Belajar sambil Bergerak Bermakna
Jaringan publik berdaya yang belajar, bergerak dan bermakna bersama karena pendidikan adalah tanggung jawab kita.
राजविद्या राजगुह्यं पवित्रमिदमुत्तमम् ।
प्रत्यक्षावगमं धर्म्यं सुसुखं कर्तुमव्ययम् ॥२॥
rāja-vidyā rāja-guhyaḿ
pavitram idam uttamam
pratyakṣāvagamaḿ dharmyaḿ
su-sukhaḿ kartum avyayām
rāja-vidyā—raja pendidikan;
rāja-guhyam—rājā pengetahuan rahasia;
pavitram—yang paling murni;
idam—ini;
uttamām—rohani;
pratyakṣa—oleh pengalaman langsung;
avagamam—dimengerti;
dharmyam—prinsip dharma;
su-sukham—bahagia sekali;
kartum—melaksanakan;
avyayām—berada untuk selamanya.
Sloka
Pengetahuan ini adalah rājā pendidikan, yang paling rahasia di antara segala rahasia. Inilah pengetahuan yang paling murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan riang.
SELAIN bertujuan sebagai proses transfer pengetahuan dan mendapatkan pemahaman yang baik, belajar juga harus diseimbangkan dengan berbagai kebutuhan lain peserta didik.
Dewasa ini proses belajar-mengajar tidak hanya dipandang sebagai kegiatan yang hanya untuk mendatangkan pengetahuan semata. Akan tetapi, lebih jauh pembelajaran juga dipandang sebagai sesuatu yang dapat memberikan siswa berbagai hal positif lain seperti pengalaman, kecakapan, daya tahan, bahkan perkembangan fisik dan mental.
Beragam upaya telah dilakukan guru untuk mencapai tujuan belajar dengan maksimal. Metode dan model pembelajaran yang dianggap nyentrik dan mampu membawa siswa untuk mencapai pengetahuan, kecakapan, dan memberikan pengalaman berharga sering kali menjadi tolak ukur utama dalam pembelajaran.
Selama ini guru acap kali abaikan manfaat lain dari belajar yang dapat memberikan dampak yang baik bagi perkembangan tubuh dan daya pikir. Pembelajaran sering kali didesain hanya untuk mencapai target skor tertentu yang telah disepakati bersama, dan mengabaikan manfaat lain yang berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik.
Padahal, sangat banyak model dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan pendidik untuk merangsang perkembangan siswa. Salah satunya ialah dengan membumbui kegiatan fisik atau gerakan dalam pembelajaran.
Paul E Dennison menyebutkan bahwa ‘gerakan adalah jalan menuju pembelajaran’ artinya gerakan dapat menjadi salah satu jalur yang dapat digunakan sebagai landasan dalam pembelajaran. Howard Gardrner, Jean Ayres, Neil Kephardt, dan para pembaharu ternama lainnya dalam dunia pendidikan telah menekankan pentingnya gerakan dalam proses pembelajaran.
Bahkan negara maju seperti Finlandia pun ikut menjadi pelopor dalam mengaktifkan fisik siswa dalam pembelajaran melalui gerakan yang diinisiasi langsung oleh pemerintah melalui program Finnish School on the Move (Sekolah Finlandia Bergerak). Mereka mengasumsikan bahwa gerakan dalam belajar dapat membangkitkan dan mengaktifkan kapasitas mental seseorang.
Gerakan dianggap sebagai sesuatu yang sangat vital bagi semua tindakan demi mewujudkan pembelajaran yang sempurna. Hal itu sangat bertolak belakang dengan apa yang kita amalkan selama ini. Hampir semua pendidik di Indonesia sepakat bahwa siswa yang baik, cerdas, serta berhasil dalam
pembelajaran, ialah mereka yang duduk dengan tertib dan rapi serta mendengarkan penjelasan guru dengan baik. Bahkan, kekeliruan kita kerap menjalar kepada asumsi bahwa anak yang aktif bergerak secara fi sik dianggap sebagai si pembuat onar atauanak bermasalah dalam proses pembelajaran di kelas.
Manfaat dan penerapan
Selain dapat membuat siswa aktif dan menambah semangat dalam belajar, kegiatan fisik kaya akan manfaat bagi kesehatan dan perkembangan peserta didik. Penelitian telah menunjukkan bahwa kegiatan fisik dapat menangkal obesitas, mengurangi penyakit kardiovaskular, memperbaiki fungsi kognitif (seperti ingatan dan perhatian) dan secara positif berpengaruh terhadap kesehatan mental (Walker: 2015).
Penelitian mutakhir membantu menjelaskan bagaimana gerakan secara langsung bermanfaat kepada sistem saraf yang bermuara kepada pembelajaran. Kegiatan otot, terutama kegiatan yang terkoordinasi, mampu menstimulasi produksi neurotrofin, yaitu substansi alami yang merangsang pertumbuhan sel-sel saraf dan mengingkatkan jumlah koneksi saraf dalam otak sehingga memberikan dampak yang positif dalam pembelajaran (Jalaluddin: 2005).
Survei lain tentang dampak baik kegiatan fisik terhadap perkembangan belajar dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan terhadap 500 anak di Kanada. Anak-anak yang menghabiskan waktu tambahan setiap harinya di ruang olahraga ternyata mampu mengerjakan ujian lebih baik ketimbang mereka yang kurang aktif berolahraga. Hal serupa dapat ditemui pada pria dan wanita berusia 50-an sampai 60-an yang terlibat aktif dalam kegiatan fi sik berupa latihan aerobik dan jalan santai selama 4
bulan mampu meningkatkan hasil tes mental sebanyak 10%. Dalam pengamatan yang lebih intens terhadap 13 hasil penelitian yang berbeda tentang kaitan kegiatan fisik berupa olahraga dengan daya otak, ditemukan bahwa olahraga dapat menstimulasi perkembangan otak yang sedang tumbuh dan mencegah kemunduran otak yang menua (Jalaluddin: 2005).
Banyak hal yang dapat dilakukan pendidik untuk mengaktifkan kegiatan fisik siswa dalam pembelajaran. Misalnya, proses belajar dapat dimulai dengan mengajak siswa melakukan energizer (aktivitas pembangkit energi) seperti tepukan dan yel-yel yang mengaktifkan fisik saat pembelajaran akan dimulai. Cara lain yang dapat diterapkan ialah dengan memasukkan kegiatan yang mengandung unsur berdiri atau gerakan yang terlihat alami dalam pembelajaran. Misalnya untuk guru sekolah dasar dapat meminta siswa untuk mempraktikkan sebuah cerita disertai dengan beberapa gerakan sederhana.
Guru juga dapat menyelipkan olahraga ringan seperti jumping jack atau 20 detik lari di tempat saat mendapati siswa mulai mengantuk karena telah menghabiskan banyak waktu untuk duduk saat pembelajaran. Kegiatan ini dapat menghidupkan kembali pelajaran dan siswa juga mendapatkan jeda
untuk bangkit dari tempat duduknya (Timothy: 2017).
Selain itu, guru dapat meminta siswa untuk mengerjakan tugas atau membaca dengan cara berdiri dan membebaskan mereka memilih sendiri sudut-sudut kelas yang nyaman untuk ditempati. Dalam konteks lain guru dapat mengganti metode presentasi kelas yang biasanya satu kelompok tertentu maju ke depan kelas, sedangkan yang lain mendengarkan, dengan metode galeri berjalan, yaitu menempelkan hasil kerja seperti halnya di sebuah galeri yang akan diperlihatkan kepada kelompok lain.
Satu orang menjelaskan, sedangkan anggota kelompok secara bergilir bergerak melihat hasil kerja tiap kelompok. Metode ini juga dapat mengaktifkan kegiatan fisik siswa saat di dalam kelas sekaligus tidak menghabiskan banyak waktu. Belajar sambal bergerak dapat memberi kontribusi positif bagi keberhasilan proses pembelajaran. Maka dari itu, sudah saatnya para pendidik menginisiasi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dengan mempraktikkan berbagai gerak an sederhana, tetapi berkesinambungan yang terbukti dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan fisik dan mental siswa.
#tubaba@griyangbang//selamat mencoba!#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar