Jumat, 19 Mei 2023

Upacara Adhi Diksita Munggah Bhawati

JRO MANGKU GDE KETUT UNTUNG YOGA dan JRO MANGKU ISTRI NI WAYAN SUSILA BAKTIASIH

Radite, Kliwon Tolu (18 Juni 2023) 
 
Proses Aguron-Guron para umat yang mengambil jalan ke-Panditaan (Brahmana) dalam hal ini perjalanan seorang sampai menjadi Pandita Mpu tidaklah mudah, karena melalui waktu dan proses batin yang panjang. Aguron-Aguron ini dimulai dari ”Eka Jati” dengan menjadi Pemangku (Pinandita), berlanjut menjadi Jro Mangku Gede, dan ketika sudah memenuhi syarat, maka dilanjutkan ”Diksa Ida Bhawati” yang berarti sudah dalam ”Rahim” sebelum lahir (Embas) menjadi Brahmana (Pandita)

Untuk meningkatkan status kepemangkuan yakni dari pemangku menjadi pandita, JRO MANGKU GDE KETUT UNTUNG YOGA dan JRO MANGKU ISTRI NI WAYAN SUSILA BAKTIASIH, Radite, Kliwon Tolu (18 Juni 2023)  melaksanakan upacara nyambung griya "Adhi Diksita Madeg Bhawati" Di Griya Asitha Sari Mengwi. 

Upacara Adhi Diksita Madeg Bhawati, nyurud ayu piodalan di Merajan Kapurusan Griya ASITHA Sari Mengwi. Hadir menyaksikan upacara tersebut PHDI Kabupaten Badung, MGPSSR Kecamatan Mengwi, para Kepala Wilayah baik dinas maupun lembaga adat, para pemangku, pandita serta warga setempat.  Upacara Adhi Diksita Madeg Bhawati tersebut salah satu rentetan upacara sebelum menjadi Pandita Mpu. Upacara Adhi Diksita Madeg Bhawati ini merupakan suatu upacara mati raga yang dilaksanakan  pemangku tersebut sebelum nantinya didiwijati untuk menjadi pandita.

“Prosesi upacara matiraga ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam, dengan tujuan untuk membersihkan diri dari ikatan–ikatan keduniawian,” demikian diungkapkan oleh Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Yaksa Acharya Manuaba. Selain itu, setelah melalui upacara Adhi Disita Madeg Bhawati ini, para Jro Mangku yang diupacarai saat ini akan mengikuti pendalaman–pendalaman tentang Weda selama kurun waktu 6 bulan hingga 2 tahun, sebelum nantinya diupacarai kembali dengan prosesi upacara  dwijati untuk proses menjadi pandita. Disebutkan pula, upacara Adhi Diksita Madeg Bhawati ini terlaksana berkat dukungan dan partisipasi seluruh semeton, Keputusan, Panitia dan MGPSSR Kecamatan Mengwi.

Kegiatan upacara yang dilaksanakan saat ini sebagai dasar pelaksanaan untuk menjadi sulinggih. Dengan kegiatan ini diharapkan pula dapat meningkatkan rasa persatuan dari seluruh semeton. Sementara pada upacara Adhi Diksita Madeg Bawati yang dilaksanakan ini diawali dengan upacara melukat, selanjutnya para pemangku tersebut melaksanakan upacara mati raga untuk selanjutnya dilahirkan kembali dengan prosesi upacara seperti upacara kelahiran pada umumnya yang ditapak Nabe Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Yaksa Acharya Manuaba.

Dalam kehidupan manusia sesuai dengan ajaran sastra kita mengenal adanya empat tahapan hidup yang disebut Catur Asrama. Pada tahapan Wanaprasta dan Bhiksuka menjadi sangat spesipik karena sudah mengarah pada tingkat hidup untuk melepaskan keduniawian. Salah satunya adalah dengan meningkatkan diri dalam hal kesucian lahir dan bhatin.

Sebagai seorang yang sudah menjalankan dan memilih cara hidup menjadi orang suci tentu akan banyak sekali harus mengadaptasi kehidupan kepada jalan kemuliaan. Seorang Eka  jati terlebih lagi seorang yang sudah madeg bhawati dituntut untuk mengetahui dan harus selalu menjalankan swadharma dan sesana sebagai sebuah ketentuan disiplin. Seperti ajaran Tri Sila Parartha ( Asih, punia, bhakti ), Catur Parimita, Trikaya Parisudha Panca Yama dan Nyama Brata serta ikatan disiplin dalam kehidupan kerokhanian yang disebut dengan Catur Bandana Dharma yang meliputi : Amari Aran : bahwa yang bersangkutan wajib merubah namanya sebagai walaka dengan nama baru sebagaimana diberikan oleh Nabenya. Amari Sesana : bahwa yang bersangkutan harus maninggalkan tugas kewajibannya semula dan menggantikannya dengan sasana kawikon. Dalam hal ini seorang Eka jati/Ida Bhawati dibebaskan dari tugas kewajiban selaku warga masyarakat biasa. Amari Wesa : bahwa yang bersangkutan harus mengganti identitas dirinya dengan identitas Bhawati, misalnya tidak boleh lagi bercukur. Juga harus mengikuti disiplin penggunaan pakaian waktu upacara dan penggunaan pakain sehari-hari. Dan Umulahaken Kaguru Susrusan : bahwa yang bersangkutan harus melaksanakan dengan ketat, taat, dan patuh serta berdisiplin mengenai ajaran yang diberikan Nabe.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar