Rabu, 21 Juni 2023

TEOLOGI NUSANTARA

KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GB. SUGRIWA DENPASAR
Jl. Nusantara Kubu Bangli Telp. (0366) 93788
Jl. Ratna No. 51 Tatasan Denpasar Telp. (0361) 226656
Website : http : //www.ihdn.ac.id e-mail : ihdndenpasar@kemenag.go.id
DENPASAR - BALI
===========================

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2022-2023 (1)

MATA KULIAH    :     TEOLOGI NUSANTARA
HARI / TANGGAL    :     RABU / 21 JUNI  2023
WAKTU                   :     07.00-08.30 WITA.
FAKULTAS           :     BRAHAMA WIDYA
JURUSAN           :     TEOLOGI
PRODI                   :  TEOLOGI HINDU
JENJANG           :   S1 (STRATA 1)
SEMESTER           :   IV (EMPAT) BANGLI                                                (PAGI)
DOSEN PENGAMPU :   I NYOMAN MANDIASA


Oleh :

Ni Nyoman Gandu Ningsih 
(Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba)

Nim : 2112101045.

SOAL ;

1. Pranata adalah sebagai cikal bakal lahirnya satu agama, namun dalam pelaksanaannya bisa berbeda antara pemeluk dalam satu masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya walaupun Agama yang diyakini oleh masyarakat bersangkuta  adalah Agama  sama.
          Mengapa demikian, jelaskan !

Jawaban :
Karena persepsi atau sudut pandang tentang keyakinan beragama tidak bisa disamakan dengan logika , beragama  adalah tentang rasa dan kemampuan umat masing masing , jadi akan sulit untuk menyamakan persepsi karena kemampuan dan rasa seseorang didalam meyakini agama itu berbeda beda

2. Sebutkan dan jelaskan eksistensi Agama Agama asli Nusantara yang Sdr. ketahui.

Jawaban :
Eksistensi kepercayaan agama asli nusantara adalah kepercayaan terhadap leluhur di buktikan oleh suku bangsa austronesia serta bangsa di papua yang telah ada sebelum masuknya agama di nudantara , begitupula dengan dibali  eksistensi kepercayan terhadap leluhur masih berkembang hingga saat ini

3. Coba jelaskan konsep teologi (ketuhanan) yang tersurat dan tersirat dalam Lontar Tattwa Jnana.

Jawaban :
Tatwa Jnana adalah lontar yang mengajarkan tentang ajaran Sang Hyang Tatwa Jnana dan Sang Hyang Prayogasandhi. 
Tattwa = kebenaran
Jnana =  "pengetahuan". Ide pokok jñāna adalah bentuk penyingkapan pengetahuan yang dialami langsung, yang tidak dapat dipisahkan dari pengalaman total atas realitas, khususnya realitas ketuhanan (Brahman).
Tatwa Jnana berarti ilmu kebenaran atau pengetahuan tentang sifat tertinggi yang merupakan dasar dari semua tattwa (bungkahing tattwa kabeh) yang menggambarkan ajaran ilahi (tattwa). Lontar Tattwa jnana ini menempatkan Bhatara Siwa (Siwatattwa) sebagai kausal tertinggi dalam setiap ibadah. Ajaran keilahian yang terkandung adalah ajaran cetana dan acetana. Cetana adalah unsur mentalitas atau kesadaran atau kepribadian tertinggi yang abadi, abadi dan tak berujung, suci murni. Cetana terdiri dari Paramasiwa Tattwa (kesadaran tertinggi), Sadasiwa Tattwa (kesadaran tengah) dan Atmikasiwa Tattwa (kesadaran terendah). Acetana adalah elemen tanpa jiwa atau kesadaran yang abadi di alam.

4. Apa yang Sdr. ketahui tentang kepercayaan asli Nusantara mengenai Ketuhanan. Jelaskan !

Jawaban :
Kepercayaan asli nusantara adalah penghormatan terhada leluhur dengan seluruh warisan adat dan budayaanya , selain kapitayan , nusantara meyakini tuhan bersemayam di seluruh ciptaanya , terbukti hingga saat ini masyarakat indonesia masih melaksanakan ritual sebagai bentuk penghirmatan terhadap jasa luluhur alam juga sesama manusia yang hidup dibawah langit yang sama

5. Sebutkan beberapa persyaratan disiplin ilmu Teologi agar bisa diakui sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Jawaban:
Ilmu teologi sebagai pengetahuan ilmiah, berbeda dengan pengetahuan biasa, memiliki beberapa ciri pokok, yaitu:

1. sistematis; para filsuf dan ilmwan sepaham bahwa ilmu teologi adalah pengetahuan atau kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri sistematis ilmu menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai hubungan-hubungan saling ketergantungan yang teratur (pertalian tertib). Pertalian tertib dimaksud disebabkan, adanya suatu azas tata tertib tertentu di antara bagian-bagian yang merupakan pokok soalnya.
 
2. empiris; bahwa ilmu teologi mengandung pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengamatan serta percobaan-percobaan secara terstruktur di dalam bentuk pengalaman-pengalaman, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ilmu mengamati, menganalisis, menalar, membuktikan, dan menyimpulkan hal-hal empiris yang bersifat faktawi (faktual), baik berupa gejala atau kebathinan, gejala-gejala alam, gejala kejiwaan, gejala kemasyarakatan, dan sebagainya. Semua hal faktai dimaksud dihimpun serta dicatat sebagai data (datum) sebagai bahan persediaan bagi ilmu. Ilmu, dalam hal ini, bukan sekedar fakta, tetapi fakta-fakta yang diamati dalam sebuah aktivitas ilmiah melalui pengamalaman. Fakta bukan pula data, berbeda dengan fakta, data lebih merupakan berbagai keterangan mengenai sesuatu hal yang diperoleh melalui hasil pencerapan atau sensasi inderawi.
 
3. obyektif; bahwa ilmu teologi menunjuk pada bentuk pengatahuan yang bebas dari prasangka perorangan (personal bias), dan perasaan-perasaan subyektif berupa kesukaan atau kebencian pribadi. Ilmu haruslah hanya mengandung pernyataan serta data yang menggambarkan secara terus terang atau mencerminkan secara tepat gejala-gejala yang ditelaahnya. Obyektifitas ilmu mensyaratkan bahwa kumpulan pengetahuan itu haruslah sesuai dengan obyeknya (baik obyek material maupun obyek formal-nya), tanpa diserongkan oleh keinginan dan kecondongan subyektif dari penelaahnya.
 
4. analitis; bahwa ilmu teologi berusaha mencermati, mendalami, dan membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terpecinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian tersebut. Upaya pemilahan atau penguraian sesuatu kebulatan pokok soal ke dalam bagian-bagian, membuat suatu bidang keilmuan senantiasa tersekat-sekat dalam cabang-cabang yang lebih sempit sasarannya. Melalui itu, masing-masing cabang ilmu tersebut membentuk aliran pemikiran keilmuan baru yang berupa ranting-ranting keilmuan yang terus dikembangkan secara khusus menunju spesialisasi ilmu.
 
5. verifikatif; bahwa ilmu teologi mengandung kebenaran-kebenaran yang terbuka untuk diperiksa atau diuji (diverifikasi) guna dapat dinyatakan sah (valid) dan disampaikan kepada orang lain. Kemungkinan diperiksa kebenaran (verifikasi) dimaksud lah yang menjadi ciri pokok ilmu yang terakhir. Pengetahuan, agar dapat diakui kebenarannya sebagai ilmu, harus terbuka untuk diuji atau diverifikasi dari berbagai sudut telaah yang berlainan dan akhirnya diakui benar. Ciri verifikasif ilmu sekaligus mengandung pengertian bahwa ilmu senantiasa mengarah pada tercapainya kebenaran. Ilmu dikembangkan oleh manusia untuk menemukan suatu nilai luhur dalam kehidupan manusia yang disebut kebenaran ilmiah. Kebenaran tersebut dapat berupa azas-azas atau kaidah-kaidah yang berlaku umum atau universal mengenai pokok keilmuan yang bersangkutan. Melalui itu, manusia berharap dapat membuat ramalan tentang peristiwa mendatang dan menerangkan atau menguasai alam sekelilingnya. Contohnya, sebelum ada ilmu maka orang sulit mengerti dan meramalkan, serta menguasai gejala atau peristiwa-peristiwa alam, seperti; hujan, banjir, gunung meletus, dan sebagainya. Orang, karena itu, lari kepada tahyul atau mitos yang gaib. Namun, demikian, setelah adanya ilmu, seperti; vulkanologi, geografi, fisis, dan kimia maka dapat menjelaskan secara tepat dan cermat bermacam-macam peristiwa tersebut serta meramalkan hal-hal yang akan terjadi kemudian, dan dengan demikian dapat menguasainya untuk kemanfaatan diri atau lingkungannya. Berdasarkan kenyataan itu lah, orang cenderung mengartikan ilmu sebagai seperangkat pengetahuan yang teratur dan telah disahkan secara baik, yang dirumuskan untuk maksud menemukan kebenaran-kebenaran umum, serta tujuan penguasaan, dalam arti menguasai kebenaran-kebenaran ilmu demi kepentingan pribadi atau masyarakat, dan alam lingkungan.

Dapat disimpulkan bahwa Teologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hakikat tuhan dan sifat-sifatnya, serta pengetahuan yang dipunyai oleh manusia mengenai ketuhanan itu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar