Sabtu, 06 Mei 2023

Tampelbolong

Sudah pernah dilaksanakan... Dan akan dilaksanakan lagi di ......yang berminat silahkan baca selengkap na.... 

Upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga merupakan Penguatan Identitas Kehinduan

Memperhatikan perkembangan masyarakat Bali dewasa ini terdapat gejala menarik yang perlu mendapatkan perhatian serius, yaitu terjadinya perubahan sikap dan perilaku orang Bali secara signifikan. Orang Bali kini cenderung menjadi sangat pragmatis sehingga mengarah pada human ekonomikus. Gejala lain adalah semakin memudarnya kebiasaan membuatkan upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga.

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah kembali ke jati diri sebagai manusia Bali dengan melakukan upaya-upaya penguatan identitas kehinduan. Agama adalah salah satu mekanisme ke arah penguatan moral dan identitas.

Dalam hubungannya dengan penguatan identitas kehinduan, upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga menjadi sangat penting untuk dibahas. Persoalannya adalah: apa makna upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga itu sehingga menjadi penting untuk dirayakan dan mengapa penguatan identitas kehinduan itu menjadi penting?

Agama Hindu yang sekarang diwarisi di Bali adalah sebuah perpaduan akulturatif antara tradisi kecil (budaya Bali) dengan tradisi besar (Hindu) yang datang dari India. Oleh karena agama Hindu merupakan sebuah hasil akulturasi, maka beberapa tradisi lokal masih tetap bertahan hingga saat ini. Masuknya agama Hindu lebih banyak bersifat mempermulia apa yang telah ada di Bali. Beberapa tradisi lokal yang tetap bertahan misalnya bentuk-bentuk pelaksanaan upacara.

Agama Hindu terdiri atas tiga kerangka, yaitu tattwa, etika dan upacara. Dalam realisasinya ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, satu aktivitas keagamaan merupakan realisasi dari ketiga kerangka dasar tersebut. Dalam penampilannya secara empiris upacara mungkin tampak lebih menonjol dibandingkan dengan aspek etika dan tattwa. Akan tetapi esensi, terdalam dari agama Hindu terdapat dalam Tattwa.

Bagi masyarakat Hindu di Bali, realisasi ajaran agama itu dilaksanakan dalam bentuk kebaktian dan yadnya. Di Bali dikenal lima jenis yadnya yang disebut Panca Yadnya, yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya. 
Melakukan upacara yadnya merupakan langkah yang diyakini sebagai kegiatan beragama Hindu yang amat penting karena yadnya adalah salah satu penyangga bumi. Demikian disebutkan dalam kitab Atharwa Weda.

Upacara agama adalah merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan yadnya sebagai dasar pengembalian Tri Rna. Weda mengajarkan, Tuhan menciptakan alam semesta ini berdasarkan yadnya. Oleh karena itu, manusia yang bermoral akan merasa berutang kepada Tuhan. Dari adanya rasa berutang itu umat Hindu melakukan Dewa Yadnya sebagai rasa bakti umat kepada Tuhan dan melakukan, Bhuta Yadnya untuk memelihara semua ciptaan Tuhan. Rasa berutang kepada leluhur (pitra) diwujudkan dengan berbakti kepada leluhur atau pitra dalam bentuk Pitra Yadnya dan mengabdi kepada keturunan karena keturunan tersebut pada hakikatnya adalah leluhurlah yang menjelma.

Mengabdi kepada keturunan dalam bentuk manusa yadnya pada hakikatnya adalah leluhurlah yang menjelma. Mengabdi kepada keturunan dalam bentuk manusa yadnya pada hakikatnya juga melakukan Pitra Yadnya secara filosofis. Hal ini terjadi karena agama Hindu mengajarkan kepercayaan kepada punarbhawa atau reinkarnasi. Anak-anak yang dilahirkan adalah penjelmaan leluhur yang terdahulu. Sehubungan dengan itu mengupacarai anak-anak dalam bentuk Sarira Samskara atau di Bali disebut Manusa Yadnya adalah bentuk pengabdian orang tua kepada leluhur melalui anak-anak.

Salah satu bentuk upacaranya adalah upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga. Upacara ini merupakan upacara penyucian untuk menguatkan karakter kehinduan. Dengan menyucikan anak-anak, berarti juga menyucikan leluhur. Melakukan bagi orang tua kepada anaknya. Upacara ini sering juga disebut hutang orang tua kepada anak. Hutang ini juga hutang moral. Upacara ini bertujuan agar segala keburukan dan kesalahan yang mungkin dibawa sejak lahir dan semasa hidupnya terdahulu dapat dikurangi atau ditebus. Dengan demikian kehidupan yang sekarang benar-benar merupakan kesempatan untuk memperbaiki serta meningkatkan diri untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Jadi upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga bagi masyarakat Hindu demikian mendalam.

Dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, maka upacara Bayuh Tampel Bolong, Melik, Sanan Empeg, Telaga Apit Pancoran, dan Pancoran Apit Telaga ini mutlak dilakukan oleh para orang tua, terutama kaum perempuan sebagai penyangga yadnya. Namun, kenyataan yang ditemukan di lapangan banyak orang tua (terutama para perempuan/ibu yang berkarier di luar rumah) mengganti upacara menjadi perayaan selamatan bahkan menebus/membayah dengan barang-barang berharga mahal sehingga makna upacara bayuh itu sendiri menjadi sangat kabur. Ada kalanya bagi orang tua yang mampu justru melaksanakan kedua-duanya. Konsep pikir mereka adalah mengikut izaman. Hal ini jelas menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki konsep pikir seperti itu sudah kena pengaruh modernisasi dan pola pikir keseragaman.

Bahwa dewasa ini terjadi berbagai krisis pada diri manusia, di antaranya adalah krisis keanekaragaman. Semua krisis yang terjadi disebabkan dan dinikmati oleh manusia sendiri. Lebih jauh dikatakan bahwa krisis keanekaragaman ditandai dengan hilangnya ciri-ciri khas, bahkan punahnya spesi atau penampilan sebagai akibat dari upaya penyeragaman, sedangkan penyeragaman dilakukan dengan tujuan effisiensi dan modis. Penyeragaman ini tidak hanya dalam bentuk arsitektur bangunan, makanan dengan berbagai jenisnya yang sering dikonsumsi oleh orang Bali (Hindu), tetapi juga dalam hal bayuh/ruwatan kelahiran.

Oleh sebab itulah Kapurusan Griya Agung Bangkasa mengadakan Paruman Ring Griya Agung Bangkasa Tgl:  pukul 15.00 sampai selesai,
Menghasilkan kesepakatan putusan dan menetapkan bahwa:

1. Pebayuhan Tampel Bolong masal. dilaksanakan, Tgl :  ring Griya Agung Bangkasa, pukul 09.00 sampai selesai.

2. Anggaran biaya peserta pebayuhan 
Rp. 400.000; per orang silahkan daftar di koperasi Maha Daksa Sandhi ring Griya Agung Bangkasa 

3. Prosesi Ritual Pebayuhan masal bernaung dibawah Yayasan Widya Daksa Dharma, Griya Agung bangkasa, yang telah berbadan hukum dengan nomor : AHU-0006915.50.80.2014. Sekeretariat : jalan Tangsub no. 4, Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Bali. 

4. No Tlp Yang dapat dihubungi : 081936287278 an I Gede Sugata Yadnya Manuaba

5. Dipuput oleh Ida Sulinggih Kapurusan Griya Agung Bangkasa dan lintas pasemetonan

Bayuh Tampel Bolong adalah Pamahayu Masal dan salah satu ceremony bayuh, ( ruwat / pangentasan) yg hampir hilang di bali. 

Kutipan lontar tampel bolong dan lontar kembang rampe. 

   Kapratyaksakna den ta makabehan, kalinganing pamahayu tampel bolong, ngaranya waneh, ika maka panebusan danda ikang hyang- hyanging wwang sudosa, makadi pinaku jihwa, rikahuripania swang - swang. 

Artinya :
Perhatikanlah penjelasan ku, olehmu semua, y. Mengenai bayuh oton tampel bolong, itu nama, y, tujuan, y sebagai penebusan hukuman kepada leluhur, dari org yg berdosa, sebagai pembeli atau penebusan jiwa pada kehidupan masing - masing. 

Kutipan,,, 
   Samangkana pretekaning rare, pawehe mukti swarga nikang rat, apan hana dosania duk ing kari maurip ring madhya pada nguni, mangke tinemunya sengsara dinanda de sanghyang yamadipati, pinelara denira watek bhuta kingkara. Karananing wnang tinebus dening pangaci - aci manut sakramaning puja tampel bolong, pahayunen ika pinaka panawar, danda, ning sudosan ipun, twin kadurmitan, kaupadrawan, lawan kadurmangalan ira, prasida hning pamidanda, nira, agung alit tuten ira pwa denta, wnang kaparisudha de sang rumaga putus, 

Artinya :
Demikianlah upacara ini terhadap anak, sehingga dapat menemui dan menikmati sorga di dunia ( semasih hidup) krn ada dosa, y pd kehidupan terdahulu, mk skrg menerima penderitaan di hukum oleh sanghyang yamadipati, dan para bhuta kingkara. Itu yg menyebabkan patut di tebus ( bayuh / rwat) dgn upacara bebayuhan yg di sebut " tampel bolong " yg sekali gus merupakan pembebasan hukuman org yg berdosa, atau org yg mempunyai pertanda buruk, mala petaka, dan isyarat yg kurang baik pd kehidupan skrg. Bebayuhan tampel bolong, bs menghilangkan hukuman yg besar maupun kecil, krn itu patut di ikuti dan di sucikan di mana du puput oleh sang sulinggih,,,,,,!!!

Kutipan :
Pamahayu " tampel bolong" make pangilanganing papa klesa, panyadma, nya mwang kadurmitania ring loka. Agung alit ika pamahayunan, manggawe kepagehaning sang hyang pramana, makadi sanghyang urip ring bhuwana, mangkana kengetakna denta presamya,,,,, 

Artinya :
Pabayuhan tampel bolong sebagai penghapus papa atau penderitaan, baik yg di bawa sejak lahir, maupun kemalangan dlm hidup ini. Besar, kecil, y bebayuhan tampel bolong ini, hendak, y di lakukan pd setiap org, yg akan menyebabkan langgeng ( kekal, y) sang atma dan jiwa, y di dunia. Demikianlah agar sllu di ingat olehmu semua, y,,,,  

Kutipan : 
Kunang wwang tan maka don pinahayunen " tampel bolong" salawasnya tan amanggih amretha sanjiwani lawan kaswargani, apan jadma tan kasupat dening sang putus siwa, kalawan bodha, wnang amanggih panca gati, sangsara sama lawan atmaning wwang, tulah kneng utpata, upadrawa, tan dadya jadma mwah encep ring kawah,,,,,, 

Artinya :
Kalau ada org yg tidak melakukan rwatan / bebayuhan tampel bolong, selama, y tidak akan menemui keberhasilan dlm hidup, y. Dan menemukan sorga, y. Krn org itu tidak di sucikan oleh pandita siwa dan budha, mk wajarlah menemukan lima macam kesengsaraan, sama sprti atma org yg mendapatkan kutukan, tidak akan menjelma mnjadi manusia lg, dan akan selama, y tenggelam dlm api neraka,,,,,, 

Utk itu dpt di simpulkan bhwa: pebayuhan tampel bolong, merupakan puncak dari semua pebayuhan yg ada. Dimana bebayuhan ini berfungsi sebagai penyempurna dari semua pebayuhan yg ada. 

NB; 
Makta pejati asoroh jangkep, segehan, toples wadah tirtha, miwah tirtha ida bhatara guru lan dalem karang. (sampunang nganggen plastik) 

Sane arsa nyarengin mangda mendaftar ring koperasi kmds griya agung bangkasa. 

Rikala aedan bayuh tampel bolong sane pacang kapolihang sekadi
1. Madudus ring marga agung
2. Panglukatan pancawara, saptawara ring jaba tengah.
3. Panglukatan melik, sanan empeg, telaga apit bulakan, bulakan apit pancoran
4. Panglukatan Bhatara Brahma
5. Panglukatan Tampel Bolong
6. Natab tebasan2 lan ngenggen sarana tampel bolong, ngemargiang pamegat sotsot.
7. Ngaturang sembah bhakti

Asapunika pamargi polah palihnyane. 

Punia semeton puniki ayat anggen ngwangun pura kahyangan dharma smrti ida bhatara sinuhun. 

#PEBAYUHAN MASAL TAMPEL BOLONG, MELIK, DAN SANAN EMPEG#
#I Gede Sugata Yadnya Manuaba#
#Kutipan Pustaka Lawar Capung Ki Dalang Tangsub#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar