Sabtu, 23 November 2024

Punia Pembangunan Archa

Panitia 
Dana Punia Pembangunan Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba Ring Pura Kahyangan Dharma Smerti. 

FF33+87F, Jl. Arjuna, Pesinggahan, Kec. Dawan, Kabupaten Klungkung, Bali 80761



Om Suastiastu, 
Dumogi sami rahajeng turmaning rahayu shanti.

Pembangunan Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba Ring Pura Kahyangan Dharma Smerti sudah dimulai. Tujuannya untuk menghormati Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba sebagai Pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana ring Pundukdawa serta sebagai pemersatu lintas pasemetonan. 

Jika ada yang mau medana punia untuk pembangunan Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba Ring Pura Kahyangan Dharma Smerti bisa di transfer lewat rekening sebagai berikut.

Bank: BRI
No Rek: 4630-01-025537-53-8
Atas Nama: Ida Sinuhun Siwa Putri 
                      Pramadaksa Manuaba
 

Kemudian silahkan konfirmasi lewat Whatsapp/SMS no: 081936287278 agar kami bukukan di buku dana punia pembangunan Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba Ring Pura Kahyangan Dharma Smerti.

Om Santhi, santhi, santhi,..
Panitia Dana Punia Pembangunan Archa Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba Ring Pura Kahyangan Dharma Smerti. 

Ketua                              Sekretariat

Jmk Gde                         Jmk Gde 
Wayan Gunadi               Made Dimas 
                                        Agus Supryatna


Bendahara                       Penglingsir Pura


Jmk Istri Ni Ketut           Ida Sinuhun Siwa
Suariani                           Putri Prama D M


Kisah Ekalawya

Kisah Ekalawya dan Kurikulum Deep Learning

Indonesia telah mengalami berkali-kali transformasi kurikulum pendidikan, yang saat ini sedang digaungkan adalah sebuah Kurikulum dengan Konsep Deep Learning
1. Mindful Learning
Mindful Learning memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif berdiskusi dan bereksperimen dengan memperhatikan kebutuhan serta potensi setiap individu. 
Contohnya, guru diharapkan tidak hanya menyampaikan teori saat belajar sains, tetapi juga membantu siswa memahami peran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2. Meaningful Learning
Meaningful Learning mengajak siswa memahami alasan di balik setiap materi yang dipelajari.  Sebagai contoh, guru menjelaskan manfaat konsep matematika dalam pengelolaan keuangan atau logistik. Pemahaman ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
ADVERTISEMENT
3. Joyful Learning
Joyful Learning berfokus pada kepuasan dari pemahaman mendalam, tidak hanya menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Contohnya, guru mengadakan simulasi atau diskusi saat belajar sejarah agar siswa memahami konsepnya, bukan sekadar menghafal.
Jadi kurikulum deep learning adalah program pembelajaran yang diatur untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui tiga aspek utama, yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning. 

Salah satu tujuan dari merdeka belajar adalah menciptakan peserta didik yang memiliki jiwa merdeka, tidak lagi terkekang dengan adanya banyaknya peraturan sehingga peserta didik dapat menemukan potensi masing-masing serta kemampuan dirinya sendiri. Dalam hal ini, peserta didik dapat menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan aspirasi, menetapkan prioritas dan cara, ritme belajar yang adaptif dan selalu melakukan refleksi diri untuk menentukan mana tujuan dan cara yang efektif ataupun perlu diperbaiki.

Jauh sebelum Ki Hadjar Dewantara menyampaikan konsep merdeka belajar. Kita dibawa kepada sebuah kisah dalam Wiracarita Mahabharata, yakni seorang Ksatria Kaum Nishada bernama Ekalawya. Tentu tidak banyak mengenal Ksatria Ekalawya dalam peperangan Bharatayudha. Namun banyak orang mengenalnya sebagai salah satu pemanah terbaik yang memiliki kemampuan setara dengan Arjuna. Ekalawya, secara harfiah berarti “ia yang memusatkan pikirannya pada suatu ilmu atau pelajaran”, yang pada hal ini adalah ilmu memanah. Karena didasari keinginan kuatnya untuk memperdalam ilmu panahan, Ekalawya datang ke Hastinapura untuk berguru langsung kepada Guru Drona, yang merupakan Guru dari para Pandawa dan Kaurawa. Permohonan Ekalawya untuk menjadi murid Guru Drona ditolak karena kekhawatiran bahwa Ekalawya mampu menandingi keterampilan memanah dari Arjuna, apalagi Ekalawya berasal dari Nishada, sekutu dari Jarasanda.

Penolakan dari Guru Drona tidak mengendurkan niat dari Ekalawya untuk memperdalam ilmu memanah. Ia kembali ke hutan dan belajar dengan memuja sebuah patung menyerupai Guru Drona. Bagi Ekalawya, keberadaan patung tersebut sama halnya dengan keberadaan Guru Drona yang selalu mengawasinya dalam belajar memanah. Keterampilan memanah Ekalawya semakin meningkat seiring keinginan dan karakter jiwa merdeka untuk mengeksplorasi pengetahuan memanah dari lingkungannya.
[24/11 10.46] SYM: Suatu ketika, Ekalawya yang sedang berlatih di tengah hutan mendengar suara anjing menggonggong. Tanpa melihat sumber suara, Ekalawya melepaskan anak panah yang menyumpal mulut anjing terbut. Ternyata, anjing tersebut merupakan milik Arjuna yang sedang berburu di tengah hutan. Saat pertemuan tersebut, Arjuna dan Guru Drona menyadari kemampuan memanah Ekalawya setara bahkan hampir mengungguli kemampuan Arjuna. Ekalawya memperkenalkan dirinya sebagai murid Guru Drona. Ia juga mengakui bahwa ia memuja patung Guru Drona sebagai Gurunya dalam belajar memanah. Mendengar pengakuan Ekalawya, timbul kegundahan dalam hati Arjuna, yang mempertanyakan benarkan ia masih menjadi pemanah terbaik di dunia?

Terlepas dari kelanjutan kisahnya, Ksatria Ekalawya mengajarkan kepada kita bahwa Ekalawya telah memberikan sebuah langkah kemerdekaan dalam belajar yang mengarahkan tujuan, cara dan hasil belajar. Hal ini menunjukkan bagaimana konsep pembelajaran yang membangun kesadaran diri untuk belajar secara mandiri yang bebas dari tekanan dengan tetap menjaga komiten pada tujuan dan selalu melakukan refleksi diri. Merdeka belajar yang diajarkan adalah salah satu strategi penting untuk menumbuhkan minat dan bakat peserta didik dalam belajar. Peserta didik yang merdeka belajar akan mengembangkan kemampuannya dengan baik sesuai dengan kompetensi dan minatnya. Ksatria Ekalawya mengetahui bahwa tujuan dan minatnya adalah menjadi pemanah unggul. Ia pun mengeksplorasi keterampilan memanahnya dnegan berlatih di tengah hutan dan berbagai medan, bahkan tanpa guru yang hadir langsung, ia telah membuktikan bahwa kemampuannya telah setara dengan keterampilan memanah Arjuna.

Dari kisah Ekalawya, begitu pula pernyataan Ki Hadjar Dewantara serta merujuk esensi Kurikulum Merdeka Belajar ini, seorang peserta didik diharapkan melakoni pendidikannya yang merdeka (independen), dengan tiga dimensi utama yakni tidak melepas komitmen dan tujuan belajar, mandiri dalam cara belajar dan selalu merefleksi proses belajar yang telah dilalui. Selamat Hari Pendidikan Nasional.

Rabu, 20 November 2024

Matahari

Jangan bangun saat matahari bersinar, tapi bangunlah lebih awal agar matahari melihatmu besinar. 

Senin, 18 November 2024

Sing Maan Susuk

Sing Maan Susuk
Oleh: A. A. Raka Sidan

Niki cerita dewek tiange
Ngalih gae di jalane
Dadi gae nyindengin tamu
Keme mai pang maan komisi
Uling semeng nganti ka peteng
Hidupe serasa telah di jalane

Tamune jani
Suba tusing cara tamu ane pidan
Suba celang ken ajin barang
Tusing ngidang ade ne mlegendaang
Unduk lacur dewek titiang
Ane jani lakar ketuturang

Ngaba tamu Prancis
Jenengne melengis
Kaden liu ngabe pipis
Ngaba tamu Jepang
Celepin ke art shop
Sepanan melaib ngedamplang

Ngaba tamu China
Ye lebian munyi
Cara negen bebek muani
Ngaba tamu Belanda
Buine tue-tue
Jeg pragat ajaka nyatwa

Hari libur muride
Mula sing masuk
Aduh lacur gaide
Sing man susuk

Ngaba tamu Prancis
Jenengne melengis
Kaden liu ngabe pipis
Ngaba tamu Jepang
Celepin ke art shop
Sepanan melaib ngedamplang

Ngaba tamu China
Ye lebian munyi
Cara negen bebek muani
Ngaba tamu Belanda
Buine tue-tue
Jeg pragat ajaka nyatwa

Hari libur muride
Mula sing masuk
Aduh lacur gaide
Sing man susuk

Hari libur muride
Mula sing masuk
Aduh lacur gaide
Sing man susuk

Hari libur muride
Mula sing masuk
Aduh lacur gaide
Sing man susuk

Menjaga Ucapan

Menjaga Ucapan 
Wacika Parisudha: Membangun Hita melalui Kata

Kalau ucapan kita selalu dijaga maka imej tentang diri kita juga akan terjaga. Tidak ada ketakutan dari orang lain terhadap kita. Orang lain akan mempercayai kita ketika akan berbicara atau bermusyawarah. Dimanapun kita berada orang lain akan merasa aman dan nyaman.

Sebaliknya kalau ucapan kita tidak terjaga, sering mengatakan hal hal yang buruk, sering menyakiti orang lain dengan ucapannya, maka orang akan menghindari kita apabila akan berbicara atau bermusyawarah. Dan kalau imej itu sudah melekat pada diri kita akan sulit untuk mengubahnya. 

Keutamaan Menjaga Ucapan

Menjaga ucapan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari kita. 

Kesadaran diri untuk melakukan “filter” terhadap perkataan merupakan aspek mendasar yang perlu diupayakan. Perlu diketahui bahwa ketika berkecimpung dalam sebuah interaksi, atau pun menjalin sebuah proses komunikasi, kita harus mampu memilah perkataan yang akan kita lontarkan. Resapi kata-kata dari dalam diri, sebelum jatuh dan didengar oleh telinga orang lain. Kita harus mampu menghindari perkataan kasar, menghardik, jahat dan sebagainya. Sebab perkataan seperti demikian tidak sewajarnya diucapkan didalam membangun tutur kata maupun berkomunikasi dengan orang lain.

Hal tersebut sesuai dengan sebuah petikan dalam Kitab Sarasamuscaya Sloka 75 yang menyatakan bahwa: “Nyang tanpa prawrttyaning wak, pat kwehnya, pratyekanya, ujar ahala, ujar aprgas, ujar picuna, ujar mithya, nahan tang pat singgahaning wak, tan ujarakena, tan angina-ngenan, kojarnya”.

Artinya: “Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya, yaitu perkataan jahat, perkataan kasar menghardik, perkataan memfitnah, perkataan bohong (tak dapat di percaya); itulah keempatnya harus di singkirkan dari perkataan, jangan diucapkan, jangan di pikir-pikir akan di ucapkan”.

Oleh sebab itu, dalam Kitab Sarasamuscaya Sloka 120 perakataan jahat dianalogikan sebagai berikut: “Ikang ujar ahala-tan pahi lawan hru, songkabnya sakatempuhan denya juga alara, resep ri hati, tatankenengpanhan turu ring rahina wengi ikang wwang denya, matangnyat, tan inujaraken ika de sang dhira purusa, sang ahning maneb manah nira”.

Artinya: “Perkataan yang mengandung maksud jahat tiada beda dengan anak panah, yang di lepaskan; setiap yang di tempuhnya merasa sakit; perkataan itu meresap ke dalam hati, sehingga menyebabkan tidak bisa makan dan tidur pada siang dan malam hari, oleh sebab itu tidak di ucapkan perkataan itu oleh orang yang budiman dan wiraperkasa, pun oleh orang yang tetap suci hatinya”.

Analogi perkataan ibarat sebuah pedang atau senjata juga memiliki keterkaitan dengan salah satu petikan yang terdapat dalam Kakawin Nitisastra (V.3) yang berbunyi :

“Wasista nimittanta manemu laksmi. Wasista nimittanta pati kapangguh. Wasista nimittanta manemu duhka. Wasista nimittanta manemu mitra.”

Artinya: “Karena kata-kata engkau mendapat Bahagia. Karena kata-kata engkau akan mendapat kematian. Karena kata-kata engkau akan mendapat kesusahan. Karena kata-kata engkau akan mendapat sahabat”

Membiasakan diri berkata baik adalah aspek etika yang harus dibudayakan. Bangunlah kesadaran dalam benak masing-masing untuk selalu berlatih secara konsisten membangun perkataan atau berbicara yang selalu diselimuti oleh unsur kebaikan.

Terkait dengan hal tersebut Sarasamuscaya Sloka 118 kembali memberikan penegasan bahwa “Ika tang ujarakena, rahayu ta ya, haywa ta winistaraken haywa hyun-hyun kawarjana angucap, apan ikang ujar yan, jambat, hanang haras, hana ililik pinuharanya , tan rahayu tan ngaranika”.

Artinya: “Yang patut di katakan itu hendaklah sesuatu yang membawa kebaikan, hal itu janganlah di gembar-gemborkan; berkeinginan di sebut pandai bicara; sebebkata-kata itu jika berkepanjangan, ada yang menyebebkan senang ada yang menimbulkan kebencian; tak baik hal serupa itu”.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam wujudkan hita (kebahagiaan) melalui kata maka kita harus mampu mengevaluasi perkataan yang akan diucapkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari perkataan jahat (negatif), sebagai tutur kata yang tidak bisa dilupakan dan mampu melahirkan dendam. Potensi munculnya perkataan jahat dapat dilebur, dengan konsisten membiasakan diri bertutur kata yang baik.

Kesadaran diri untuk membiasakan diri bertutur kata yang baik dalam setiap pergaulan dan perjalanan hidup, tentunya akan mampu menjadi salah satu aspek yang berkontribusi untuk mewujudkan kedamaian setiap saat. Ini sebagimana untaian Atharvaveda XIX.9.2 bahwa: “Santam bhutam ca bhavyam ca. Sarvam eva sam astu nah”

Artinya: “Semoga masa lalu, masa kini, dan masa datang penuh kedamaian dan amat ramah pada kami”

Diwawancarai oleh Alumni SMPN 3 Mengwi.

Untuk pertanyaannya niki bapak



1. Sudah berapa lama bapak mengajar?
Saya mengajar (honor) dari 2006 di SMP N 1 Kukuh Tabanan dan SMP N 4 Abiansemal, diangkat sebagai PNS di SMP N 3 Mengwi TMT 1 Maret 2008 dan pindah tugas ke SMP N 4 Abiansemal tahun 2018 sampai sekarang, memdapat tugas tambahan sebagai pembina ekstra nyurat Lontar dan kepala Perpustakaan serta wali kelas 8 F. 

2. Selama bapak mengajar apakah pernah mengalami kendala?
SUDAH PASTI PERNAH

Diantaranya:
Pada awal-awal sebagai guru, saya merasa sangat kurang persiapan dalam mengajar. Awal-awal nya saya merasa kurang terampil dalam mengelola kelas sesuai dengan karakteristik siswa. 

Saya sebagai guru sering kesulitan memahami setiap karakteristik siswa, karena ada banyak siswa yang saya temui di sekolah. 

Hal tersebut mennyebabkan menekuni profesi sebagai seorang GURU sangat meLELAHkan. 

Kenapa 
LELAH 
Jadi GURU? 

Guru itu bekerja menggunakan otak, tenaga dan perasaan secara bersamaan.
Menjadi guru BUKAN hanya soal mentransfer ilmu. 
Tetapi juga harus memahami karakter setiap siswa. 
Makanya setelah mengajar GURU itu merasa LELAH. 

#tubaba@spenfourab//guru#

3. Bagaimana perjalanan bapak dalam mengajar? Apakah mungkin ada kendala jarak sekolah dan rumah atau lainnya?
Sudah pasti ada kendalanya, maka dari itulah saya mengajukan untuk dapat pindah ke SMPN 4 Abiansemal, biar lebih dekat dengan Griya Agung Bangkasa (rumah), selain sebagai guru saya juga sebagai seorang Pinandita/pemangku serta sebagai penyanggra griya. 

4. Apa yang menjadi semangat bapak dalam mengajar?
Motifasi saya sebahai seorang guru cinta murid dan cinta ilmu. 
Motifasi saya dalam mengajar adalah melihat anak-anak dan masyarakat  (khususnya di desa Bongkasa) masih membutuhkan pelayanan baik secara formal maupun non formal. Jadi saya masih selalu merasa terpanggil untuk mengarahkan mereka. Membuat anak-anak mempunyai hati yang bermoral itulah inti dari pendidikan. Maka dari itu mulai tahun 2013 saya mendirikan yayasan widya daksa dharma bersama almarhum ayah saya dan sulinggih kapurusan. 


5. Bagimana bapak menyikapi kurikulum yang terus berubah?
Menurut saya:
Sejarah pendidikan mengingatkan kita bahwa belajar adalah perjalanan tanpa akhir. Kurikulum merupakan kendaraan yang membawa kita menuju tujuan itu, dan setiap perubahan didalamnya adalah usaha untuk menjawab kebutuhan jaman. 

Saya ingin memberikan pandangan mengenai peran guru dalam menyikapi perubahan kurikulum di sekolah.

Peran guru sangat penting dalam menyikapi perubahan kurikulum di sekolah. Sebagai tenaga pendidik, guru harus memahami dengan baik isi dan tujuan dari kurikulum baru tersebut, serta berupaya untuk mengimplementasikannya dengan baik dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan memperbarui metode pembelajaran agar lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Selain itu, guru juga harus mampu menjadi fasilitator yang baik bagi siswa dalam menghadapi perubahan kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru harus membantu siswa memahami konsep dan tujuan dari kurikulum baru tersebut, serta memberikan bimbingan dan dukungan agar siswa dapat mengimplementasikannya dengan baik dalam proses belajar-mengajar. Hal ini sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.

Saya sendiri pernah mengalami perubahan kurikulum saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu, para guru kami sangat aktif dalam menyikapi perubahan tersebut dan memperbarui metode pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Mereka juga memberikan bimbingan dan dukungan agar kami dapat memahami kurikulum baru tersebut dengan baik dan mengimplementasikannya dengan baik dalam proses pembelajaran. Dalam waktu singkat, kami dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut dan mencapai hasil yang baik dalam proses pembelajaran.

Intinya dari setiap perubahan itu mengingatkan kita akan:

"Every single human being was born for learning"

Setiap manusia dilahirkan untuk belajar. 


6. Angkatan tahun berapa yang menurut bapak paling seru selama mengajar?
Angkatan tahun siswa-siswi bersama teman-temang Komang Adi. 

7. Apa harapan bapak untuk guru masa kini?
Agar kita selalu mampu memiliki keutamaan sebagai guru, bagi kita yang menjadi guru, jadilah guru yang profesional. 

8. Pesan bapak untuk guru masa kini
Guru bukanlah hanya sebatas profesi “pengajar” yang bertujuan untuk keuntungan berupa gaji atas jasanya mengajar di sekolah-sekolah namun lebih kepada orang-orang yang memiliki kualifikasi kerohanian yang mampu mengendalikan Tri Guna yaitu sifat sattwam, rajas dan tamas sehingga patut digugu dan ditiru.

Ingatlah di era digital yang penuh tantangan ini, peran guru semakin kompleks dan menantang. Tidak hanya dituntut untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus mampu membimbing siswa menghadapi arus informasi yang begitu deras. Guru adalah nahkoda yang mengarahkan generasi muda menuju masa depan yang lebih cerah.

Saat ini, guru bukan sekadar pengajar di kelas, tetapi juga menjadi inspirator, motivator, dan teladan bagi siswa-siswanya. Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, sentuhan personal seorang guru tetap tidak tergantikan. Kehadiran guru yang penuh kasih sayang dan kesabaran menjadi kunci dalam membentuk karakter siswa yang tangguh dan berakhlak mulia."

Sebenarnya semuanya dimulai dari contoh atau teladan guru sehingga peserta didik dapat mencontoh tanpa harus mengkritisi. Hal ini relevan dengan konsep pendidikan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 3 Juli 1922; ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa dan Tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Konsep pendidikan ini masih dipakai di dunia pendidikan sampai saat ini.

Intinya pesan saya tetap lah menjadi seorang guru. Kata “guru” dalam Bahasa Sansekerta terbagi atas suku kata “gu” yang berarti bayangan. Sesuai dengan sifatnya, bayangan pasti gelap. Jadi “gu” atau bayangan bisa diartikan juga sebagai gelap dan/atau kegelapan. Suku kata “ru” berarti (orang yang membawa) terang. (Orang yang) menghilangkan bayangan/gelap/kegelapan. Dengan harapan sebagai pelita bangsa, embun penyejuk, Pahlawan tanpa tanda Jasa.


Jumat, 15 November 2024

Bersyukur

Bersyukur merupakan pengusir kepenatan dan kelelahan. Bersyukur adalah sarana kita mendapatkan energy secara mental. Dengan bersyukur, kita akan mendapatkan udara segar dalam pikiran kita. Bersyukur adalah aktivitas berpikir positif. Kita berprasangka baik kepada Sang Pemberi Hidup. Kita berprasangka baik kepada Yang Maha Menentukan Segalanya.

Bersyukur adalah obat kuat yang paling baik. Jika kita tidak mampu mensyukuri apa yang kita dapatkan, maka kita tidak bisa melihat kesuksesan kita. Kita tidak akan pernah menikmati hasil jerih payah kita. Tanpa syukur kita akan gagal. Kita akan cepat lelah dan dalam keadaan yang rumit dan sulit, dan kita akan cepat menyerah.

Bersyukur adalah aktivitas rutin Sang pemenang. Bersyukur membuat kita sehat, sukses, dan panjang umur. Selalu berpikiran baik dan positif.
Apa pun hasilnya hari ini yang telah kita lalui, kita pantas bersyukur.
Kita telah melalui hari ini, kita telah berbuat sesuatu hari ini. Kita telah mengisi kehidupan kita dengan sesuatu yang memiliki nilai. Bagi kita sendiri , keluarga, saudara, dan sahabat.

Kamis, 14 November 2024

Makna Mantra

Makna Mantra Om Hrang Hring Sah Paramasiva aditya ya namah swaha

Hrang: Diksa Mantra untuk Akasa
Hring: Diksa Mantra untuk Pertiwi.
Sah: Diksa Mantra Untuk Planet-planet lainnya.
Om Hrang Hring Sah: Hormat kepada Akasa-Pertiwi dan Semesta Jagat Raya.
Dan kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Seha menjadi: Om Pakulun Paduka Bhatara Sanghyang Surya Chandra Lintang Tranggana, Hyang Akasa-Pertiwi pinaka Saksining Bhuana Agung mwang Bhuana Alit.
Itu sebabnya yang menjadi Saksi dalam Pemujaan adalah: Surya, Candra, Bintang (lintang), Planet-planet lain (tranggana), akasa (langit) dan pertiwi (bumi)

Selasa, 12 November 2024

Sloka Tingkat Pendidikan Hindu


Makna Anak Suputra, Pola Asuh Anak Menurut Ajaran Hindu

Anak suputra adalah anak yang berbudi pekerti luhur, cerdas, bijaksana, dan membanggakan keluarga. Anak suputra ini akan mengangkat harkat dan martabat orang tua.

Kata "putra" itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang pada mulanya berarti kecil atau yang disayang. Kelahiran anak suputra ini merupakan tujuan ideal dari setiap perkawinan dalam ajaran Hindu.

Kitab Nitisastra yang merupakan rujukan utama umat Hindu selain Kitab Veda, mengajarkan banyak hal bagaimana seharusnya mengasuh anak agar kelak bisa menjadi anak suputra. 

Nitisastra Sloka 3.18 menyebutkan: 

laalayet panca varsani, 
dasa varsani taadyet, 
praapte to sodase varse, 
putram mitravadaacaret. 

Artinya:
Asuhlah anak dengan memanjakannya sampai berumur lima tahun (kanak-kanak 5-11 tahun), 

Berikanlah hukuman (maksudnya pendidikan disiplin) selama sepuluh tahun berikutnya (remaja 12-25 tahun), 

Kalau ia sudah dewasa (maksudnya sejak 26-45 tahun) didiklah dia sebagai teman.

1. Berikan Kasih Sayang dalam Porsi yang Cukup (kanak-kanak 5-11 tahun). 

Seorang ibu harus mampu untuk dimanja dengan memberikan kasih sayang hingga Si Kecil berusia lima tahun. 

Bahkan di tengah kesibukan seperti ibu dan ayah yang bekerja, Moms harus menyempatkan untuk memberikan kasih sayang dengan taraf yang cukup sebagai pola asuh anak suputra.

Jika Si Kecil tidak dimanjakan dengan porsi yang tepat, anak akan menjadi terasingkan dengan lingkungannya, dan kelak ia akan tumbuh menjadi orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungannya.

2. Penting Memberikan Bentuk Disiplin (remaja 12-25 tahun)

Sebagai langkah pengasuhan anak suputra, Si Kecil juga perlu diberikan bentuk disiplin dari orang tuanya. Hal ini agar kelak ia tidak menjadi anak yang melawan, menjadi anak yang patuh dan melakukan kebaikan.

Anak yang terlalu dimanja saat balita menjadikan dirinya tidak mempan untuk dimarahi, apalagi dalam bentuk pemberian "hukuman". Ini karena anak cenderung bersifat melawan.

Hal sederhana seperti menegur dan memberitahu hal yang salah dan benar, taat pada aturan keluarga yang sudah dibuat, hormat kepada orang tua, dan mengamalkan ajaran Hindu dengan tepat.

3. Mendidik Anak Dewasa Sebagai Teman (maksudnya sejak 26-45 tahun)

Ketika anak menginjak dewasa, ia sudah memiliki berbagai keinginan yang mungkin tak selaras dengan keinginan orang tuanya. Ia mungkin telah punya minat yang bisa jadi tak sesuai dengan kehendak orang tuanya.

Kitab Nitisastra mengajarkan agar orang tua mengasuh anak dengan menjadikannya teman. Misalnya, lebih sering mengajaknya mengobrol, dan bukan menunjukkan status sebagai orang tua yang otoriter.

Berikan pandangan bahwa orang tua adalah sosok yang bisa diajak diskusi, dapat diandalkan. Hal ini akan mendorong anak untuk menjadi lebih terbuka dengan Moms dan Dads.

Itu dia Moms, makna dari anak suputra yang merupakan pola asuh dari ajaran Hindu. Ingin anak Moms tumbuh menjadi Hindu yang taat, tidak ada salahnya mengikuti pola asuh ini.

Oleh karena itu, ini adalah DHARMANING SANG MARAGA SISIA

“Nihan ta cilakramaning aguron-guron, Haywa tan bhakti ring guru, Haywa himaniman, Haywa tan cakti ring sang guru, Haywa tan sadhu tuhwa, Haywa  nekelana  sapatuduhing  sang  guru, Haywangideki  wayangan  sang  guru,  Haywa alungguhi palungguhaning sang guru” 

Terjemahannya :

Inilah tata-tertib dalam berguru (menuntut ilmu):

Janganlah tidak bhakti terhadap guru,  

Janganlah  mencaci  maki  guru,  

Jangan segan  kepada  guru, 

Jangan  tidak  tulus  kepada guru,  

Jangan  menentang  segala  perintah  guru, 

Jangan  menginjak  bayangan  guru,  

Jangan menduduki tempat duduk guru 


Dalam kitab silakrama tersebut masih  ada  ketentuan-ketentuan  yang diperuntukkan  bagi siswa  agar mereka  tumbuh menjadi orang-orang yang disiplin mental yang tangguh,  mengutip  Puniatmadja  (1970) ketentuan-ketentuan tersebut sebagai berikut : 

a. Seorang siswa tidak boleh duduk berhadap-hadapan dengan gurunya 

b. Seorang siswa  tidak boleh  memutus-mutus pembicaraan gurunya 

c. Seorang  siswa  harus  menurut  dengan  apa yang diucapkan oleh gurunya 

d. Apabila gurunya datang seorang siswa harus turun dari tempat duduknya 

e. Bila  melihat gurunya  berdiri  atau berjalan seorang  siswa  harus  mengikuti  di belakangnya 

f. Bila  bertanya  kepada  guru  seorang  siswa tidak boleh sambil  menoleh kesana-kemari agar perhatian tidak pudar 

g. Seorang  siswa  harus  selalu  menyambut dengan  ucapan  yang  menyenangkan  hati (Manohara). 


Sloka Guru Puja berikut ini:

“Om Gurur rupam gurur dewam, Gurur Purwam Gurur Madhyam,

Gurur pantaram dewam, Guru Dewa Sudhha- Atmakam”


Terjemahannya:

Om Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Gurunya alam semesta dan para dewa, Awal mula tercipta guru dan juga merupakan pusatnya para guru. Gurunya para dewata yang agung. Guru yang suci bersih cemerlang yang menjiwai alam semesta.

Pemerintahan yang berkuasa juga adalah guru yang dihormati atas hukum dan peraturan-peraturan yang membuat masyarakat hidup damai, sejahtera dan bahagia. Para guru disekolah dan pengajar dimanapun berada juga adalah guru yang dihormati seperti kutipan pada Kitab Nitisastra II.13 berbunyi:

“Haywa maninda ring dwija daridra dumaa atemu,

Sastra teninda denira kapataka tinemu magong,

Yan kita ninda ring guru patinta maparek atemu,

Lwirnika wangsa-patra tunibeng watu remek apasah.”


 Terjemahannya

“Janganlah sekali-kali mencela guru, perbuatan itu akan dapat mendatangkan kecelakaan bagimu. Jika kamu mencela buku-buku suci, maka kamu akan mendapatkan siksaan dan neraka, jikalau kamu mencela guru maka kamu akan menemui ajalmu, ibarat piring yang jatuh hancur di batu”.

Nyurat Lontar

TATA NYURAT LONTAR

Ri kala jagi nyurat lontar wénten tata cara sané patut kamargiang. Sané kapertama patut sayagayang lontar sané sampun sayaga kaanggén nyurat utawi lontar matah sané durung maolah. Ukurannyané manut ring kayun soang-soang utawi akéhnyané sasuratan sané pacang kasalin.
      Pangrupak inggih punika lémat sané madué rai kakalih nénten sakadi rain lémat sané ketah kaanggén majajaitan. Pangrupak kawigunannyané pateh sakadi pulpén utawi pénsil. Pénsil miwah
garisan sané kaanggén ngarya garis pinggir ring sisi tengen utawi kiwa tigang bolong sané wénten ring lontar, kirang langkung 0,5 cm. Rikalaning ngarya garis pinggir, sané patut kauratiang inggih punika bolong lontar sané magenah ring kebot (A) nuju bolong tengah (B) tur jarak bolong (B)
ka bolong (C). Jarak bolong A ka B punika bawakan yéning bandingang ring bolong B ka C, nika mawinan nyurat lontar kakawitin saking bolong kiwa (A). Yéning sampun, wawu kalaksanayang
nyurat antuk pamahbah sasuratan sané kakawitin antuk panti <utawi pamada > sané kalanturang nganggé pangastawa inggih punika “Om Awignamastu” salanturnya kapuputang malih nganggé . Ri kalaning nyurat, lontar kagambel antuk tangan sané kiwa. Lontar sané kagambel punika akéhnyané lebih saking asiki, raris lontar punika jepit antuk pelik.
Nyurat lontar nénten pisan dados sakadi nyurat ring buku tulis (neplék ring méja), nanging tangan sané ngambel lontar punika kaaledin antuk lungka-lungka
(kasur alit). Lontar sané puput kasurat sangkaning nyurat neplek ring meja punika kawastanin lontar tulah sané nénten dados kawacén napi malih kaentungang.
Lontar sané sasuratan nyané kakawitin saking bolong C (dawanan) taler kawastanin lontar tulah. Dulang
utawi méja sané kaanggén aled ri kalanyurat. Ri kala nyurat, tata cara sasuratannyané nganggé pasang jajar sambung nénten jajar palas. Jajar sambung inggih punika kruna sané kasurat dados
lengkara kasurat saling kasambungin nénten wénten spasinnyané. Nyurat lontar punika kakawitin saking baris kaping kalih sané kakawitin saking bolong A ngantos bolong C, kénten malih baris kaping 2, 3, miwah 4.
Baris kapertama utawi baris pinih
luur punika kaanggén genah panganggé
suara utawi tengenan. Yéning lembaran
kapertama sampun telas kasurat, lontar kabadingang saking sor kaluur nénten dados saking tengen ka kiwa. Ageng aksarané taler spasinyané mangda pateh. Yéning iwang rikala nyurat, sampunang aksara punika kaurek utawi kacorét. Aksara sané iwang punika kapademang antuk nagingin suku ( ) miwah ulu ( …...). Yéning sampun puput nyurat wawu kaselemang nganggén tingkih, buah nagasari nasak sané matunu. Ri kala nyelemang puniki kawastanin nyipat sastra. Siagayang benang kemong kirang langkung 40-50 cm sané kaanggén ngiket lontar sané sampun puput kasurat taler takepan lontar sané kaanggén ngapit lontaré mangda nénten malepit. Ring muncuk benang kadagingin jinah bolong pada asiki anggén ngancing takepan lontaré wus punika simpen ring keropak lontar mangda awét. Patut taler kaélingang inggih punika indik cacirén sakadi lalintihan lontar sané kasalin, duk napi puput kasurat miwah indikpangawinnyané.


Soroh Tatebek Nyurat Lontar
Ri kala nyurat lontar, sasuratan aksara sané katuekang mangda pada miwah pateh utawi rata, inggih punika ukiran saking soang-soang aksara madrué jarak sané rata, sané kawastanin natar. Yéning sampun sida ngwangun aksara antuk: tetuek, ukiran, miwah natar, sané pinih utama ngwangun aksara wantah ukiran aksara. Indik rupan ukiran aksara punika, kaepah dados kalih
soroh tatuekan, inggih punika :
a. Tebek Wayah
b. Tebek Nguda
Ukiran aksara sané kasorohang tebek wayah, pacang ngamedalang wangun ukiran aksara sané becik tur ngulangunin, sané madrué cihna sakadi :
• Tetuekan aksara sané becik, tur ngulangunin inggih punika kawastanin makarat.
• Wangun aksarannyané galih, tur karupayang antuk wangun aksara sané pinih alit tur bunder-bunder inggih punika kawastanin ngatumbah.
• Wangun, tetuek miwah ukiran aksarannyané rata tur élah kauningin inggih punika kawastanin galih.
• Wangun aksarannya ninutin rupan jit tuma, nganuwuan aksarannyané nyimbarang, ngamenékan nyupekang inggih punika kawastanin majit tuma.
• Kapangawit wangun aksarannyané tipis lan éndép, nglantur nyimbarang inggih punika
kawastanin macai.

Senin, 04 November 2024

PRANAYAMA

PRANAYAMA/𝐒𝐀𝐃𝐀𝐑 𝐍𝐀𝐏𝐀𝐒

Menyadari napas - SADAR NAPAS - sungguh ajaib dampaknya bagi kesehatan fisik, mental dan spiritual. 

Karena napas yang disadari dapat mengaktifkan 𝘴𝘮𝘢𝘳𝘵 𝘦𝘯𝘦𝘳𝘨𝘺 atau energi cerdas yang telah disematkan TUHAN pada tubuh manusia. 

𝗕𝗮𝗴𝗮𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝘆𝗮𝗴𝘂𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻 𝙨𝙢𝙖𝙧𝙩 𝙚𝙣𝙚𝙧𝙜𝙮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝘀𝗲𝗵𝗮𝘁, 𝗯𝗮𝗵𝗮𝗴𝗶𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗲𝗹𝗶𝗺𝗽𝗮𝗵𝗮𝗻?

Melalui teknik ini, Anda dapat membenahi tubuh spiritual untuk menarik keberlimpahan, yaitu sehat mental spiritual, sehat raga, sehat rezeki, bahkan bisa digunakan untuk penyembuhan diri dan orang lain.

Sabtu, 02 November 2024

Metatah Masal

SUATU WUJUD DHARMA BHAKTI KEPADA UMAT KAMI YAYASAN WIDYA DAKSHA DHARMA, PASRAMAN RANGDILANGIT, GRIYA AGUNG BANGKASA akan melaksanakan upacara:

MAPETIK , MENEK KELIH dan Upacara MATATAH 
MASAL RING GRIYA AGUNG BANGKASA 

Om Swastiastu
Atur piuning titiang majeng semeton umat sedharma, sane arsa ngemiletin upacara 
MAPETIK, MENEK KELIH dan Upacara MATATAH MASAL RING GRIYA AGUNG BANGKASA 

Nanti pada Hari JUMAT, Tanggal 20 Desember 2024 (rahina Sukra Umanis Wuku Menail) 

Ayuning Dewasa:
Catur Laba, Dauh Ayu, Satria Wirang, Ek: Sida Kasobagian, Per: Upadana.

Jam 09.00 witta

KETENTUAN:
#Punia METATAH saha sidan (semampunya), makta pejati jangkep, peras pengenjekan, tirtha Ida Bhatara Siwa Guru, bungkak nyuh gading, kuwangen, lan sarana pamuspanpamuspan miwah belayag

#Punia Menek Kelih saha sidan (semampunya), makta pejati jangkep segehan miwah tirtha Ida Bhatara Siwa Gurukuwangen, lan sarana pamuspan

#Punia Mepetik saha sidan (semampunya), makta pejati jangkep segehan miwah tirtha Ida Bhatara Guru kuwangen, lan sarana pamuspan miwah belayag. 

Duaning asapunika ledang mendaftar 
Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Pendaftaran hubungi C.P:
Hp. 0812-3831-2943 a.n Jmk Istri Ni Ketut Suariani
Hp. 0851-0286-6744 a.n Ibu Aan
Hp. 081936287278 a.n Dane Pinandita Wiwa Tubaba.
#tubaba@griyangbang//ywdd//prd#

Memuja Archa/Patung

Memuja Arca/Patung

Jika ada yang bertanya apakah agama Hindu memuja arca atau patung? Katakan TIDAK ! Agama Hindu Memuja Tuhan Melalui Arca (Archanam Sarva Pujanam). 

Orang-orang yang kurang cerdas, sering menertawakan dan mencela umat Hindu yang memuja Tuhan melalui Arca dan menganggapnya sebagai tahayul bahkan tak jarang diberi label musryik dan menyembah berhala. Padahal kita juga sama-sama tahu bahwa tidak ada satu agama atau keyakinan apapun yang ada didunia ini yang tidak memuja Tuhan melalui simbol; seperti menggunakan arah/kiblat, suara, cahaya, arca, bangunan, gambar, bendera/panji-panji.

Umat Hindu yang melakukan pemujaan melalui berbagai simbol atau niyasa/pratika termasuk melalui Arca-memiliki keyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Ada juga bersemayam dalam simbol dihadapannya. Bagi umat Hindu arca bukanlah sekedar objek/sarana tambahan, tetapi merupakan bagian dari mekanisme batin dalam bhakti dan keyakinan.

Tentu saja semua puja yang dilakukan dengan gagasan bahwa arca tersebut hanyalah kayu/logam yang tidak bernyawa; benar-benar konyol dan amat membuang waktu. Tetapi bila hal ini dilakukan dengan penuh keyakinan bahwa arca itu hidup penuh kesadaran dan kekuatan, bahwa Tuhan Yang Maha Segalanya, berada dimana-mana (vyapi vyapaka), meresapi segala yang ada (isvara sarva bhutanam) dan mengejawantah dalam tiap keberadaan baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak (visva virat svarupa), dan dengan keyakinan bahwa Tuhan merupakan kenyataan batin bagi semuanya berada didalamnya, maka pemujaan arca benar-benar bermanfaat dan membangunkan kesadaran Tuhan.

Seorang “Wamana” selama bertahun-tahun tidak pergi ke tempat ibadat manapun dan ia menertawakan orang-orang yang menganggap arca sebagai simbol Ketuhanan. Ketika putrinya meninggal, pada suatu hari ia memegang fotonya sambil menangisi kehilangan tersebut. Tiba-tiba saja ia tersadarkan bahwa bila foto itu dapat menyebabkan kesedihan padanya dan membawa air mata kerinduan-maka arca itu juga dapat menimbulkan kegembiraan dan membawa air mata bhakti pada mereka yang mengerti keindahan dan kemuliaan Tuhan. Simbol-simbol itu adalah alat untuk mengingatkan bahwa Tuhan hadir dimana-mana dan dalam segala sesuatu.

Hindu yang Ajarannya sangat logis dan paling masuk akal, tentu memiliki banyak pijakan atau dasar Sastra, mengapa pemujaan Arca tersebut menjadi sahih. Penjelasan tentang archanam atau tatacara pemujaan arca sangat jelas disebutkan dalam Srimad Bhagavatam seperti yang dinyatakan Uddhava kepada Shri Krshna;

“etad vadanti munayo
muhur niḥśreyasaḿ nṛṇām
nārado bhagavān vyāsa
ācāryo ‘ńgirasaḥ sutaḥ.” 
| Śrīmad Bhāgavatam 11.27.2:

 Artinya: 
Semua orang bijak/Rsi-Rsi mulia berulang kali menyatakan bahwa penyembahan semacam itu (archanam) membawa manfaat terbesar yang mungkin ada dalam kehidupan manusia. Inilah pendapat Nārada Muni, Vyāsadeva yang agung dan guru spiritual saya, Brhaspati (angirasah sutah).

“niḥsṛtaḿ te mukhāmbhojād
yad āha bhagavān ajaḥ
putrebhyo bhṛgu -mukhyebhyo
devyai bhagavān bhavaḥ
etad vai sarva – varṇānām
āśramāṇāḿ ca sammatam
śreyasām uttamaḿ manye
strī – śūdrāṇāḿ ca māna – da.” 
|Śrīmad Bhāgavatam 11.27.3-4:

Artinya: 
Wahai Tuhan yang paling murah hati, pernyataan tentang proses penyembahan dalam bentuk arca ini dipancarkan dari bibir teratai Anda. Kemudian disampaikan oleh Brahmā yang hebat kepada putra-putranya yang dipimpin oleh Bhṛgu , Śiva menyampaikannya kepada saktinya, Pārvatī . Tatacara pemujaan seperti ini (archanam) diterima oleh semua lapisan masyarakat/warna dan semua tingkat kehidupan/asrama (sarwa-varnam asramanam). Oleh karena itu, saya menganggap penyembahan kepada Anda dalam bentuk arca menjadi yang paling bermanfaat dari semua praktik spiritual, bahkan untuk wanita dan pelayan.

Kemudian dipertegas lagi oleh pernyataan Krishna dalam sloka berikutnya:

“arcāyāḿ sthaṇḍile ‘gnau vā
sūrye vāpsu hṛdi dvijaḥ
dravyeṇa bhakti -yukto ‘rcet
sva – guruḿ mām amāyayā.” 
| Śrīmad Bhāgavatam 11.27.9

Artinya: 
Seseorang yang telah didwijati harus menyembah-Ku dengan sepenuh hati, mempersembahkan berbagai perlengkapan persembahan yang sesuai dalam pengabdian penuh kasih kepada bentuk KeilahianKu sebagai arca atau bentuk DiriKu yang muncul di atas tanah, di api, di bawah sinar matahari, di air atau di dalam hati pemuja itu sendiri.

Jadi dengan Simbol atau Pengarcaan umat Hindu bisa menjumpai Tuhan Yang Maha Esa.

Semoga bermanfaat bagi Keluasan pemahaman kita. Dan menguatkan Sraddha-Bhakti kita dijalan Dharma. Manggalamastu.


Patung Menghormati Leluhur

Dalam upaya melestarikan tradisi dan menghormati leluhur (Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Pramadaksa Manuaba) sebagai pelopor Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa, oka dharma kapurusan Griya Agung Bangkasa menggelar upacara pembuatan patung/archa untuk  beliau yang sudah meninggal. Upacara ini dilaksanakan dengan penuh khidmat, menggabungkan berbagai elemen budaya dan kepercayaan lokal.

Pembuatan patung/archa yang akan menjadi simbol penghormatan dan kenangan bagi orang tua yang telah meninggal. Patung ini biasanya dibuat dari kayu pilihan dan diukir oleh para pengrajin lokal yang berpengalaman.

Ini adalah tradisi yang sudah dilakukan sejak lama oleh nenek moyang kami. Patung ini bukan hanya simbol, tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai dan ajaran yang telah diwariskan oleh orang tua kami.

Prosesi dimulai dengan ritual pembersihan dan pemurnian area pembuatan patung. Selanjutnya, dilakukan doa dan persembahan kepada roh leluhur, memohon berkah dan restu agar proses pembuatan patung berjalan lancar. Patung yang dihasilkan akan ditempatkan di rumah keluarga sebagai bentuk penghormatan dan tempat berdoa bagi anggota keluarga yang ditinggalkan.

Patung ini akan kami rawat dan tempatkan di tempat yang terhormat di rumah kami. Ini adalah bentuk penghargaan kami kepada orang tua yang telah berjasa besar dalam kehidupan kami.

Pembuatan patung ini juga melibatkan berbagai pihak, mulai dari para pengrajin, tetua adat, hingga masyarakat setempat yang bergotong-royong dalam persiapan upacara. Hal ini menunjukkan kuatnya ikatan sosial dan rasa kebersamaan dalam masyarakat.

Dengan terus menjalankan tradisi ini, masyarakat berharap agar nilai-nilai luhur dan kebudayaan mereka tetap lestari, serta dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Tradisi pembuatan patung ini bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menghormati dan menghargai leluhur serta warisan budaya yang ada.

Jumat, 01 November 2024

Wacakan Rangda

"SISYA NYI CALONARANG NGEREH"

 

Di kisahkan Nyi Calonarang memiliki banyak Sisya (Murid) yang semuanya adalah perempuan, 

Dari semua Sisya Nyi Calonarang, tujuh diantaranya sudah dinyatakan senior mereka adalah :

 1. NYI LENDA

Sisya Nyi Calonarang yang paling cerdas, Nyi Lenda banyak menulis Lontar, salah satunya adalah Lontar Cambra Berag. Nyi Lenda memiliki kemampuan berubah menjadi leak berwujud anjing besar kurus atau Rangda Ma Ulu Asu

 
2. NYI LENDI

Sisya Nyi Calonarang yang paling ganas, ia adalah saudara kandung Nyi Lenda, air liurnya bisa berubah menjadi api. Nyi Lendi mampu berubah wujud mejadi sesosok leak setengah harimau loreng atau Rangda ma Ulu macan poleng

 
3. NYI GANDI

Sisya Nyi Calonarang yang memiliki kemampuan membuat penyakit hanya dengan menuding korbannya. nyi Gandi mampu berubah wujud menjadi leak kambing bertelinga sangat panjang yang bisa menebar penyakit atau Rangda Ma Ulu Kambing.

 
4. NYI GUYANG

Sisya Nyi Calonarang yang ahli di bidang guna-guna.

Nyi Guyang banyak menciptakan berbagai macam ilmu pelet, ia mampu berubah menjadi leak berwujud seekor kuda kuning keemasan atau sesosok Rangda Ma Ulu Jaran yang kerap dijuluki Ki Jaran Guyang.

 
5. NYI WAKSIRSA

Sisya Nyi Calonarang yang memiliki kemampuan berubah menjadi leak berwujud seekor babi hutan raksasa, bertaring panjang, berbulu tajam yang bisa menyebarkan penyakit upas yang mematikan, Nyi Waksirsa juga berubah wujud menjadi Rangda Ma Ulu Bawi.

 
6. NYI MANESA WEDANA

Sisya Nyi Calonarang yang mampu berubah menjadi leak berwujud kerbau raksasa yang tubuhnya sangat tinggi atau Rangda Ma Ulu Sampi dengan tanduk tajam.

 

7. NYI RARUNG

Sisya Nyi Calonarang yang paling sakti dari semuanya karena mendapat kesaktian langsung dari Dewi Durga, ia mampu membunuh musuhnya hanya dengan menatap saja, ia mampu berubah wujud menjadi Rangda dengan kulit merah menyala atau Durga Bang.

 

PEPALIHAN KANDA MANUSA

ITI NGARAN BACAKAN RAGA SARIRA
(Ratuning Kawisesan) 

Pepalihan Raga'nta/pepalihan manusa:
1. Sirah
2. Pengawak/raga
3. Suku-suku

1). Sane melinggih ring sirah:
A. Ring Siwadwara/pabahan melinggih Ida Sang Hyang Parama Atma, Ida Sanghyang Widhi Wasa. 
B. Ring telenging Lelata/selagin alis melinggih Ida Ongkara Ngadeg. 
C. Ring muncuk Cunguh pinaka panunggalaning bayu, sabda kalawan idep. 
D. Ring Song Cunguh pinaka panunggalaning bayu'nta. 
E. Ring Langit-langit Cangkem pinaka linggih Ida Bhatara Bapa Akasa. 
F. Ring Lidah pinaka linggih Ida Hyang Bhatari Pertiwi. 
G. Ring Tungtungin/Muncuk Layah ngaran linggih Bhatari Durga. 
H. Ring Caling malinggih Ida Bhatari Berawi. 
I. Ring Celatik Ke kolongan linggih Sanghyang Pangempet Bayu, Sabda kalawan Idep, ika ngaran tongos pangliakane (linggih inggih aksara ngaran). 

2). Sane malinggih ring Pengawak (Raga'nta):
A. Ida Bhatara Iswara malinggih ring Jantung Papusuh.
B. Ida Bhatara Mahesora malinggih ring Peparu. 
C. Ida Bhatara Brahma malinggih ring Sajeroning Hati. 
D. Ida Bhatara Ludra malinggih ring Usus. 
E. Ida Bhatara Mahadewa melinggih ring Sajeroning Ungsilan. 
F. Ida Bhatara Sangkara melinggih ring Sajeroning Limpa. 
G. Ida Bhatara Wisnu melinggih ring Sajeroning Nyali. 
H. Ida Bhatara Sambhu melinggih ring Kekolongan. 
I. Ida Bhatara Siwa malinggih ring Untenging Hati. 

3). Sane malinggih ring Lima kalawan Batis:
Ida Sanghyang Panca Gni, Panca Tirtha pinaka genah mutering kalawan nyungsanging Ongkara Sungsang miwah ngadeging Ongkara Ngadeg. 

Kamis, 31 Oktober 2024

Dharma Panyarang

Dharma Penyarang/Penerangan ( Nerang Hujan)


Iki Dharma Panyarang, serana; Jangu rinajah, iki utama temen, mantra: ong sanghyang warisinin, mengendih manila ndilah, ring bhuwana agung, geseng bumi pretiwi lawan akasa, ang bubar gubar anarawang aneruwung, saking ambara, ong sanghyang 

warisinin, mengadeg maring madyaning ambara, ong sanghyang amiyakang mega 
awun-awun, teka sira galang 3x, terang wetan terang kidul, terang kulon, terang lor, terang maring tengah, teka byar galang 3x, ong kumbang kambangan, endih sanghyang lokanata, 

kumukus betara wisnu, matemahan angin timur, baret angalinus, manulakang mega, mampehkang awun-nawun, teka syar galang 3x, kedep sidi mandi mantranku, pomo 3x.


Ilewanakasa, ong ang mang endih sanghyang siwa geni andilah, geseng mega awun-awun, geseng segara danu, geseng tukad suranadi, geseng telaga nojo, geseng bulakan, pancoran, geseng sakwehing tirta kabeh, pada geseng 3x, ong ang mangadeg sanghyang siwa geni, 

madyaning ambara, teka piak mega awun-awun, teka syar galang 3x, apan aku sanghyang siwa geni sakti aeng dijagat kabeh, ong ang mang yang sang wang rang, teka sarang 3x, lah pomo.


Panyarang geni sejagat, serana, sembe, masigi layar, cawan sutra, macanang raka pipis, selae, mantra; ong sanghyang geni bajra, melesat sira ring ngirunging bhuwana, ang nulud mega sakti sayuta, mundur mega awun-awun, ong medal bayu agung saking cangkem, gumi 

pretiwi bungkah, pancering mega, katempuh dening bayu bajra, teka geseng rubuh punah matemahan angin, mesat kakuwung, bungkah mundur mega caraking tawun, wastu geseng manadi awu, moksah teka singlar 3x, pomo 3x.


Penyarang jagat, mantra; ong ang yata sarirane, sira mijil saking wadayoning ngulun, sanghyang panca brahma, ingara nira, mijil matemahan ageni mumbul, mundur maka gedene, tutug umanjing tekaring ngantara, angebeking bhuwana, ana kuloning pritiwi kabeh, 

angesengaken saking sariningulun, geseng gempung tan petahan, ong ang 3x, byara padang syah galang 3x, ang ong mang ang ang, serana sembe magenah ring tugu, banteniya, katipat gong, tuwak manis abotol.


Iti panerangan, mantra; ih idep aku sang geruda putih, sang anoman putih, mapedati api, maikut api, yan ana mega putih saking wetan, suka nasih, ageseng saka wetan, yen ana mega putih saking kidul, ingsun angeseng saka kidul, yen ana mega putih saking kulon, ingsun 

nakonasyag saka kulon, yen ana mega saking lor, ingsun konasyag saka lor, yen ana mega putih maring tengah, ingsun konasyag saking tengah, akumpul kita ring tengah, aku betara guru, angisep batara wisnu, sami lebur ida mayogo, betara brahma limbok ring segara, asat 

segara pitu, limbokaken ring danu, asat ikang danu, teka punah 3x, byar apadang 3x, ang ong mang, ang ong, serana, deluwang kertas, rajah anoman, tusuking bungan pucuk, gantung luhuring geni.


Iki penerangan, serana, rajah bhatari durga, nguntal jadma. Om aku calonarang, metu aku aku ring setra pabajangan agung. Aku di majapahit, ana payoganaku ring setra pabajangan, magawe maka gesenge sianu…, ong, pomo 3x, geseng sianu…, pomo 3x, 


paling lengeh, aku isunda, magawe maka gesenge sianu, kiguna porodan, apapak koki calonarang, ih aku icalonarang, angeseng wong sianu…, pomo, igunoporodan, pomo 3x, ong ong weruh weruh weruh aku icalonarang, ang ong rang eh eh eh, malayah 

rangreng, maboreh gading, aku sanghyang Kaman sakti, geseng 3x, pomo 3x, eh eh mandi, weruwuh mandi, pomo 3x, mang, serana, deluang kertas, rajah bhatari durga 

nguluh jelemo, gantung luhuring geni. Ngawe pidasar, serana, bata rajah bhatari durga, nenggel jelemo, ayua wera pomo 3x.


Iki penerangan, serana, Jangu rirajah aksara Ang ah ong. Om aku calonarang, metu aku aku ring setra pabajangan agung.  Aku di majapahit, ana payoganaku ring setra pabajangan, magawe maka gesenge sianu…, ong, pomo 3x, geseng sianu…, pomo 3x, 

paling lengeh, aku isunda, magawe maka gesenge sianu, kiguna porodan, apapak koki calonarang, ih aku icalonarang, angeseng wong sianu…, pomo, igunoporodan, pomo 3x, ong ong weruh weruh weruh aku icalonarang, ang ong rang eh eh eh, malayah 

rangreng, maboreh gading, aku sanghyang Kaman sakti, geseng 3x, pomo 3x, eh eh mandi, weruwuh mandi, pomo 3x, mang, serana, deluang kertas, rajah bhatari durga 

nguluh jelemo, gantung luhuring geni. Ngawe pidasar, serana, bata rajah bhatari  durga, nenggel jelemo, ayua wera pomo 3x.


iki geni sabhuwana, Jangu rinajah dasa bayu, mantra, ong ang mang ang, uriping brahma, om uriping wisnu  matemahan dadi geni, mang uriping iswara, idep aku angwehaken sanghyang tiga suksma, ngamijilang aku geni panca geni, iga teka saking wetan, metu 

geseng  teka geseng, ong geni bang metu ring ati, angeseng sakwehing durgha teka saking kidul, metu geseng 3x, ong geni kuning metu ring ungsilan, angeseng sakwehing durgha teka saking kulon, metu geseng 3x, ong geni ireng metu ring ampru, angeseng 

sakwehing durgha teka saking lor, metu geseng 3x, ong geni metu maring patumpukaning ati, mancawarna rupanira, angeseng sakwehing durgha teka saking tengah, metu geseng 3x, ong geni panerangan metu ring karna, ong geni candra metu 

ring soco, ong geni kwera metu ring irung, ong geni maya metu ring lidah, angeseng sakwehing durgha durjana, tujuh teluh tranjana, leyak desti teka geseng, sakwehing kriya upaya ring awak sariranku, teka geseng 3x, ong geni sana, murub angabar- abar, 

urubira angibaking bhuwana kabeh, angeseng sakwehing mega drawera, yanana mega tunggal, mega bagor, mega unduk-undak, mega rarawe, mega brayu, mega ganter, mega luser, mega drewelo, mega ireng, mega biru, ang mang teka geseng dening geni 

sabhuwana, murub ikang bumi, biyar rapadang galang 3x, murub sanghyang geni sabhuwana, murub ring ngarepku, ring ngurinku, ring kiwa tengenku, angeseng pratiwi, 

letuh ikang akasa, letuh ikang pratiwi, angeseng gering ring akasa, letuhing akasa, teka byar rapadang sang langit, geni surya, ong ang mang 3x, pomo.


Kaputusan bala sriyut, serana, Jangu, saput putih, rajah bala sriyut, watek bala sriyut, pejang dursembe ika. Mantra; ong sanghyang bala sriyut, medal kesapta petala, mayogo ring dasaring pratiwi, grat ikang bhuwana kabeh, pabaru cabus sanghyang 

pawana, anuludang mega ring ambara, teka syah galang, anarawang, anaruwung, maring ambara, geger batara nawa sanga, anonton kasaktianing sanghyang bala sriyut, apan sanghyang bala sriyut, aneleng ikang swarga, pabarusbus ikang geni ring sapta 

petala, anyarang ikang swarga, teka sarang 3x, ong mega putih punah, matemahan angina, ong mega bang punah matemahan angina, ong mega kuning matemahan angina, ong mega ireng punah matemahan angina, ong mega amanca warna punah 

matemahan angina, aku ngametuang baret sriyut, teka baret angelanus, teka geger baret, anglinus, apan sanghyang bala sriyut angambelin, prakasa sakti, lumaku aku anyalantara, mangiber aku ring akasa, aku sakti angawang-awang, apan aku ngulati 

mega, sing kapapag pada geseng tikel, teka sarang ikang jagat kabeh, medal pawanas sriyut, trak teka sriyut kasiah galang 3x, pomo.

Petilasan Sang Pelopor

Makna sebuah petilasan


Masyarakat secara khusus Jawa, cukup familiar dengan istilah petilasan. Kata ini merujuk pada “tilas” atau bekas. Suatu tempat yang pernah di datangi atau ditinggali oleh seseorang yang memunyai jasa besar bagi kehidupan. Dalam konteks ini seseorang yang pernah tinggal dan mendatangi suatu tempat merupakan orang penting. Dan karena itu terutama di tanah Jawa, tercatat cukup banyak petilasan yang pernah di tinggali atau didatangi. Didaerah Sunda ada pengertian petilasan yaitu suatu tempat yang "Diwasiatkan" oleh nenek moyang pendiri perkampungan untuk jangan diganggu, tempat itu biasanya berupa bukit, hulu sungai, atau hutan kecil. Hampir semua tempat petilasan memililki Juru kunci atau kuncen untuk menjaga kelestarian dan kesakralan tempat tersebut. Dalam bahasa Arab, petilasan disebut maqam (berarti "kedudukan" atau "tempat"). Oleh senab itu lah tidak menutup kemungkinan kita sebagai orang Bali meminjam istilah tersebut karena kita belum memiliki padanan kata tersebut, untuk dapat menghormati sejengkal tanah yang telah di sukat atau dikeramatkan di sebuah tempat. 

Karena petilasan tersebut pernah dipilih dan disinggahi lebih-lebih beliau telah menapakan sukat kaki orang penting/sebagai popor yang mengawali Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Linggih Ida Bhatara Mpu Gana di Pundukdawa, maka dalam perkembangannya orang memandang bahwa lokasi tersebut wajib untuk dihormati dan dijaga. 

Walaupun begitu, ada saja orang yang menggunakannya sebagai tempat untuk mencari sesuatu. Meminta sesuatu secara instan, yang pada akhirnya menjadikan petilasan tersebut mengalami pergeseran makna sesungguhnya. Perkembangan ini tidak lepas dari pengaruh budaya materi yang kian mendesak manusia, sehingga pada kenyataannya mengharapkan sesuatu secara instan. Sejatinya petilasan bukan dimaksudkan untuk itu, melainkan menjadi tempat untuk dapat diingat bagi generasi tersebut, bahwa di tempat itu pernah terjadi peristiwa penting.

Dalam hal mistik, petilasan cukup banyak mengandung penafsiran, yaitu tempat-tempat/petilasan yang pernah didatangi oleh orang penting mengandung energi positif bagi seseorang yang bisa merasakannya. Paling mudah adalah dengan merasakan suasana dan kesejukan hati disaat berada di petilasan tersebut selama beberapa menit. Mengapa energi tersebut positif? Biasanya orang penting tersebut memunyai kesaktian yang mana menurut paranormal diyakini masih berada di petilasan tersebut. Selain nuansanya pun, bagi orang-orang yang gemar bertirakat petilasan adalah lokasi yang cocok untuk mengambil/menyerap energi positif. Tempat tersebut menjadi sakral-suci sehingga perlu dijaga dari hal-hal yang menjauhkan dari makna sesungguhnya

Dalam alam pikiran yang logis saat ini, petilasan dapat dipahami sebagai tempat bersejarah yang patut untuk dijaga dan dilestarikan. Dengan begitu, ada makna tersirat dari sebuah petilasan untuk dapat menjadi “tetenger” atau penanda (tanda) bahwa generasi sekarang tidak saja menikmati suasana fisik namun menangkap makna historis dari tempat dimana peristiwa tersebut terjadi.

Hal ini penting, karena melihat laju perkembangan zaman saat ini sepertinya menjauhkan diri dari apa yang dinamakan “eling”. Eling atau ingat pada diri dan orang lain. “Eling”, karena dengan eling setiap manusia dapat menemukan jati diri. Yaitu jati diri sebuah bangsa yang dilatarbelakangi oleh sebuah nilai (value) perjuangan. Itulah yang sedang saya kunjungi, yaitu sebuah lokasi dataran tinggi di daerah Ngawen Gunung Kidul. Lokasi yang pernah di jadikan tempat bertapa dan membangun strategi pangeran Sambernyowo ini sedang mulai berbenah diri. Kiranya dapat diingat oleh generasi sekarang, bahwa tempat ini sebuah perjuangan dimulai. Dan tempat ini juga menyiratkan semangat akan nilai-nilai luhur yang seharusnya dapat dirasakan oleh generasi sekarang.