Jenis-Jenis Kawitan dalam Tradisi Hindu di Bali: Tinjauan Filosofis dan Genealogis terhadap Asal Usul Spiritual dan Leluhur
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Makalah ini mengkaji konsep kawitan dalam tradisi Hindu di Bali, baik secara genealogis maupun spiritual. Kawitan memiliki makna yang luas, meliputi leluhur biologis (purusa-pradana), asal keturunan wangsa, serta sumber spiritual seperti Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dewa-dewa manifestasi-Nya, dan para Rsi atau Nabe. Penelitian ini menjelaskan berapa jenis kawitan yang dikenal dalam masyarakat Bali, bagaimana kedudukannya dalam sistem kepercayaan, serta makna filosofis dari kawitan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai sumber tertinggi. Termasuk pula pembahasan tentang kawitan "rame rena" (ayah-ibu/orangtua) sebagai bentuk penyatuan dua garis keturunan dalam keluarga Bali modern.
---
Pendahuluan
Dalam masyarakat Hindu Bali, kawitan merupakan konsep penting yang mencerminkan akar ketuhanan dan leluhur seseorang. Kawitan menjadi identitas spiritual dan kultural yang menentukan arah bhakti dan ritual umat Hindu. Di tengah perkembangan zaman, pemahaman terhadap kawitan perlu dikaji ulang agar tidak kehilangan makna dasarnya, yang bukan semata-mata soal silsilah biologis, melainkan juga menyangkut kesadaran spiritual sebagai bagian dari Sanatana Dharma.
---
Pengertian Kawitan
Secara etimologis, kata kawitan berasal dari bahasa Bali, yang berarti "asal mula", "akar", atau "yang dituakan". Dalam konteks Hindu Bali, kawitan merujuk pada:
1. Leluhur dari suatu garis keturunan.
2. Dewa atau manifestasi Tuhan sebagai sumber spiritual.
3. Guru spiritual (Rsi/Nabe) yang menjadi titik awal perjalanan rohani seseorang.
---
Jenis-Jenis Kawitan
Secara umum, jenis kawitan yang dikenal dalam tradisi Hindu di Bali dapat dibagi menjadi beberapa kelompok:
---
1. Kawitan Ida Sang Hyang Widhi Wasa: Parama Kawitan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah sumber dari segala yang ada. Dalam pengertian spiritual tertinggi, Beliau adalah Parama Kawitan, atau kawitan utama dari seluruh makhluk dan manifestasi.
Sloka Sanskerta:
एको देवः सर्वभूतेषु गूढः सर्वव्यापी सर्वभूतान्तरात्मा।
Transliterasi:
Eko devaḥ sarvabhūteṣu gūḍhaḥ sarvavyāpī sarvabhūtāntarātmā.
Makna:
"Tuhan Yang Esa tersembunyi dalam semua makhluk, meresapi seluruh ciptaan sebagai jiwa terdalam mereka."
(Śvetāśvatara Upaniṣad, 6.11)
---
2. Kawitan Leluhur (Purusa-Pradana)
Merujuk pada leluhur biologis dari garis ayah (purusa) dan ibu (pradana). Pemujaan dilakukan di sanggah/merajan masing-masing dan merupakan bentuk utama bhakti kepada asal keturunan.
Contoh:
Leluhur Wangsa Pasek, Pande, Arya, Bujangga, dll.
Leluhur yang dimuliakan di Pura Kawitan.
---
3. Kawitan Dewa (Manifestasi Tuhan)
Ini adalah kawitan yang merujuk pada manifestasi Ida Sang Hyang Widhi, seperti:
Dewa Brahma (ciptaan)
Dewa Wisnu (pemelihara)
Dewa Siwa (pelebur)
Kawitan ini biasanya ditandai dengan pemujaan di Pura Kawitan Dewa sesuai pemahaman spiritual tertentu.
---
4. Kawitan Rame Rena (Ayah-Ibu/Orangtua)
Kawitan rame rena adalah istilah yang mengacu pada penggabungan dua garis keturunan: ayah (purusa) dan ibu (pradana). Dalam konteks kekinian, banyak keluarga memuliakan kedua kawitan tersebut secara seimbang.
Contoh:
Anak laki-laki tetap memuja kawitan ayah, namun juga menghaturkan bhakti kepada kawitan ibu melalui pelawatan ke sanggah kelahiran ibu.
Perempuan yang menikah tetap menghormati kawitan ayahnya melalui tradisi balik sumpah atau ngayah di pura kawitan ayahnya.
---
5. Kawitan Guru Spiritual (Rsi/Nabe)
Kawitan ini berkaitan dengan guru yang memberikan diksa, tirtha, atau ajaran spiritual secara langsung.
Contoh:
Kawitan Ida Rsi Markandeya bagi pengikut Pura Besakih.
Kawitan nabe dalam garis parampara atau sampradaya tertentu.
---
6. Kawitan Spiritual Wangsa
Merujuk pada tokoh atau leluhur spiritual suatu wangsa. Misalnya:
Kawitan Pande memuliakan Ida Bhatara Panji Sakti
Kawitan Pasek memuliakan Mpu Gana dan Mpu Kuturan
---
Makna Kawitan dalam Tatanan Sosial dan Spiritual
Kawitan tidak hanya menunjukkan silsilah, tetapi juga menjadi pusat nilai spiritual, identitas keluarga, dan arah pengabdian umat Hindu Bali. Ia mengikat manusia pada akar rohani, leluhur, dan kewajiban dharma secara harmonis.
---
Kesimpulan
Konsep kawitan dalam tradisi Hindu Bali adalah bentuk penghormatan terhadap asal-usul biologis dan spiritual seseorang. Jumlah jenis kawitan tidaklah terbatas secara kaku, namun dapat diklasifikasi menjadi enam jenis utama: Parama Kawitan (Ida Sang Hyang Widhi), kawitan leluhur, kawitan dewa, kawitan rame rena (ayah-ibu), kawitan guru spiritual, dan kawitan wangsa. Kawitan menjadi pengingat akan darimana kita berasal, dan kepada siapa kita kembali dalam bhakti dan pemujaan.
---
Daftar Pustaka:
Bhagavad Gītā
Śvetāśvatara Upaniṣad
Manu Smṛti
Goris, Roelof. The Religion of Bali
Titib, I Made. Teologi dan Filsafat Hindu
Lontar Usana Bali, Rajapurana Besakih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar