📰 KORAN ILMIAH POPULER HINDU
“PETRUK DADI RAJA”: Sindiran Budaya, Kebijaksanaan Hindu, dan Kritik Kuasa
Vokal: Ray Peni
Ciptaan: Ray Peni
Arransemen: Ojik Bray
Video: Putu Bejo
Produksi: JM Production
🚫 Dilarang keras mereflud ulang dalam bentuk apa pun tanpa izin dari JM Production
---
🪔 Abstrak
Lagu “Petruk Dadi Raja” yang dipopulerkan oleh Ray Peni tidak hanya menjadi fenomena musik pop Bali, tetapi juga menampilkan satire sosial dengan lapisan filosofis yang dalam. Judul lagu ini mengambil tokoh wayang Petruk — punakawan Jawa — yang secara satiris menjadi raja. Artikel ini mengulas lagu tersebut dengan pendekatan sastra Hindu dan etika dharma melalui kutipan sloka dalam Bhagavadgītā, Nītisāstra, dan ajaran Itihāsa.
---
🎭 1. Makna “Petruk Dadi Raja” Sebagai Kritik Sosial
Petruk, dalam dunia wayang, adalah sosok lucu, rakyat jelata, dan penegak suara nurani. Namun, dalam cerita “Petruk Dadi Raja”, ia menjadi simbol orang biasa yang mendadak berkuasa dan justru menjadi tiran. Fenomena ini merefleksikan kondisi sosial-politik kontemporer, di mana kekuasaan kadang berpindah tangan kepada sosok yang tak layak, melupakan akar kebijaksanaan rakyat.
> “Sengsara rakyat ring negari, yen wong bodoh dadi ratu.”
(Penderitaan rakyat muncul ketika orang bodoh memimpin negara.)
---
📜 2. Kutipan Sloka Hindu sebagai Kerangka Moral dan Spiritual
Lagu ini menjadi lebih bermakna jika dipahami dalam terang ajaran Hindu yang menempatkan pemimpin sebagai perwujudan dharma, bukan kekuasaan semata. Pemimpin harus satya (jujur), dānta (pengendali diri), dan dharmika (berdharma). Berikut kutipan sloka sebagai penuntun moral:
📖 Sloka 1 – Bhagavadgītā 3.21
> यद्यदाचरति श्रेष्ठस्तत्तदेवेतरो जनः।
स यत्प्रमाणं कुरुते लोकस्तदनुवर्तते॥
Yadyad ācarati śreṣṭhas tattad evetaro janaḥ,
Sa yat pramāṇaṁ kurute lokas tad anuvartate.
Transliterasi:
Apa pun yang dilakukan oleh pemimpin agung, itu akan diikuti oleh rakyat. Apa yang ia tetapkan sebagai standar, itu pula yang diikuti masyarakat.
Makna:
Seorang pemimpin yang buruk akan menciptakan masyarakat yang kacau. “Petruk Dadi Raja” mengkritik para pemimpin palsu yang justru menjadi sumber kerusakan tatanan.
---
📖 Sloka 2 – Nītisāstra 1.4
> राजा धर्मस्य कारणं।
Rājā dharmasya kāraṇam.
Makna:
Raja (pemimpin) adalah sebab utama berlangsungnya dharma. Jika raja lepas kendali, dharma pun hancur.
---
📖 Sloka 3 – Mahābhārata, Śānti Parva
> प्रजा सुखे सुखं राज्ञः प्रजानां तु हिते हितम्।
नात्मप्रियं हितं राज्ञः प्रजानां तु प्रियं हितम्॥
> Prajā sukhe sukhaṁ rājñaḥ prajānāṁ tu hite hitam,
Na ātmapriyaṁ hitaṁ rājñaḥ prajānāṁ tu priyaṁ hitam.
Makna:
Kebahagiaan raja terletak pada kebahagiaan rakyatnya. Apa yang bermanfaat bagi rakyat, itulah yang seharusnya disenangi raja.
---
🎶 3. Analisis Lirik dan Aransemen Musik
Ray Peni menggunakan bahasa satire yang khas. Suara yang sarkastik dan komedi gelap berpadu dengan aransemen Ojik Bray yang eksperimental — mencampurkan unsur tradisi Bali, jazz, hingga ketukan trap yang menggambarkan ironi.
Lirik seperti:
> “Lai Petruk dadi raja, kanca lawak meledak kuasa,
Sing inget pesan semadi, gen melali, gen ngapusi.”
Mengandung makna mendalam: kekuasaan melupakan akar rohani, meditasi, dan petuah moral.
---
📽️ 4. Visualisasi oleh Putu Bejo: Satire dalam Estetika
Video garapan Putu Bejo menghadirkan karakter Petruk dalam balutan simbol-simbol kekuasaan absurd — kursi emas, topeng, mimik sombong — seolah menyindir realitas pemimpin yang tak punya kapasitas rohani.
---
🌺 5. Relevansi untuk Generasi Muda Hindu
Melalui lagu ini, Ray Peni berhasil menyuarakan kembali pesan suci dharma dalam medium seni populer. Ini menjadi bentuk baru upāya kauśalya (strategi bijak) untuk mendidik generasi milenial akan pentingnya kepemimpinan bijaksana.
---
📌 Penutup dan Refleksi
“Petruk Dadi Raja” bukan sekadar lagu lucu, melainkan sebuah tamparan budaya bagi siapa pun yang lupa diri setelah berkuasa. Dalam perspektif Hindu, setiap kekuasaan adalah amanah ilahi (daivī śakti) yang wajib dijalankan dengan cinta, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.
Sebagai penutup:
📖 Sloka Bhagavadgītā 4.8
> परित्राणाय साधूनां विनाशाय च दुष्कृताम्।
धर्मसंस्थापनार्थाय सम्भवामि युगे युगे॥
> Paritrāṇāya sādhūnāṁ vināśāya ca duṣkṛtām,
Dharmasaṁsthāpanārthāya sambhavāmi yuge yuge.
Makna:
Aku menjelma dari zaman ke zaman untuk melindungi yang suci, menghancurkan yang jahat, dan menegakkan dharma.
> Mungkin saatnya Petruk belajar kembali jadi punakawan, bukan raja yang lupa daratan.
---
📚 Referensi:
Bhagavadgītā – Swami Chinmayananda, Gita Press
Nītisāstra – Chanakya
Mahābhārata – Critical Edition, BORI
Analisis musik Ray Peni – JM Production
🖊️ Disusun oleh: Pakar Kritikus Musik Budaya Bali
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar