Sabtu, 04 November 2023

Dharmagita

DHARMAGITA BESERTA JENIS DAN DAMPAKNYA
 
 

Dharmagita adalah suatu lagu atau nyanyian suci yang secara khusus dilagukan atau dinyanyikan pada saat upacara keagamaan Hindu, dan untuk mengiringi upacara ritual atau yadnya. Istilah Dharmagita berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kataDharma yang artinya kebenaran, agama atau keagamaan, dan Gita yang artinya nyanyian atau lagu.

Tradisi menyanyikan kidung-kidung suci merupakan tradisi yang sangat kuno. Kita mengenal adanya kitab Sama Weda yang merupakan salah satu dari kitab Catur Weda. Kitab Sama Weda ini berisi lagu pujian atau pujaan untuk dinyanyikan dalam pelaksanaan upacara yadnya. Dalam berbagai kegiatan keagamaan, penggunaan Dharmagita sangatlah dibutuhkan karena irama lagunya memiliki berbagai jenis variasi yang sangat membantu untuk menciptakan suasana hening atau khidmat yang dipancari oleh getaran kesucian sesuai dengan jenis yadnya yang dilaksanakan.

Saat ini Dharmagita sudah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Bahkan pemerintah melalui Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), secara rutin menyelenggarakan Utsawa Dharmagita, yaitu suatu ajang perlombaan untuk menjalin hubungan cinta kasih sesama umat di seluruh tanah air. Adapun yang biasa digelar dalam Utsawa Dharmagita adalah membaca Sloka, Palawakya, dan tembang-tembang kerohanian, serta hal-hal lain sebagai ciri budaya daerah masing-masing yang dijiwai oleh agama Hindu.

Jenis-Jenis Dharmagita

Sekar Rare         

Biasanya Sekar Rare dalam lirik atau baitnya mengandung pesan-pesan moral, budi pekerti, cerita-cerita tentang tingkah laku atau kesusilaan dan pengetahuan.

Contoh: 
Bebeke putih jambul makeber ngaje kanginan
Teked kaja kangin, ditu ya tuwun mekelang
Briyak-briyuk msileman (2x)

Artinya: 
Itik putih kepala jambul terbang ke arah timur laut
Sampai di timur laut, di sana turun semua
Bersama-sama mandi dan menyelam

Maknanya:
a. Bebeke putih jambul adalah lambang orang-orang berjiwa suci.
b. Makeber ngaja kanginan, terbang menuju surga (kaja kangin) diyakini 
    sebagai ulon atau munculnya sang surya (ingat puja/mantram sulinggih 
    dalam upacara pitra yadnya.
c. Briyak-briyuk massileman artinya bersama-sama merasakan dan menikmati 
     kebahagiaan.
d. Itik adalah contoh kehidupan yang perlu ditiru, tidak pernah bertengkar dan 
    penuh kasih sayang.

Sekar Alit

Sekar Alit sering disebut juga geguritan, pupuh atau tembang. Isinya mengandung pengetahuan, kesusilaan, kerohanian, ataupun yang bersifat romantis. Sekar Alit dapat dibedakan atas beberapa bentuk, seperti berikut ini.
a. Pupuh Mijil 
b. Pupuh Pucung 
c. Pupuh Ginanti 
d. Pupuh Durma 
e. Pupuh Semarandana
f. Pupuh Ginada
g. Pupuh Maskumambang
h. Pupuh Dandang
i. Pupuh Pangkur

Contoh Sekar Alit dengan tembang Sinom (untuk di bali):
Pakukuh dasar agama
Panca srada kepuji
Sane lelima punika
Brahman sang kaping singgih
Atman yukti kaping kalih
Karma kaping telu mungguh
Samsara kaping empat
Moksa kaping lima sami
Bwat sesuduk
Bapa jani maritatas

Artinya:
Sebagaimana yang memperkuat pondasi beragama
Lima jenis keimanan/keyakinan yang selalu dihormati
Yang tidak lain adalah lima jenis tersebut
Brahman adalah yang pertama
Atman sebenarnya yang nomor dua
Karma phala/hasil perbuatan yang ketiga
Samsara/reinkarnasi yang keempat
Moksa yang kelima atau yang terakhir
Tentang aturan, urutan dan maknanya
Bapak sekarang menjelaskan sejelas-jelasnya 

Maknanya:
a. Menerangkan lima buah yang menjadi landasan keimanan/keyakinan umat hindu.
b. Brahman, yakin adanya Tuhan Yang Maha Esa.
c. Atman, yakin dengan adanya roh penyebab kehidupan yang bersumber dari 
    Brahman.
d. Karma, yakin dengan adanya hasil perbuatan baik maupun buruk (Subha Asubha 
     Karma).
e. Samsara, yakin dengan adanya reinkarnasi.
f. Moksa, yakin dengan adanya kelepasan.

Sekar Madya

Sekar Madya disebut juga tembang tengahan atau kidung (jumlah dan jenis-jenisnya sangat banyak), adalah lagu-lagu yang dipakai untuk mengiringi upacara agama, isi lagu sesuai dengan acara pelaksanaan upacara agama Hindu.

Contoh:
Ida ratu saking luhur
Kaula nunas lugrane
Mangda sampun titiang tandruh
Mangayat batara mangkin
Titiang ngarturang pejati
Banten suci mwang daksina
Sami sampun puput
Prating kahing saji

Artinya:
Ida ratu di atas sana
Hamba mohon perkenannya
Agar hamba tidak salah ucap
Memanggil memuja Bhatara sekarang
Hamba persembahkan pejati
Upacara suci dan daksina
Semuanya telah selesai
Tata laksana

Maknanya:
Memuja Tuhan dengan segala manifestasinya, tidak saja dengan permohonan, tapi hendaknya dengan hati yang bersih dan tulus ikhlas, penuh kehati-hatian, permohonan maaf serta upakara persembahan sebagai wujud bakti, sarana berupa banten merupakan ungkapan kesucian rohani sekaligus alat konsentrasi agar pikiran dapat terfokus pada kebesaran Tuhan.

Sekar Agung

Sekar Agung disebut juga kekawin atau wirama. Bangunnya diikat oleh Guru lagu. Guru berarti berat atau panjang dan lagu berarti pendek atau ringan. Bentuk atau jenis Sekar Agung sangat banyak. Bahasanya menggunakan bahasa jawa kuno atau bahasa pabencangah. Isinya mengandung nilai-nilai kerohanian dan mengandung filsafat kehidupan yang sangat tinggi.

Contoh:
Raga di musuh mapara, rihati ya tongwanya tan madoh ring awak
Yeka tan hana risira prawira wihikan sireng niti.

Aritnya:
Nafsu atau keinginan dan sejenisnya musuh-musuh yang dekat dalam hatilah tempatnya. Tidak jauh dari diri sendiri. Yang seperti itu tidak ada di diri beliau (Raja Dasarata), perwira/satria beliau dan sangat pintar dalam hal pemerintahan.

Maknanya:
Pemahaman tentang Sad Ripu. Sesungguhnya musuh itu sumbernya dari diri sendiri, orang bijak dan orang yang dapat menguasai diri tidak akan terpengaruh. Orang yang demikian akan memiliki sifat ksatria dan menguasai seluk-beluk pemerintahan.

 Sloka

Sloka adalah bagian ayat atau bait dari kitab suci yang dibaca dengan irama mantra. Isinya mengandung pujaan-pujaan atas kebesaran Tuhan beserta manifestasinya.

Contoh:
Ye yatha mam prapadnyante tamstathaiwa bhajami aham, Mama wartmanu manusyah partha sarwasah (Bhagawadgita, IV.11)

Artinya:
Jalan apapun orang memujaku, pada jalan itu aku memenuhi keinginannya, Wahai Partha, karena semua jalan yang ditempuh mereka, semuanya adalah jalanku.

Maknanya:
Dengan keanekaragaman budaya di tiap-tiap daerah yang dijiwai oleh Agama Hindu, menyebabkan pelaksanaan ajaran Agama Hindu nampak berbeda. Namun semua itu adalah jalan menuju Tuhan. Hal ini sesuai dengan konsep desa kala patra. Sloka ini juga bermakna menjaga toleransi/kerukunan antar umat beragama.

Palawakya

Palawakya adalah suatu bacaan terjemahan sloka dengan irama tertentu, dengan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Dalam kitab Sarasamuscaya yang menggunakan bahasa Jawa Kuno sering dibaca menggunakan irama Palawakya.

Contoh:
Paramarthanya pengpenge ta pwa ka temwaniking si dadi wwang
Durlabhawiya ta, saksat handaningmara ring swarka ika
Sanimittaning ta tiba muwahta pwa damalakena (SS.6)

Artinya:
Tujuan terpenting pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan lahir menjadi manusia. Ini sungguh sulit untuk memperoleh laksana tangga menuju surga. Segala yang menyebabkan tidak akan jatuh lagi, itu hendaknya supaya dipegang.

Maknanya:
Dalam kesempatan yang sangat istimewa ini, hidup sebagai manusia, bagaikan sebuah tangga menuju surga, rasanya sangat sulit untuk diperoleh maka dari itu usahakan berbuat dan berpegang pada Dharma, segala hal yang menyebabkan terpeleset dan jatuh agar dipikirkan dan dihindarkan, jika sudah terlanjur jatuh, untuk kembali meraihnya sangat sulit.

Dampak Sikap Mental yang Ditimbulkan oleh Dharmagita

Dharmagita dapat menimbulkan dampak yang sangat positif bagi pembentukan sikap mental, martabat, perilaku/budi pekerti bahkan dapat meningkatkan pengetahuan spiritual orang-orang yang senang terhadap jiwa dan perilaku. Mereka yang menyenangi Dharmagita dibandingkan mereka yang menyenangi lagu-lagu keras, akan nampak suasana yang jauh berbeda, masing-masing memancarkan getaran yang berbeda pula. Hal seperti itu akan memberikan pengaruh terhadap mereka yang mendengarkan dan merasakannya.

Pelaksanaan upacara agama akan lebih mantap dan lengkap apabila diikuti dengan Panca Gita, yaitu:
1. Kentongan: sebagai petanda masyarakat Hindu mulai berkumpul di tempat upacara.
2. Gong: musik tradisional untuk mengiringi upacara.
3. Kidung: Dharmagita yang dikumandangkan.
4. Doa atau puja mantra dari sulinggih
5. Genta: suara genta/bajra yang dibunyikan sulinggih untuk mengiringi doa pujaan. Gita dan tarian merupakan penjabaran perilaku Sulinggih/Sang Sadaka saat memimpin upacara keagamaan. Puja Sulinggih berkembang menjadi gita, suara bajra berkembang menjadi gamelan, dan tangan atau sikap Mudra menjadi tari-tarian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar