Minggu, 19 November 2023

BAYUH TAMPEL BOLONG (MENGENTASKAN SEMUA KELAHIRAN)

BAYUH TAMPEL BOLONG (MENGENTASKAN SEMUA KELAHIRAN) DAN MELIK

Melik itu sebenarnya merupakan sebuah anugrah yang luar biasa, Jika Orang Itu Sudah melaksanakan penebusan Melik 3 Kali, Rajin2 Sembayang, Melukat dan melaksanakan Pewintenan Saraswati. Biasanya Orang Seperti Ini Akan Jadi Orang Yang Sukses, Bermatabat dan “Kesihin Widhi”. Kalau tidak penebusan biasanya rejeki akan sret, sering bertengkar dirumah tangga tanpa henti, sakit sakitan, Salah paham dikeluarga berujung percerain, tak bisa punya keturunan, bahkan berumur pendek dan lain sebagainya.

Ada orang yang baru bisa bertiori belum menjadi Praktisi, mengatakan Melik itu tidak apa, cukup berdoa saja, dan berpikir positif. Mereka itu tidak mengalami bisa saja mereka berkata seperti itu, tapi bagi yang mengalami mereka akan sulit menerima itu karena hidupnya dalam penderitaan hidup, rejeki sret dan kesakitan atau ada salah satu kelurganya sudah meninggal karena melik. Sama seperti melihat orang sakit dirumah sakit, pasien tidak hanya cukup dengan berpikir postif dan berdoa TAPI MEMERLUKAN TIDAKAN MEDIS UNTUK KESEHATANYA. Sama juga seperti penyakit niskala dan melik, tidak cukup hanya berdoa dan berpikir positif, semua perlu TINDAKAN SESUAI PETUNJUK SASTRA/LONTAR YANG ADA.


ADA TIGA JENIS MELIK YANG SANGAT BERBAHAYA KETIKA LAMBAT MELAKSANAKAN PENEBUSAN.

Pertama, MELIK ADNYANA/WIDHI, orang ini akan bisa merasakan, atau bisa melihat Roh Halus, dan bahkan bisa berkominikasi dengannya. Orang melik adnyana, biasanya diawali dengan mimpi mimpi ke Pura, Ketemu orang Pakain Putih, Ketemu Petapakan Bhatara ( Rangda atau Barong ), Mimpi bersenggama dengan orang tak dikenal/keluarga, Mimpi Mesiat dengan Leak. Celakanya kalau dia ( orang melik ) kalah dalam mesiat lawan LIak, besok ia akan sakit dan bahkan meninggal saat tidur. Orang melik adnyana biasanya berpotensi jadi Balian atau mangku kalau dia punya keturuan/waris mangku/balian dan senang belajar spiritual.


Kedua, MELIK APIT WANGKE, yaitu ada kadengan di kelamin manusia, baik lelaki atau perempuan. Efek negatif melik ini biasanya, rejeki sret, kisruh dalam rumah tangga, emosi tidak terkendali, sulit jodoh, dan kalau buruk sekali karma masa lalunya, biasanya ia kan mandul, bercerai atau pasangan hidupnya meninggal muda. Kalau misalnya 1 pasangan itu keduanya berisi kadengan, biasanya akan kalah salah satu yang kurang spritualnya, misalnya belum ditebusin melik. Melukat dan sembahyang.

Ketiga, MELIK DURGA, yaitu ada bercak hitam pada lidah seseorang, lidah masepak, sering mimpi ke pura mrajapati, ke Pura Dalem dan Kuburan. Efek melik ini tidak main main, biasanya orang melik durga akan kedalih bisa ngeliak, menjanda, anak meninggal satu, difitnah dan dikucilkan oleh keluarga dekatnya bahkan masyarakat. Salah satu saja cirri yang dialami diatas, sebaiknya segera melaksanakan penebusan melik.

SELAIN ITU ADA JUGA MELIK LAINNYA, YANG PATUT UNTUK DILAKSANAKAN PENEBUSAN MELIK.

TANDA TANDA MELIK CECIREN
1.MELIK CAKRA, Artinya Ada berupa salah satu sanjata dewata nawa sanga dalam tubuhnya, kadang hanya bisa dilihat tokoh spiritual atau kelihatan nyata di kulit.
2. Kadengan Celedung Nginyah ada di tengah tengah alis.
3.Sujenan Di Bokong, 4. Rambut Putih Hanya Beberapa Helai Tak Bisa Hilang, 5. Rambut Gimbal, 6 Jari Tangan/Kaki Lebih, 7. Lidah Poleng, 8.Isuan Lebih dari satu dll.                                                        
MELIK KELAHIRAN, melik ini disebabkan oleh kelahiran manusia itu sendiri.
Diantaranya :
 1.Orang yang lahir di Wuku Wayang,2. Anak Tunggal ( tak bersaudara ),4. Tiba sampir ( anak yang lahir berkalungfkan tali pusar ),5. Tiba Angker ( anak yang lahir berbelit tali pusar/tidak menangis ),6. Jempina ( anak lahir premature ),7. Margana ( anak lahir ditengah perjalanan ),8. Wahana ( anak lahir ditengah keramaian ),9. Julungwangi ( anak lahir tatkala matahari terbit ),10. Julungsungsang ( anak lahir tatkala tepat tengah matahari ),11. Julung sarab / julung macan / julung caplok ( anak lahir menjelang matahari terbenam ),12. Walika ( orang kerdil ),13. Wujil ( orang cebol ),14. Kembar ( dua anak lahir bersamaan dalam sehari ),15. Buncing / Dampit ( dua anak beda jenis kelamin lahir bersamaan dalm sehari ),16. Tawang Gantungan ( anak kembar selisih satu hari ),17. Pancoran Apit Telaga ( tiga bersaurdara – perempuan – laki – perempuan ),18. Telaga Apit Pancoran ( laki – perempuan – laki ),19. Sanan Empeg ( anak lahir diapit saudaranya meninggal ),20. Pipilan ( Lima bersaurdara empat perempuan satu laki ),21. Padangon ( Lima bersaudara empat laki satu perempuan),22.Lulang ( Bersaudara 2, Keduanya Perempuan ),23. Luluta ( Bersaudara 3, Ketiganya Lelaki ),24. Kedukan ( Bersaudara 3, Ketiganya perempuan ).

Selain kelahiran melik ada juga beberapa kelahiran yang sangat memerlukan ruwatan khusus, untuk menetralisir efek negative kelahiran yang sangat lebih dominan mempengaruhi kelahiran seseorang.
KELAHIRAN MENURUT WUKU : Diantaranya Wuku Sinta, Ukir, Kulantir, Gumbreg, Wariga, Warigadian, Sungsang, Dunggulan, Kuningan, Langkir, Medangsia, Pujut, Pahang, Merakih, Tambir, Medangkungan, Uye, Perangbakat, Bala, Wayang, Dukut, dan Watugunung.
                                        

KELAHIRAN MENURUT SAPTAWARA PANCAWARA, Diantaranya : Redite Umanis, Redite Pon, Redite Kliwon, Coma Paing, Coma Pon, Anggara Umanis, Anggara Wage, Anggara Kliwon, Buda Umanis, Buda Wage, Buda Kliwon, Wraspati Umanis, Wraspati Pahing, Wraspati Pon, Wraspati Kliwon, Sukra Umanis, Sukra Umanis, Sukra Paing, Sukra Pon, Sukra Kliwon, Saniscara Umanis, Sanicara Wage, Sanicara Kliwon,

Apakah Anda Termasuk Katagori Kelahiran ditulis diatas?? Dari Kelahiran di atas, sebenarnya ada yang indikasi melik, ada yang Lintang Panes, Membuat Rejeki Merosot, Kesakitan, Mandul dll. Namun tidak bisa kami jelaskan satu persatu, karena terlalu panjang penjabarannya. Untuk lebih jelasnya silahkan saja, datang ke tempat, sambil Ngelereh Sewitra, Nanti kita bahas bersama sama.

Selain itu ada juga kelahiran yang memerlukan ruwatan, yang bisa dilaksanakan Oleh semua kelahiran :

BAYUH TAMPEL BOLONG (MENGENTASKAN HUKUM DERAAN KELAHIRAN) 

PENEBUSAN SAPUH LARA PATI PEMANUMADIAN.

1.Natan Nemu Urip, penebusan/pebayuhan bagi yang tidak pernah meotonan, tidak tau otonan.

2, Nemu Baya, penebusan bagi yang sering Kesakitan Sering Kena Tipu, Sering di Fitnah, Selalu gagal dalam mencapai keiinginannya.

3.Senggama Kaon, Penebusan Mala Bagi Sering Berhubungan Badan Sebelum Menikah, Berhubungan Badan Dengan dalam Status Selingkuh, Berhubungan Badan Sesama Jenis

4. Semara Dudu, Sulit Mendapatkan Jodoh, atau Kawin cerai berkali kali dan Mandul

5.Lumbung Ketiup Angin, Sulit Rejeki, Mengalami Kebangkrutan, dan Rejeki tak Pernah Mesari ( Gali Lobang Tutup Lobang )

6.Mala Kauripan, Penebusan Mala, Karena menikah Saat Hamil dan Potong Gigi Saat Hamil , serta lelaki tidak bisa panjangan rambut saat istri hamil, karena tugas kerja dan keperluan dinas.

7. Satru Aturu, Sering mimpi buruk, Mimpi Mesiat, Sering mendengarkan Suara Aneh, Sering Mimpi dapat Paica, Mimpi Ada Blabar Agung/Sunama dll

8. Rare Ngambek Detya, Penebusan untuk anak yang membandel, sulit dinasehati, tidak mau belajar/sekolah, Ngelawan orang, dll

9. Mangku Putung, Penebusan bagi yang keturan mangku, balian dan sejenisnya , yang tidak bisa mewariskan tugas leluhurnya.

10 . Rare Kepingit, Penebusan untuk anak hasil “ NUNAS”

11. Lare Salah oton,dan Salah Aran, Penebusan bagi yang salah menentukan oton dan nama terlalu berat/mendatangkan masalah.

JADI SEMUA KELAHIRAN HENDAKNYA DIRUAT DENGAN BAYUH TAMPEL BOLONG


1) UPAKARA BAYUH SAPULEGER

1. Banten Sang awayang: suci  saruntutan asoroh maulam itik betutu, pulagembal, masekar taman, pajegan, canang pangkonan, santun sarwa 4, maarta 500, peras penyeneng, segeh agung utawi suci  saruntutan asoroh maulam itik putih, peras ajuman, canang gantal medaging jinah   krecen   sepehe   satus (1900) jinah bolong, sesantun gede soroh 4, medaging jinah 1132 bidang.

2. Genah Tirta Sang Mpu Leger Sangku Sudhamala metatang dulang medaging beras, benang, arta 225, medaging sekar 11 warna, mesamsam, wija kuning.

3. Tebasan Sungsang Sumbel 1 tanding: Tumpeng abungkul kaapit antuk ulam ayam 2, ulun ulam ayame asiki meajeng keluhur (menghadap ke atas), asiki ngasor (menghadap ke bawah) , meraka galahan, kacang komak mawadah tamas dados awadah.

4. Tebasan Sapu Leger: Tumpeng abungkul matusuk antuk carang bingin, maulam ayam, majaja tabagan biyu galahan, lebeng matah, bantal galahan, rerasmen kacang komak, mejijih ketan injin, ketipat tulung, pisang payasan, peras lis mewadah ngiyu anyar, metaled kampil, metatakan beras, kacang komak matah, bantal matah, jaja matah, biyu matah, menyibakang genahnyane ring sane melakar lebeng, tekaning sungsang sumbele, kedenga-kedengi, seraka dadi angiyu, metangkeb saput poleng. Kedenga-kedengi = nasi mesuwer busung susunin tumpeng asiki, meraka jaja kukus ketan, jaja kukus injin 7 tanding dados adulang.

5. Tebasan Tadah Kala: Nasi popolan mabucu telu mataled antuk don tunjung, matusuk bungan tunjung, matatakan saput poleng, sirah nasine mabucu telu madaging getih bawi, maulam urab barak, urab putih, kacang komak dados adulang. Tebasan kala melaradan: Nasi kuning mewadah takir, nasi warna maulam balung, taluh medadar buah bancangan, base gulungan mawadah sok, matanjeb busung 5 akatih, madaging tuak abotol, arak sarebad, berem beras, raka – raka galahan dados adulang.

6. Tebasan penulak bhaya = tumpeng asiki kacang-kacang, raka-raka galahan

7. Tebasan Pangenteg bhayu = Tumpeng asiki, maiter antuk rerasmen, rujak atakir, raka-raka sajangkepnyane.

8. Tebasan Pangalang Hati = Penek bolong,   be   hatin ayam,       mawilahan (jangkep), durmanggala, prayascita, pageh tuwuh, bubuh plasa atakir, biaung buluh atakir, nasi mesisir atakir, nasi widia  misi unti atakir

9. Sesayut dirga yusa ring kamanusan = Nasi sasah mesuwer, maiter antuk penek papat, ulamnya betutu ayam, muncuk dadap, celekontong  ( wakul saji alit antuk busung ) 4, kawangen 4 dagingin crawis.

10. Daksina Panebusan Bhaya:  madaging beras 8 patan, kelapa 8 bungkul, taluh 8 bungkul, gula 8 bungkul, madaging jinag 8100.


2) Tebasan Tampel Bolong
TATEBASAN PAMAHAYU SOT MIWAH MELIK

Kaketus saking lontar "Lawar Capung Ki Dalang Tangsub, Griya Agung Bangkasa"

Olih: I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S., M.Pd


TATEBASAN PAMAHAYU SOT MIWAH MELIK :

Medasar antuk dulang, duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin beras aperapata, base tampelan, benang atukel, jinah 225, duwur nyane susunin antuk nasi maklongkong 1, duwur nasine medaging tulung urip 1 medaging nasi ulam taluh bekasem, kawangen 11 siki, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, sangku medaging toya anyar, penyeneng alit (tahenan) 1, Pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan, Sesayut puniki munggah Sanggar Kamulan.


Tebasan Semaya Pati 

Tumpeng kapurancak asiki, ayam binanda, Yan wong Lanang ayam muani yan wong istri ayam luh, ayam bang suku dara, benang bang linamasan, sekul winaranta sinisir, kacang alimas, pinang atakep timun asiki, kacang ambungan, buah bancangan, woh-wohan jangkep, tamas, kulit sayut, raka, tumpeng besar, 4 sau petik berisi ; nasi saur, nasi saur, uyah, pesucian, sampyan jit goak, carunia ring ring sanggar Astawa sedahan semaya Pati, Hyang kala Pati. 


BAYUH OTON SANAN EMPEG

Umat hindu di Bali mempercayai bahwa, kelahiran seorang anak dan dalam kehidupan selanjutnya (semasa hidupnya) tiada terhindar oleh keadaan yang dalam urutan keluarganya memiliki kakak dan adik yang telah meninggal dunia, wajib melaksanakan upacara Sanan Empeg dengan mengitari berbagai sesaji atau banten searah jarum jam sebanyak tiga kali. 

"Sanan Empeg ini bermakna, di mana orang yang terlahir dan memiliki kakak atau adik yang sudah meninggal dunia, dikhawatirkan kehidupannya tidak seimbang” dan patut ditebus/dibayuh/diruwat.  Pustaka “Kembangrampe Lawarcapung” karangan Ki Dalang Tangsub, disebutkan bahwa:

“Iti ngaran pinahayu sanan empeg, maka pangilanganing papa pataka nira sang kari mahuripa, wus tininggalana de kakang arinia nguni, teka katekang papa gati sangsara ning pancering kakang arinia lawan kawitan ira. Mangkana pwa ya mapan wus kaparisudha dening rsinggana makabehan. Gunaning pamahayu sanan empeg kaweruhaken denta anakku, ika marmania angentasaken sakwehing lara rogha ring raganta”. 

Artinya: 

Ini namanya usaha pengentasan (bayuh/ruwatan) Sanan Empeg, sebagai sarana menghilangkan dan melenyapkan segala dosa dan kemalangan orang yang masih hidup, setelah ditinggalkan (mati) oleh saudaranya (yaitu kakak dan adknya) duluan, sampai dengan lima bentuk inti kesengsaraan yang ditinggalkan/diakibatkan oleh kakak dan aknya (yang telah mati) beserta leluhurnya. Demikianlah pahalanya oleh karena telah disucikan oleh para Rsi/Pandita seluruhnya. Gunanya Bayuh Sanan Empeg, ketahuilah olehmu anakku, itu adalah untuk mengentaskan/membebaskan segala kesengsaraan dalam dirimu.

Untuk menyeimbangkan itu, Sang mabayuh "Sanan Empeg" diwajibkan memiluk sejaji dengan "sanan" (alat pikulan berupa sebilah bambu), di mana beban di bagian depan dan belakang harus seimbang. Dengan beban yang seimbang itu mereka kemudian berjalan berputar mengitari tumpukan "banten" yang telah disiapkan. Sanan dimaksud melambangkan keseimbangan kehidupan. 

Anak yang demikian wajib untuk dibayuh sesuai pawetuannya, juga ditambahkan dengan tatanan sebagai berikut :


UPAKARANYA :

Surya: Dewa-Dewi dan di bawahnya Gelarsangha serta dilengkapi dengan ganjaran agung, mapenjor tiying gading apasang.

Kamulan: Pejati asoroh, Suci dan Canang Buratwangi saha nunas Wangsuhpada.

Pemedalan (kori): Bakar tujuh bungkul tempurung kelapa (nyuh maadan), usahakan apinya tidak boleh padam selama prosesi upacara berlangsung di Mrajan (matur piuning dijaga oleh orang yang di pandang bisa menggelar dan dipercaya)

Kutipan Sastra:

“Mapugpug madudus ring arepang lebuhing lawang, Upakarania: daksina pras ajuman 1, mabe sato biying, nasi wong-wongan bang, kepelan bang, getih matah atakir, segehan cacah, kepelan mancawarna, be bawang jahe. Saranania audus: gumpeng ketang, injin, padi, menyan, cendana, kayu sakti, welilang, trosi, mejakani, mejameju, mejakeling, samparwantu. Laluhunia: luhun pasar, pateluan, sema, pamuhunan, pempatan lan luhun margha agung”.

Bale: Ayaban minimal Tumpeng solas meBebangkit.

Tegen-tegenan: Tipat Nganten, Takilan, sarwa Pala Bungkal, Pala Gantung lan Pala Rambat.

Upakara Bayuh Oton jangkep nganut dina pawetuan sang pinayuhen. Wewehin bebayuhania:

“Sesayut pulingga adulang, sorohan guling bebangkit, suci 5 soroh, katutuan 1 soroh, sarwa genep sapretekaning bebangkit. Guling ika matatakin ngiyu anyar rinajah ‘Yama Mahakala’ segha sawakul, segha wakulan apasang, makakecer 1, tebu cemeng 5 keleng, jrimpen nyinggal apasang, jrimpen tunggul apasang, tumpeng putih kuning, raka genep, iwak sato putih siyungan mapanggang, belayag galahan, bungkak 5 warna, itik ginuling, pencok kacang, lalampad, sarwa pisang, sampiyan plawus, jangan sakawali, sukla pawitra, keraras biyu mas, daksina pras ajengan 2 soroh, artha 5555, lis gadang, lis gde, padudusan agung jangkep, isuh-isuh, panyeneng, kampuh gringsing, benang tatebus tri datu, sasagi genep. Malih beras 5 catu, lawe bang 5 tukel, belayag 50, sato bang pinanggang, tadah pawitra, nasi sokan sapanjang, grih baranak, mabe putih siyungan mapanggang, jinah 777, pisang sawarnania pada 7 bulih, bayuhan nganut dina.”.

(Buku Widhi Sastra)


PROSESI UPACARA :

Bersamaan dengan upacara bayuh oton digelar oleh Sang Sulinggih, Sang Pinayuh Sanan Empeg matur piuning di Kemulan – Taksu, diikuti dengan membakar Kawu Bulu pitung bungkul dan tidak boleh padam apinya selama prosesi.

Selesai matur piuning, kemudian sang pinayuhen di dudus dengan sarana mapugpug madudus setelah itu buka pakaian dan “Ampiggan” di atas bara api kawu bulu selanjutnya bersalin dengan pakaian lainnya.

Sang Sulinggih melakukan penglukatan terhadap anak yang di bayuh. Sang Pinayuh saat melukat menghadapi segan agung serta menggunakan selembar kain Gringsing Sanan Empeg.

Setelah itu Sang Pinayuh diajak adyus di lebuh dengan menggunakan berbagai mata air/pancuran (sesuai bayuh otonya).

Geringsing Sanan Empeg fungsinya hanya sebagai sarana upacara keagamaan dan adat, yaitu sebagai pelengkap sesajian bagi anak yang melakukan prosesi bayuh/ruwatan kelahiran. Kain Gringsing Sanan Empeg ini terkenal di masyarakat Tenganan Pegeringsingan. Serta kain ini juga bagi masyarakat Bali di luar desa Tenganan dipergunakan sebagai penutup bantal/alas kepala orang melaksanakan upacara manusa yadnya potong gigi. Ciri khas dan motif Sanan Empeg adalah adanya tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah dan hitam

Perlu diketahui bahwa pada semua kain Geringsing (double ikat) pasti ada “telupuhnya” (motif pinggirnya) dan juga “penekek” (bagian paling pinggir). Serta proses pembuatannya pun sangat sakral. Kadang-kadang diisi pula tambang, “tetubahan” semacam hiasan kreasi di pinggir kain sesuai selera pembuat.

Rentetannya adalah sebagai berikut : setelah proses pembuatan dimulai, diawali dengan mencelupkan benang kedalam minyak lilin (minyak kemiri/malem) dan air serbuk kayu dalam wadah yang terbuat dan tanah liat (jeding) kemudian ditutup dengan kain putih hitam (gotia) guna menghindari adanya pengaruh roh jahat (leak).

Setelah ikatan pertama disimpulkan disertai dengan yadnya kecil yang terdiri dan : kembang sepatu, dauh sirih gulung, kapur sirih dan 2 set uang kepeng 11, pada lubangnya digantungkan benang katun yang diikat 2 kendi. Ikatan terakhir pada bahan hanya dapat diikat oleh wanita yang lewat masa menapouse.

Setelah berganti pakaian dengan tetap memakai kain Gringsing Sanan Empeg, Si anak yang di ruwat/bayuh menghaapi upakara lanjut mengitari berbagai sesaji atau banten searah jarum jam sebanyak tiga kali dengan sambil memikul Tegen-tegenan yang diakhiri dengan memakan Takilan dan apa yang bisa dinikmati.

Setelah makan pala bungkah, pala gantung dan pala rambat di tanam pada Lebuh kiri, kanan dan batas rumah.

Selanjutnya semuan pakaian yang digunakan dalam prosesi ruatan/mabayuh (melukat) dibakar di jalan dan abunya dimasukan ke dalam klungah nyuh sudamala lalu dianyut (lengkapi dengan pejati asoroh). Kemudian kenakan pakaian Sembahnyang.

Si anak yang di ruwat/bayuh menghadapi banten tataban Oton.

Prosesi diakhiri dengan Muspa dan Majaya-jaya.

Dengan dilakukannya Bayuh/ruwatan (pembebasan atau pelepasan) Sanan Empeg ini diharapkan anak yang diruwat yang hidupnya hina dan sengsara dapat berubah kemudian hidupnya lebih mulia dan bahagia.


JENIS UPAKARA BAYUH TAMPEL BOLONG ANUT PAWUKUAN

Dari berbagai jenis ruwatan yang ada di Bali jenis upakaranya memang telah dibakukan dan harus diselesaikan oleh seorang Pinandita, Bhawati dan Sulinggih yang ahli ruwat serta harus disertai dengan berbagai jenis sarana upakara saji. Adapun jenis upakara saji yang diperlukan antara lain : gecok, mentah mateng, lele sejoda, tumpeng pucuk mas, ingkung, opor, abon-abon, sega golong, panggang ingkung, tukon pasa pisang pulut, benang (merah, putih, kuning, hitam, baro-baro, pliringan, kalangan), pondok tetel, tumpeng janganan, tumpeng robyong, ambeng asahan, rasukan sapengadeg, mori, cencengan pitik sejoda, gagar, mayang, cerik poleng, gadung mlati, pandan binetot, bangun tulak, sindur tumbar pecah, cara apmil gading.


Banten Bayuh Dewasa Ala

Caru  ring paturon;

Suci dene genep adanan, muwang caru ring natar, luwirnia sega 11 (solas), gelar sanga jangan sakewali, rumbah gile, sasak mentah (nasi atangkih berisi darah mentah), muwah sekul mawadah wakul, iwak pejagalan, wiwidean anut sasih, sekul segegem iwaknia amel-amel, muah seselambunan, wawidehan olah dene sangkep, sajeng aguci, pancakolika, langsub sapere  karania, payascite suci asoroh, segeh timbanan sakulak panci, iwak sate brumbun muwang sate wiring pinanggang, sahe raka sarwa galahan, genep sapere karania.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar