Kamis, 22 Juni 2023

Aji Maya Sandi

Nafas (Prana) dalam Aji Maya Sandi
Ketika tiada apa-apa, yang ada hanyalah Tuhan Paramasiwa atau Nirguna Brahma,

yang berwujud sunyi sepi, kosong dan hampa,

kemudian Tuhan Paramasiwa / Nirguna Brahma

menjadikan diri-Nya Sadasiwa / Saguna Brahma

berbadan Purusa dan Prakerti.

 

Ya Tuhan, Anugrahkanlah hamba pengetahuan sejati untuk dapat hamba jadikan jalan menuju penyatuan kepada-MU. Jadikanlah badan hamba mampu memangku segala ajaran rahasia-MU, semoga ajaran kesucian yang ENGKAU anugrahkan, dapat membuat suci hidup hamba dalam dunia ini, sampai ketikanya nanti hamba kembali pada-MU.

Om prano dewi saraswati, wajebir wajiniwati dhinam awinyawantu.

Om awighnam astu namo sidham

“Mudah-mudahan tiada mendapat halangan”.

Inilah Beliau Hyang Maya Sandhi yang mewejangkan beberapa ajaran kepada para murid Beliau, menguraikan tentang permulaan terjadinya dunia ini. Adapun isi pembicaraan Beliau adalah sebagai berikut: Duhai ananda para muridku, dengarkanlah kata-kataku yang menguraikan tentang kelengkapan suatu ajaran dan janganah kalian tiada menaruh kepercayaan, karena ini adalah anugrah dari Hyang Ajiswara yang wajar kalian laksanakan semasih hidup hingga mati, dan tiba saatnya pada penjelmaan kalian nanti. Pada saat dunia baru saja tercipta/diciptakan, menyerupai PULAU CANDANI dan disebut pula Gedong Kesuma. Adapun keterangannya: Gedong adalah Kundi manik, dan Kesuma berarti Amertha, dan arti keseluruhannya adalah Kundi manik yang berisi Amertha. Terdapat empat jenis KAMA diantaranya: 1. KAMA MERAH, 2. KAMA PUTIH, 3. KAMA DADU, 4. KAMA HITAM, Kama Merah dalam penjelmaannya menjadi seorang Perempuan, Kama Putih dalam penjelmaannya menjadi seorang Laki-laki, Kama Dadu dalam penjelmaannya menjadi seorang yang tak dapat disebut Laki-laki atau Perempuan serta Kedi (Sulit mencapai umur Dewasa), sedangkan Kama Hitam menjelma menjadi seseorang yang berwajah Tampan, penuh dengan akal budi, hidup penuh dengan kemewahan dan dihormati oleh orang banyak. Jika Kama Hitam itu menjelma sebagai seorang wanita (perempuan) memiliki wajah yang ayu, banyak menurunkan putra-putri, disayangi oleh suami, penuh dengan kesopanan segala gerak-geriknya.

Adapun nama-nama dari keempat Kama itu adalah: Kama Merah ialah SANG HYANG CANDRAKANTA, Kama Putih adalah SANG HYANG SURYAKANTA, Kama Dadu adalah SANG HYANG GREHEKERTA, dan Kama Hitam adalah SANG HYANG LENGLENGMANGA. Sedangkan jalannya keluar keempat Kama tersebut selama berada dalam Kundi Manik ialah: Kama Putih melalui Paha Sebelah Kanan, Kama Merah melalui Paha sebelah Kiri, Kama Dadu melalui di Tengah-tengah kedua buah Alis, sedangkan Kama Hitam tiada dibolehkan menyebutkan kemana jalan keluarnya, hanya dirasakan dalam Badan/Tubuh dalam Sekala Niskala, karena tiada boleh diketahui orang banyak. Tiada yang menyamai keutamaannya Kama Hitam itu, dan tak terbandingkan keistimewaannya. Kama Hitamlah yang senantiasa ikut serta dalam Hidup ini hingga Mati. Dan wajar disembah, dijunjung, karena Kama itulah memberikan kesejahteraan, keselamatan, yang didapat selama berada di dunia ini, serta memberikan petunjuk jalan ke Sorga, dan untuk menjelma kembali, mendapatkan keterangan pada saat menjelang kematian, yang sangat diikat oleh rasa kasih sayang, nah itulah sebabnya tak ada yang menyamai keutamaannya Kama Hitam tersebut.

Pada saat masih berada dalam Pulau Candani (Perut Wanita), Kama Hitam itu bercampur dengan Sang Hyang Kama, yang bernama: KAMAJAYA KAMARATIH. Adapun yang membuat suatu pembuahan (akan menjadi anak) adalah Sang Hyang MELENG dan SANG HYANG SELENG atas perintah dari SANGHYANG SIWATANAYA. Pada saat telah berbentuk manusia yang membuatnya bernama Sang Gama Loding. Ketika ananda telah menjadi empat bagian diantaranya; Si Mah, Si Wah, Si Ih, dan Si Uh Sah, yang keterangan lengkapnya adalah sebagai berikut: Si Mah adalah Yeh Nyom, Si Wah adalah Banah (Tali Pusar), Si Ih adalah Getih (Darah), dan Si Uh Sah adalah Ari-Ari. Pada saat menjelma disebut Sang Rare Kula, adapun Beliau yang bergelar Sang Hyang Siwa Jati lah yang memberikan ketentuan Batas tentang lamanya ananda berada di dalam Gedong Kusuma (Perut Ibu). Setelah ananda berumur 7 bulan ananda bernama Sang Gana Geni Molah, pada saat ananda Lahir ananda bernama Sng Kunjara Dewa. Siapakah diantara kalian yang dapat mengetahui ketika masih berada dalam Gedong Kusuma (Rahim/Perut Ibu), yang penuh kegelapan itu.

Apakah Kalian bermaksud hendak mengetahui semasih dalam perut ibumu, ananda akan mengingat pula semasih berada dalam Pulau Candani dan jika ananda bermaksud mengetahuinya, lihatlah gambar ini:

Maka gambar itu diperlihatkan oleh Sang Hyang Maya Sandhi, lalu diperhatikan oleh keempat murid beliau, membuat mereka sangat kagum akan keluhurannya , serasa telah benar-benar mengenal Siwa Bhwana, setelah melihat gambar yang terdapat pada perut Sang Hyang Maya Sandhi itu.

Maka dengan serempak keempat para murid beliau itu berdatang sembah, kemudian berkata: setelah hamba melihatnya, serta telah menaruh keyakinan dan kepercayaan maka tuluskanlah anugrah terhadap diri hamba ini. Dimana mungkin hamba dapat memahami apa yang disebut Kamoksan, atau Kelepasan, apabila tiada Hyang Guru memberikan wejangan, tiada mungkin hamba dapat mengetahui apa yang harus diperbuat semasih berada dalam dunia ini, hingga dating waktu kematian. Demikianlah hatur keempat murid Hyang Maya Sandhi. Maka kembali Hyang Maya Sandhi bersabda: duhai para muridku, ketika ananda keluar dari gedong kusuma (perut ibu) ananda disongsong oleh Ibu Awa dan Bapak Adam, keduanya itulah yang mengetahui tentang kehidupanmu, tahu tentang apa yang disebut baik dan buruk, tahutentang Papa-Neraka dan kebahagiannmu.

Kedua beliau itulah yang seharusnya dihormati dan dijunjung selama di dunia ini. Pada saat ananda bepergian kemanapun, tujukanlah dan tempatkanlah ibu Awa dan bapak Adam pada pikiranmu ada pada badanmu, segala yang berniat jahat tidak akan berani terhadapmu, segala yang bernyawa yang dapat bergerak takut penuh kengerian melihatmu, sebab anandalah guru dari segala yang bernyawa dan yang dapat bergerak.

Ku sebutkan dimana kedudukan kedua beliau itu, yaitu: Ibu Awa berkedudukan pada Kuit Kepala dengan gerakan berputar tempat permandiannya adalah pada Tengkuk, dimana terdapat air kehidupan (Tirtha Amertha) yang datang dari Ampru (empedu). Bapak Adam berkedudukan pada ujung rambut dengan gerakan berputar, jika ia turun ke bawah maka ia bertemu dengan Ibu Awa tempat pertemuan keduanya (Ibu Awa dan Bapak Adam) adalah pada Garis-Garis Tulang Kepala, sedangkan tempat permandianya adalah pada ubun-ubun, disanalah terdapat Amertha yang mengalir dari Telaga Murdha merupakan percikan dari kesejukannya ONGKARASUMUNGSANG. Itulah yang dilakukan dalam bepergian, tiga syarat yang harus kalian perhatikan seperti /misalnya: ANG, UNG, MANG, setiap yang deras jelas merupakan jalan Purusa dan yang lamban /lambat merupakan jalan Predana, dengan menunjukan tanda pada kedua lobang Hidung dan lakukan dengan setepat-tepatnya.

Jika deras keluarnya dari lubang hidung sebelah kanan, anggaplah Bapak Adam berada dibagian kanan Jalan itulah disebut Ang, anggaplah Ibu Awa di kiri jalan. Jika deras keluarnya dari bagian kiri itulah yang disebut Ung, ibu Awa berkedudukan disebelah kanan, Bapak Adam di kiri jalan, jika seimbang derasnya anggaplah Bapak Adam ada pada Pikiran dan Ibu Awa ada di belakanynya dan itulah yang disebut Mang. Lakukanlah dengan setepat-tepatnya, sehingga segalanya tak akan berani akan kekuasaanmu yang kalian dapatkan itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar