Sabtu, 27 Mei 2023

Hanoman

Hanoman Duta

(Sebuah Perjalanan Menumpas Kejahatan)


Oleh :

Ni Nyoman Gandu Ningsih (Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba)

 

1.     Pendahuluan

Cerita ini mengisahkan sebuah cerita yang berasal dari India dan kisah yang merupakan titik utama dari kisah Ramayana yang terkenal. Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्; Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putra Batara Bayu dan Anjani, keponakan dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, tetapi dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antarzaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.

 

2.     Pembahasan

A.    Kelahiran

Hanoman lahir pada masa atau zaman Tretayuga sebagai putra Anjani, seekor wanara wanita. Dahulu Anjani sebetulnya merupakan bidadari, bernama Punjikastala. Namun karena suatu kutukan, ia terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan tersebut bisa berakhir apabila ia melahirkan seorang putra yang merupakan penitisan Siwa. Anjani menikah dengan Kesari, seekor wanara perkasa. Bersama dengan Kesari, Anjani melakukan tapa ke hadapan Siwa agar Siwa bersedia menjelma sebagi putra mereka. Karena Siwa terkesan dengan pemujaan yang dilakukan oleh Anjani dan Kesari, ia mengabulkan permohonan mereka dengan turun ke dunia sebagai Hanoman.

 

Salah satu versi menceritakan bahwa ketika Anjani bertapa memuja Siwa, di tempat lain, Raja Dasarata melakukan Putrakama Yadnya untuk memperoleh keturunan. Hasilnya, ia menerima beberapa makanan untuk dibagikan kepada tiga istrinya, yang di kemudian hari melahirkan Rama, Laksmana, Bharata dan Satrugna. Atas kehendak dewata, seekor burung merenggut sepotong makanan tersebut, dan menjatuhkannya di atas hutan di mana Anjani sedang bertapa. Bayu, Sang dewa angin, mengantarkan makanan tersebut agar jatuh di tangan Anjani. Anjani memakan makanan tersebut, lalu lahirlah Hanoman.

Salah satu versi mengatakan bahwa Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan antara Bayu dan Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa dilecehkan. Namun Dewa Bayu menjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, tetapi di dalam hatinya. Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putra yang kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara. Sebagai putra Anjani, Hanoman dipanggil Anjaneya (diucapkan "Aanjanèya"), yang secara harfiah berarti "lahir dari Anjani" atau "putra Anjani".

 

B.    Masa kecil

Pada saat Hanoman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia melemparkan petirnya ke arah Hanoman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi marah dan berdiam diri. Akibat tindakannya, semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada Dewa Bayu agar menyingkirkan kemarahannya. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya dan Hanoman diberi hadiah melimpah ruah. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Hanoman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Maka dari itu, Hanoman menjadi makhluk yang abadi atau Ciranjiwin.

 

C.    Pertemuan dengan Rama

Pada saat melihat Rama dan Laksmana datang ke Kiskenda, Sugriwa merasa cemas. Ia berpikir bahwa mereka adalah utusan Subali yang dikirim untuk membunuh Sugriwa. Kemudian Sugriwa memanggil prajurit andalannya, Hanoman, untuk menyelidiki maksud kedatangan dua orang tersebut. Hanoman menerima tugas tersebut kemudian ia menyamar menjadi brahmana dan mendekati Rama dan Laksmana.

 

D.    Arca Hanoman di Mangaluru, India

Arca Haoman di Uttar Pradesh, India

Saat bertemu dengan Rama dan Laksmana, Hanoman merasakan ketenangan. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda permusuhan dari kedua pemuda itu. Rama dan Laksmana juga terkesan dengan etika Hanoman. Kemudian mereka bercakap-cakap dengan bebas. Mereka menceritakan riwayat hidupnya masing-masing. Rama juga menceritakan keinginannya untuk menemui Sugriwa. Karena tidak curiga lagi kepada Rama dan Laksmana, Hanoman kembali ke wujud asalnya dan mengantar Rama dan Laksmana menemui Sugriwa.

 

E.    Petualangan mencari Sinta

Dalam misi membantu Rama mencari Sinta, Sugriwa mengutus pasukan wanara-nya agar pergi ke seluruh pelosok bumi untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sinta, dan membawanya ke hadapan Rama kalau mampu. Pasukan wanara yang dikerahkan Sugriwa dipimpin oleh Hanoman, Anggada, Nila, Jembawan, dan lain-lain. Mereka menempuh perjalanan berhari-hari dan menelusuri sebuah gua, kemudian tersesat dan menemukan kota yang berdiri megah di dalamnya. Atas keterangan Swayampraba yang tinggal di sana, kota tersebut dibangun oleh arsitek Mayasura dan sekarang sepi karena Maya pergi ke alam para Dewa. Lalu Hanoman menceritakan maksud perjalanannya dengan panjang lebar kepada Swayampraba. Atas bantuan Swayampraba yang sakti, Hanoman dan wanara lainnya lenyap dari gua dan berada di sebuah pantai dalam sekejap.

 

Di pantai tersebut, Hanoman dan wanara lainnya bertemu dengan Sempati, burung raksasa yang tidak bersayap. Ia duduk sendirian di pantai tersebut sambil menunggu bangkai hewan untuk dimakan. Karena ia mendengar percakapan para wanara mengenai Sita dan kematian Jatayu, Sempati menjadi sedih dan meminta agar para wanara menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Anggada menceritakan dengan panjang lebar kemudian meminta bantuan Sempati. Atas keterangan Sempati, para wanara tahu bahwa Sita ditawan di sebuah istana yang terletak di Kerajaan Alengka. Kerajaan tersebut diperintah oleh raja raksasa bernama Rahwana. Para wanara berterima kasih setelah menerima keterangan Sempati, kemudian mereka memikirkan cara agar sampai di Alengka.

 

F.     Pergi ke Alengka

Ukiran tanah liat yang menggambarkan Hanoman sedang mengangkat Gunung Dronagiri.

Karena bujukan para wanara, Hanoman teringat akan kekuatannya dan terbang menyeberangi lautan agar sampai di Alengka. Setelah ia menginjakkan kakinya di sana, ia menyamar menjadi monyet kecil dan mencari-cari Sita. Ia melihat Alengka sebagai benteng pertahanan yang kuat sekaligus kota yang dijaga dengan ketat. Ia melihat penduduknya menyanyikan mantra-mantra Weda dan lagu pujian kemenangan kepada Rahwana. Namun tak jarang ada orang-orang bermuka kejam dan buruk dengan senjata lengkap. Kemudian ia datang ke istana Rahwana dan mengamati wanita-wanita cantik yang tak terhitung jumlahnya, tetapi ia tidak melihat Sita yang sedang merana. Setelah mengamati ke sana-kemari, ia memasuki sebuah taman yang belum pernah diselidikinya. Di sana ia melihat wanita yang tampak sedih dan murung yang diyakininya sebagai Sita.

 

Kemudian Hanoman melihat Rahwana merayu Sita. Setelah Rahwana gagal dengan rayuannya dan pergi meninggalkan Sita, Hanoman menghampiri Sita dan menceritakan maksud kedatangannya. Mulanya Sita curiga, tetapi kecurigaan Sita hilang saat Hanoman menyerahkan cincin milik Rama. Hanoman juga menjanjikan bantuan akan segera tiba. Hanoman menyarankan agar Sita terbang bersamanya ke hadapan Rama, tetapi Sita menolak. Ia mengharapkan Rama datang sebagai ksatria sejati dan datang ke Alengka untuk menyelamatkan dirinya. Kemudian Hanoman mohon restu dan pamit dari hadapan Sita. Sebelum pulang ia memporak-porandakan taman Asoka di istana Rahwana. Ia membunuh ribuan tentara termasuk prajurit pilihan Rahwana seperti Jambumali dan Aksha. Akhirnya ia dapat ditangkap Indrajit putra sulung Rahwana sekaligus putra mahkota Kerajaan Alengka dengan senjata Brahma Astra. Senjata itu memilit tubuh hanoman. Namun kesaktian Brahma Astra lenyap saat tentara raksasa menambahkan tali jerami. Indrajit marah bercampur kecewa karena Brahma Astra bisa dilepaskan Hanoman kapan saja, tetapi Hanoman belum bereaksi karena menunggu saat yang tepat.

 

G.    Terbakarnya Alengka

Ketika Rahwana hendak memberikan hukuman mati kepada Hanoman, Wibisana adik kandung Rahwana membela Hanoman agar hukumannya diringankan, mengingat Hanoman adalah seorang utusan. Kemudian Rahwana menjatuhkan hukuman agar ekor Hanoman dibakar. Melihat hal itu, Sita berdo'a agar api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Karena do'a Sita kepada Dewa Agni terkabul, api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Lalu ia memberontak dan melepaskan Brahma Astra yang mengikat dirinya. Dengan ekor menyala-nyala seperti obor, ia membakar kota Alengka. Kota Alengka pun menjadi lautan api. Setelah menimbulkan kebakaran besar, ia menceburkan diri ke laut agar api di ekornya padam. Penghuni surga memuji keberanian Hanoman dan berkata bahwa selain kediaman Sita, kota Alengka dilalap api. Dengan membawa kabar gembira, Hanoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sita. Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka

 

H.    Pertempuran besar

Hanoman diperankan dalam Yakshagana, drama populer dari Karnataka.

Dalam pertempuran besar antara Rama dan Rahwana, Hanoman membasmi banyak tentara rakshasa. Saat Rama, Laksmana, dan bala tentaranya yang lain terjerat oleh senjata Nagapasa yang sakti, Hanoman pergi ke Himalaya atas saran Jembawan untuk menemukan tanaman obat. Karena tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri pohon yang dimaksud, Hanoman memotong gunung tersebut dan membawa potongannya ke hadapan Rama. Setelah Rama dan prajuritnya pulih kembali, Hanoman melanjutkan pertarungan dan membasmi banyak pasukan rakshasa.

 

I.      Kehidupan selanjutnya

Setelah pertempuran besar melawan Rahwana berakhir, Rama hendak memberikan hadiah untuk Hanoman. Namun Hanoman menolak karena ia hanya ingin agar Sri Rama bersemayam di dalam hatinya. Rama mengerti maksud Hanoman dan bersemayam secara rohaniah dalam jasmaninya. Akhirnya Hanoman pergi bermeditasi di puncak gunung mendoakan keselamatan dunia.

Pada zaman Dwapara Yuga, Hanoman bertemu dengan Bima dan Arjuna dari lingkungan keraton Hastinapura. Dari pertemuannya dengan Hanoman, Arjuna menggunakan lambang Hanoman sebagai panji keretanya pada saat Bharatayuddha.

 

J.     Tradisi dan pemujaan

Di negara India yang didominasi oleh agama Hindu, terdapat banyak kuil untuk memuja Hanoman, dan di mana pun ada gambar awatara Wisnu, selalu ada gambar Hanoman. Kuil Hanoman bisa ditemukan di banyak tempat di India dan konon daerah di sekeliling kuil itu terbebas dari raksasa atau kejahatan.

 

K.    Beberapa kuil Hanoman yang terkenal adalah:

1.     Kuil Hanoman di Nerul Navi, Mumbai, India.

2.     Puncak monyet, Himachal Pradesh, India.

3.     Kuil Jhaku, Himachal Pradesh, India.

4.     Kuil Sri Suchindram, Tamilnadu, India.

5.     Sri Hanuman Vatika, Orissa, India.

6.     Kuil Saakshi Hanuman, Tamilnadu, India.

7.     Shri Krishna Matha (Kuil Krishna), Udupi.

8.     Krishnapura Matha, Krishnapura dekat Surathkal.

9.     Kuil Ragigudda Anjaneya, Jayanagar, Bangalore.

10.  Hanumangarhi, Ayodhya.

11.  Kuil Sankat Mochan, Benares.

12.  Kuil Hanuman, dekat Nuwara Eliya, Sri Lanka.

13.  Salasar Balaji, Distrik Churu, Rajasthan.

14.  Kuil Mehandipur Balaji, Rajasthan.

15.  Ada Balaji, di hutan suaka Sariska, Alwar, Rajasthan.

16.  Sebelas kuil Maruthi di Maharashtra.

17.  Kuil Shri Hanuman di Connaught Place, New Delhi.

18.  Shri Baal Hanumaan, Tughlak Road, New Delhi.

19.  Kuil Prasanna Veeranjaneya Swami, di Mahalakshmi Layout, Bangalore, Karnataka.

20.  Sri Nettikanti Anjaneya Swami Devasthanam, Kasapuram, Andhra Pradesh.

21.  Yellala Anjaneya Swami, Yellala, Andhra Pradesh.

22.  Pura Sri Mahavir, Patna, Bihar.

23.  Kuil Sri Vishwaroopa Anchaneya, Tamilnadu, India.

24.  Pura Uluwatu, Bali,Indonesia

 

L.    Anggota Keluarga

Berbeda dengan versi aslinya, Hanoman dalam pewayangan memiliki dua orang anak. Yang pertama bernama Trigangga yang berwujud kera putih mirip dirinya. Konon, sewaktu pulang dari membakar Alengka, Hanoman terbayang-bayang wajah Trijata, puteri Wibisana yang menjaga Sita. Di atas lautan, air mani Hanoman jatuh dan menyebabkan air laut mendidih. Tanpa sepengetahuannya, Baruna mencipta buih tersebut menjadi Trigangga. Trigangga langsung dewasa dan berjumpa dengan Bukbis, putera Rahwana. Keduanya bersahabat dan memihak Alengka melawan Rama. Dalam perang tersebut Trigangga berhasil menculik Rama dan Laksmana namun dikejar oleh Hanoman. Narada turun melerai dan menjelaskan hubungan darah di antara kedua kera putih tersebut. Akhirnya, Trigangga pun berbalik melawan Rahwana.

 

Putera kedua Hanoman bernama Purwaganti, yang baru muncul pada zaman Pandawa. Ia berjasa menemukan kembali pusaka Yudistira yang hilang bernama Kalimasada. Purwaganti ini lahir dari seorang puteri pendeta yang dinikahi Hanoman, bernama Purwati.

 

M.  Kematian

Hanoman berusia sangat panjang sampai bosan hidup. Narada turun mengabulkan permohonannya, yaitu "ingin mati", asalkan ia bisa menyelesaikan tugas terakhir, yaitu merukunkan keturunan keenam Arjuna yang sedang terlibat perang saudara. Hanoman pun menyamar dengan nama Resi Mayangkara dan berhasil menikahkan Astradarma, putera Sariwahana, dengan Pramesti, puteri Jayabaya. Antara keluarga Sariwahana dengan Jayabaya terlibat pertikaian meskipun mereka sama-sama keturunan Arjuna. Hanoman kemudian tampil menghadapi musuh Jayabaya yang bernama Yaksadewa, raja Selahuma. Dalam perang itu, Hanoman gugur, moksa bersama raganya, sedangkan Yaksadewa kembali ke wujud asalnya, yaitu Batara Kala, sang dewa kematian.

 

3.     Penutup

Sebuah penutup dari tulisan ini yang membuat saya begitu memahami apa yang ingin di sampaikan dalam lakon itihasa ini. Hanoman adalah sosok kesatria yang selalu belajar. Kisahnya hingga ia menjadi panglima perang negeri Ayodya tidak luput dari sebuah pembelajaran. Ia merupakan sosok yang lurus, begitu patuh pada perintah orang-orang yang dihormatinya hingga ia tidak pernah berani untuk bertanya. Ia hanya perlu memahami dan meyakini apa yang menjadi keyakinannya. Sampai pada Hanoman akhirnya menyadari bahwa setiap hal yang ada di dunia selalu memiliki dua sisi yang berbeda, tidak semua yang buruk itu buruk begitu juga sebaliknya. “Perang, semula selalu kuanggap sebagai pertempuran antara benar dan salah. Lama kurenungi ternyata perang tidak lebih hanyalah sebuah benturan antara dua pihak dengan kepentingan berseberangan. Cukuplah aku terlibat hanya pada satu perang besar.”

 

Sebuah percakapan Hanoman dengan Batara Kala yang berakhir dengan kesimpulan: “Bangsa manusia diciptakan memiliki kebaikan. Mereka dicipta begitu mulia. Mereka hanya akan menjadi sebuah keburukan atas pilihannya sendiri. Atas kemauannya sendiri. Mereka sendiri yang akan mengingatkan jalan kehidupan mereka sendiri. Mereka mampu bila mereka mau”

 

4.     Daftar Pustaka

1)     Padmosoekotjo, S. Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita Jilid II. Surabaya: CV Citra Jaya. 1981.

 

2)     Wibisana, Singgih, “Bahasa Pedalangan Gaya Surakarta (Sebuah Himbauan Penelitian)”, Makalah disampaikan dalam Rangka Penataran Para Dosen dan Pengajar Sekolah Menengah di Kampus UGM 5-8 Maret 1979.

 

3)     Y. Hadi, Sumandya, Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007. Narasu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar