Layon atau Sawa diletakkan di Bale layon dengan posisi kepala ke Ulu, yang termasuk ulu teben menurut konsep Rwabhineda adalah Barat dan Utara termasuk teben, Timur dan Selatan termasuk Ulu menurut perhitungan Bali Utara, sedangkan menurut perhitungan Bali Selatan, Timur dan Utara termasuk Ulu, Selatan dan Barat termasuk teben. Namun dalam Bahasa Bali Kaja, Kangin termasuk ulu sedangkan Kauh dan Kelod termasuk teben. Baru meninggal(Pegat Angkihan)patut diiringi dengan Doa/Mantram Pujantaka sebagai berikut:
OM SVARGANTU, MOKSANTU,SUNYANTU, MURCYANTU.
OM KSAMA SAMPURNA YA NAMAH SVAHA.
Artinya: Tuhan, semoga atmanya mendapat sorga bisa manunggal denganMu, mencapai keheningan, Tuhan ampunilah dia, Hormat kami kepadaMu yang Maha Sempurna.
Disamping Layon diletakkan sekedar suguhan berupa nasi, minuman, buah-buahan, jajan dll.
MEMANDIKAN LAYON(SAWA)
Sebelum dibawa ketempat pemandian terlebih dahulu diadakan upacara nanginin dengan menumandangkan kidung Pitra Yadna.
Peratalan mandi seperti sabun, pepaga, lulur dll hendaknya sudah disiapkan.
Kepala layon di Ulu, Leluhur dipasang diatas tempat memandikan serta peralatan lainnya ditempatkan di Ulu.
Pemimpin upacara membuka penutup dibagian kepala dengan menarik kearah leher serta mulai melakukan serangkaian pabersihan(sawa Preteka).
RANGKAIAN UPACARANYA:
Memasang penutup kemaluan(tekep bhaga purus) oleh putra-putri atau keluarga terkecil dari yang diupacarai.
Keramas(mambuh)dari bejekan daun pucuk, setelah itu baru dengan air tawar, disisir dengan suwah petat dengan mantram: OM BANYU KALAMUKAN BANYU PATRA PASAMAUH PAPA KLESA DANDA UPATA YA NAMAH SVAHA. Artinya: Tuhan, semoga air yang dipakai berkeramas dapat menghilangkan papa klesa danada dan upata. Setelah itu dilanjutkan dengan membilas dengan air kumkuman(kemudian diberi minyak wangi)
Mencuci mulut atau berkumur dengan air biasa, setelah itu membersihkan giginya dengan sisig yang dibuat dari jaja gina yang dibakar, arengnya dipakai sebagai sisig dengan Mantram: OM WAJA SUDHA SPATHIKA PUSPADANTA YA NAMAH SVAHA.
Cuci muka dengan air biasa, lalu diberikan bedak dari gamongan setelah kering, dengan Mantram: OM PARI PURNA YA NAMA SVAHA. Artinya: Tuhan, dengan bedak ini semoga menjadi sempurna.
Sekujur tubuh dibersihkan dengan air biasa, kemudian diberi bedak atau boreh dengan bedak isen, dan kakinya dengan boreh kunyit, lalu meblanyoh putih kuning dibuat dari beras putih dan kuning. Beras putih untuk diatas dari muka ke kepala, beras kuning untuk dibawah dari leher ke kaki, serta makerik kuku tangan dan kaki dibungkus dengan daun sirih diletakkan di papaga, dengan Mantram: OM ASUCHIRWA SUCHIRWYAPI, SARWAKAMA GATOPIWAM, CHINTHAYED DEWAM ISANAM, SABAHYA BYANTARA SUCHIH. Artinya: Bila seseorang sudah suci atau tidak asal ia menghilangkan segala keinginan ketika ia memusatkan pikiran kepada Hyang Widhi, maka sucilah ia.
Tubuh layon yang masih basah dikeringkan dengan kain putih atau kapas sampai kering terus tikar penggulungan diganti, disertai Mantram: OM SIKAPA PAMULUNE SANG WUS LAMPUS, LEMPUNG LEMUH YA NAMAH SVAHA. Artinya: Tuhan, semoga yang diupacarai putih dan lembut.
Mesalin Busana.
Meletakkan bantal kemudia mesasad dengan telur ayam, sabut kelapa, alang-alang yang dijepit dengan lidi dari ujung rambut sampai ujung kaki, Mantramnya: OM ANDA PAMARISUDHA SARWA BHUTA YA NAMAH SVAHA. Artinya: Tuhan, semoga dengan telur ini yang suci ini segala bhuta kala ruwat.
Diperciki air kumkuman, tirtha panglukatan dan tirtha pangringkes.
Melakukan persembahyangan sebagai penghormatan kepada layon.
Memasang itik-itik.
Mengenakan tekep bhaga/purus yang baru serta monmon dimulut.
MEMASANG KWANGEN
Ubun-ubun, 1 buah kewangen + 11 uang kepeng
Tangan kiri, 1 buah kewangen + 5 uang kepeng
Tangan Kanan, 1 buah kewangen + 5 uang kepeng
Dada, 1 buah kewangen + 11 uang kepeng
Ulu Hati, 1 buah kewangen + 11 uang kepeng
Kaki kiri, 1 buah kewangen + 5 uang kepeng
Kaki Kanan, 1 buah kewangen + 5 uang kepeng
Lambung kanan, 8 buah kewangen + 15 uang kepeng
Lambung kiri, 8 buah kewangen + 15 uang kepeng
Bantal tanpa kewangen dengan uang kepeng sebanyak 225 kepeng.
MEMASANG/MENGENAKAN WEWALUNGAN
Cermin dipasang dikedua mata.
Baja(waja) dipasang pada gigi.
Daun Intaran dipasang di kening
Daun Delem dipasang di pipi
Bunga menuh dipasang di hidung.
Bunga kelor dipasang di taring.
Sebilah besi/paku dipasang pada kedua kaki.
Lekesan sirih hitam di jeriji kedua tangan
Lekesan sirih putih di jeriji kedua kaki.
Daun tunjung di kemaluan wanita
Lengis kapur anggen anget-anget
Gempong(empol kelapa) dipakai menyembur sesuai arah mata angin(Timur, Selatan, Barat, Utara, Tengah, Atas, Bawah)
Angkeb rai dipasang di wunwunan atau muka.
Digulung terus meruruh
Macek tikeh
Ngeringkes terus memasukkan ke peti sawa.
NGERINGKES
Setelah dudonan upacara memandikan layon selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan Ngeringkes Sawa dengan Mantram: OM SANG HYANG NILAGANDA ASRI PUDAK KASTURI, SANG HYANG GANDASONA ASARI MENUH ANGSANA, SANG HYANG PUDAK SATEGAL ASARI GAMBIR ERMAYA, GANDA LEPAS MULIH MARING DEWA, BAYU LEPAS MULIH MARING NILAWATI, BAYU SABDA IDEP TITIJATI PRALINA. Artinya: Nilaganda bersari bunga pudak sategal, gandasona bersari bunga menuh angsana, bunga pudak seladang bersari gambir ermaya, bahu lepas kembali kepada Dewa, Tenaga lepas kembali kepada Nilawati, Tingkah laku, Ucapan dan Pikiran merupakan jembatan sejati untuk menuju alam baka pralina.
Apabila sawa tidak langsung dikuburkan atau diaben, sawa tersebut disemayamkan di Bale Sawa. Perlu diingat bahwa dudonan upacara memandikan layon tentu berbeda disetiap desa sesuai dengan Desa, Kala, Patra dan Kula Dresta. Terlepas dari perbedaan tersebut semoga tulisan ini bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar