PENTINGNYA MENDEM PEDAGINGAN DALAM UPACARA MELASPAS, MEMAKUH, DAN NGURIP PELINGGIH DI DESA BURUAN, GIANYAR
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Program Sarjana (S1) Teologi Hindu
Oleh:
[Nama Mahasiswa]
NIM: [Nomor Induk Mahasiswa]
PROGRAM STUDI TEOLOGI HINDU
FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR
2025
---
ABSTRAK
Upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih merupakan bagian penting dari ritual keagamaan Hindu di Bali, khususnya di Desa Buruan, Gianyar. Salah satu unsur utama dalam upacara ini adalah Mendem Pedagingan, yaitu prosesi penanaman inti spiritual dalam bangunan suci. Ritual ini bertujuan untuk menghidupkan pelinggih secara niskala agar dapat menjadi sarana pemujaan yang sempurna bagi umat Hindu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji makna dan pentingnya Mendem Pedagingan dalam konteks upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih, serta menggali pemahaman masyarakat Desa Buruan terhadap ritual ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus melalui wawancara dengan pemangku, tokoh adat, dan warga setempat. Selain itu, data dikumpulkan melalui observasi langsung serta kajian pustaka terkait teks lontar dan literatur Hindu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mendem Pedagingan mengandung makna filosofis sebagai proses penyatuan unsur Panca Mahabhuta dengan energi suci Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Unsur-unsur yang digunakan dalam ritual ini, seperti peripih (sarwa tumurune), benda logam sakral, dan sarana sesajen, memiliki fungsi simbolis dalam membangun keharmonisan antara aspek sakala dan niskala. Selain itu, pemahaman masyarakat Desa Buruan terhadap ritual ini cukup baik, meskipun masih terdapat perbedaan dalam praktik berdasarkan tradisi keluarga dan desa adat.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Mendem Pedagingan merupakan aspek esensial dalam menyempurnakan fungsi spiritual pelinggih, sehingga harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang mendalam. Disarankan kepada masyarakat Hindu di Desa Buruan untuk terus melestarikan tradisi ini sesuai sastra agama agar nilai-nilai spiritual tetap terjaga.
Kata Kunci: Mendem Pedagingan, Melaspas, Memakuh, Ngurip Pelinggih, Desa Buruan, Teologi Hindu
---
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelinggih dalam tradisi Hindu Bali merupakan tempat suci yang digunakan untuk memuja manifestasi Tuhan. Sebelum pelinggih digunakan, umat Hindu wajib melaksanakan serangkaian upacara, yakni Melaspas, Memakuh, dan Ngurip. Salah satu prosesi penting dalam upacara ini adalah Mendem Pedagingan, yaitu ritual penanaman inti spiritual dalam bangunan suci.
Di Desa Buruan, Gianyar, pelaksanaan upacara ini masih sangat kental dengan adat istiadat setempat. Namun, terdapat perbedaan pemahaman dan praktik mengenai Mendem Pedagingan, baik dalam hal sarana yang digunakan maupun makna yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk mengkaji pentingnya Mendem Pedagingan dalam upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih, serta bagaimana pemahaman masyarakat terhadap ritual ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa makna filosofis dari Mendem Pedagingan dalam upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih?
2. Bagaimana pelaksanaan Mendem Pedagingan di Desa Buruan, Gianyar?
3. Bagaimana pemahaman masyarakat Desa Buruan terhadap ritual Mendem Pedagingan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan makna dan filosofi Mendem Pedagingan dalam upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih.
2. Menganalisis tata cara pelaksanaan Mendem Pedagingan di Desa Buruan, Gianyar.
3. Mengkaji pemahaman masyarakat Desa Buruan terhadap pentingnya ritual Mendem Pedagingan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi akademik dalam studi Teologi Hindu, khususnya dalam kajian ritual sakral Hindu di Bali.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi masyarakat Hindu, terutama di Desa Buruan, tentang pentingnya Mendem Pedagingan, sehingga ritual ini tetap dilaksanakan sesuai sastra agama.
---
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Mendem Pedagingan dalam Hindu
Dalam ajaran Hindu, setiap bangunan suci harus diisi dengan kekuatan niskala melalui upacara tertentu. Mendem Pedagingan adalah proses menanam Peripih, yang terdiri dari benda-benda sakral seperti emas, perak, perunggu, biji-bijian, dan rempah-rempah yang melambangkan unsur Panca Mahabhuta.
2.2 Upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih
Melaspas: Upacara untuk menyucikan bangunan sebelum digunakan.
Memakuh: Ritual penyatuan energi suci dalam pelinggih.
Ngurip Pelinggih: Ritual untuk menghidupkan pelinggih agar berfungsi sebagai tempat pemujaan.
2.3 Perspektif Teologi Hindu
Teologi Hindu menjelaskan bahwa ritual keagamaan bertujuan untuk menyelaraskan aspek sekala (dunia nyata) dan niskala (spiritual). Mendem Pedagingan mencerminkan prinsip Tat Twam Asi, yaitu penyatuan manusia dengan Tuhan melalui simbolisasi energi dalam pelinggih.
---
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus di Desa Buruan, Gianyar.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara dengan pemangku, tokoh adat, dan masyarakat.
2. Observasi langsung terhadap pelaksanaan upacara.
3. Studi pustaka dari lontar, sastra agama, dan penelitian sebelumnya.
3.3 Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan model interaktif Miles & Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
---
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Makna Filosofis Mendem Pedagingan
Simbol penyatuan unsur alam dalam pelinggih.
Representasi energi ilahi dalam tempat suci.
4.2 Pelaksanaan Mendem Pedagingan di Desa Buruan
Sarana upacara yang digunakan.
Perbedaan tradisi antar keluarga dan desa adat.
4.3 Pemahaman Masyarakat Terhadap Mendem Pedagingan
Sebagian besar memahami sebagai keharusan ritual.
Beberapa kurang memahami filosofi mendalamnya.
---
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Mendem Pedagingan adalah aspek esensial dalam upacara Melaspas, Memakuh, dan Ngurip Pelinggih.
Masyarakat Desa Buruan masih melestarikan ritual ini dengan variasi tertentu.
5.2 Saran
Perlunya edukasi lebih lanjut agar pemahaman teologis lebih mendalam.
---
Itulah gambaran skripsi yang dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar