“Diberitahu hal yang benar, malah ngeyel!”
Apakah Semeton pernah mengungkapkan kata-kata tersebut kepada orang lain?
Mungkin kita pernah mengatakannya, atau justru menerima kata-kata tersebut dari orang lain. Istilah “ngeyel” berasal dari kata dasar “eyel” yang artinya: tidak mau kalah.
Dalam kehidupan ini, ada situasi-situasi di mana kita perlu bersikap “ngeyel”. Terutama, ketika kita sedang berhadapan dengan aneka kecemaran dan godaan. Dipengaruhi supaya korup, kita harus “ngeyel” untuk tetap jujur. Diprovokasi supaya membenci, kita harus “ngeyel” untuk tetap mengasihi. Di tengah aneka pengaruh dosa, kita harus terus melawan, menentang, dan berusaha menang sebagai para bhakti yang setia.
Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari kita justru lebih sering “ngeyel” terhadap didikan Ida Bhatara Hyang Sinuhun, dan “kekeh” pada kebiasaan serta pandangan kita sendiri. Kita menentang perintah Beliau, karena kita merasa punya pemikiran dan rancangan yang lebih baik. Apalagi kalau perintah Beliau itu ternyata membuat kita merasa tidak nyaman, semakin kita ingin mengabaikan dan menghindarinya.
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita termasuk orang-orang yang “ngeyel” terhadap ajaran dan didikan Beliau?
Apakah kita seringkali merasa bahwa pilihan kita jauh lebih baik dan menyenangkan ketimbang panggilan Beliau melalui ajaran dharma agama dan dharma negara?
Marilah kita menjadi orang-orang yang memiliki keterbukaan pada proses pembentukan bhakti pada Beliau. Dengan kerendahan hati tersebut, niscaya hidup kita pun akan dipenuhi oleh damai sejahtera.
Sebagaimana pesan terakhir Ida Bhatara Hyang Sinuhun sendiri, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”
#tubaba@griyangbang//teringat pesan terakhir//Ida Bhatara Hyang Sinuhun#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar