Rabu, 31 Mei 2023

PAWINTENAN PINANDITA WIWA SIWA - BUDHA GRIYA AGUNG BANGKASA

Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Budha
Mawinten berasal dari bahasa jawa kuno, mawa arti nya bersinar dan inten arti nya intan (permata) berwarna putih/suci kemilau/bersinar dan mempunyai sifat mulia, bila diuraikan mempunyai pengertian, dengan upacara Mawinten ini orang yang melaksanakannya secara lahir batin akan suci, berkilau dan bersinar bagaikan permata juga dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Umat Hindu di Bali meyakini, wajib hukumnya melaksanakan upacara Mawinten ini yang berguna untuk penyucian diri secara lahir batin dan sarat dengan nilai nilai kerohanian yang tinggi dan mendalam. Upacara Mawinten bisa dilaksanakan oleh siapa saja.

Mawinten adalah penyucian diri untuk meningkatkan kualitas diri. Dengan Mawinten berarti mengubah status kehidupan menuju lebih fokus pada masalah kesucian, keagamaan, dan spiritual. Lantas, siapa saja yang bisa mengikuti pawintenan ini?

Mewinten adalah salah satu jenis dari upacara manusa yadnya. Belakangan umat semakin menyadari bahwa Mawinten itu penting bila ingin belajar pengetahuan agama maupun masalah lainnya. Mengikuti pawintenan berarti ingin lebih meningkatakan diri dalam pengabdian kepada umat maupun Sang Hyang Widhi Wasa.

Menjadi pemangku/pinandita adalah sebuah pengabdian. Niat menjadi pemangku harus karena ingin melayani umat ataupun membantu sulinggih. Tidak hanya itu, seorang pemangku tidak hanya bisa nganteb saja, tetapi juga harus bisa dharma wacana.

Jika memang ingin jadi pemangku dan memakai atribut pemangku, seseorang harus beranggung jawab atas apa yang ia gunakan. Seorang pemangku tidak ngaturan canang sama nganteb, tetapi bisa bermantra dengan baik, minimal Tri Sandya. Selain itu, juga harus bisa dharma wacana. 

"Iki kabeh wenang diniksan de sang brahmana pandita, apan sira sang brahmana pandita maka putusing ulah parakreti, nimita sang brahmana pandita sinanggeh sang putus. Putusa nga. Subal. Kunang yan durung diniksan de sang brahmana putus, ri salwiring yajna-yajna swaraja karya, kirti-kirti nikang wang ring para loka tan sida putus, nga. Puput, tan wenanang watek Dewa Bhatara ananggapi ikang yajna mangkana, kalinganya ikang sarwa kala buta juga wibuh karepnira amukti bebanten, pareng lawan sawunduk warganya prasama lilingse ring manusa, kapiragan, angaku-aku Dewa, angaku Bhatara, angaku sakti wisesa, ambodo ikang angaling-alingi ulat nikang wang bakti ring Bhatara mwang ring sarwa Dewa, apan abirama polah nikang kala alilingse ring janma, angaku Dewa luwih, moha murka karepa amangan anginum, awiwidian, umolah angigel awija-wijah, saha dulur ri imia-imia, angucap-ucap lan waneh atatangisan, kweh paripolahnya, amruguli wang bodo, twi tan wruh ing kalingan.”


Rurub Ganna = ilmu pengetahuan sifatnya maskulinum dan Saraswati = sifatnya feminim

Pawintenan pinandita Wiwa siwa buda
Rerajahan ring angga aksara Saraswati/feminim nya dan rurubnya tapak gana/maskulinum nya nunggal siwa kalawan buda. 

Pawintena Pinandita Wiwa Siwa Buddha yang ajarannya berhubungan dengan :
Ketuhanan untuk mengetahui hakekat kebenaran yang sejati.

Budha itu adalah keheningan hati, jika hati hening, Siwa pasti mendekat. 

Sebab sesungguhnya Dia tidak ke mana-mana, Dia tetap di dalam diri ini. Menjadi Fajar untuk semua.
Sejatinya Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Buddha merupakan cerminan karakter dalam diri manusia yaitu feminim dan maskulin yang lebih lanjut dalam sebuah Thesis kalepasan dalam Kakawin Panca Dharma, disebutkan bahwa :
Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Buddha dipahami sebagai evolusi sinkritisme antara dua ajaran besar yang pernah berkembang di Nusantara. 

Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Buddha bukan penganut agama barat atau agama timur, melainkan penganut agama tengah yang melebur bersama tradisi agama Hindu di Bali. 

Konsep Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Budha mengacu pada teologi Dwi Tunggal Siwa-Budha. Siwa dan Budha dijadikan sebagai objek atau tujuan pemujaan. Dalam agama Hindu, Siwa dijadikan objek pemujaan tertinggi, demikian juga Sang Buddha. Siwa dan Budha dikatakan tunggal, yakni dia yang memuja baik melalui Siwa maupun Budha akan mencapai tujuan yang sama. Sementara itu dalam prinsip Dwi Tunggal Siwa-Budha dalam Pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Budha sebagai bentuk Kesadaran Budhi, Siwa dan Budha bukanlah sebagai objek pemujaan, melainkan suatu wilayah atau penyebutan dari sebuah tahapan yang dicapai atau dialami oleh seorang Pinandita/Pemangku yang larut dalam olah spiritual. Siwa disamakan dengan segala sesuatu yang bersifat fisik atau wadah dari segala yang ada. Demikian juga Siwa merupakan tempat dari berbagai aktifitas, sebab dualitas ada di wilayah ini. Ketika seseorang melakukan pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Budha, unsur dualitas ini mengalami pertemuan, khususnya unsur positif dan negatif dalam pikiran. Saat keduanya bertemu, maka timbullah kevakuman. Dalam kondisi vakum, jnana atau kecerdasan tinggi muncul. Kecerdasan tinggi inilah yang mengantarkan seseorang menuju alam Budha. Sehingga dengan demikian wilayah Budha merupakan vakumnya unsur dualitas Siwa. Wilayah ka-Budha-an dapat dicapai oleh roh yang telah diproses secara spiritual. Oleh karena itu, proses roh merupakan hal yang utama dalam prinsip Dwi Tunggal Siwa-Budha ini. Roh orang biasa yang belum berspiritual maupun orang yang mempelajari kadiatmikan masih berada dalam wilayah Siwa, sebab semuanya itu masih bersifat fisik. Ketika fisik itu bisa dilampaui, alam Budha baru bisa diraih. Namun, proses roh ini hanya mungkin terjadi hanya ketika memiliki badan. Tanpa badan roh tidak bisa diproses oleh karean piranti ka-Siwa-an dari roh itu tidak ada. Proses roh memungkinkan terjadi berkat bantuan dari unsur Siwa. 

Wilayah ka-Budha-an dapat dicapai oleh roh yang telah diproses secara spiritual melalui pawintena Pinandita Wiwa Siwa-Budha. Oleh karena itu, proses roh merupakan hal yang utama dalam prinsip Dwi Tunggal Siwa-Budha ini. Roh orang biasa yang belum melaksanakan pawintenan Pinandita Wiwa Siwa-Budha maupun orang yang mempelajari kadiatmikan masih berada dalam wilayah Siwa, sebab semuanya itu masih bersifat fisik. Ketika fisik itu bisa dilampaui, alam Budha baru bisa diraih. Namun, proses roh ini hanya mungkin terjadi hanya ketika memiliki badan. Tanpa badan roh tidak bisa diproses oleh karena piranti ka-Siwa-an dari roh itu tidak ada. Proses roh memungkinkan terjadi berkat bantuan dari unsur Siwa. 

Mawinten

Mawinten berasal dari bahasa jawa kuno, mawa arti nya bersinar dan inten arti nya intan (permata) berwarna putih/suci kemilau/bersinar dan mempunyai sifat mulia, bila diuraikan mempunyai pengertian, dengan upacara Mawinten ini orang yang melaksanakannya secara lahir batin akan suci, berkilau dan bersinar bagaikan permata juga dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Umat Hindu di Bali meyakini, wajib hukumnya melaksanakan upacara Mawinten ini yang berguna untuk penyucian diri secara lahir batin dan sarat dengan nilai nilai kerohanian yang tinggi dan mendalam. Upacara Mawinten bisa dilaksanakan oleh siapa saja.

Mawinten adalah penyucian diri untuk meningkatkan kualitas diri. Dengan Mawinten berarti mengubah status kehidupan menuju lebih fokus pada masalah kesucian, keagamaan, dan spiritual. Lantas, siapa saja yang bisa mengikuti pawintenan ini?

Mewinten adalah salah satu jenis dari upacara manusa yadnya. Belakangan umat semakin menyadari bahwa Mawinten itu penting bila ingin belajar pengetahuan agama maupun masalah lainnya. Mengikuti pawintenan berarti ingin lebih meningkatakan diri dalam pengabdian kepada umat maupun Sang Hyang Widhi Wasa.

Menjadi pemangku/pinandita adalah sebuah pengabdian. Niat menjadi pemangku harus karena ingin melayani umat ataupun membantu sulinggih. Tidak hanya itu, seorang pemangku tidak hanya bisa nganteb saja, tetapi juga harus bisa dharma wacana.

Jika memang ingin jadi pemangku dan memakai atribut pemangku, seseorang harus  beranggung jawab atas apa yang ia gunakan. Seorang pemangku tidak ngaturan canang sama nganteb, tetapi bisa bermantra dengan baik, minimal Tri Sandya. Selain itu, juga harus bisa dharma wacana. 

"Iki kabeh wenang diniksan de sang brahmana pandita, apan sira sang brahmana pandita maka putusing ulah parakreti, nimita sang brahmana pandita sinanggeh sang putus. Putusa nga. Subal. Kunang yan durung diniksan de sang brahmana putus, ri salwiring yajna-yajna swaraja karya, kirti-kirti nikang wang ring para loka tan sida putus, nga. Puput, tan wenanang watek Dewa Bhatara ananggapi ikang yajna mangkana, kalinganya ikang sarwa kala buta juga wibuh karepnira amukti bebanten, pareng lawan sawunduk warganya prasama lilingse ring manusa, kapiragan, angaku-aku Dewa, angaku Bhatara, angaku sakti wisesa, ambodo ikang angaling-alingi ulat nikang wang bakti ring Bhatara mwang ring sarwa Dewa, apan abirama polah nikang kala alilingse ring janma, angaku Dewa luwih, moha murka karepa amangan anginum, awiwidian, umolah angigel awija-wijah, saha dulur ri imia-imia, angucap-ucap lan waneh atatangisan, kweh paripolahnya, amruguli wang bodo, twi tan wruh ing kalingan.”

Senin, 29 Mei 2023

Studi Tiru

STUDI TIRU 
SMP N 4 Abiansemal ke SMP N 1 Mengwi – Tiru SEKOLAH ADIWIYATA
Studi Tiru adalah sebuah Konsep Belajar yang dilakukan pada suatu institusi atau lembaga yang dianggap lebih kompeten dalam suatu hal dengan maksud peningkatan mutu, perluasan usaha, perbaikan sistem, penentuan kebijakan baru, perbaikan dan peraturan perundangan. Sedangkan makna lain dari Studi Tiru adalah merupakan hal yang umum dilakukan antar komunitas, organisasi, ataupun instansi, yang mana memiliki tujuan untuk meniru pengalaman atau keterampilan keberhasilan prestasi yang diraih instansi/tempat yang telah dikunjungi.
Adapun Latar belakang dari dasar diadakannya suatu Studi Tiru ini, bergantung pada sifat kebutuhan pada lembaga atau instansi yang telah menjadi prioritas sasaran Kinerja. Dan harus menyesuaikan sasaran tempat atau tujuan yang akan ditirukan, baik berupa program, tata kelola manajemen dan bentuk lainnya.
Studi tiru dilaksanakan dengan salah satu tujuan untuk membawa manfaat, meningkatkan sinergi, dan membangun kerja sama antara masing-masing lembaga pelaksana Studi Tiru. Pada kegiatan Studi Tiru biasanya diisi dengan berbagi praktik baik yang telah dilaksanakan maupun peninjuan di area kerja yang menjadi tujuan sasaran Studi Tiru.

Pada kesempatan ini, 30 Mei 2023, bapak kepala sekolah SMP N 4 Abiansemal (I Made Antara, S.Pd) bersama para guru tim Adiwiyata melakukan Studi Tiru ke SMP N 1 Mengwi  terkait dengan predikat Sekolah Adiwiyata Mandiri.
Acara diawali dengan sambutan kepala sekolah SMP N 1 Mengwi kemudian dilanjutkan pemaparan materi oleh sekretaris team Adiwiyata SMP N 1 Mengwi. 
Para guru SMPN 4 Abiansemal sangat antusias bertanya dan menggali informasi bagaimana penerapan sekolah Adiwiyata dalam pembelajaran dengan pendekatan. Mulai dari bagaimana konsep dasarnya, hingga dampak yang diperoleh dari penerapan tersebut.
Studi tiru berupa presentasi oleh team Adiwiyata SMP N 1 Mengwi dan diskusi tanya jawab semua peserta studi tiru. Kegiatan berlangsunh di ruang aula SMPN 1 Mengwi mulai pukul 10.30 hingga 12.00 Witta. 

Poin utama konsep sekolah Adiwiyata adalah melatih siswa untuk peka, empati, dan peduli dengan lingkungannya terutama terkait dengan kebersihan dan keindahan serta pelayanan publik di lingkungan sekolahnya. 
Sekolah Adiwiyata mengusung konsep untuk mengajak siswa memiliki keterampilan dasar 4C, jiwa ataupun karakter. Tujuan akhirnya adalah agar siswa menumbuhkan sikap peduli dan peka dengan lingkungan sekitar.
Hasil dari penerapan Sekolah Adiwiyata dalam pembelajaran salah satunya adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa 4C ( critical thinking, collaborative, communicatif, creative). Konsep yang diterapkan dalam Sekolah Adiwiyata terkesan sederhana, namun mampu memberikan dampak yang luar biasa.
Kompetisi ini adalah suatu ajang inovasi dalam meningkatkan pelayanan publik. Konsep dalam Sekolah Adiwiyata inilah yang ingin dipelajari oleh SMPN 4 Abiansemal dari SMP N 1 Mengwi.

Sasaran yang ingin dicapai SMP N 4 Abiansemal adalah, tidak hanya terjadi Komparasi alih tekhnologi, akan tetapi dapat langsung meniru keberhasilan SMP N 1 Mengwi dalam pengembangan satu sitem sekolah Adiwiyata atau aplikasi tekhnologi yang sudah berjalan di sekolah yang dijadikan percontohan.

Minggu, 28 Mei 2023

Makna hari raya

Hari Raya Siwaratri Menuju Pencerahan

Oleh :

Ni Nyoman Gandu Ningsih 

(Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba)

Siwaratri yang jatuh pada purwaning tilem kapitu merupakan momen yang sangat tepat untuk sebuah perenungan dan mengendalikan diri. Hari yang penuh pengampunan, hawa nafsu dan keinginan yang bersifat duniawi.

Nilai-nilai yang dapat dipetik dalam konsep kekinian. Kita harus selalu berintrospeksi diri dalam kekawin Ramayana Sargah I disebutkan demekian : ‘Ragadi musuh maparo ri ati, ya tungguanya tan madoh ring awak’ bahwa nafsu ego musuh yang sangat besar dalam tubuh kita, di dalam hati letaknya yang tak jauh. 

Pesan moral yang ada dalam ajaran siwaratri tersebut adalah membangkitkan perjuangan umat Hindu untuk selalu sadar akan diri yang selalu mengancam berbagai hambatan.

Tujuan Siwaratri ini, memberikan pengetahuan kepada manusia agar menyadari dalam dirinya selalu ada pertarungan dalam diri, antara kebenaran dan keburukan. Sebaik-baiknya manusia pasti pernah berbuat dosa selama hidupnya, dan seburuk-buruknya manusia pernah pula berbuat yang baik. Hanya saja dapat mengambil sebuah hikmah didalamnya.

Selain itu siwaratri ini sebagai motivasi kepada umat Hindu untuk selalu sadar, menghindari perbuatan dosa, dan selalu mulat sarira dan lebih banyak berbuat dharma karena dosa itu tidak bisa ditebus hanya bisa mengimbangi.

Kontek malam perenungan yang disebut siwaratri sejatinya adalah Siwa mencari Siwa. Yaitu sebuah perenungan praktik religius tentang kehidupan.

Dalam ceritra Lubdaka, bahwa maburu sato atau memburu satwam adalah kebenaran. dalam kekawin yang diburu I Lubdaka adalah empat binatang tertuang dalam kekawinnya ‘aburu gajah wek mong warak’ empat binatang yang diburu adalah gajah, macan, badak, dan warak.

Gajah ngaran asti yang berarti astiti bakti kepada Tuhan Hyang Maha Esa dalam kontek tersebut agar manusia selalu taat dan berbakti. 

Mong berarti macan, mo disini berarti momo (serakah), manusia harus menghindari sifat diri dari keserakahan.

Warak lambang kesucian manusia ditekankan untuk menjaga kesucian diri sesuai konsep tri kaya parisudha. Serta maburu ‘wek’ atau celeng alasan (babi hutan) lambang kemalasan oleh karena itu jangan bermalas-malasan.

Hakekat dari siwaratri tersebut menyadari terhadap sang diri sejati sebagai wahana mawas diri, selalu waspada didalam menjalani lika- liku hidup ini, dalam perayaan siwaratri yang jatuh pada tilem kepitu supaya diharapkan hari raya suci yang dirayakan seluruh umat Hindu di Indonesia agar dihayati betul-betul penuh hikmat memohon agar dari kegelapan menuju ke penerangan.

Keruhnya air dalam gelas bila di tuangkan sepuluh gelas dapat diyakini keruh itu akan berkurang. Itu sebagai kontektasi antara perbuatan jelek diimbangi dengan perbuatan baik atau darma akan menjadikan lebih sedikit hukuman semacam konfensasi perbuatan.

Siwaratri sebagai motivasi untuk tidak putus asa kembali ke jalan darma bahwa pintu darma selalu terbuka lebar orang sadar akan perbuatan dosanya seperti I Lubdaka diberikan hukuman akan tetapi ketika ia tidak menyadari memburu keempat binatang tersebut astiti bakti, menjaga kesucian, keserakahan, dan bermalas-malasan sehingga ia mendapatkan siwaloka.

#idasinuhun@griyangbang//walaupun dirinya mendapat sedikit siksaan//tidak sempurna sekali bahwa manusia menjalani konsep rwa bhineda#


Sabtu, 27 Mei 2023

Hanoman

Hanoman Duta

(Sebuah Perjalanan Menumpas Kejahatan)


Oleh :

Ni Nyoman Gandu Ningsih (Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba)

 

1.     Pendahuluan

Cerita ini mengisahkan sebuah cerita yang berasal dari India dan kisah yang merupakan titik utama dari kisah Ramayana yang terkenal. Hanoman (Sanskerta: हनुमान्; Hanumān) atau Hanumat (Sanskerta: हनुमत्; Hanumat), juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putra Batara Bayu dan Anjani, keponakan dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, tetapi dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antarzaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk memuja dirinya.

 

2.     Pembahasan

A.    Kelahiran

Hanoman lahir pada masa atau zaman Tretayuga sebagai putra Anjani, seekor wanara wanita. Dahulu Anjani sebetulnya merupakan bidadari, bernama Punjikastala. Namun karena suatu kutukan, ia terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan tersebut bisa berakhir apabila ia melahirkan seorang putra yang merupakan penitisan Siwa. Anjani menikah dengan Kesari, seekor wanara perkasa. Bersama dengan Kesari, Anjani melakukan tapa ke hadapan Siwa agar Siwa bersedia menjelma sebagi putra mereka. Karena Siwa terkesan dengan pemujaan yang dilakukan oleh Anjani dan Kesari, ia mengabulkan permohonan mereka dengan turun ke dunia sebagai Hanoman.

 

Salah satu versi menceritakan bahwa ketika Anjani bertapa memuja Siwa, di tempat lain, Raja Dasarata melakukan Putrakama Yadnya untuk memperoleh keturunan. Hasilnya, ia menerima beberapa makanan untuk dibagikan kepada tiga istrinya, yang di kemudian hari melahirkan Rama, Laksmana, Bharata dan Satrugna. Atas kehendak dewata, seekor burung merenggut sepotong makanan tersebut, dan menjatuhkannya di atas hutan di mana Anjani sedang bertapa. Bayu, Sang dewa angin, mengantarkan makanan tersebut agar jatuh di tangan Anjani. Anjani memakan makanan tersebut, lalu lahirlah Hanoman.

Salah satu versi mengatakan bahwa Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan antara Bayu dan Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa dilecehkan. Namun Dewa Bayu menjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, tetapi di dalam hatinya. Bayu juga berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putra yang kekuatannya setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara. Sebagai putra Anjani, Hanoman dipanggil Anjaneya (diucapkan "Aanjanèya"), yang secara harfiah berarti "lahir dari Anjani" atau "putra Anjani".

 

B.    Masa kecil

Pada saat Hanoman masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu dan menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia melemparkan petirnya ke arah Hanoman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi marah dan berdiam diri. Akibat tindakannya, semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada Dewa Bayu agar menyingkirkan kemarahannya. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya dan Hanoman diberi hadiah melimpah ruah. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi anugerah bahwa Hanoman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Maka dari itu, Hanoman menjadi makhluk yang abadi atau Ciranjiwin.

 

C.    Pertemuan dengan Rama

Pada saat melihat Rama dan Laksmana datang ke Kiskenda, Sugriwa merasa cemas. Ia berpikir bahwa mereka adalah utusan Subali yang dikirim untuk membunuh Sugriwa. Kemudian Sugriwa memanggil prajurit andalannya, Hanoman, untuk menyelidiki maksud kedatangan dua orang tersebut. Hanoman menerima tugas tersebut kemudian ia menyamar menjadi brahmana dan mendekati Rama dan Laksmana.

 

D.    Arca Hanoman di Mangaluru, India

Arca Haoman di Uttar Pradesh, India

Saat bertemu dengan Rama dan Laksmana, Hanoman merasakan ketenangan. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda permusuhan dari kedua pemuda itu. Rama dan Laksmana juga terkesan dengan etika Hanoman. Kemudian mereka bercakap-cakap dengan bebas. Mereka menceritakan riwayat hidupnya masing-masing. Rama juga menceritakan keinginannya untuk menemui Sugriwa. Karena tidak curiga lagi kepada Rama dan Laksmana, Hanoman kembali ke wujud asalnya dan mengantar Rama dan Laksmana menemui Sugriwa.

 

E.    Petualangan mencari Sinta

Dalam misi membantu Rama mencari Sinta, Sugriwa mengutus pasukan wanara-nya agar pergi ke seluruh pelosok bumi untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sinta, dan membawanya ke hadapan Rama kalau mampu. Pasukan wanara yang dikerahkan Sugriwa dipimpin oleh Hanoman, Anggada, Nila, Jembawan, dan lain-lain. Mereka menempuh perjalanan berhari-hari dan menelusuri sebuah gua, kemudian tersesat dan menemukan kota yang berdiri megah di dalamnya. Atas keterangan Swayampraba yang tinggal di sana, kota tersebut dibangun oleh arsitek Mayasura dan sekarang sepi karena Maya pergi ke alam para Dewa. Lalu Hanoman menceritakan maksud perjalanannya dengan panjang lebar kepada Swayampraba. Atas bantuan Swayampraba yang sakti, Hanoman dan wanara lainnya lenyap dari gua dan berada di sebuah pantai dalam sekejap.

 

Di pantai tersebut, Hanoman dan wanara lainnya bertemu dengan Sempati, burung raksasa yang tidak bersayap. Ia duduk sendirian di pantai tersebut sambil menunggu bangkai hewan untuk dimakan. Karena ia mendengar percakapan para wanara mengenai Sita dan kematian Jatayu, Sempati menjadi sedih dan meminta agar para wanara menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi. Anggada menceritakan dengan panjang lebar kemudian meminta bantuan Sempati. Atas keterangan Sempati, para wanara tahu bahwa Sita ditawan di sebuah istana yang terletak di Kerajaan Alengka. Kerajaan tersebut diperintah oleh raja raksasa bernama Rahwana. Para wanara berterima kasih setelah menerima keterangan Sempati, kemudian mereka memikirkan cara agar sampai di Alengka.

 

F.     Pergi ke Alengka

Ukiran tanah liat yang menggambarkan Hanoman sedang mengangkat Gunung Dronagiri.

Karena bujukan para wanara, Hanoman teringat akan kekuatannya dan terbang menyeberangi lautan agar sampai di Alengka. Setelah ia menginjakkan kakinya di sana, ia menyamar menjadi monyet kecil dan mencari-cari Sita. Ia melihat Alengka sebagai benteng pertahanan yang kuat sekaligus kota yang dijaga dengan ketat. Ia melihat penduduknya menyanyikan mantra-mantra Weda dan lagu pujian kemenangan kepada Rahwana. Namun tak jarang ada orang-orang bermuka kejam dan buruk dengan senjata lengkap. Kemudian ia datang ke istana Rahwana dan mengamati wanita-wanita cantik yang tak terhitung jumlahnya, tetapi ia tidak melihat Sita yang sedang merana. Setelah mengamati ke sana-kemari, ia memasuki sebuah taman yang belum pernah diselidikinya. Di sana ia melihat wanita yang tampak sedih dan murung yang diyakininya sebagai Sita.

 

Kemudian Hanoman melihat Rahwana merayu Sita. Setelah Rahwana gagal dengan rayuannya dan pergi meninggalkan Sita, Hanoman menghampiri Sita dan menceritakan maksud kedatangannya. Mulanya Sita curiga, tetapi kecurigaan Sita hilang saat Hanoman menyerahkan cincin milik Rama. Hanoman juga menjanjikan bantuan akan segera tiba. Hanoman menyarankan agar Sita terbang bersamanya ke hadapan Rama, tetapi Sita menolak. Ia mengharapkan Rama datang sebagai ksatria sejati dan datang ke Alengka untuk menyelamatkan dirinya. Kemudian Hanoman mohon restu dan pamit dari hadapan Sita. Sebelum pulang ia memporak-porandakan taman Asoka di istana Rahwana. Ia membunuh ribuan tentara termasuk prajurit pilihan Rahwana seperti Jambumali dan Aksha. Akhirnya ia dapat ditangkap Indrajit putra sulung Rahwana sekaligus putra mahkota Kerajaan Alengka dengan senjata Brahma Astra. Senjata itu memilit tubuh hanoman. Namun kesaktian Brahma Astra lenyap saat tentara raksasa menambahkan tali jerami. Indrajit marah bercampur kecewa karena Brahma Astra bisa dilepaskan Hanoman kapan saja, tetapi Hanoman belum bereaksi karena menunggu saat yang tepat.

 

G.    Terbakarnya Alengka

Ketika Rahwana hendak memberikan hukuman mati kepada Hanoman, Wibisana adik kandung Rahwana membela Hanoman agar hukumannya diringankan, mengingat Hanoman adalah seorang utusan. Kemudian Rahwana menjatuhkan hukuman agar ekor Hanoman dibakar. Melihat hal itu, Sita berdo'a agar api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Karena do'a Sita kepada Dewa Agni terkabul, api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Lalu ia memberontak dan melepaskan Brahma Astra yang mengikat dirinya. Dengan ekor menyala-nyala seperti obor, ia membakar kota Alengka. Kota Alengka pun menjadi lautan api. Setelah menimbulkan kebakaran besar, ia menceburkan diri ke laut agar api di ekornya padam. Penghuni surga memuji keberanian Hanoman dan berkata bahwa selain kediaman Sita, kota Alengka dilalap api. Dengan membawa kabar gembira, Hanoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sita. Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka

 

H.    Pertempuran besar

Hanoman diperankan dalam Yakshagana, drama populer dari Karnataka.

Dalam pertempuran besar antara Rama dan Rahwana, Hanoman membasmi banyak tentara rakshasa. Saat Rama, Laksmana, dan bala tentaranya yang lain terjerat oleh senjata Nagapasa yang sakti, Hanoman pergi ke Himalaya atas saran Jembawan untuk menemukan tanaman obat. Karena tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri pohon yang dimaksud, Hanoman memotong gunung tersebut dan membawa potongannya ke hadapan Rama. Setelah Rama dan prajuritnya pulih kembali, Hanoman melanjutkan pertarungan dan membasmi banyak pasukan rakshasa.

 

I.      Kehidupan selanjutnya

Setelah pertempuran besar melawan Rahwana berakhir, Rama hendak memberikan hadiah untuk Hanoman. Namun Hanoman menolak karena ia hanya ingin agar Sri Rama bersemayam di dalam hatinya. Rama mengerti maksud Hanoman dan bersemayam secara rohaniah dalam jasmaninya. Akhirnya Hanoman pergi bermeditasi di puncak gunung mendoakan keselamatan dunia.

Pada zaman Dwapara Yuga, Hanoman bertemu dengan Bima dan Arjuna dari lingkungan keraton Hastinapura. Dari pertemuannya dengan Hanoman, Arjuna menggunakan lambang Hanoman sebagai panji keretanya pada saat Bharatayuddha.

 

J.     Tradisi dan pemujaan

Di negara India yang didominasi oleh agama Hindu, terdapat banyak kuil untuk memuja Hanoman, dan di mana pun ada gambar awatara Wisnu, selalu ada gambar Hanoman. Kuil Hanoman bisa ditemukan di banyak tempat di India dan konon daerah di sekeliling kuil itu terbebas dari raksasa atau kejahatan.

 

K.    Beberapa kuil Hanoman yang terkenal adalah:

1.     Kuil Hanoman di Nerul Navi, Mumbai, India.

2.     Puncak monyet, Himachal Pradesh, India.

3.     Kuil Jhaku, Himachal Pradesh, India.

4.     Kuil Sri Suchindram, Tamilnadu, India.

5.     Sri Hanuman Vatika, Orissa, India.

6.     Kuil Saakshi Hanuman, Tamilnadu, India.

7.     Shri Krishna Matha (Kuil Krishna), Udupi.

8.     Krishnapura Matha, Krishnapura dekat Surathkal.

9.     Kuil Ragigudda Anjaneya, Jayanagar, Bangalore.

10.  Hanumangarhi, Ayodhya.

11.  Kuil Sankat Mochan, Benares.

12.  Kuil Hanuman, dekat Nuwara Eliya, Sri Lanka.

13.  Salasar Balaji, Distrik Churu, Rajasthan.

14.  Kuil Mehandipur Balaji, Rajasthan.

15.  Ada Balaji, di hutan suaka Sariska, Alwar, Rajasthan.

16.  Sebelas kuil Maruthi di Maharashtra.

17.  Kuil Shri Hanuman di Connaught Place, New Delhi.

18.  Shri Baal Hanumaan, Tughlak Road, New Delhi.

19.  Kuil Prasanna Veeranjaneya Swami, di Mahalakshmi Layout, Bangalore, Karnataka.

20.  Sri Nettikanti Anjaneya Swami Devasthanam, Kasapuram, Andhra Pradesh.

21.  Yellala Anjaneya Swami, Yellala, Andhra Pradesh.

22.  Pura Sri Mahavir, Patna, Bihar.

23.  Kuil Sri Vishwaroopa Anchaneya, Tamilnadu, India.

24.  Pura Uluwatu, Bali,Indonesia

 

L.    Anggota Keluarga

Berbeda dengan versi aslinya, Hanoman dalam pewayangan memiliki dua orang anak. Yang pertama bernama Trigangga yang berwujud kera putih mirip dirinya. Konon, sewaktu pulang dari membakar Alengka, Hanoman terbayang-bayang wajah Trijata, puteri Wibisana yang menjaga Sita. Di atas lautan, air mani Hanoman jatuh dan menyebabkan air laut mendidih. Tanpa sepengetahuannya, Baruna mencipta buih tersebut menjadi Trigangga. Trigangga langsung dewasa dan berjumpa dengan Bukbis, putera Rahwana. Keduanya bersahabat dan memihak Alengka melawan Rama. Dalam perang tersebut Trigangga berhasil menculik Rama dan Laksmana namun dikejar oleh Hanoman. Narada turun melerai dan menjelaskan hubungan darah di antara kedua kera putih tersebut. Akhirnya, Trigangga pun berbalik melawan Rahwana.

 

Putera kedua Hanoman bernama Purwaganti, yang baru muncul pada zaman Pandawa. Ia berjasa menemukan kembali pusaka Yudistira yang hilang bernama Kalimasada. Purwaganti ini lahir dari seorang puteri pendeta yang dinikahi Hanoman, bernama Purwati.

 

M.  Kematian

Hanoman berusia sangat panjang sampai bosan hidup. Narada turun mengabulkan permohonannya, yaitu "ingin mati", asalkan ia bisa menyelesaikan tugas terakhir, yaitu merukunkan keturunan keenam Arjuna yang sedang terlibat perang saudara. Hanoman pun menyamar dengan nama Resi Mayangkara dan berhasil menikahkan Astradarma, putera Sariwahana, dengan Pramesti, puteri Jayabaya. Antara keluarga Sariwahana dengan Jayabaya terlibat pertikaian meskipun mereka sama-sama keturunan Arjuna. Hanoman kemudian tampil menghadapi musuh Jayabaya yang bernama Yaksadewa, raja Selahuma. Dalam perang itu, Hanoman gugur, moksa bersama raganya, sedangkan Yaksadewa kembali ke wujud asalnya, yaitu Batara Kala, sang dewa kematian.

 

3.     Penutup

Sebuah penutup dari tulisan ini yang membuat saya begitu memahami apa yang ingin di sampaikan dalam lakon itihasa ini. Hanoman adalah sosok kesatria yang selalu belajar. Kisahnya hingga ia menjadi panglima perang negeri Ayodya tidak luput dari sebuah pembelajaran. Ia merupakan sosok yang lurus, begitu patuh pada perintah orang-orang yang dihormatinya hingga ia tidak pernah berani untuk bertanya. Ia hanya perlu memahami dan meyakini apa yang menjadi keyakinannya. Sampai pada Hanoman akhirnya menyadari bahwa setiap hal yang ada di dunia selalu memiliki dua sisi yang berbeda, tidak semua yang buruk itu buruk begitu juga sebaliknya. “Perang, semula selalu kuanggap sebagai pertempuran antara benar dan salah. Lama kurenungi ternyata perang tidak lebih hanyalah sebuah benturan antara dua pihak dengan kepentingan berseberangan. Cukuplah aku terlibat hanya pada satu perang besar.”

 

Sebuah percakapan Hanoman dengan Batara Kala yang berakhir dengan kesimpulan: “Bangsa manusia diciptakan memiliki kebaikan. Mereka dicipta begitu mulia. Mereka hanya akan menjadi sebuah keburukan atas pilihannya sendiri. Atas kemauannya sendiri. Mereka sendiri yang akan mengingatkan jalan kehidupan mereka sendiri. Mereka mampu bila mereka mau”

 

4.     Daftar Pustaka

1)     Padmosoekotjo, S. Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita Jilid II. Surabaya: CV Citra Jaya. 1981.

 

2)     Wibisana, Singgih, “Bahasa Pedalangan Gaya Surakarta (Sebuah Himbauan Penelitian)”, Makalah disampaikan dalam Rangka Penataran Para Dosen dan Pengajar Sekolah Menengah di Kampus UGM 5-8 Maret 1979.

 

3)     Y. Hadi, Sumandya, Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007. Narasu

Jumat, 26 Mei 2023

Hanoman

Ringkasan Cerita Anoman Duta

Anoman Duta adalah episode dalam lakon Ramayana. 

Kisahnya dimulai dengan ketika raja Alengka yaitu Prabu Dasamuka yang berhasil menculik Dewi Sinta istri Rama Wijaya dan dibawa ke kerajaan Alengka.

Sementara Rama Wijaya suami Dewi Sinta terus mencari istrinya yang hilang. Hingga akhirnya Prabu Sugriwa bersama bala tentara kera yaitu Anoman, Satabali, Susena dan Winata untuk menghadap Rama Wijaya di Gunung Malyawan. Dengan restu Rama Wijaya, Prabu Sugriwa dan bala tentara kera disuruh menjelajah semua tempat di kiblat empat mencari Dewi Sinta.

Sebelum berangkat, Rama Wijaya memberikan cincinnya agar Dewi Sinta percaya bahwa Anoman ternyata telah ditunjuk sebagai “duta”. Berangkatlah Anoman dengan perintah Rama Wijaya.

Perjalanan Anoman ke Alengka ternyata penuh hambatan. Mulanya ia berjumpa dengan Dewi Sayempraba dan para dayang raseksi, salah seorang istri Prabu Dasamuka. Anoman dirayu, dan diberi buah-buahan beracun. Akibatnya Anoman menjadi buta.

Untunglah Anoman ditolong oleh Sempati, seekor burung raksasa yang pernah dianiaya oleh Dasamuka. Berkat pertolongan Sempati, kebutaan Anoman dapat disembuhkan. Sehingga dapat sampai ke negeri Alengka.

Hanoman telah tiba di Negeri Alengka, dan langsung pergi ke Taman Argasoka bertemu dengan Dewi Sinta dengan membawa cincin pemberian Rama. Dewi Sinta menyerahkan tusuk kondenya sebagai bukti bahwa anoman telah menemukannya, serta memberikan pesan untuk disampaikan kepada Rama Wijaya, bahwa “Sinta masih tetap setia pada suaminya.”

Nah itulah Ringkasan Cerita Anoman Duta. 


Selasa, 23 Mei 2023

Dupa Kemenyan Madu Rangdilangit

Dupa Kemenyan Madu Rangdilangit adalah dupa terapi menggunakan serbuk kemenyan madu asli yang mampu memperbaiki kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta meningkatkan jiwa dan proses penyembuhan serta sebagai pangraksa karang. 

Cara kerja Dupa Kemenyan Madu Rangdilangit:
Bau Kemenyan Madu berpengaruh langsung terhadap otak manusia, maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Atau meningkatkan gelombang beta otak kita sehingga dapat meningkatkan ketangkasan dan semangat positif.
Deskripsi AROMA TERAPI DUPA MENYAN MADU RANGDILANGIT
  • Dupa Kemenyan atau menyan diolah dari getah atau resin pohon dari familia Styracaceae. Di Indonesia sendiri, pohon yang menghasilkan getah yang diolah menjadi kemenyan biasa disebut dengan pohon kemenyan.
  • Kemenyan digunakan dalam industri farmasi sebagai bahan pengawet dan campuran obat batuk, sedangkan dalam industri parfum sebagai bahan baku wewangian.
  • Kemenyan juga digunakan sebagai bahan obat yang dapat mencegah dan mengatasi infeksi kulit. Kemenyan memiliki efek antiinflamasi atau antiperadangan. Obat topikal dengan kandungan kemenyan dapat menghentikan pendarahan ringan pada kulit dan meredakan pembengkakan
  • Manfaat Dupa Kemenyan Madu Rangdilangit untuk Kesehatan :
  • 1. Menjaga kesehatan mulut
  • 2. Antiseptik
  • 3. Mencegah dan mengatasi infeksi kulit
  • 4. Gangguan saluran pernapasan
  • 5. Mengatasi perut kembung
  • 6. Aroma terapi

NB :
Untuk pengeraksa karang mohon rerajahan logo dupa dibakar di halaman rumah dengan tancapkan 5 batang dupa.