Sabtu, 09 Desember 2023

Hubungan Antara Panca Rsi atau Panca Tirtha dengan Panca Brahma

Panca Rsi atau Panca Tirtha dengan Panca Brahma

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manusia, S.S., M.Pd

Panca Rsi/Panca Tirtha merupakan Lima Brahmana bersaudara putra dari Mpu Tanuhun yang lahir di Bali, dari yang tertua yaitu Sang Brahmana Pandita (Mpu Gnijaya), Mpu Semeru, Mpu Ghana, Mpu Kuturan dan Mpu Bradah.

Disebutkan dalam silsilah & kisah bhagawanta, mereka adalah keturunan dan putra dari Ida Danghyang Tanuhun yang berasal dari jawa.

Dan adapun kelima pandita dengan kedatangannya di Bali yaitu :
1. Mpu Gnijaya, tahun Isaka 971 atau 1049 Masehi
2. Mpu Semeru, tahun Isaka 921 atau 999 Masehi
3. Mpu Ghana, tahun Isaka 922 atau 1000 Masehi
4. Mpu Kuturan, tahun Isaka 923 atau 1001 Masehi
5. Mpu Bharadah, tahun Isaka 963, tahun 1041 Masehi

Kelima panca pandita tersebut dalam sejarahnya sangat terkait dan berpengaruh dengan keberadaan tempat tempat suci, pengembangan konsep - konsep ajaran Siwa Buddha dan Hindu Dharma, pemersatu sekte - sekte, upacara yadnya dan lain-lain yang ada di Bali.

Juga dibangunnya konsep pura kahyangan tiga, pesraman di Pura Agung Besakih yang telah dibangun pertama kali oleh Rsi Markandeya, Pura Lempuyang Madya, Pura Silayukti dan lain-lain sebagai warisan adat, seni dan budaya seperti yang dilestarikan di Bali sampai dengan saat ini.

Sebagai Hyang Dewata, pemujaan panca rsi ini di Pedharman Pura Besakih disebutkan :
1. Mpu Geni Jaya di Pelinggih Meru Tumpang Tiga, aksara Sang sebagai tirta sanjiwani untuk penglukatan (pembersihan) di timur dengan warna putih. Ring Ubun-ubun : ONG, ING ICANA YENAMAH SWAHA

2. Mpu Semeru di Pelinggih Meru Tumpang Tujuh, aksara Bang sebagai tirta kamandalu untuk pengleburan ( menghancurkan ) di selatan,warna merah. Ring Selagan alis : ONG TANG TATPURUSA YENAMAH SWAHA.

3. Mpu Kuturan di Pelinggih Manjangan Saluwang, aksara Tang merupakan tirta kundalini untuk pemunah (menghilangkan ) di barat warna kuning. Ring Bahu kanan : ONG BANG BAMA DEWA YENAMAH SWAHA.

4. Mpu Gana di Pelinggih Pepelik, aksara Ang merupakan tirta mahatirta untuk kesidian (agar sakti ) di utara warna hitam. Ring Bahu kiri : ONG SANG SADYOJATA YENAMAH SWAHA, dan

5. Mpu Beradah di Pelinggih Pepelik, aksara Ing merupakan tirta pawitra untuk pangesengan (membakar ), di tengah warna brumbun, campuran kelima warna. Ring Tenggorokan : ONG ANG AGORE YENAMAH SWAHA.

Wantah” Tirta Pawitra” (Tirta prawitosari), sane presida ngelebur “mala” sane wenten ring angga.
Parade mala ring angga sampun kelebur,wahu presida ngerasayang sane kinucap “Satyam,Siwan,Sundaram” (kebenaran, kebahagiaan, keindahan). 

Dengan demikian berkaitan Panca Rsi dengan penggunaan tirtha sebagai air suci dalam Panca Tirta dan aksara sucinnya 

Panca Brahma adalah lima perwujudan dari Dewata Nawa Sangha yang disebutkan dalam kutipan sumber Lontar Siwa Sasana yang terdiri dari :
    1. Sadya/Sadyajata, sebagai penguasa organ penciuman.
    2. Bamadewa, yang menjadi penguasa segala ego.
    3. Tatpurusa, yang menguasai segala bentuk objek kenikmatan.
    4. Aghora yang menguasai dan memenuhi prinsip kecerdasan, dengan segala atributnya untuk kepentingan Dharma.
    5. Isana yang berada dalam jiwa.
    Setelah Panca Rsi ini pulang ke alam baka, disebutkan anak cucu dan turun – turunan dari Sang Panca Rsi itu semua sangatlah astiti dan bakti terhadap Tuhan, terutama terhadap leluhurnya yang telah menjadi Dewata, pada suatu ketika pada saat akan datangnya hari Purnama Kapat bermusyawarahlah Sang Sapta Rsi / Sapta Pandita untuk berangkat kembali lagi ke Bali yang dipimpin Mpu Ketek disertai oleh adik - adik, anak – anaknya dan keluarga sekalian untuk melakukan pujawali Bhatara – Bhatari di Besakih.


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar