MENGGUNAKAN METODE “TEBAK KATA”
PADA KELAS 9 E SMP NEGERI 4 ABIANSEMAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam UUD 1945 pasal 36 disebutkan bahwa bahasa daerah yang ada di masyarakat pendukungnya, merupakan sebagian dari kebudayaan yang hidup. Dalam politik bahasa Nasional disebutkan bahwa bahasa suku memiliki kedudukan sebagai bahasa Daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara, serta bahasa asing utamanya bahasa Inggris sebagai bahasa perhubungan internasional dan sebagai alat mendewasakan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern. Adapun pembinaannya dalam hal ini meliputi inventarisasi, kodifikasi, perencanaan dan pengembangan
Berdasarkan hal inilah pembinaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia, jangan sampai sebaliknya menimbulkan masalah-masalah kebangsaan yang merugikan. Dalam perkembangannya antara bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa daerah akan terjadi peranan fungsionalisasi dalam berbagai ragamnya. Dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Bali, peranan fungsionalisasi ini sangat penting. Dalam hal ini bentuk tulisan atau ragam tulis. Karena itu dapat memberikan arah dan sumbangannya yang lebih positif bagi pembinaan dan pengembangan kebudayaan Indonesia yang menuju kebudayaan yang berkepribadian.
Bahasa Bali di samping ditulis dengan huruf Latin, juga ditulis dengan aksara Bali. Berdasarkan fungsinya aksara Bali dibedakan menjadi dua, yaitu aksara suci yang meliputi aksara wijaksara dan aksara modre. Pada umumnya kedua aksara itu digunakan dalam hal yang bersifat magis dan keagamaan. Bagian yang kedua adalah aksara biasa. Aksara ini meliputi aksara wreastra dan aksara Swalalita. Pada umumnya aksara ini digunakan untuk menulis bahasa sehari-hari dan bahasa sastra. Peranan Aksara Bali dalam sastra cukup luas, meliputi penulisan aksara Bali dalam bahasa Sanskerta seperti weda, penulisan aksara Bali dalam bahasa Bali seperti sastra geguritan. Dengan demikian aksara Bali setidak tidaknya digunakan untuk tiga bahasa. Bahasa Sanskerta tergolong bahasa klasik yang juga mewariskan unsur-unsur klasiknya ke dalam bahasa Jawa kuna. Pada akhirnya unsur-unsur tersebut diwariskan ke dalam bahasa Jawa Kuna. Dari bahasa Jawa Kuna lalu diwariskan unsur-unsur tersebut ke dalam bahasa Bali. Karena itu, sudah sewajarnyalah bahasa Sanskerta sangat dominan pengaruh unsur leksikonnya, terutama terhadap bahasa Jawa Kuna, demikian juga terhadap bahasa Bali.
Setiap aksara memiliki tata aksaranya yang disebut ejaan. Pewarisan bahasa membawa pewarisan tata ejaan. Demikian pula halnya bahasa Sansekerta dan bahasa Jawa Kuna memiliki sistem ejaan yang juga dibawa bersamaan dengan masuknya unsur leksikon itu ke dalam bahasa Bali, yang dewasa ini masih tetap digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu acuan berdasarkan pada latar belakang masalah diatas sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Pasang Aksara Bali ?
2. Metode Apa yang digunakan untuk menjelaskan Pasang Aksara Bali ?
1.3 Tujuan Makalah
Dari uraian masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai yaitu :
Untuk mengetahui sejarah Pasang Aksara Bali
Untuk dapat mengetahui metode yang tepat dalam pengarajaran Aksara Bali
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Aksara Bali
Sejarah aksara Bali erat kaitannya dengan perkembangan aksara India. Aksara Bali berasal dari bahasa dan aksara yang dibawa dari India ketika zaman penyebaran agama Hindu dan Buddha di negara Indonesia. Awalnya di India terdapat aksara yang disebut aksara Karosti. Dari aksara Karosti ini kemudian berkembang menjadi aksara Brahmi. Aksara Brahmi kemudian berkembang lagi menjadi aksara Devanagari dan aksara Pallawa. Aksara Devanagari digunakan di India Utara dalam menulis bahasa Sansekerta. Sedangkan aksara Pallawa digunakan di India Selatan dalam menulis bahasa Pallawa. Perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa di Indonesia mengikuti perkembangan agama Hindu dan Buddha. Perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa ini kemudian menghasilkan aksara Kawi atau aksara Indonesia kuno. Dari aksara Kawi ini kemudian lama-kelamaan berubah menjadi aksara Jawa, aksara Bali, dan aksara-aksara lainnya yang saat ini ada di Indonesia. Bukti peninggalan yang menunjukkan perkembangan ini salah satunya terdapat pada yupa yang bertuliskan aksara Devanagari di Kutai, Kalimantan Timur.
Di Bali, bukti perkembangan aksara Devanagari dan Pallawa dapat ditemukan di Pura Penataran Sasih Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Di pura ini terdapat stupa-stupa kecil yang berisi cap dari tanah legit. Cap-cap tersebut berisi tulisan dalam aksara Pradewanegari atau Siddhamatrka. Aksara tersebut digunakan untuk menulis mantra Buddha Tathagata. Bukti perkembangan berikutnya dapat ditemukan di Pura Blanjong Sanur. Di sana terdapat tugu peringatan raja Sri Kesari Warmadewa yang berisi tulisan dalam aksara Devanagari dan aksara Bali kuno. Aksara Devanagari digunakan untuk menuliskan bahasa Bali kuno, sedangkan aksara Bali kuno digunakan untuk menuliskan bahasa Sansekerta. Aksara berikutnya yang berkembang adalah aksara Pallawa. Terdapat tulisan aksara Pallawa yang disebut aksara Semi Pallawa. Dari aksara Semi Pallawa tersebut kemudian berkembang bentuknya menjadi aksara Kediri Kwadrat, yang kemudian berubah menjadi aksara Jawa dan terakhir berubah lagi menjadi aksara Bali. Bukti penulisan dalam aksara Pallawa tersebut ada yang diletakkan di Pura Bale Agung Sembiran.
Bentuk aksara Bali yang seperti membulat merupakan contoh bentuk aksara Bali yang berasal dari aksara Pallawa. Contoh perkembangan aksara Bali dari aksara Devanagari adalah bentuk huruf akara dalam aksara Bali yang sangat mirip dengan bentuk huruf a dalam aksara Devanagari. Sejarah aksara Bali di atas, saya rangkum dari buku ‘Pedoman Pasang Aksara Bali‘ oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali yang sayangnya ditulis dalam bahasa Bali. Untuk mengetahui lebih jauh Anda bisa membaca sendiri buku.
Menurut Omniglot, aksara Bali disebut juga dengan ‘Carakan‘. Dalam buku ‘Unicode Standard version 5.0‘ dinyatakan bahwa aksara Bali berasal dari aksara Brahmi purba dari India. Selain itu, buku tersebut juga menyebutkan bahwa aksara Bali memiliki banyak kemiripan dengan aksara-aksara modern di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang berasal dari rumpun aksara yang sama. Aksara Bali pada abad ke-11 banyak memperoleh pengaruh dari bahasa Kawi atau Jawa kuno. Versi modifikasi aksara Bali ini digunakan juga untuk menuliskan bahasa Sasak yang digunakan di Pulau Lombok. Beberapa kata-kata dalam bahasa Bali meminjam dari bahasa Sansekerta yang kemudian juga mempengaruhi aksara Bali. Tulisan Bali tradisional ditulis pada daun pohon siwalan (sejenis palma), tumpukannya kemudian diikat dan disebut lontar.
2.2 Soroh Aksara Bali
Aksara Bali wenten wantah 18 aksara sane kawastanin aksara lagna (aksara sane kantun melalung/durung polih pengangge suara),
= ha = na = ca = ra
= ka = da = ta = sa
= wa = la = ma = ga = ba
= nga = pa = ja = ya = nya
Pengangge sura inggih punika: ulu,suku,taleng,taleng tedong,miwah pepet.Taler wenten mawasta tengena miwah sane siosan,manut Pasamuhan Agung Alit (kecil) para sujana miwah para sastrawan sajagat Bali ring Denpasar, duk tanggal: 28 kantos 30 Desember 1963. Nanging iriki boya punika sane jagi kawedar,santukan katambetan tityang nenten mresidaang nyurat Aksara Bali nganggen aplikasi program Bali Simbar iriki. Sane jagi kawedar iriki wantah Aksara Bali ngangen huruf latin manten.
Sane kabaos Aksara inggih punika: ceciren utawi gegambaran suara sane kawetuang olih imanusa. Rupa wiadin wangun aksara punika maendahan,nganutin gegambaran wangsa sane ngangge/ngamanggehang aksara punika.
Aksara Bali latin manut Ejaan basa Bali Yang Disempurnakan,tan dados pasah ring pasang aksara (ejaan) ringg Bahasa Indonesia (EYD). Puniki manut ring pamutus Lokakarya Indik Ejaan basa Bali Latin duk tanggal 12 kantos 13 Januari 1973 ring Denpasar. Yaning manut onekan (sesuai dengan bacaan), Basa Bali Latin punika wenten kalih warna: I. Aksara suara (vokal) miwah II. Aksara Wianjana (konsonan). Sane kalih puniki, manutin kawigunannyane taler dados kapalih dados tatiga,inggih punika: 1. Aksara Wre Sastra (kabaos aksara jajar komeri). 2. Aksara Swalalita. 3. Aksara Modre.
Aksara Wre Sastra:
Aksara puniki kaanggen nyuratan Basa bali Lumbrah (bahasa sehari-hari).Aksara puniki makatah 18 (pelekutus), inggih punika: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya. Aksara puniki taler kabaos aksara jajar komeri.
Aksara Swalalita:
Aksara puniki kaanggen nyuratang Aksara Bali sane mamuat Basa Jawi Kuna (Basa Kawi) minakadi nyurat: Kakawin,Palawakia,Kanda Tutur miwah sane siosan. Punika mawinan aksara puniki kabaos aksara Kawiswara. Lianan ring punika taler kaanggen nyuratang Aksara Bali sane mamuat Basa Sanskerta,minakadi nyurat: Weda,Sloka,Sruti miwah Japa Mantra. Mungguing katah aksara puniki wantah 47 sane kawinangun antuk: A. Aksara Suara katahnyane: 14, B. Aksara Wianjana katahnyane: 33. Aksara-aksara puniki maduwe suara kakalih inggih punika:
-Suara Hreswa (suara cendet=pendek)
-Suara Dirga (suara panjang).
Aksara Suara :
Aksara suara puniki dados makalih :
– Suara Hreswa (suara pendek), makadi : a, i, u, e, o, r, l.
-Suara Dirga (suara panjang), makadi : a, i, e, o, r, l.
Seos ring aksara suara inucap wenten taler sane kabaos : Suara Pluta (dipotong) punika panjang malemad, upami : ai, au.
Aksara Wianjana :
Aksara puniki madrebe pepalihan dados 5 (lima paos) sane mawasta : warga aksara (manut Panini, sastrawan Hindu saking Jagat India kawastanin Pancawalimuka). Warga aksara inucap minakadinipun :
-Warga Kantya: k, kh, g, gh.
-Warga Tawalya: c, ch, j, jh.
-Warga Murdhanya: t, th, d, dh, n.
-Warga Dantya: t, th, d, dh.
-Warga Osthya: p, ph, b, bh.
Punika sane kabaos/mawasta Warga Aksara winangun antuk 5 (limang) paos. Seos ring punika, soang-soang Warga aksara punika madrebe duluran inggih punika :
-Ardha suara (semi vocal) : y, r, l, w.
-Usma (suara ngeses = desis) : s, s.
-Wisarga (angsengan) : h.
-Anunasika (anuswara = sengau): ng, ny, n, m.
Ring Aksara Swalalita posan Aksara Wianjana, wenten sane kabaos : suara tajem, minakadinipun : k, kh, c, ch, t, th, t, th, p. ph. Seos ring punika, taler wenten suara kirang tajem (suara lembut), minakadinipun : g, gh, j, jh, d, dh, b, bh. Suara hreswa ring Aksara Wianjana mawasta (taler kabaos) alpaprana. Sapunika taler suara dirgannyane, mawasta : mahaprana. Suara tajem miwah suara kirang tajem (lembut), soang-soang mamuat/kahanan : apaprana miwah mahaprana. Aksara-aksara sane kahanan alpaprana miwah mahaprana inggih punika:
-Warga Kantya : k, g, (alpaprana); kh, gh (mahaprana)
-Warga Tawalya : c, j, (alpaprana); ch, jh (mahaprana)
-Warga Murdhanya: t, d, (alpaprana); th, dh (mahaprana)
-Warga Dantya : t, d, (alpaprana); th, dh (mahaprana)
-Warga Osthya : p, b, (alpaprana); ph, bh (mahaprana)
Aksara Modre:
Aksara Modre, inggih punika : aksara sane kaanggen nyuratang rerajahan-rerajahan, japa mantra. Upami : ANG, UNG, MANG. Taler sering kaucapang : A, U, M. yang kacutetang dados : AUM, lantur OOM. Taler katah sane lian-lianan. Salanturnyane yan nganinin indik Aksara Bali, rarisang wacen tur uratiang ring : CAKEPAN UGER-UGER PASANG AKSARA BALI.
2.3 MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning (Tebak Kata)
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
1. Aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. Aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.
Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif yaitu: Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media powerpoint yang berpasangan dengan kartu jawaban. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menebak kata yang dimaksud oleh guru dengan mengklik gambar. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media powerpoint.
Penerapan Metode Tebak Kata dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
#Siapkan materi yang akan di sampaikan.
#Siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
#Siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Kelebihannya :
#Anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
#Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
#Siswa menjadi tertarik untuk belajar
#Memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
#Pembelajaran berlangsung menyenangkan
#Siswa diarahkan untuk aktif
Kekurangannya :
#Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
https://aksarabali.wordpress.com/2008/10/02/sejarah-aksara-bali/#more-20
http://www.wikiwand.com/jv/Aksara_Bali
http://www.senaya.web.id/aksara.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar