Sabtu, 26 Oktober 2024

Upacara Ngelungah

Yayasan Widya Daksha Dharma Griya Agung Bangkasa hadir sebagai solusi Yadnya menggelar upacara Ngelungah, Upacara Pitra Yadnya bagi Bayi Meninggal sebelum Ketus Gigi


Rangkaian upacara pitra yadnya bagi bayi yang belum ketus gigi, berbeda dari upacara kematian orang dewasa. Bayi yang belum ketus gigi dianggap sangat suci, sehingga ada prosesi khusus yang disebut Ngelungah.

Dalam Lontar Yama Purana Tatwa dijelaskan, prosesi kematian bagi bayi yang belum ketus gigi memang sangat istimewa. Pasalnya tak seperti orang dewasa yang jenazahnya boleh diinapkan dirumah duka sebelum akhirnya diaben, jenazah bayi yang meninggal di usia 42 hari dan belum mengalami ketus gigi, harus segera dibawa ke kuburan untuk dikuburkan. Hal itu dijelaskan Jro Mangku Gde I Gede Sugata Yadnya Manuaba, S.S.,M.Pd, yang akrab dipanggil Tu Baba (Ketua Yayasan Widya Daksha Dharma, Griya Agung Bangkasa).


Jro Mangku  Tu Baba ketika ditemui dalam prosesi Ngelungah Massal di Pantai Matahari Terbit yang diselenggarakan oleh Yayasan Widya Daksha Dharma, Griya Agung Bangkasa beberapa waktu lalu mengatakan, bayi yang belum mengalami ketus gigi memang sangat rawan dimanfaatkan “oknum” tertentu. “Dalam Lontar Yama Purana Tatwa dijelaskan, bayi yang belum ketus gigi dianggap sangat suci. Makanya prosesi upacara pitra yadnya yang dilakukan sangat berbeda dengan orang dewasa. Selain karena suci, tubuh bayi biasanya juga rentan dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ucapnya.


Dia menambahkan, ketika bayi yang belum meketus meninggal. Maka jenasahnya harus segera dikuburkan dan diupacarai. “Jika bayi yang meninggal itu berusia kurang dari 42 hari, maka upacara yang harus dilaksanakan adalah upacara Nyapuh Gumukan. Lalu jika bayi itu sudah mekepus pungsednya, upacara Ngelangkir yang dilakukan. Tapi jika bayi itu berusia lebih dari 42 hari, sudah mekepus pungsed, tapi belum meketus giginya, maka dia harus diupacari Ngelungah,” terangnya.

Nah dalam prosesi Ngelungah, terdapat prosesi yang disebut ngencuk don bingin selayaknya prosesi Ngerorasin. “Paling tidak si bayi harus berusia 12 hari, jika ingin melaksanakan upacara Ngelungah. Karena dalam prosesi Ngelungah ada upacara ngencuk don bingin yang hampir serupa dengan Ngerorasin. Artinya atman yang ada pada bayi diatas usia12 hari, sudah dikatakan ajeg atau menyatu pada ragha sariranya,” ungkapnya.


Tak itu saja, Jro Mangku  Tu Baba menjelaskan, bayi yang belum meketus giginya juga belum bisa diaben. “Bayi boleh diaben, asal ketika dia meninggal sudah dalam keadaan meketus giginya. Dalam Hindu, bayi yang sudah meketus giginya biasanya sudah menginjak diatas 3 bulan, artinya dia sudah menjalani prosesi upacara 3 bulanan. Secara tatwa, bayi yang sudah melewati upacara 3 bulanan, sudah dianggap ajeg atmannya pada ragha sariranya,” terangnya.


Lalu apa saja prasarana upacara Ngelungah. Dituturkan olehnya, prasaranya memang cukup sederhana. Yakni kasturi merajah dasa bayu atau nyuh bungkak yang dirajah, saet mingmang 33 helai ambengan, 3 lembar daun bunut bulu, dan 11 lembar don bingin. Prosesi ini harus dipimpin Ida nak lingsir atau seorang pandita. 


Dia menuturkan, untuk prosesi Ngelungah sebaiknya dilaksanakan di segara atau pantai. Namun sebelumnya pihak keluarga harus matur piuning di Pura Dalem maupun Prajapati. “Mohonkan kepada beliau agar atman sang bayi dapat segera menyatu ke alam suargan,” terangnya.


Selain itu, di Pura Dalem dan Prajapati, keluarga juga diharuskan menghaturkan banten di gumuk (tanah gundukan kuburan) bayi. “Banten di gumuke ini terbilang vital. Karena sebelum atmannya diantar melalui upacara Ngelungah, kita jemput dulu dia di kuburan, dengan menghaturkan pesucian, pejati, peras, daksina, sode, nasi putih kuning, bubuh pirate, rantasan putih kuning, samsam, beras kuning, beras catur warna, dan segehan saha tetabuhan,” ungkapnya.


Usai mebanten di liang lahat, atman sang bayi kemudia di-ayengkan sementara di bale dangin dengan prasarana sawa, sebelum keesokan harinya dibawa ke segara untuk melaksanakan ritual Ngelungah. “Prosesi Ngelungah memang harus dipimpin Ida Nak Lingsir sebagai pemuputnya. Karena dalam prosesi ini, terdapat rangkaian yang hampir mirip dengan Ngerorasin, dan memang tujuannya sama, yaitu menghantarkan sang atman kembali ke alam sana,” terangnya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar