Selasa, 27 Mei 2025

Sube Kadong Mecolek Pamor

📰 “SETIAP JELEMA NGAE MASALAH, PASTI CANG SAMBAT E!!”



Cicing Virtual, Sindiran Khas Bali untuk Netizen Tukang Sambat
📍 Sube Kadong Mecolek Pamor! Sukeh Ben Ngelidang…

Abiansemal, 28 Mei 2025 — Jagat maya kembali diguncang oleh sebuah gambar anjing lucu bertulisan sindiran satir dalam bahasa Bali yang viral di media sosial. Dalam ilustrasi tersebut, seekor anjing berwajah sendu tampak berkata:

> “Setiap jelema ngae masalah, pasti cang sambat e!!”
(Setiap orang bikin masalah, pasti aku yang dikeluhkan!!)



Gambar ini, dengan watermark “Cobak Pikir”, ramai dibagikan ulang oleh netizen karena dianggap mewakili curahan hati banyak orang yang sering dijadikan tempat mengadu, bahkan tanpa diminta. Tulisan tambahan “Cicing cai 🤣” yang berarti “anjing kamu” secara sarkastis memperkuat kesan sindiran tajam namun lucu ala netizen Bali.

Budaya Sambat dan Pamor Instan
Fenomena ini memantik diskusi sosial mengenai budaya sambat (mengeluh) di ruang digital dan dunia nyata. Dalam konteks lokal Bali, istilah seperti “sube kadong mecolek pamor” atau “sudah kelewat menarik perhatian” jadi relevan. Banyak warganet merasa bahwa sebagian orang lebih fokus mencari sensasi atau "ngelidang" (berlagak hebat) ketimbang menyelesaikan masalah secara nyata.

> “Ini bukan cuma lucu, tapi sindiran dalam. Banyak orang sekarang kalau ada masalah, malah cari panggung. Yang jadi korban emosinya ya orang terdekat,” ujar I Ketut Ardika, pengamat budaya digital Bali.



Cicing: Simbol Kesabaran Terbengkalai
Menariknya, dalam gambar tersebut tokoh utamanya adalah seekor anjing (cicing), binatang yang dalam banyak budaya Bali dipandang sebagai makhluk setia namun sering terabaikan. Anjing di gambar seolah menggambarkan sosok “teman curhat” yang tak pernah dipedulikan nasibnya.

> “Cicing itu simbol, bukan hanya anjing. Tapi orang-orang yang sabar dan selalu jadi tempat pelampiasan,” tutur Ni Wayan Sari, guru bahasa Bali.



Humor Satir Sebagai Cermin Sosial
Gambar ini tidak sekadar meme lucu, tapi juga bentuk refleksi sosial. Lewat gaya satire dan humor, masyarakat diajak untuk berpikir ulang soal komunikasi interpersonal, tanggung jawab emosional, dan cara sehat menyikapi konflik.

SMP Negeri 4 Abiansemal sebagai sekolah yang aktif menanamkan nilai-nilai karakter dan budaya literasi visual, menjadikan gambar ini sebagai contoh pembelajaran tipografi kritis dan ekspresi visual di kalangan siswa. Guru Seni Budaya Ni Luh Trisna Dewi, S.Sn., mengatakan:

> “Kami ajak siswa untuk memahami bukan hanya gambar, tapi pesan dalam visual. Meme bisa jadi media edukasi kalau dibaca dengan kritis dan kontekstual.”
---

🎨 Redaksi: HUMOR & LITERASI VISUAL
📌 Edisi Satire Sosial - Mei 2025
🗯️ #CicingCai #SambatModern #NgudaRasaDigital


Tidak ada komentar:

Posting Komentar