Sabtu, 17 Juni 2023

Studi Pernaskahan

Oleh :

Ni Nyoman Gandu Ningsih 
(Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba)

Nim  : 2112101045.

Jawaban:
1. Perbedaan naskah dengan teks yaitu
              Naskah adalah dokumen tertulis yang ditulis dalam buku yang menyimpan ungkapan dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau.
Contohnya: Naskah yang paling tua Tjandara Kanana (dalam bahasa jawa kuno abad ke - 8)
             Sedangkan yang dimaksud dengan Teks adalah data yang terdiri dari karakter – karakter yang menyatakan kata – kata atau lambang – lambang untuk berkomunikasi dengan manusia dalam bentuk tulisan.
Contohnya: Pada naskah teks proklamasi yang berarti kami bangsa indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

2. Hubungan naskah dengan kebudayaan Bali yaitu sebagai peninggalan masa lampau, naskah mampu memberi informasi mengenai berbagai aspek kehidupan masyarakat masa lampau seperti politik, ekonomi, sosial budaya, pengobatan tradisional, tabir gempa atau gejala alam, fisikologi manusia, dan sebagainya. Informasi awal terkait dengan hal ini dapat ditemukan dalam kandungan naskah untuk dipelajari oleh semua orang. Naskah-naskah itu penting, baik secara akademis maupun sosial budaya. 

Naskah tersebut merupakan identitas, kebanggaan dan warisan budaya yang berharga. Secara sosial budaya, naskah memuat nilai-nilai yang masih relevan dengan kehidupan sekarang, sehingga menjadi sebuah tanggung jawab telah berada di pundak kita untuk mengungkap ‘mutiara’ yang terkandung di dalamnya. Naskah kuno, di samping sebagai dokumentasi budaya juga bisa dijadikan objek pengajaran untuk mengambil nilai-nilai dan kandungan di dalamnya. Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan dalam merelevansikan nilai kebaikan yang ada di masa lampau untuk diterapkan hari ini.

Jadi naskah membantu masyarakat Indonesia untuk memahami rekam jejak budaya bangsa yang berisikan ragam budaya dengan nilai tinggi dan kejayaan masa lampau. Mengingat naskah merupakan hasil pemikiran para leluhur dalam membangun peradaban bangsa ke arah lebih baik. 

Hubungan naskah Bali dan kebudayaan
Bali yaitu bahasa Bali adalah bagian dari
kebudayaan Bali, naskah Bali adalah indeks
kebudayaan Bali, dan naskah Bali adalah
simbol kebudayaan Bali. 

3. Konsep Ketuhanan dalam teks Wrespati Tattwa menyatakan bahwa
Bhatara Iswara yang tertinggi
mencakup dua hal kesadaran (cetana)
dan ketidaksadaran (acetana). Kedua
unsur ini ada pada semua tatwa dan
untuk mendapatkannya diperlukan
usaha sungguh-sungguh. Cetana berarti
pengetahuan (jnanasvabhava), tidak
terpengaruh oleh ketidak-sadaran dan
bersifat abadi (nitya), artinya tetap
kokoh, tidak dapat disembunyikan.
Itulah yang disebut Cetana. Acetana
artinya tanpa pengetahuan, ibarat batu.
Itulah yang dinamakan Acetana. Jika Cetana dan Acetana
bertemu, maka akan lahirlah Sarwa
tattwa yaitu Pradana tattwa, Triguna
tattwa, buddhi tattwa, ahankara tattwa,
bahyendriya tattwa, karmendriya
tattwa, dan Panca Maha Bhuta tattwa.
cetana itu ada 3 bentuknya, yaitu
Parama Siwa tattwa, Sada Siwa tattwa,
dan Siwa tattwa. Cetana itu ada 3
bentuknya, yaitu Parama Siwa tattwa,
Sada Siwa tattwa, dan Siwa tattwa. 

4. Konsep  Panca Tatagatha dalam teks Sang Hyang Kamahayanikan yaitu Pañca Tathāgata adalah salah satu konsep unik di tantra. Pañca Tathāgata ini berkaitan dengan yang kita sebut svabhavathanagotra,” tutur Śrāmaṇeri. Svabhavathanagotra ini adalah benih kebuddhaan.
Sedangkan Sanghyang Kamahayanikan mengajarkan bagaimana seseorang mencapai Kebuddhaan, adalah seorang siswa pertama-tama harus melaksanakan Catur Paramita (Empat Paramita), akhir diterangkan Paramaguhya dan Mahaguhya. Selain itu, diterangkan juga falsafah Adwaya yang mengatasi dualisme "ada" dan "tidak ada".

Dalam kitab itu terdapat uraian yang sangat rinci bagaimana seorang yogi penganut Tantrayana menyediakan diri di jalan spiritual, mulai fase pembaiatan hingga pelaksanaan peribadatan yang bertingkat-tingkat. Di situ diistilahkan bahwa petuah Tantrayana adalah laku meditasi terhadap Panca Tathagata. Dengan memuja mereka, seorang yogi dapat mencapai kebersihan kecerdikan.

Namun, sebagian luhur penganut Buddha sedang belum mengenal dan memperlajari kitab ini karena Sanghyang Kamahayanikan ditulis dalam bahasa sastra (penuh metafora) sehingga diperlukan kemampuan semakin serta asuhan guru supaya tidak salah dalam mempelajarinya. Sebagai kitab beraliran Mahayana-Tantrayana, Sang Hyang Kamahayanikan mendudukkan mantra-mantra dan diagram serta mudra dalam posisi sentral sebagai bentuk formula rahasia yang bersifat mistis.

5. Perbedaan konsep Ketuhanan dalam teks Siwa dan teks Buddha yaitu

Dalam konsep Ketuhanan teks Siwa, keesaan Tuhan juga dibedakan antara Brahmana Nirguna, yakni Tuhan yang sama sekali tidak punya atribut dan bentuk tertentu (nirupam) dan belum terpengaruh oleh apapun juga, termasuk kekuatan belenggu maya serta berkedudukan pada alam utama Satyaloka Yang Maha Sempurna (Paramasiwa). Sedangkan Brahma Saguna keberadaannya bersifat maya. Ia juga tidak memiliki wujud dan rupa, tapi sudah aktif memberikan efek dan pengaruh terhadap segala ciptaannya.

Sedangakan konsep keesaan Tuhan dalam teks Buddha, sebagaimana disebutkan dalam kitab Sutta Pitaka, Udana VIII: 3, keesaan Tuhan diistilahkan dengan Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkhatam dengan arti sesuatu yang tak dilahirkan, tak dijelmakan, tak diciptakan, dan bersifat Maha Mutlak. Keesaan Tuhan dalam agama Buddha lebih ditekankan pada konsep Impersonal Good atau dalam agama Hindi lebih dikenal dengan Brahma Nirguna. Dia yang dilukiskan sebagai Annata, sesuatu yang berwujud tanpa sosok dan tidak bisa dibandingkan atau disamakan dengan sesuatu apa pun. Dia yang ada di mana-mana dan tidak ke mana-mana.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar