Senin, 01 Mei 2023

Pawiwahan Ngubeng

Pawiwahan Ngubeng
I Nyoman  Risky Gunawan dan Vanessa Christiana Hadinata
(Sederhana Tak Kurangi Makna Perkawinan) 
 
RANGDILANGIT,  GRIYANG BANG EXPRESS-Perkawinan sesuatu yang sakral, tak hanya sebatas ikatan formal, melainkan spiritual. Sebab prosesinya di Hindu melibatkan Tri Upasaksi atau tiga saksi, yakni Dewa Saksi dalam hal ini Tuhan, Manusa Saksi dalam hal ini administrasi formal dan keluarga, serta Bhuta Saksi, bhuta kala. Sehingga ikatan perkawinan mempelai dipercaya sah secara sekala maupun niskala. 

Zaman terus berkembang. Prosesi perkawinan atau pawiwahan pun sedikit demi sedikit mengalami perubahan dalam sisi praktik. Namun, esensinya masih tetap sama. Bahwa ada Tri Upasaksi. Hal ini tentu wajar, sebab tata cara perkawinan yang diinisiasi oleh agama berbaur dengan sistem adat setempat. Demikian pula di Bali.

Biasanya prosesi perkawinan kebanyakan dilaksanakan di rumah mempelai. Sebab ada sesi natab di merajan. Namun, belakangan perkawinan cukup banyak dilaksanakan di griya dan dipuput sulinggih setempat. Muncullah istilah Pawiwahan Ngubeng. Sebagian besar prosesnya dilaksanakan di griya, dipimpin langsung Sang Dwijati.

Salah satu yang mengikuti Pawiwahan Ngubeng selaku mempelai adalah pasangan I NYOMAN RISKY GUNAWAN (putra ketiga dari Bapak I Nyoman Sutarma & Ibu Ni Made Seni) dengan VANESSA CHRISTIANA HADINATA (putri ketiga dari Bapak Henry Hadinata, S.E & Fransisca Agustina, S.H, yang akan dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2023 di Griya Agung Bangkasa. Dimana I Nyoman Risky Gunawan sekaligus sebagai pretisentana Kapurusan  Jro Ketut Dalang Tangsub ponakan warih Brahmana Manuaba (Griya Agung Bangkasa) maring Jimbaran. 

Keluarga  I Nyoman Risky Gunawan memiliki taraf ekonomi yang cukup mampu. Berasal dari Jl. Ce lagi Basur No. 1 Jimbaran. Pastilah ada banyak pertanyaan waktu dan tempat pelaksanaan pawiwahan ini, kenapa justru melaksanakan pawiwahan di griya. Mungkin konsep menurut masyarakat umum agak menyimpang, kok sudah punya rumah, terus melaksanakan Pawiwahan Ngubeng?” 

Dijelaskan oleh Jmk Gede Tubaba, pelaksanaan pawiwahan ngubeng itu tujuannya adalah efisiensi. Pertama terkait waktu, juga saudaranya banyak yang tinggal jauh, sehingga di tarik semuanya ke tengah, baik keluarga mempelai wanita juga keluarga mempelai pria, dan alangkah baiknya (upacara) dipuput seorang sulinggih, lebih-lebih ditempat pokok atau sentral asal muasal.

Jika biasanya prosesi terlihat menonjol saat resepsi, namun pihaknya berprinsip menonjolkan proses inti pawiwahan itu sendiri. Dalam pawiwahan yang dilaksanakan di Griya Agung Bangkasa itu, baik prajuru maupun keluarga mempelai diharapkan bisa melihat proses dan saling mengenal. Sebab, menurutnya tak hanya kedua mempelai yang perlu saling mengenal, namun kedua keluarga. Ngubeng, selain menghemat waktu dan tempat, ada makna tersendiri bagi yang melaksanakan upacara. Bagaimana jika bukan resepsi ataupun prewedding yang ditonjolkan, namun melainkan kesakralan dari upacara pawiwahan itu sendiri.

Hal ini juga diharapkan menjadi salah satu pertimbangan jika nantinya ada calon mempelai yang terkendala, seperti tidak punya keluarga atau tempat, namun tetap bisa melangsungkan pernikahan. Harapan titiang, para remaja yang suatu saat menjadi dewasa memiliki pertimbangan dalam melangsungkan perkawinan. Bahwa ada hal yang praktis, kelihatannya sederhana, namun tidak mengurangi makna yang utama. Karena perlalihan zaman itu sering menghilangkan makna sesungguhnya dari sebuah upacara dengan sederhana. Upacara pawiwahan ngubeng tidak menghilangkan makna pawiwahan. Yang berubah adalah tempat dan waktu saja.

Menurut Jro Mangku Gede Sugata Yadnya Manuaba (Tubaba) dari Griya Bangkasa menegaskan, Pawiwahan Ngubeng hanya berbeda dari sisi rangkaian, namun filosofinya sama. “Meski rangkaiannya berbeda dengan pawiwahan pada umumnya, titiang menyebut Pawiwahan Ngubeng dari segi makna dan filosofi tak memiliki perbedaan dengan pawiwahan pada umumnya,” tegasnya.

Menurut Ida Sinuhun Siwa Putri Parama Daksa Manuaba, lanjutnya, Pawiwahan Ngubeng dilakukan karena berbagai faktor. Semisal ingin lebih ringan, upacara nuwek (fokus) pada tattwa, atau karena keadaan tertentu lainnya.

#tubaba@griyangbang//pawiwahanngubeng//Griya Agung Bangkasa#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar