Sabtu, 16 April 2022

Segehan Cacah

Segehan Cacahan

Segehan ini sudah lebih sempurna karena nasinya sudah dibagi menjadi lima atau delapan tempat. sebagai alas digunakan taledan yang berisikan tujuh atau Sembilan buah tangkih.

Kalau menggunakan 7 (tujuh) tangkih;

5 tangkih untuk tempat nasi yang posisinya di timur, selatan, barat, uatara dan tengah.
1 tangkih untuk tempat untuk lauk pauknya yaitu bawang, jahe dan garam.
1 tangkih lagi untuk tempat base tampel, dan beras.
kemudian diatas disusun dengan canang genten.


Kalau menggunakan 11 (sebelas) tangkih:

9 tangkih untuk tempat nasi yang posisinya di mengikuti arah mata angin.
1 tangkih untuk tempat untuk lauk pauknya yaitu bawang, jahe dan garam.
1 tangkih lagi untuk tempat base tampel, dan beras.
kemudian diatas disusun dengan canang genten.
Keempat jenis segehan diatas dapat dipergunakan setiap kajeng kliwon atau pada saat upacara–upacara kecil, artinya dibebaskan penggunaanya sesuai dengan kemampuan.

Tampelan atau Base Tampelan
Dibuat dari dua lembar daun sirih, satu lembar berfungsi sebagi alas dan satu lembar lagi diatasnya diisi sedikit pinang dan kapur, kemudian dilipat turun dan naik lalu dijeprit dengan semat. Tampelan ini dipergunakan dalam tetandingan banten Canang sari, Penyeneng, Peras , segehan dan sejenisnya. 

Segehan Agung

Merupakan tingkat segehan terakhir. Segehan ini biasanya dipergunakan pada saat upacara piodalan, penyineban Bhatara, budal dari pemelastian, serta menyertai upacara Bhuta Yadnya yang lebih besar lainnya. Adapun isi dari segehan agung ini adalah; alasnya ngiru/ngiu, ditengahnya ditempatkan daksina penggolan (kelapanya dikupas tapi belum dihaluskan dan masih berserabut), segehan sebanyak 11 tanding, mengelilingi daksina dengan posisi canangnya menghadap keluar, tetabuhan (tuak, arak, berem dan air), anak ayam yang masih kecil, sebelum bulu kencung ( ekornya belum tumbuh bulu yang panjang) serta api takep (api yang dibuat dengan serabut kelapa yang dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk tanda + atau tampak dara).

Adapun maksud simbolik banten ini adalah :

alasnya ngiru/ngiu, merupakan kesemestan alam daksina, simbol kekuatan Tuhan
segehan sebanyak 11 tanding, merupakan jumlah dari pengider-ider (9 arah mata angindan arah atas bawah) serta merupakan jumlah lubang dalam tubuh manusia diantaranya; 2 lubang mata, 2 lubang telinga, 2 lubang hidung, 1 lubang mulut, 1 lubang dubur, 2 lubang kelamin serta 1 lubang cakra (pusar).
Zat cair yaitu arak (putih/Iswara), darah (merah/Brahma), tuak (kuning/Mahadewa), berem (hitam/Wisnu) dan air (netral/siwa).
anak ayam, merupakan symbol loba, keangkuhan, serta semua sifat yang menyerupai ayam
api takep, api simbol dewa agni yang menghancurkan efek negatif, dan bentuk + (tampak dara) maksudnya untuk menetralisir segala pengaruh negatif.
Adapun tata cara saat menghaturkan segehan adalah pertama menghaturkan segehannya dulu yang berdampingan dengan api takep, kemudian buah kelapanya dipecah menjadi lima, diletakkan mengikuti arah mata angin, kemudian anak ayam diputuskan lehernya sehingga darahnya menciprat keluar dan dioleskan pada kelapa yang telah dipecahkan tadi, telor kemudian dipecahkan, di”ayabin” kemudian ditutup dengan tetabuhan. 

Ngaturang ajengan dananan (ajuman), segehan cacahan, tahanan penganteb di masing-masing sanggah cucuk 
Mantram setiap tempat sanggah cucuk masing-masing:
· Ring Maringeniang (kelod kangin)
· Ring nityam (kelod kauh)
· Ring Wayabya (kaja kauh)
· Ring Ersanya (kaja kangin)
· Ring Madya (tengah)
(disebutkan satu persatu setiap tempat pada mantram dibawah)

Mantram : Ong indah ta kita ancangang (maringeniang, nityam, wayabya, ersanya, madya). Iki tadah sajin ira ajengan dandana muang segeh cacahan ring sor , memukta sari ta kita kirang langkung ampura geng sinampura.
Poma - poma - poma.

Ngayabang segehan :
Mantra : --Om Ang Kang kasolkaya isana wosat
Om Swasti swasti sarwa bhuta kala
Suka ya namah swaha
Sonteng : Riwus sira amuktiaken segehan
muliha sira ring pasenetan nira sowang-sowang
Haywa ngrubeda , anyengkalen bhatara dewa ring kayangan sakti

Dilanjutkan dengan metetabuhan (arak berem)
Mantra : Om ebek segara, ebek danu, ebek banyu pramananing hulun

#tubaba@griyangbang#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar