Bukan Warisan, tetapi Perjuangan Demi Guyub Rukun dalam Pasemetonan
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek yang terletak di Pundukdawa merupakan tempat suci yang memiliki nilai spiritual tinggi bagi pasemetonan Pasek. Pura ini menjadi linggih dari Ida Bhatara Mpu Gana, salah satu Dewa pelindung dalam ajaran Hindu yang diyakini memberikan berkah serta perlindungan bagi umatnya.
Di balik berdirinya pura ini, ada sosok Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, yang dikenal sebagai pelopor dalam pembangunan pura tersebut. Perjuangannya tidak didasarkan pada warisan turun-temurun, melainkan pada kesadaran dan tekad kuat untuk menjaga guyub rukun dalam pasemetonan.
Perjuangan Mendirikan Pura sebagai Simbol Persatuan
Pembangunan pura bukanlah tugas yang mudah. Lebih dari sekadar membangun fisik tempat suci, diperlukan kesadaran spiritual dan komitmen kolektif agar pura ini menjadi pusat kebersamaan bagi seluruh pasemetonan Pasek. Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba memahami bahwa pura bukan sekadar peninggalan leluhur, tetapi juga media untuk mempererat persaudaraan dan menjaga keharmonisan dalam pasemetonan.
Dalam perjuangannya, Ida Sinuhun mengutamakan nilai gotong royong dan kebersamaan. Dengan semangat guyub rukun, pembangunan pura ini dilakukan bukan untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu, tetapi sebagai warisan bersama yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh pasemetonan Pasek.
Makna Guyub Rukun dalam Pasemetonan
Konsep guyub rukun menjadi inti dari perjuangan Ida Sinuhun. Dalam ajaran Hindu, hubungan antaranggota pasemetonan harus didasarkan pada asah, asih, asuh, yakni saling mengasah (memberikan ilmu dan wawasan), saling mengasihi (menjalin hubungan harmonis), dan saling mengasuh (saling membantu dan menjaga satu sama lain).
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek di Pundukdawa menjadi simbol bagaimana nilai-nilai ini diterapkan dalam kehidupan nyata. Selain sebagai tempat persembahyangan, pura ini juga berfungsi sebagai pusat pembelajaran spiritual, diskusi keagamaan, serta pelestarian ajaran leluhur.
Berikut adalah sloka yang menggambarkan semangat perjuangan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam mendirikan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek sebagai bentuk guyub rukun dalam pasemetonan:
Sloka
ꦱꦶꦮꦺꦴꦤ꧀ꦱꦶꦮꦥꦸꦠꦿꦥꦫꦩꦢꦏ꧀ꦱꦩꦸꦤꦴꦧꦭ꧀ꦎꦭꦃꦥꦶꦏꦺꦂ
ꦥꦤꦠꦫꦟ꧀ꦄꦒꦸꦁꦕꦠꦸꦫ꧀ꦥꦲꦂꦲꦾꦁꦲꦤ꧀ꦫꦠꦸꦥꦱꦺꦏ꧀
ꦭꦶꦁꦒꦶꦃꦆꦢꦄꦧꦲꦠꦫꦩ꧀ꦥꦸꦒꦤꦥꦸꦤ꧀ꦢꦸꦏ꧀ꦢꦮꦃ
ꦥꦸꦤ꧀ꦝꦸꦤꦤ꧀ꦩꦺꦴꦭꦠꦺꦢꦺꦩꦶꦒꦸꦪꦸꦧ꧀ꦫꦸꦏꦸꦤ꧀
Terjemahan
"Siwa Putra Paramadaksa Manuaba, pemimpin dengan olah pikir,
Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek,
Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa,
Didirikan dengan perjuangan, demi guyub rukun pasemetonan."
Sloka ini menggambarkan bahwa pembangunan pura bukan semata warisan turun-temurun, melainkan hasil perjuangan bersama untuk menjaga kebersamaan dalam pasemetonan.
Kesimpulan
Perjuangan Ida Sinuhun Siwa Putra Paramadaksa Manuaba dalam mendirikan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek bukanlah sekadar melanjutkan warisan leluhur, tetapi merupakan usaha nyata untuk menjaga persatuan dan keharmonisan dalam pasemetonan.
Pura ini berdiri sebagai bukti bahwa spiritualitas dan persaudaraan adalah fondasi utama dalam menjaga keberlanjutan tradisi. Dengan adanya pura ini, pasemetonan tidak hanya memiliki tempat pemujaan, tetapi juga pusat kebersamaan, tempat bertukar ilmu, serta ruang untuk memperkokoh identitas sebagai umat Hindu yang menjunjung tinggi nilai gotong royong dan keharmonisan.
Melalui perjuangan ini, kita belajar bahwa warisan sejati bukan hanya berupa bangunan fisik, tetapi nilai-nilai luhur yang terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar