan kekuatan api mistik ini sang sadaka kemudian mulai membakar segala kekotoran- kekotoran bhatin, baik yang disebabkan oleh pikiran, perkataan maupun perbuatan. Segala kekotoran yang melekat di semua lapisan badan dibakar hingga menjadi abu.

Kemudian api mistik ini juga dituntun dengan kekuatan pikiran dari sang sadaka untuk melakukan pembersihan dari jalur - jalur sumsuna atau jalur dari energi Kundalini, dari ujung tulang ekor sampai puncak kepala. Jalur Kundalini yang bersih dan terbebas dari segala sumbatan akan memudahkan Kundalini Sakti ini untuk bangkit dan bergerak naik, menyentuh dan mengaktifkan ketujuh cakra utama manusia. Dalam mantra Dagdhi Karana ini ketujuh cakra ini disebut dengan Sapta Omkara. Sapta berarti tujuh, yang mengacu pada ketujuh Cakra manusia dan Omkara adalah aksara suci Tuhan. Bangkitnya Kundalini Sakti dan aktifnya cakra - cakra dalam tubuh manusia, dengan kriya atau pelaksanaan tehnik dagdhi karana ini akan memberikan berbagai pengalaman spiritual dan daya atau kekuatan rohani yang luar biasa. Adapu cakra - cakra utama manusia yang dilambangkan dengan sapta omkara ini adalah:
Cakra Dasar atau Muladara yang terletak di ujung tulang ekor
Cakra Sex atau Swadistana yang terletak di kelamin
Cakra Pusar atau Manipura yang terletak di pusar
Cakra Jantung atau Anahata yang terletak di pusat jantung
Cakra Jenggorokan atau Visuddhi yang terletak di tenggorokan
Cakra Mata Ketiga atau Ajna yang terletak di antara ke dua alis
Cakra Mahkota atau Sahasrara yang terletak di ubun - ubun
Setelah semua kekotoran yang melekat pada Tri Antahkarana ini terbakar habis dan menjadi abu, kemudian sang Sadaka akan menghanyutkan segala kekotoran tersebut dengan percikan air suci atau tirtha. Sang Sadaka pun membayangkan mendapatkan badan rohani yang baru, yang bersih, murni dan suci. Dengan pelaksanaan kriya inilah sang Sadaka, sang Sulinggih atau sang Dwijati, akan mewujudkan dirinya menjadi manusia yang baru, yang suci lahir bathin. Dengan kesucian inilah sang Sadaka ini akan yang mampu menghubungkan dirinya(Atma) dengan Siwa(Paramatma). Oleh karena itulah saat mepuja, sang Sulinggih adalah perwujudan dari Siwa itu sendiri, karenanya sastra suci mengatakan bahwa "dewa dipuja oleh dewa".

Lalu dibagian tubuh yang mana sejatinya api ini berada dan apakah semua orang mampu untuk mempelajari dan melakukan tehnik ini?

Dalam Bhagawad Gita, api ini disebutkan ada di dalam perut yg melaksanakan proses pencernaan sehingga badan ini dapat bertahan hidup.
Aham vaisvanaro bhutva praninam deham asritah,
pranapana samayuktah pancamy annam catur vidham
(BG.15.14).

Aku(Tuhan) adalah api yg mencernakan makanan di dalam badan – badan semua makhuk hidup, dan Aku bergabung dengan udara kehidupan yang keluar dan masuk untuk mencernakan empat jenis makanan.

Namun tidak semua orang memiliki kemampuan mengendalikan kekuatan dari energi api dalam diri ini. Serta sesuai tradisi di Bali, tidak sembarangan orang bisa mempergunakan tehnik atau kriya ini, tanpa melalui proses Diksa atau Dwijati. Disamping itu pula kekuatan api mistik atau api yang ada di dalam diri ini juga berbeda – beda pada setiap orang, tergantung kekuatan rohani dan bathinnya. Bagi yang sudah terlatih atau yang memang telah tekun dalam sadhana spiritual, mungkin mampu dan memiliki pengendalian yang baik dalam mempergunakan kekuatan api ini.

Lalu apakah kaitan antara kriya Dagdhi Karana ini dengan ritual atau upacara Puja Sang Hyang Agni atau Homa?

Karena tidak semua diperbolehkan dalam mempraktekan tehnik ini, apalagi tanpa ritual Diksa dan Dwijati serta tanpa bimbingan seorang Guru Rohani atau Nabe, maka untuk mendapatkan mamfaat yang sama dari pelaksanaan tehnik ini dan bahkan lebih, masyarakat umum dianjurkan untuk ikut serta, menghadiri atau bahkan melaksanakan ritual upacara suci Homa atau Puja Sang Hyang Agni ini.

Api Puja Sang Hyang Agni atau api Homa adalah perwujudan dari api yang sama, yang juga merupakan perwujudan dari Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Agni, yang memiliki kekuatan yang sama bahkan bisa jauh lebih besar dari api yang ada didalam badan. Api yang memiliki sifat "sarva bhaksa" atau yang melahap atau membakar apapun yg dipersembahkan kepadanya, termasuk segala kekotoran, segala dosa dan segala kekuatan jahat yang mungkin ada. Hanya dengan berada di dekat api suci, vibrasi api suci ini memberikan empat manfaat utama, seperti yang terkandung dalam stawa mantra Dewa Agni yang biasa dilantunkan oleh para pemangku ataupun para Sulinggih kita berikut ini:

Om Namaste bhagawan Agni
Namaste bhagawan Hari
Namaste bhagawan Isa
Sarwa bhaksa hutasanam
Tri warna bhagawan Agni Brahma Wisnu Maheswara
Shantikam paustikan caiwa raksananca bhicarukam.

Hormat kami kepada dewa Agni
Hormat kami kepada dewa Wisnu
Hormat kami kepada dewa Siwa
Yang menikmati segala pesembahan
Tiga perwujudan dewa Agni, Brahma Wisnu dan Maheswara
Engkau adalah penolak bala, pemberi anugerah, pelindung serta penakluk musuh

1. Shantika: penolak bala
2. Paustika: pemberi anugerah
3. Raksha: perlindungan
4. Abhicaruka: penaklukan musuh

Vibrasi dan energi suci yang tercipta dan mengalir saat upacara Agni Hotra atau Homa, dengan lantunan mantra - mantra suci Weda akan memberikan manfaat yang sangat baik bagi tubuh kesehatan jasmani maupun rohani. Membersihkan segala kekotoran bathin dan membersihkan dan mengaktifkan cakra – cakra tubuh serta membantu kebangkitan Kundalini Sakti. Energi suci ini akan melingkupi semua peserta yang hadir, energi suci ini akan yang menyeret, mengeluarkan dan menghanguskan berbagai energi dan vibrasi yang buruk dan kemudian memenuhi semua orang dengan energi yang baik dan positif. Energi dan vibrasi suci ini tidak hanya akan memenuhi diri sendiri tapi juga lingkungan disekitarnya. Berbagai kekuatan jahat akan yang berusaha mendekat akan terbakar hangus kedalam api suci. Segala kekuatan jahat, jin, roh gentayangan tidak akan berani berada disekitar tempat dilangsungkannya ritual Puja Sang Hyang Agni ini.

Begitupun jika seseorang ada yang mengalami gangguan kesehatan ataupun gangguan - gangguan dari berbagai kekuatan jahat, akan menyadari bahwa hanya dengan berada di dekat api suci ini, mereka akan merasakan kedamaian dan ketenangan bathin. Begitu luar biasnya upacara Puja Sang Hyang Agni ini, sehingga hanya dengan menghadiri saja atau duduk di dekat api suci saat Puja Sang Hyang Agni atau Homa berlangsung, secara tak langsung, disadari ataupun tidak seseorang telah mendapatkan manfaat yang sama bahkan lebih besar dari sebuah pelaksanaan tehnik Dagdhi Karana, yang biasanya hanya mampu dan "boleh" dilakukan oleh para Dwijati atau Sulinggih. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar