Hanoman Duta
(Sebuah Perjalanan Menumpas Kejahatan)
Oleh :
Ni Nyoman Gandu Ningsih (Ida Sinuhun Siwa Putri Prama
Daksa Manuaba)
1.
Pendahuluan
Cerita ini mengisahkan sebuah cerita yang berasal dari
India dan kisah yang merupakan titik utama dari kisah Ramayana yang terkenal. Hanoman
(Sanskerta: हनुमान्;
Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्;
Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan
agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling
terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putra Batara Bayu dan
Anjani, keponakan dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan,
tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, tetapi dalam
pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata,
sehingga menjadi tokoh antarzaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa
pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.
2.
Pembahasan
A. Kelahiran
Hanoman
lahir pada masa atau zaman Tretayuga sebagai putra Anjani, seekor wanara
wanita. Dahulu Anjani sebetulnya merupakan bidadari, bernama Punjikastala.
Namun karena suatu kutukan, ia terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan
tersebut bisa berakhir apabila ia melahirkan seorang putra yang merupakan
penitisan Siwa. Anjani menikah dengan Kesari, seekor wanara perkasa. Bersama
dengan Kesari, Anjani melakukan tapa ke hadapan Siwa agar Siwa bersedia
menjelma sebagi putra mereka. Karena Siwa terkesan dengan pemujaan yang
dilakukan oleh Anjani dan Kesari, ia mengabulkan permohonan mereka dengan turun
ke dunia sebagai Hanoman.
Salah
satu versi menceritakan bahwa ketika Anjani bertapa memuja Siwa, di tempat
lain, Raja Dasarata melakukan Putrakama Yadnya untuk memperoleh keturunan.
Hasilnya, ia menerima beberapa makanan untuk dibagikan kepada tiga istrinya,
yang di kemudian hari melahirkan Rama, Laksmana, Bharata dan Satrugna. Atas
kehendak dewata, seekor burung merenggut sepotong makanan tersebut, dan
menjatuhkannya di atas hutan di mana Anjani sedang bertapa. Bayu, Sang dewa
angin, mengantarkan makanan tersebut agar jatuh di tangan Anjani. Anjani
memakan makanan tersebut, lalu lahirlah Hanoman.
Salah
satu versi mengatakan bahwa Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan
antara Bayu dan Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat
kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa
dilecehkan. Namun Dewa Bayu menjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh
sentuhan Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, tetapi di dalam hatinya.
Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putra yang
kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara. Sebagai putra Anjani,
Hanoman dipanggil Anjaneya (diucapkan "Aanjanèya"), yang secara
harfiah berarti "lahir dari Anjani" atau "putra Anjani".
B. Masa
kecil
Pada
saat Hanoman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan,
kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu
dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia
melemparkan petirnya ke arah Hanoman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak
gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi marah dan berdiam diri. Akibat
tindakannya, semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada
Dewa Bayu agar menyingkirkan kemarahannya. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya
dan Hanoman diberi hadiah melimpah ruah. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi
anugerah bahwa Hanoman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan
datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Maka dari itu, Hanoman menjadi makhluk
yang abadi atau Ciranjiwin.
C. Pertemuan
dengan Rama
Pada
saat melihat Rama dan Laksmana datang ke Kiskenda, Sugriwa merasa cemas. Ia
berpikir bahwa mereka adalah utusan Subali yang dikirim untuk membunuh Sugriwa.
Kemudian Sugriwa memanggil prajurit andalannya, Hanoman, untuk menyelidiki
maksud kedatangan dua orang tersebut. Hanoman menerima tugas tersebut kemudian
ia menyamar menjadi brahmana dan mendekati Rama dan Laksmana.
D. Arca
Hanoman di Mangaluru, India
Arca
Haoman di Uttar Pradesh, India
Saat
bertemu dengan Rama dan Laksmana, Hanoman merasakan ketenangan. Ia tidak
melihat adanya tanda-tanda permusuhan dari kedua pemuda itu. Rama dan Laksmana
juga terkesan dengan etika Hanoman. Kemudian mereka bercakap-cakap dengan
bebas. Mereka menceritakan riwayat hidupnya masing-masing. Rama juga
menceritakan keinginannya untuk menemui Sugriwa. Karena tidak curiga lagi
kepada Rama dan Laksmana, Hanoman kembali ke wujud asalnya dan mengantar Rama
dan Laksmana menemui Sugriwa.
E. Petualangan
mencari Sinta
Dalam
misi membantu Rama mencari Sinta, Sugriwa mengutus pasukan wanara-nya agar
pergi ke seluruh pelosok bumi untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sinta, dan
membawanya ke hadapan Rama kalau mampu. Pasukan wanara yang dikerahkan Sugriwa
dipimpin oleh Hanoman, Anggada, Nila, Jembawan, dan lain-lain. Mereka menempuh
perjalanan berhari-hari dan menelusuri sebuah gua, kemudian tersesat dan
menemukan kota yang berdiri megah di dalamnya. Atas keterangan Swayampraba yang
tinggal di sana, kota tersebut dibangun oleh arsitek Mayasura dan sekarang sepi
karena Maya pergi ke alam para Dewa. Lalu Hanoman menceritakan maksud
perjalanannya dengan panjang lebar kepada Swayampraba. Atas bantuan Swayampraba
yang sakti, Hanoman dan wanara lainnya lenyap dari gua dan berada di sebuah
pantai dalam sekejap.
Di
pantai tersebut, Hanoman dan wanara lainnya bertemu dengan Sempati, burung
raksasa yang tidak bersayap. Ia duduk sendirian di pantai tersebut sambil
menunggu bangkai hewan untuk dimakan. Karena ia mendengar percakapan para
wanara mengenai Sita dan kematian Jatayu, Sempati menjadi sedih dan meminta
agar para wanara menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Anggada
menceritakan dengan panjang lebar kemudian meminta bantuan Sempati. Atas
keterangan Sempati, para wanara tahu bahwa Sita ditawan di sebuah istana yang
terletak di Kerajaan Alengka. Kerajaan tersebut diperintah oleh raja raksasa
bernama Rahwana. Para wanara berterima kasih setelah menerima keterangan
Sempati, kemudian mereka memikirkan cara agar sampai di Alengka.
F. Pergi
ke Alengka
Ukiran
tanah liat yang menggambarkan Hanoman sedang mengangkat Gunung Dronagiri.
Karena
bujukan para wanara, Hanoman teringat akan kekuatannya dan terbang menyeberangi
lautan agar sampai di Alengka. Setelah ia menginjakkan kakinya di sana, ia
menyamar menjadi monyet kecil dan mencari-cari Sita. Ia melihat Alengka sebagai
benteng pertahanan yang kuat sekaligus kota yang dijaga dengan ketat. Ia
melihat penduduknya menyanyikan mantra-mantra Weda dan lagu pujian kemenangan
kepada Rahwana. Namun tak jarang ada orang-orang bermuka kejam dan buruk dengan
senjata lengkap. Kemudian ia datang ke istana Rahwana dan mengamati
wanita-wanita cantik yang tak terhitung jumlahnya, tetapi ia tidak melihat Sita
yang sedang merana. Setelah mengamati ke sana-kemari, ia memasuki sebuah taman
yang belum pernah diselidikinya. Di sana ia melihat wanita yang tampak sedih
dan murung yang diyakininya sebagai Sita.
Kemudian
Hanoman melihat Rahwana merayu Sita. Setelah Rahwana gagal dengan rayuannya dan
pergi meninggalkan Sita, Hanoman menghampiri Sita dan menceritakan maksud
kedatangannya. Mulanya Sita curiga, tetapi kecurigaan Sita hilang saat Hanoman
menyerahkan cincin milik Rama. Hanoman juga menjanjikan bantuan akan segera
tiba. Hanoman menyarankan agar Sita terbang bersamanya ke hadapan Rama, tetapi
Sita menolak. Ia mengharapkan Rama datang sebagai ksatria sejati dan datang ke
Alengka untuk menyelamatkan dirinya. Kemudian Hanoman mohon restu dan pamit
dari hadapan Sita. Sebelum pulang ia memporak-porandakan taman Asoka di istana
Rahwana. Ia membunuh ribuan tentara termasuk prajurit pilihan Rahwana seperti
Jambumali dan Aksha. Akhirnya ia dapat ditangkap Indrajit putra sulung Rahwana
sekaligus putra mahkota Kerajaan Alengka dengan senjata Brahma Astra. Senjata
itu memilit tubuh hanoman. Namun kesaktian Brahma Astra lenyap saat tentara
raksasa menambahkan tali jerami. Indrajit marah bercampur kecewa karena Brahma
Astra bisa dilepaskan Hanoman kapan saja, tetapi Hanoman belum bereaksi karena
menunggu saat yang tepat.
G. Terbakarnya
Alengka
Ketika
Rahwana hendak memberikan hukuman mati kepada Hanoman, Wibisana adik kandung
Rahwana membela Hanoman agar hukumannya diringankan, mengingat Hanoman adalah
seorang utusan. Kemudian Rahwana menjatuhkan hukuman agar ekor Hanoman dibakar.
Melihat hal itu, Sita berdo'a agar api yang membakar ekor Hanoman menjadi
sejuk. Karena do'a Sita kepada Dewa Agni terkabul, api yang membakar ekor
Hanoman menjadi sejuk. Lalu ia memberontak dan melepaskan Brahma Astra yang
mengikat dirinya. Dengan ekor menyala-nyala seperti obor, ia membakar kota
Alengka. Kota Alengka pun menjadi lautan api. Setelah menimbulkan kebakaran
besar, ia menceburkan diri ke laut agar api di ekornya padam. Penghuni surga
memuji keberanian Hanoman dan berkata bahwa selain kediaman Sita, kota Alengka
dilalap api. Dengan
membawa kabar gembira, Hanoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sita.
Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka
H. Pertempuran
besar
Hanoman
diperankan dalam Yakshagana, drama populer dari Karnataka.
Dalam
pertempuran besar antara Rama dan Rahwana, Hanoman membasmi banyak tentara
rakshasa. Saat Rama, Laksmana, dan bala tentaranya yang lain terjerat oleh
senjata Nagapasa yang sakti, Hanoman pergi ke Himalaya atas saran Jembawan
untuk menemukan tanaman obat. Karena tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri
pohon yang dimaksud, Hanoman memotong gunung tersebut dan membawa potongannya
ke hadapan Rama. Setelah Rama dan prajuritnya pulih kembali, Hanoman
melanjutkan pertarungan dan membasmi banyak pasukan rakshasa.
I. Kehidupan
selanjutnya
Setelah
pertempuran besar melawan Rahwana berakhir, Rama hendak memberikan hadiah untuk
Hanoman. Namun Hanoman menolak karena ia hanya ingin agar Sri Rama bersemayam
di dalam hatinya. Rama mengerti maksud Hanoman dan bersemayam secara rohaniah
dalam jasmaninya. Akhirnya Hanoman pergi bermeditasi di puncak gunung mendoakan
keselamatan dunia.
Pada
zaman Dwapara Yuga, Hanoman bertemu dengan Bima dan Arjuna dari lingkungan
keraton Hastinapura. Dari pertemuannya dengan Hanoman, Arjuna menggunakan
lambang Hanoman sebagai panji keretanya pada saat Bharatayuddha.
J. Tradisi
dan pemujaan
Di
negara India yang didominasi oleh agama Hindu, terdapat banyak kuil untuk
memuja Hanoman, dan di mana pun ada gambar awatara Wisnu, selalu ada gambar
Hanoman. Kuil Hanoman bisa ditemukan di banyak tempat di India dan konon daerah
di sekeliling kuil itu terbebas dari raksasa atau kejahatan.
K. Beberapa
kuil Hanoman yang terkenal adalah:
1. Kuil
Hanoman di Nerul Navi, Mumbai, India.
2. Puncak
monyet, Himachal Pradesh, India.
3. Kuil
Jhaku, Himachal Pradesh, India.
4. Kuil
Sri Suchindram, Tamilnadu, India.
5. Sri
Hanuman Vatika, Orissa, India.
6. Kuil
Saakshi Hanuman, Tamilnadu, India.
7. Shri
Krishna Matha (Kuil Krishna), Udupi.
8. Krishnapura
Matha, Krishnapura dekat Surathkal.
9. Kuil
Ragigudda Anjaneya, Jayanagar, Bangalore.
10. Hanumangarhi,
Ayodhya.
11. Kuil
Sankat Mochan, Benares.
12. Kuil
Hanuman, dekat Nuwara Eliya, Sri Lanka.
13. Salasar
Balaji, Distrik Churu, Rajasthan.
14. Kuil
Mehandipur Balaji, Rajasthan.
15. Ada
Balaji, di hutan suaka Sariska, Alwar, Rajasthan.
16. Sebelas
kuil Maruthi di Maharashtra.
17. Kuil
Shri Hanuman di Connaught Place, New Delhi.
18. Shri
Baal Hanumaan, Tughlak Road, New Delhi.
19. Kuil
Prasanna Veeranjaneya Swami, di Mahalakshmi Layout, Bangalore, Karnataka.
20. Sri
Nettikanti Anjaneya Swami Devasthanam, Kasapuram, Andhra Pradesh.
21. Yellala
Anjaneya Swami, Yellala, Andhra Pradesh.
22. Pura
Sri Mahavir, Patna, Bihar.
23. Kuil
Sri Vishwaroopa Anchaneya, Tamilnadu, India.
24. Pura
Uluwatu, Bali,Indonesia
L. Anggota
Keluarga
Berbeda
dengan versi aslinya, Hanoman dalam pewayangan memiliki dua orang anak. Yang pertama
bernama Trigangga yang berwujud kera putih mirip dirinya. Konon, sewaktu pulang
dari membakar Alengka, Hanoman terbayang-bayang wajah Trijata, puteri Wibisana
yang menjaga Sita. Di atas lautan, air mani Hanoman jatuh dan menyebabkan air
laut mendidih. Tanpa sepengetahuannya, Baruna mencipta buih tersebut menjadi
Trigangga. Trigangga langsung dewasa dan berjumpa dengan Bukbis, putera
Rahwana. Keduanya bersahabat dan memihak Alengka melawan Rama. Dalam perang
tersebut Trigangga berhasil menculik Rama dan Laksmana namun dikejar oleh
Hanoman. Narada turun melerai dan menjelaskan hubungan darah di antara kedua
kera putih tersebut. Akhirnya, Trigangga pun berbalik melawan Rahwana.
Putera
kedua Hanoman bernama Purwaganti, yang baru muncul pada zaman Pandawa. Ia
berjasa menemukan kembali pusaka Yudistira yang hilang bernama Kalimasada.
Purwaganti ini lahir dari seorang puteri pendeta yang dinikahi Hanoman, bernama
Purwati.
M. Kematian
Hanoman
berusia sangat panjang sampai bosan hidup. Narada turun mengabulkan permohonannya,
yaitu "ingin mati", asalkan ia bisa menyelesaikan tugas terakhir,
yaitu merukunkan keturunan keenam Arjuna yang sedang terlibat perang saudara.
Hanoman pun menyamar dengan nama Resi Mayangkara dan berhasil menikahkan
Astradarma, putera Sariwahana, dengan Pramesti, puteri Jayabaya. Antara
keluarga Sariwahana dengan Jayabaya terlibat pertikaian meskipun mereka
sama-sama keturunan Arjuna. Hanoman kemudian tampil menghadapi musuh Jayabaya
yang bernama Yaksadewa, raja Selahuma. Dalam perang itu, Hanoman gugur, moksa
bersama raganya, sedangkan Yaksadewa kembali ke wujud asalnya, yaitu Batara
Kala, sang dewa kematian.
3.
Penutup
Sebuah penutup dari tulisan ini yang membuat saya begitu
memahami apa yang ingin di sampaikan dalam lakon itihasa ini. Hanoman adalah
sosok kesatria yang selalu belajar. Kisahnya hingga ia menjadi panglima perang
negeri Ayodya tidak luput dari sebuah pembelajaran. Ia merupakan sosok yang
lurus, begitu patuh pada perintah orang-orang yang dihormatinya hingga ia tidak
pernah berani untuk bertanya. Ia hanya perlu memahami dan meyakini apa yang
menjadi keyakinannya. Sampai pada Hanoman akhirnya menyadari bahwa setiap hal
yang ada di dunia selalu memiliki dua sisi yang berbeda, tidak semua yang buruk
itu buruk begitu juga sebaliknya. “Perang, semula selalu kuanggap sebagai
pertempuran antara benar dan salah. Lama kurenungi ternyata perang tidak lebih
hanyalah sebuah benturan antara dua pihak dengan kepentingan berseberangan.
Cukuplah aku terlibat hanya pada satu perang besar.”
Sebuah percakapan Hanoman dengan Batara Kala yang
berakhir dengan kesimpulan: “Bangsa manusia diciptakan memiliki kebaikan.
Mereka dicipta begitu mulia. Mereka hanya akan menjadi sebuah keburukan atas
pilihannya sendiri. Atas kemauannya sendiri. Mereka sendiri yang akan
mengingatkan jalan kehidupan mereka sendiri. Mereka mampu bila mereka mau”
4.
Daftar Pustaka
1)
Padmosoekotjo, S.
Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita Jilid II. Surabaya: CV Citra Jaya. 1981.
2)
Wibisana, Singgih,
“Bahasa Pedalangan Gaya Surakarta (Sebuah Himbauan Penelitian)”, Makalah
disampaikan dalam Rangka Penataran Para Dosen dan Pengajar Sekolah Menengah di Kampus
UGM 5-8 Maret 1979.
3)
Y. Hadi, Sumandya,
Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007. Narasu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar