Baligrafi merupakan penggambaran aksara Bali sebagai sebuah karya seni, yang mulai dikenal sejak tahun 2013.
Melalui karya seni ini, tulisan Bali dibuat dengan bentuk yang indah, warna yang menarik dan dikomposisikan dengan pertimbangan rasa keindahan, sehingga menjadi karya seni yang bisa dinikmati keindahannya.
Baligrafi sejatinya merupakan upaya melestarikan tulisan Bali, sehingga tetap terjaga. Tidak ditinggalkan oleh generasi muda.
Baligrafi ini dibuat untuk menggambarkan simbol Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya. Dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki nilai estetis tersendiri.
Baligrafi dalam tulisannya terkandung aksara Hindu Bali yang indah. Namun menghadirkan nuansa yang berbeda. Jika kaligrafi pandangan umum akan mengasosiasikan dengan unsur Islami, sementara Baligrafi terkandung menghadirkan asosiasi yang bernuansa aksara Hindu Bali.
Baligrafi dirangkai dalam sebuah karya seni memakai unsur-unsur aksara Bali. Termasuk berwujud rupa dengan nilai-nilai estetika Hindu, serta jnana sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Hubungan aksara Bali dengan karya seni Baligrafi adalah aksara atau skrip sebagai energi sistem simbol visual bahasa sastra rupa yang tertera pada kertas maupun media lainnya.
Secara umum aksara dari segi bentuk dan fungsi, dikelompokkan atas tiga macam, yaitu aksara wijaksara, lokanatha, dan aksara pati (Panten) modre. Aksara Bali yang digunakan dalam karya seni Baligrafi maupun acara agama, serta visual art lainya menggunakan aksara Bali sesuai kelompok nilai fungsinya.
Lambang wijaksara berasal dari aksara Bali biasa yang mendapat perlengkapan bisah atau hulu candra. Yang termasuk dalam bilangan wijaksara di antaranya ekaksara, dwyaksara (aksara kalih), tryaksara, panca brahma dan pancaksara, dasaksara, dan caturdasaksara dan sodasaksara.
Kemudian aksara lokanatha. Ini merupakan aksara suci yang ditulis tersusun sedemikian rupa dan mempunyai aturan membaca sendiri. Dalam Lontar Aji Brata dijelaskan, contoh aksara dasa bayu dasa prana Om A I Ka Sa Ma Ra La Wa Ya Ung. “Dasa bayu adalah soal napas, hawa atau angin yang amat penting untuk memberikan hidup kita,” paparnya.
Sedangkan aksara pati disebut juga aksara modre yaitu aksara yang sulit dibaca, karena mendapat berbagai perlengkapan (pengangge, busana). Di samping itu juga yang dilambangkan dengan gambar-gambar tertentu. Cara untuk membacanya pun ada petunjuk khusus dalam Lontar Krakah Modre dan Siwa Griguh.
Dikatakannya, Baligrafi berwujud aksara Bali merupakan perpaduan antara aksara Bali, sastra dan rupa, sehingga kelihatan indah.
Aksara Bali diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan hasil rekaan yang indah yang sering dijumpai dalam berbagai sarana keagamaan. Aksara Bali dalam Baligrafi terdiri dari aksara wijaksara, lokanata, modre, wreastra, swalalita.
Wujud Baligrafi divisualisasikan dalam bentuk pewayangan dewa-dewi atau laki dan perempuan yang membangun unsur purusa predhana atau ardhana reswari, dewata nawasanga yang diikuti dengan bentuk bentuk warna dan senjata pangider-ider.
Baligrafi juga berwujud simbol-simbol Hindu. Simbol-simbol Hindu diolah menjadi karya seni yang kreatif dengan menggunakan aksara Bali sebagai media.
Simbol ini menandakan berbagai bentuk simbol sarana upacara agama. Ada pula berwujud binatang. Binatang dalam seni pewayangan menjadi objek yang merupakan kendaraan atau tunggangan dari para dewa-dewi, seperti binatang gajah, singa, angsa, sapi, naga, macan, garuda, paksi, lembu, serta binatang-binatang purba yang indah.
Baligrafi berwujud manusia purba yang sangat primitif dan karakter sangat sederhana, tampak anggun mengesankan dan berwibawa. Keberadaan seni Baligrafi seperti wujud manusia ini sering dipergunakan dalam simbol upacara yadnya di Bali. Baligrafi berwujud pepohonan, karakter pepohonan menjadi seni Baligrafi seperti pohon kelapa, pepaya yang mengandung unsur rupa dan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar