Filosofi Sandal Jepit dalam Perspektif Hindu: Simbol Kerendahan Hati, Keteguhan, dan Manfaat Hidup Berdasarkan Nilai Dharma
Oleh: I Gede Sugata Yadnya Manuaba
Abstrak:
Artikel ini mengangkat filosofi sederhana namun mendalam dari sebuah benda sehari-hari: sandal jepit. Walaupun sering diinjak-injak dan berada di bawah, sandal jepit tetap memberikan kenyamanan dan manfaat. Sikap ini mencerminkan nilai-nilai utama dalam ajaran Hindu seperti kerendahan hati (vinaya), pengabdian (seva), dan keteguhan dalam menjalani dharma. Penulis menyandingkan filosofi ini dengan kutipan sloka dari kitab suci Hindu yang memperkuat ajaran untuk hidup dengan rendah hati, bermanfaat, dan tetap tegar menghadapi penderitaan.
---
Pendahuluan
Kehidupan spiritual dalam ajaran Hindu tidak hanya tercermin dalam ritual dan kitab suci, tetapi juga dalam perenungan terhadap hal-hal sederhana di sekitar. Sandal jepit, yang tampak biasa, sesungguhnya menyimpan pesan filosofis yang mendalam. Ia diinjak setiap hari, terletak di bawah, namun terus memberi manfaat dan kenyamanan bagi pemakainya. Filosofi ini sangat relevan dengan ajaran Hindu yang menekankan ketulusan dalam melayani tanpa pamrih, kerendahan hati dalam segala kondisi, dan konsistensi dalam menjalankan dharma.
---
Filosofi Sandal Jepit dan Relevansinya dengan Ajaran Hindu
1. Selalu di bawah namun tetap memberikan manfaat
Sandal jepit berada di bawah, diinjak setiap hari, namun tidak pernah mengeluh dan terus menjalankan fungsinya. Dalam ajaran Hindu, hal ini sejalan dengan nilai seva atau pengabdian tanpa pamrih, sebagaimana disebutkan dalam Bhagavad Gītā:
Sloka Sanskrit:
सेवया पवित्रं हि ज्ञानं लभ्यते नित्यशः।
Transliterasi:
Sevayā pavitraṁ hi jñānaṁ labhyate nityaśaḥ.
Makna:
"Melalui pengabdian yang tulus, kebijaksanaan yang murni diperoleh secara berkesinambungan."
(Bhagavad Gītā, 4.34)
Pengabdian sandal jepit mencerminkan makna dari sloka ini: dalam keheningan dan tanpa keluhan, ia menjalani tugasnya demi kenyamanan orang lain.
---
2. Tidak menuntut pujian, namun sangat dibutuhkan
Sifat ini mencerminkan ajaran Hindu tentang kerendahan hati (vinaya), sebagaimana ditegaskan dalam ajaran etika Hindu dalam Manusmṛti:
Sloka Sanskrit:
विनयं रक्षेत सततम्।
Transliterasi:
Vinayaṁ rakṣeta satatam.
Makna:
"Hendaknya seseorang senantiasa menjaga kerendahan hati."
(Manusmṛti, II.121)
Sandal jepit tidak menuntut untuk dihormati, meskipun kehadirannya dibutuhkan dalam setiap perjalanan. Demikian pula manusia hendaknya tetap rendah hati meskipun berperan besar dalam kehidupan orang lain.
---
3. Tegar menghadapi penderitaan
Setiap hari sandal jepit menapak panas, hujan, debu, dan lumpur. Ia menggambarkan keteguhan dalam menjalani hidup yang penuh tantangan. Dalam ajaran Hindu, nilai ini tercermin dalam keteguhan menjalankan dharma:
Sloka Sanskrit:
धर्मेणैव हतः प्राणान् त्यजेदपि सदा नरः।
Transliterasi:
Dharmeṇaiva hataḥ prāṇān tyajedapi sadā naraḥ.
Makna:
"Seorang manusia hendaknya lebih memilih kehilangan nyawa daripada meninggalkan dharma-nya."
(Mahābhārata, Śānti Parva, 160.21)
Seperti sandal jepit yang terus menjalani tugasnya meski 'terinjak', manusia pun diajarkan untuk tetap menjalankan kewajibannya meskipun berat dan menyakitkan.
---
Kesimpulan
Filosofi sandal jepit mengajarkan kita untuk hidup sederhana, rendah hati, dan tetap memberikan manfaat bagi sesama, tanpa mengharap imbalan. Ia menjadi simbol nyata nilai-nilai dharma dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan Hindu, hidup tidak harus megah untuk menjadi berarti. Justru dalam kerendahan dan ketulusan itulah, seseorang mencapai kemuliaan spiritual.
---
Daftar Pustaka:
Bhagavad Gītā
Manusmṛti
Mahābhārata – Śānti Parva
Swami Sivananda. Essence of Hinduism. The Divine Life Society, 2005.
Radhakrishnan, S. Indian Philosophy. Oxford University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar