Vishnu
Ketika Hiranyaksa telah menenggelamkan bumi di lautan kosmik. Aku datang sebagai inkarnasi Varaha dan menyelamatkan bumi ini. Dalam wujudku sebagai Narasimha, Aku telah membunuh Hiranyakasiku. Dalam penjelmaanku sebagai inkarnasi Vamana, Aku telah mengirim Raja Bali menuju ke akhirat. Setiap kali manusia lupa pada prinsip kebenarannya, setiap kali hati mereka sudah melipakan kebajikan. Ketika persaingan diantara cinta dan kesombongan hadir dan meninggalkan ajaran kebaikan serta Raja mulai semena – mena terhadap rakyatnya dan mulai menganggap pemerintahan lebih penting dari kebenaran, Aku akan lahir di bumi ini. Hari ini sekali lagi Aku terlahir dan menjelma sebagai inkarnasi, kalian berdua telah melakukan banyak pengorbanan atas nama kebenaran. Setelah melihat penderitaan kalian, bahkan para Deva di langit ikut merasakan kesedihan. Tetapi melalui kalian berdua, dunia akan mendapatkan kebenaran dan perdamaian sebagai anugrah. Aku akan terlahir sebagai anak kalian dan bermain di atas pangkuanmu. Di saat yang baik ini, Aku akan masuk ke rahimmu. Aku Deva Vishnu yang melindungi seluruh alam semesta datang untuk memberikan anugrah padamu. Aku mohon terimalah aku sebagai anakmu, Ibu … (s184).
Vishnubasudeva
Krshna Muda Vrindavan
Itu artinya, kau menyuruh kami melakukan Yadna karena rasa takut. Bila takut bisa dihilangkan dari manusia dan diganti dengan pengabdian, serta didasari dengan cinta dapatkan jiwa manusia jadi sejahtera. Pengabdian macam apa yang memaksa seseorang menyerahkan harta benda … (S186).
Satu – satunya yang memberikan kita kehidupan patut disembah, tapi kenapa kita harus menyembah dia yang mengancam kehidupan kita…. (S186).
Kita harus menyembah Bukit Govardhana yang telah memberi kita dan sapi – sapi kita kehidupan. Kita akan tetap melakukan Yadna untuk Deva Indra hanya bila tujuannya menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat. Rasa takut tidak boleh disembah …. (S187)
Penghormatan itu lebih luar biasa dari Deva, Paman. Kami tidak akan menghentikan Yadna untuk bukit Govardhana … (s187).
Tapi bukan itu tujuanKu melakukan hal ini, Deva Indra. Aku hanya mencoba atas doronganKu ini agar masyarakat Yadava mempunyai kepercayaan diri … (s187).
Jika wajah bulan bersembunyi di balik bukit, cahayanya tidak akan terang, Rsi. Jika rusa bersembunyi di balik semak – semak apakah singa tidak akan memangsanya. Pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang tuaku. Aku tidak akan menyianyiakannya … (S188).
Satu – satunya tujuan hidupKu adalah untuk melindungi seluruh makhluk. Dan Paman Kamsa, hanya awal dari tujuan itu. Akhir tujuan hidupKu, akhir dari tujuan itu masih sangat jauh, Ibu (Yasoda). Aku harus jalani semua ini sampai bertahun – tahun dan pengembaraan hidupKu akan dimulai hari ini, Bu…. Bagaimana Aku bisa kembali, Bu. Aku ini Krshna dari Vrindavan dan Aku akan meninggalkan tempat ini. Krshnamu ini akan pergi ke Mathura. Bukankah Aku seperti yang Ibu pikirkan selama ini. Ketika air Sungai Gangga mengalir turun dari tempat yang tinggi, dia akan mengalami banyak perubahan. Dia tidak akan mensucikan bumi saja, tapi dia juga dapat membuat bumi tercemar juga. Dia pun tidak akan bisa kembali ke Nirvana, Ibu… (s188).
Ibu Devaki yang memberiku kelahiran, jadi ada orang yang memanggilku Putra Devaki. Tapi Aku yakin sepenuhnya saat Aku bertemu Ibu Devaki saat pertama kalinya nanti, beliau akan memanggilKu sebagai Anak Yasoda. Dan barang siapa yang mengenalKu dengan nama Ibu (Yasoda), dia akan tahu arti sebenarnya tugas dan pengorbanan … (s188).
Aku meninggalkan bagian lain dari hidukKu disini, Radha. Aku tidak boleh terlibat lagi dalam hal selanjutnya. Tapi semua yang menyenangkan tidak akan pernah berhenti di Vrindhavan. Dimana ada Radha, disitu ada kebahagiaan…. (S188).
Ya, memang, Aku sudah bicara banyak. Ini adalah KakakKu, namaNya Balarama. Dia hanya suka bertarung … (s189).
Aku tidak datang kesini (Mathura) untuk membunuh siapapun. Aku hanya memperbaiki apa yang bengkok dan meluruskannya. Karena itu sudah menjadi kewajibanKu. Aku hanya menyembuhkan hal – hal seperti itu, Bu … (S189).
Quote Krshna
Hasrat, harapan, keinginan, ambisi adalah kekuatan penggerak dari seluruh manusia … Kalau seseorang menanyakan identitasmu, lalu kemudian, seperti apakah jawabanmu ? Kau akan segera menyadari bahwa keinginanmu akan menentukan hidupmu. Keberhasilan setelah mencapai sesuatu dan kegagalan setelah tidak berhasil mencapai sesuatu akan menggambarkan identitasmu. Banyak orang menjalankan hidupnya dan mereka ingin mencapai banyak hal, tapi hasrat mereka sendiri tidak pernah benar – benar mati. Keinginan membuat mereka menembus berbagai hal untuk mengejar cita – cita mereka. Tapi di dalam kandungan semua keinginan itu terdapatlah cahaya pengetahuan. Bagaimana bisa ? Saat keinginan kita yang tidak terpenuhi dan hancur dari tempat yang sama cahaya pengetahuan pun masuk ke dalam hati manusia. Tidak. Ini bukanlah kisah tentang pergulatan keinginan, ini juga bukan kisah betapa mengerikannya kelahiran dari setiap ambisi. Ini adalah kisah mengenai pengetahuan yang bangkit dari dalam keinginan. Aku, Basudeva Krshna, mengundang kalian semua untuk bergabung ke dalam perjalanan ini, yang akan mengajarkan padamu akan arti dari kehidupan. Ini akan mengajarkanmu akan tugas dari seorang manusia, ini akan mengajarkanmu untuk bangkit dari kehancuran. Nama perjalanan ini adalah MAHABHARATA … !! … (S01)
Untuk mencoba memenuhi kebutuhan anak – anak mereka dengan kebahagiaan, ini adalah tugas paling penting bagi semua orang tua. Anak yang kau hadirkan ke dunia ini dan semua tindakan mereka akan menunjukkan identitasmu sebenarnya di dunia. Apa lagi yang ada di dunia ini yang lebih berharga daripada memikirkan masa depan mereka. Tapi kebahagiaan dan jaminan hidup bukankah itu didapatkan dari tindakan seorang manusia. Nilai kehidupan yang baik atau jahat yang sudah ditanamkan oleh orang tua dari anak – anak itu bukankah semua itu adalah nilai dasar dari semua perbuatan. Idealisme dan pembelajaran bisa mengembangkan karakter manusia. Ini artinya, cara orang tua dalam mengembangkan karakter anak mereka harus sama seperti juga untuk masa depan mereka. Tapi kebanyakan dari orang tua, dalam prosesnya yang menjamin masa depan anak – anak mereka, orang tua lupa untuk meningkatkan karakter dari anak – anak mereka. Dan juga orang tua yang terlalu khawatir dari masa depan anak – anak mereka tidak akan mendapat keuntungan apapun dari mereka. Tetapi dari orang tua yang tidak khawatir akan masa depan mereka, namun lebih memperhatikan pengembangan karakter dari mereka maka seluruh dunia akan memuji anak mereka. Kau harus pikirkan itu … (S02)
Kadang – kadnag sebuah kejadian menghancurkan semua rencana yang dibuat oleh manusia dan kemudian orang itupun dianggap sebagai penyebab utama dari kehancuran hidupnya. Tapi apakah masa depan, ditentukan pada rencana manusia saja ?.Tidak. Seperti orang pertama yang berencana mendaki gunung yang tinggi, dia akan memiliki sebuah rencana begitu dia menginjakkan kakinya di gunung itu. Tapi apa semua itu yang membawanya ke puncak ? Pada kenyataannya, begitu dia mendaki gunung, dia akan mendapat banyak tantangan, cobaan dan kesulitan yang baru. Di setiap langkah dia memutuskan apa yang selanjutnya harus dia lakukan. Dia harus mengubah rencananya di setiap perjalanannya. Rencana sebelumnya mungkin membuatnya harus terjatuh ke bawah, dia tidak akan bisa mengubah gunung seperti keinginannya sendiri. Dia hanya bisa beradaptasi dengan gunung itu. Tapi bukankah seperti itu yang ada di hidup ini. Saat seseorang mempertimbangkan sebuah tantangan ada yang menjadi bagian penting dalam hidup orang lain namun itu mengakhiri hidup orang lain. Kemudian dia bisa mendapatkan keberhasilan dalam hidupnya. Tapi belum tentu mendapatkan kebahagiaan dan kedamaiannya. Dalam kata lain, daripada berusaha untuk mengubah hidup ini, adaptasikan saja dirimu untuk mengubah keadaan sebagai satu – satunya jalan menuju keberhasilan dan kebahagiaan. Pikirkanlah itu …. (S04).
Nama lain dari masa depan itu sendiri adalah perjuangan dan bila keinginan dari hati tidak pernah terpenuhi maka hati pun merencanakan masa depannya. Dia terus membayangkan tercapainya keinginan dimasa depan nanti. Tapi di dalam hidup, hidup tidak hanya ada di masa depan, atau di masa lalu. Hidup juga ada di masa sekarang ini. Dengan kata lain, hidup di masa sekarang ini adalah inti sebenarnya dari sebuah kehidupan. Tapi meski sudah mengetahui hal ini, kita tidak bisa mengerti kebenarannya, entah apa karena kita hanya menyerapnya begitu saja dimasa lalu atau terus berencana untuk masa depan ke dalam kehidupan kita ? Kehidupan akan berjalan terus. Kalau kita bisa menerima kehidupan yang utama, maka kita bukan hanya bisa melihat masa depan atau membentuk masa depan itu. Tapi yang bisa kita lakukan adalah menyambut masa depan itu dengan kesabaran dan keberanian, lalu menyambutnya dengan tangan terbuka. Semoga semua peristiwa kehidupan dipenuhi dengan vitalitas. Pikirkanlah hal itu … (S06)
Keinginan dan ambisi para leluhur dan juga kemarahan mereka, dendam dan permusuhan menjadi warisan generasi secara turun – temurun. Orang tua berusama mencari yang terbaik bagi anaknya, semua kebahagiaan di dunia ini tapi akhirnya justru memberikan mereka beban. Mereka ingin memberikan cinta tapi berakhir dengan memberikan mereka kebencian. Pikirkanlah itu … Apa yang kau ajarkan pada anak – anakmu. Kau harus memberikan mereka cinta, pengetahuan dan kekayaan. Dan apakah kau tidak mengajarkan mereka perbedaan dari hal baik dan jahat. Bagaimana permusuhan satu orang dengan yang lainnya, apakah itu suatu masalah bagi yang lain atau masalah bagi seluruh bangsa. Jangan membuat keputusan karena semua hal itu. Bukankah membunuh, kematian dan pertumpahan darah berasal karena semua hal itu ? Dengan kata lain, orang tua telah memberikan anak – anak mereka kehidupan dan kematian. Mereka memberikan cahaya kasih dan gelapnya kebencian. Dan kegelapan yang bisa menghilangkan pikiran seseorang atau bahkan jadi seperti itu. Tapi hasilnya nanti hanyalah ketakutan, hanyalah ketakutan. Pikirkanlah itu …. (S07)
Rasa takut selalu berasal dari dalam hati manusia itu sendiri. Terkadang ketakutan akan hilangnya kekayaan. Terkadang ketakutan dipermalukan. Terkadang ketakutan akan berpisah dari yang kau sayangi. Karena itulah, ketakutan saat ini (Gandara ketakutan diserang Bhisma dan pasukannya) sepertinya normal untuk semua orang. Pernahkah kau pikirkan itu ? Apakah keadaan atau hal – hal yang menjadi penyebab rasa takut adalah juga akar dari kedukaan ? Tidak. Tidak ada hal yang seperti itu. Dan pengalaman semua orang menunjukkan bahwa memiliki rasa takut tidak membawa masalah di masa depan. Rasa takut hanyalah imajinasi dari kedukaan yang akan datang. Itu tidak ada hubungannya dengan hal apapun juga. Meski sudah mengetahui rasa takut tidak lain hanya sebuah imajinasi, apa sulit lepas darinya dan hidup di dunia ini tanpa rasa takut… Coba kau pikirkan itu …. (S08)
Di dunia ini setiap orang punya kelemahannya sendiri, dibangkan yang lain. Misalnya ada orang yang tidak bisa lari dengan cepat sementara lainnya tidak bisa menganggap beban berat, sementara yang lain bermasalah karena sebuah penyakit yang lainnya tidak bisa mengingat semua hal yang telah ia pelajari. Ada banyak sekali contohnya untuk itu. Apakah kau mengenal seseorang yang memiliki segalanya ? Dan satu – satunya kelemahan kita itu, dianggap sebagai bagian penting dari hidup kita. Itu melahirkan kesedihan dan kekecewaan dalam hati kita sendiri. Kelemahan itu entah cacat bawaan atau warisan takdir dengan kelemahan yang sama dimana seseorang yang terpengaruh olehnya tidak bisa mengalahkannya. Tapi ada juga beberapa orang dimana dengan kebenaran dan kerja keras bisa mengalahkan kelemahan mereka. Apa yang membedakan orang seperti itu dengan yang lain ? Apa kau pernah memikirkannya ? Ada jawaban yang sederhana untuk itu, seseorang yang tidak membiarkan kelemahan mengalahkannya dan ia memiliki kebenaran di dalam hatinya pasti akan mampu mengalahkan kelemahannya. Dengan kata lain, Tuhan mungkin memberikan satu kelemahan atau mungkin lebih namun itu hanya ditentukan oleh orang itu sendiri. Pikirkanlah itu …. (S09)
Landasan dari semua hubungan manusia adalah harapan. Seorang suami yang bisa mengisi kehidupan dengan keceriaan dan kemakmuran. Seorang istri yang selalu setia dan berdedikasi. Dan kemudian ada seorang anak yang selalu patuh dan juga menurut. Manusia, satu individu biasanya mencintai pasangan yang sesuai dengan harapannya. tapi harapan sudah ditakdirkan untuk dilanggar, kenapa ? Karena harapan berasal dari pikiran manusia. Tidak ada lagi manusia – manusia yang belajar dari harapan – harapan itu. Selain dari semua harapan yang harus mereka penuhi, tetapi tidak satupun orang yang bisa memenuhi harapan orang lain dan itulah yang menjadi akar dari sebuah konflik. Semua hubungan pun berubah menjadi sebuah konflik. Kalau manusia berhenti membangun hubungan mereka berdasarkan harapan dan mereka mau menerima hubungan dengan apa adanya, bukankah hidup ini akan lebih damai dan bahagia ? Pikirkanlah hal itu ….. (S09)
Setiap peristiwa dalam hidup adalah menentukan keputusan dan setiap keputusan yang diambil akan berdampak baik dan buruk bagi manusia. Dan dampak itu akan dirasakan untuk selamanya. Keputusan yang diambil saat ini bisa menghadirkan kebahagiaan atau kesedihan di masa depan. Tapi bukan untuk satu orang, tapi juga untuk sebuah keluarga dan masa depan generasi setelah itu. Saat seseorang berhadapan dengan sebuah dilema, hati pun menjadi terganggu lalu dipenuhi dengan kebimbangan saat untuk membuat keputusan pun jadi sebuah pertempuran dan hati pun menjadi medan tempur. Kita banyak mengambil keputusan bukan untuk mencari sebuah solusi, tetapi untuk menenangkan hati seseorang. Tetapi adakah yang makan sambil berlari ? Tidak. Lalu bisakah sebuah hati yang kacau mengambil keputusan yang benar ? Pada kenyataannya, saat seseorang mengambil keputusannya saat keadaan pikiran yang tenang dia pasti akan punya masa depan bahagia. Tetapi saat seseorang mengambil keputusan yang menenangkan hatinya sendiri, itu akan memberi dia beragam penderitaan dan kesedihan di masa depannya. Pikirkanlah itu … (S12)
Selection_009
Sejak dari permulaan waktu, satu pertanyaan khusus selalu mengganggu manusia. Saat bicara soal hubungan, mendapat kebahagiaan maksimal dan menjaga kesedihan tetap menjauh adalah tujuan yang utama. Apa semua hubunganmu telah memberimu kepuasan yang lengkap ? Pikirkanlah itu. Hidup kita ini berdasarkan pada sebuah hubungan. Keamanan kita juga berdasarkan pada sebuah hubungan. Karena itulah landasan dasar dari kebahagiaan dari hidup kita juga sebuah hubungan. Lalu mengapa kita bisa mengalami kedukaan saat menjalani hubungan. Dan kenapa pergulatan terlahir dari sebuah hubungan ? Pernahkah kau pikirkan itu. Saat ada orang orang tidak menerima karyanya atau percaya pada orang lain dan berusaha melakukan perubahan pada hal itu maka lahirlah pergulatan. Dengan kata lain, semakin ada yang menolak, semakin besar pergulatan itu. Dan semakin yang lain menerimanya, semakin besar kebahagiaannya. Kalau saja manusia mau menahan keinginannya, menganalisa pikirannya, dan bukannya berusaha untuk mengubah pikiran orang lain tetapi lebih mencoba untuk mengubah dirimu sendiri, maka untuk mencapai kepuasan dalam hubungan itu apakah tugas yang sulit ? Dengan kata lain, bukankah menerima adalah kebenaran sejati dari sebuah hubungan. Pikirkanlah itu …. (S013)
Saat seseorang mengalami sebuah kejadian yang tidak adil, maka kejadian itu akan mengguncang jiwanya. Seluruh dunia pun akan terlihat sebagai musuh baginya. Semakin besar kejadian tidak adil tersebut maka semakin besar protes yang dilakukan oleh orang itu. Sebagai balasan atas kejadian itu dia akan menuntut keadilan, pada kenyataannya apapun bentuk ketidak adilan pada masyarakat bisa menghancurkan kepercayaan dan keyakinan dari seseorang tapi apa itu keadilan ? Apa artinya keadilan ? Seseorang yang telah melakukan ketidakadilan harus bertobat, dan mereka yang mengalami ketidakadilan harus memperbaharui imannya di dalam hati pada masyarakat. Apa ini tidaklah cukup ? Sebagai sebuah arti dari keadilan tapi orang yang tidak benar selalu bicara keadilan dan memilih cara membalas dendam. Dia memilih mengalahkan kekerasan dengan kekerasan. Orang yang bisa merasakan kebenaran itu adalah orang yang bisa merasakan beban lebih besar dari yang lain. Dan saat melewati jalan ini yang menekan pun menjadi yang tertekan. Tidak lama kemudian dia akan berubah menjadi penjahat. Dengan kata lain, hanya ada perbedaan yang sedikit antara keadilan dan dendan dan perbedaan itu yang disebut kebenaran. Apa benar begitu ? pikirkanah hal itu ….. (S015)
Dua orang yang semakin dekat berusaha membentuk ikatan dan peraturan untuk membuat yang lain merasa pasti akan hubungannya. Kalau kita terlalu memikirkan setiap hubungan , kita akan segera menyadari bahwa sumber dari semua itu adalah batasan yang kita buat untuk yang lain, dan meski bila tanpa sengaja ada orang lain yang tidak sengaja menginjak batasan itu. Maka saat itu hati kita akan penuh dengan kemarahan. Apa sebenarnya bentuk asli dari batasan itu ? Pernahkan kita memikirkan itu. Dengan menunjukkan batasan itu, kita tidak membiarkan orang lain menentukan keputusannya sendiri. Kita memaksakan keputusan kita pada orang lain. Dengan kata lain, kita menolak kebebasan, yang dimiliki orang lain. Dan saat kebebasan ditolak hatinya akan penuh dengan penderitaan dan saat di amenghancurkan batasan itu hati kita penuh akan kemurkaan. Bukankah itu yang sering terjadi. Tapi kalau semua orang menghargai kebebasan orang lain, maka setiap batasan dan peraturan yang ada akan hilang. Dengan kata lain, seperti juga kesepakatan adalah tubuh dari sebuah hubungan. Bukankah kebebasan adalah jiwa dari sebuah hubungan. Pikirkanlah itu …. (S018)
Saat membuat keputusan, kita selalu mengharapkan saran, nasihat, bantuan dan konsultasi dari yang lain sebagai landasan. Dan landasan bagi masa depan kita sendiri bergantung pada keputusan yang kita buat saat ini. Jadi, apakah masa depan kita adalah hasil dari saran orang lain ataukah nasihat dari orang lain di luar kita. Apakah seluruh hidup kita adalah hasil dari kecerdasan orang lain ?. Pernahkah kita pikirkan akan hal itu ? Pengalaman kita telah mengajarkan kita bahwa orang yang berbeda akan memberikan nasihat yang berbeda. Seseorang yang taat di kui akan percaya pada amal. Tapi seorang pencuri, misalkan diberi kesempatan dia akan mencuri perhiasan apapun. Hati yang taat akan menyerap nasihat yang benar, dan hati yang rusak akan menyerap nasihat yang tidak benar. Menerima nasihat yang benar akan meningkatkan kebahagiaan manusia. Tapi menerima nasihat yang seperti itu, mungkin hanya bisa dilakukan oleh manusia yang taat. Dengan kata lain, sebelum menerima saran atau nasihat dari seseorang, menyiapkan hati dengan kebenaran bukankah itu yang penting. Pikirkanlah itu …… (S019)
Seorang ayah selalu mendoakan hal – hal terbaik untuk anak – anaknya. Dia mengkhawatirkan masa depan anak – anaknya. Karena hal itu, dia selalu memutuskan masa depan anaknya dengan caranya sendiri. Jalan yang telah dibuat oleh ayahnya sendiri adalah jalan yang sudah biasa dia jalani sendiri. Dia sudah tau dimana tempat teduh yang ada sinar mataharinya dan itu jalan yang harus diambil oleh anaknya juga. Itu adalah keinginan dari setiap ayah. Memang benar, itu tujuan mulia. Tetapi kita selalu saja lupa untuk melihat kembali pada 3 pertanyaan. Pertanyaan yang mana
Pertama ). Bukankah setiap jalan itu berubah bersama waktu. Bukankah waktu selalu menghadirkan tantangan – tantangan baru lalu bagaimana pengalaman dari sebuah waktu berguna bagi generasi baru.
Kedua ). Apakah setiap anak adalah gambaran dari kedua orang tuanya. Ya. Pelajaran moral selalu diajarkan dari orang tuanya, kecuali kemampuan diri. Kemampuan diri adalah sesuatu yang dianugrahkan Tuhan. Jadi apa kau percaya bahwa jalan dimana sang ayah menemukan keberhasilan adalah jalan dimana sang anak juga akan menemukan keberhasilan
Ketiga). Bukankah tantangan dan cobaan itu adalah keuntungan hidup. Bukankah sebuah pertanyaan baru adalah sebuah pintu menuju jawaban yang baru. Kalau begitu, apakah tindakan mengatur anak dari tantangan yang baru, rintangan dan cobaan akan menentukan mereka jadi lebih baik atau menyakitinya.
Karena itu, sama juga baiknya nanti untuk mengembangkan karakter anak daripada mengembangkan masa depannya. Begitu pula daripada memutuskan hal itu, jalan dari kehidupan seorang anak bukankah membantu mereka menghadapi permasalahan yang baru dengan keyakinan dan pengetahuan yang menguntungkan mereka. Pikirkanlah hal itu … (S020)
Dalam hidup semua orang, akan tiba waktunya saat orang berniat untuk menyembunyikan kebenaran agar kebenaran tidak akan pernah keluar dari ucapan. Ada juga ketakutan yang mencengkeram hati. Bicara soal kejadian atau peristiwa tersebut, atau bicara soal kesalahan apapun yang dilakukan orang lain, apa itu perasaan sebenarnya…bukan. Itu hanyalah sebuah fakta. Artinya mengungkap semua yang terjadi adalah hal yang biasa. Tapi terkadang mengungkap fakta itu saja, seseorang akan merasa takut. Mungkin saat seseorang memikirkan emosi orang lain, mereka akan merasa ragu akan apa yang menyakiti seseorang. Jadi, bagaimana kebenarannya, pernahkah kita memikirkan itu. Saat seseorang mengungkapkan sebuah fakta, meskipun rasa takut itu ada. Tapi itulah yang namanya kebenaran. Dan pada kenyataannya, kebenaran tidak lain adalah nama lain dari keberanian, untuk jadi berani seseorang tidak perlu menunggu waktu yang tepat. Karena kebenaran adalah sifat alami dari jiwa, dengan kata lain bukankah sebuah peristiwa itu cukup untuk mengungkap kebenaran…. Pikirkanlah itu … (S021).
Krshna
Saat seseorang kehilangan harapan dan keinginannya hancur, hatinya pasti penuh dengan kemarahan. Dia akan berusaha menghukum orang yang menurutnya telah menghinanya, tapi setiap kita kehilangan harapan dan keinginan kita hancur haruskah kita menyalahkan orang lain. Ada banyak alasan kenapa keinginan kita tidak terpenuhi. Ada yang disebabkan karena itu takdir kita dan karena itu jalannya, dan terkadang bisa juga karena keinginan seperti itu tidak bisa diwujudkan tanpa memikirkan keadaannya lagi, tidak tepat kalau menyalahkan orang lain apalagi balas dendam. Dasar dari keadilan adalah rasa kasihan. Dan dasar dari dendam adalah kemarahan dan kesombongan. Artinya menjadi seorang yang marah tanpa punya rasa kasih atau bahkan menghukum seseorang bukankah itu adalah hal yang tidak adil. Pikirkanlah sendiri ……… (S025)
Berdasarkan dari mimpi dan intuisi, kita membayangkan kebahagiaan dan penderitaan di masa depan. Untuk menghilangkan penyebab dari penderitaan kita di masa depan, kita sudah membuat rencana dari sekarang. Tapi, dengan kita menghilangkan masalah – masalah dari masa depan, saat ini kita mendapatkan keuntungan atau justru kerugian. Kita tidak pernah mengajukan pertanyaan – pertanyaan ini, yang sebenarnya adalah masalah dari solusi itu berkembang bersama – sama. Sama seperti manusia dan juga alam. Bukan begitu. Pikirkan tentang masa lalumu dan lihat dari sejarahnya, maka kau akan segera menyadari bahwa setiap ada masalah solusi juga akan datang silih berganti. Begitulah cara kerja dunia, intinya krisis adalah alasan lahirnya sebuah kekuatan. Setiap kali seseorang yang bisa keluar dari krisis, maka dia akan semakin maju dan juga akan bersinar. Dia penuh akan kepercayaan diri bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk dunia. Sebenarnya kelahiran sebuah krisis adalah lahirnya sebuah kesempatan untuk mengubah diri dan untuk mengembangkan pikiran seseorang, untuk memperkuat jiwa seseorang dan mencerahkan jiwa seseorang. Seseorang yang bisa melakukan hal seperti itu tidak akan menghadapi masalah apapun. Tapi seseorang yang tidak bisa melakukannya adalah akan jadi ancaman dunia. Pikirkan itu ……. (S027)
Dharma itu ada berdampingan dengan tradisi dan memang benar bahwa tradisi juga yang menjaga adanya Dharma. Tapi apakah Dharma itu semata – mata mengikuti tradisi ? Pikirkanlah itu. Kebenaran itu adalah bagai pahatan yang tersembunyi di sebuah batu. Dan disana ada Dharma dalam tradisi. Dalam batu ini ada pahatannya, tapi batu ini tidak terpahat dengan sendirinya. Untuk menemukan pahatannya, dia harus dihancurkan. Bagian yang tidak penting harus disingkirkan. Begitu juga Dharma yang harus menyesuaikan diri dengan tradisi. Kalau tradisi dari pemujaan Indra tidak rusak, untuk bisa memulai tradisi dari Gvardana, Yadava tidak akan menemukan jalan untuk keselamatan mereka. Namun, dia yang membiarkan tradisi tidak berubah akan mendapatkan kekurangan pada Dharma. Mereka bilang bahwa seekor angsa punya kemampuan dalam membedakan sesuatu. Dia akan meninggalkan air di dalam susu, dan kemudian mengambil hanya susunya saja. Kemudian untuk mendapatkan Dharma yang sebenarnya, bukankah sangat penting untuk memiliki kebijaksanaan yang hanya berasal dari pengetahuan. Dan tanpa memiliki kebijaksanaan yang berasal dari pengetahuan, mungkin saja dia tidak akan pernah menerima Dharma yang baik. Cobalah pikirkan itu ….. (S028)
Semua orang mau membuat keputusan hari ini demi masa depan yang cerah. Masa depan yang bahagia, untuk mengambil keputusan yang seperti itu saat ini adalah yang ingin dilakukan semua orang. Anggaplah hidupmu sebagai contoh, bukankah hidupmu banyak didukung oleh pemikiran akan masa depan. Memangnya kenapa tidak. Semua orang punya hak membuat kehidupan mereka menjadi sederhana dan bahagia. Tapi tidak ada manusia yang tahu akan masa depan, itu hanya bisa dibayangkan saja. Jadi kita semua membuat keputusan penting dalam hidup, hanya berdasarkan imajinasi saja. Apakah ada kemungkinan ketiga untuk bisa mencapai sebuah keputusan. Pikirkanlah itu ……. Dasar dari semua kesenangan adalah rasa tanggung jawab. Dan rasa dari tanggung jawab berdampingan dengan hati manusia. Jadi sebelum mengambil keputusan cobalah tanya hatimu sendiri, apakah keputusan ini adalah hasil dari keegoisan atau diluar dari tanggung jawabmu. Bukankah itu masuk akal, tidak memikirkan tanggung jawab tapi hanya masa depan akan membuat masa depanmu lebih menyenangkan … pikirkanlah hal itu … (S030)
Saat seseorang dihukum karena kesalahannya, keadilan sering kali meninggalkan jejak yang menyakitkan. Sebuah pertanyaan muncul di pikiran kita, yaitu saat sebuah kejahatan terjadi. Maka orang itu sudah berbeda. Setelah itu dia pun harus menebus semua kesalahannya. Dia telah mengubah begitu banyak hal dalam dirinya. Lalu kenapa dia harus dihukum. Tetapi sebuah tindakan selalu ada reaksinya. Kau tidak akan mendapatkan buah untuk setiap tindakanmu. Kalau kau memberi cinta pada orang lain, maka kau akan mendapatkan kebahagiaan. Kalau kau membunuh ornag lain maka kau akan mendapatkan hukuman mati. Penghakiman itu akan sesuai dengan perbuatan. Itu artinya lagi nilainya akan pertobatan dan penyesalan. Ada, itu tentu saja bernilai. Pertobatan dan penyesalan bisa membuat orang menjadi kuat. Itu membuat seseorang bisa menerima hukumannya di masa yang akan datang. Maksudku adakah gunanya menerima hukuman tanpa pertobatan. Pikirkanlah hal itu …. (S031)
Saat seseorang membalas dengan kasar akan apa yang kau lakukan, atau kalau seseorang dapat hadiah karena kekasarannya, lalu ada yang terpaksa berpikir apa gunanya bersikap baik dan bertindak etis. Tapi ada orang yang berpikir betapa kasar perilaku manusia. Seorang manusia yang sering memiliki perilaku yang kasar, jarang memiliki kedamaian dan tidak pernah merasakan stabilitas. Manusia seperti itu akan selalu merasa gelisah. Keyakinan membuatnya mengejar hal itu selamanya. Apa itu kebahagiaan. Tapi dia yang memiliki etika, dia yang memiliki kebaikan dan dia yang punya perilaku ramah akan merasakan kedamaian. Tidak ada yang membuktikan tantangan seperti itu bagi manusia. Manusia seperti itu selalu menerima penghargaan dan ketenangan. Itu membuktikan bahwa itu bukan cara mendapatkan kebahagiaan. Bahkan orang seperti itu, sebenarnya bisa bahagia. Perilaku buruk sebenarnya juga mungkin tidak berarti penderitaan. Ketidakadilan pada saat itu juga bisa menghasilkan penderitaan. Kebenaran tidak selalu menjadi kebahagiaan kecuali kebahagiaan itu sendiri…. (S035)
Penggerak kehidupan manusia adalah rasa takut. Manusia selalu berhasil menemukan alasan untuk rasa takut. Jalan hidup yang kita pilih untuk hidup kita, itu juga diputuskan oleh rasa takut. Tapi apa semua rasa takut itu nyata, pikirkanlah itu. Rasa takut artinya dimasa mendatang harus bisa menghadapi masalah. Tetapi siapakah penguasa waktu. Penguasa waktu itu bukan kita sendiri, musuh kita atau bahkan pesaing kita. Waktu itu sepenuhnya milik Pencipta (Deva). Jadi kalau seseorang berencana untuk membuat jahat pada dirimu, apakah dia memang bisa menyakitimu. Tidak. Tapi sebuah hati yang penuh dengan rasa takut, akan membuat ketakutan yang lebih besar lagi. Itu benar kan. Di masa yang sulit, hati yang penuh dengan rasa takut, akan membuat keputusan yang salah dan membuat masalah jadi lebih sulit. Tapi dengan hati yang penuh dengan kesadaran (iman) bisa mengatasi masalah seperti hembusan angin. Dengan kata lain, alasan untuk rasa takut ada di dalam hati manusia tergantung pada tindakan yang kita lakukan dalam hatinya. Benarkah itu. Coba kau pikirkan…. (S036)
Bila bicara perjuangan dari hidup dan saat manusia tidak bisa mengatasi dirinya sendiri, dan kehilangan keyakinan dalam kekuatannya sendiri, maka dia menggunakan berbagai cara dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam realitanya kejahatan itu lahir hanya dalam kehidupan manusia itu saja saat dirinya mulai kehilangan kepercayaan diri. Hanya kepercayaan diri yang bisa menanggung kebenaran. Apakah itu kepercayaan diri. Saat manusia menganggap perjuangan hidup membuatnya sangat lemah, maka dia sendiri pun kehilangan bhakti (kesadaran, iman) nya. Bukan menghadapi perjuangannya tapi dia mencari cara lain untuk membebaskan dirinya dari hal itu. Tapi kalau percaya kalau pergulatan hidup akan membuatnya menjadi lebih kuat, sama seperti tubuh yang diperkuat dengan sebuah latihan, maka semangat perjuangan akan memperkuat semangat yang dia miliki. Dengan kata lain, kepercayaan diri tidak lain adalah keadaan pikiran, itu sebuah cara untuk melihat hidup. Dan cara dalam melihat hidup itu ada pada manusia itu sendiri. Pikirkanlah itu … (S037)
Setiap orang akan berusaha menciptakan akan keadaannya sendiri. Dan keadaan yang diciptakannya sendiri itu mungkin sama besarnya yang terjadi pada Keluarga Kuru atau mungkin terbatas pada satu keluarga saja. Manusia selalu berusaha mendapat posisi, dalam pemerintahan. Tapi seperti apakah sebenarnya pemerintahan itu. Pernahkah kita memikirkan tentang itu. Seseorang yang mempengaruhi banyak nyawa orang lain, dan mampu memberikan kebebasan pada banyak orang akan merasakan hal itu. Bentuk sebenarnya dari pemerintahan adalah saat seseorang bisa memberikan pengaruhnya pada hidup orang lain. Tapi bukankah pengaruh itu tercipta dari kasih sayang, kebaikan, kepedulian dan juga kebenaran. Saat seseorang menggunakan kekejaman dan kesalahan demi mendapatkan pemerintah, dia akan melahirkan protes dan perlawanan di hati orang yang lain dan hasilnya adalah akan seperti ini (pecah). Dia mungkin mendapat dirinya pengaruh dan tangguh beberapa waktu, tapi itu bukan pemerintahan sebenarnya. Ini adalah alasannya kenapa seorang Rsi seperti Bhrigu dan Wasistha masih dihormati, tapi tidak dengan Rahvana dan Hiranyakasiku. Cobalah pikirkan ini baik – baik, apa aku benar ….. (S038)
Setiap anak yang kemudian datang di dunia ini, sama sekali belum memiliki pengertian dari yang terdalam dari dirinya. Sama sekali belum mengerti dari sisi yang baik atau sisi yang buruk. Itu artinya dengan melahirkan seorang anak yang tidak memiliki kualitas yang baik atau sebaliknya, lalu bagaimana mereka bisa mendapat kualitas yang baik atau buruk. Pernahkah kita memikirkan hal seperti itu. Apa yang sudah mereka dengar berulang kali dari orang tuanya, maka pasti anak – anak akan menerimanya dengan nilai yang sama. Misalnya, sebuah jalan yang dibentuk untuk sampai di desa yang bersungai itu bisa dilakukan oleh yang sudah berulang kali melewatinya. Artinya keinginan dari orang tua bisa mengembangkan kualitas yang baik atau buruk pada anak – anak mereka. Bukankah begitu juga menurutmu. Tapi saat mereka melihat hal buruk pada anak – anaknya, maka orang tua akan sedih dan tidak bahagia. Para orang tua bertanya pada dirinya sendiri, dimana anak – anak mereka belajar hal yang tidak bermoral seperti itu. Sebenarnya adalah orang tua tanpa sadar telah memberikan contoh yang tidak bermoral pada anak – anaknya, yang kemudian hal itu berkembang ke dalam hati mereka. Artinya orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi bijaksana dan benar harus bisa mengendalikan hasrat diri mereka terlebih dahulu. Bukankah itu yang penting. Semua orang tua seharusnya memikirkan hal ini…….. (S041)
Sudah menjadi sifat alami manusia kalau dia menginginkan semua menjadi miliknya, keluarga dan anak – anaknya untuk mendapatkan semua kebahagiaan. Karena itulah kita selalu menjauh dari kerja keras dan juga masalah. Kita berusaha meningkatkan kenyamanan dan fasilitas kita. Memikirkan soal hidupmu bukankah kita selalu memberikan anak – anak kita kenyamanan dan juga fasilitas untuk mereka. Tapi pernahkan terpikir olehmu, bagaimana kenyamanan bisa menguntungkan bagi mereka. Mereka yang mendapatkan kenyamanan dan fasilitas, akan seperti apakah hidup mereka. Kerja keras membuat tubuh mereka menjadi lebih sehat, dan pada saat otak kita berhadapan pada tantangan yang berat, maka itu jadi sesuatu yang lebih sulit. Kita pernah mengalami itu, tapi kita lebih memilih untuk melupakannya saat hati dan jiwa kita mengalami kesulitan yang lebih kuat lagi. Itu artinya, kapan pun kita berusaha menjauhkan anak – anak kita dari kerja keras dan penderitaan bukankah kita sebenarnya kita menutup pintu kebahagiaan untuk mereka. Pikirkanlah hal itu ….. (S042)
Pengetahuan hanya bisa didapat dari sebuah dedikasi, kita semua tahu itu. Tapi apakah hal terpenting dari dedikasi. Pernahkah kita memikirkan itu. Pikiran manusia selalu mendapat masalah selama proses mendapatkan pengetahuan. Keadaan ada seorang murid yang iri pada murid yang lain, kadang ada murid yang meragukan apa yang telah diajarkan. Dan kadang hukuman yang diberikan oleh gurunya, membuat pikirannya menjadi sangat marah. Tidak. Bukankah itu yang terjadi. Beberapa pemikiran bisa mengacaukan pikiran kita. Dan dalam keadaan pikiran yang tidak stabil, kita tidak bisa mendapat pengetahuan apapun. Sebuah pikiran hanya bisa jadi stabil dengan sebuah dedikasi, dedikasi menghancurkan arogansi dari para manusia. Itu bisa menghilangkan perasaan seperti iri hati, ambisi dan bahkan bisa menenangkan hati dan membantu konsentrasi. Pada kenyataannya, tidak ada batasan untuk pengetahuan dalam penciptaan. Termasuk juga pengetahuan, Guru Detratraya mendapat pengetahuannya dari seekor sapi dan anjing. Dengan kata lain, entah itu pengetahuan tentang rohani atau tentang kehidupan, atau pengetahuan yang ada di tempat pendidikan, lebih dari Sang Guru, dedikasi kita terharap Sang Guru itu jauh lebih penting untuk diutamakan. Bukankah begitu seharusnya, pikirkanlah hal itu …….. (S044)
Semua murid yang mendapatkan pengetahuannya dari seorang guru, tidak akan mendapatkan jenis pengetahuan yang sama. Semua murid meskipun terlihat mendengarkan Gurunya, dan mereka terlihat begitu memujanya, tapi tidak akan mendapatkan jenis pengetahuan yang sama. Pernahkah terpikir olehmu, kenapa hal itu terjadi. Yang sebenarnya adalah murid yang tidak mendapatkan pengetahuan akan mencoba menunjukkan dedikasinya tapi mereka tidak mengerti apa sebenarnya dari dedikasi. Dengan memberi bunga pada kaki seorang guru, atau bahkan mengikuti perintah dari seorang Guru, apa itu dedikasi. Bukan. Dedikasi itu tetap didapat meski seseorang memiliki keraguan terhadap Gurunya. Seorang murid harus menyelesaikan kewajibannya bahkan sebelum Gurunya memberikan perintah. Seorang murid dan seorang Guru harus memiliki pemikiran yang sama. Sampai seorang murid tidak melihat bentuk dari Deva Brahma, Vishnu, dan Mahesa, maka pengetahuannya belum bisa disebut dedikasi. Bahkan dedikasi bukanlah sebuah tugas, dedikasi adalah perasaan hati kita dan sebuah keputusan. Dengan kata lain, bukankah pengabaian kita itu hanya terjadi karena pikiran kita bersalah. Pikirkanlah hal itu … (S046)
Apakah arti dari superioritas. Superioritas artinya memiliki pengetahuan yang lebih dari yang lain. Dengan kata lain, ini mengenai berapa banyak pengetahuan yang telah kau miliki. Yang terpenting adalah berapa banyak pengetahuan yang kau dapatkan dibanding dengan yang lain. Dengan kata lain, keinginan untuk menjadi superior, membuat pengetahuan jadi lebih dari sebuah persaingan. Dan kapankah kemenangan jadi penting dalam sebuah kompetisi. Memungkinkan untuk jadi superior untuk jangka waktu tertentu, tapi tidak ada yang bisa jadi terlalu hebat untuk selamanya. Pada saat itulah ketidaknyamanan, beban dan permasalahan akan lahir. Tapi daripada jadi sosok yang superior, kalau ada yang coba jadi luar biasa, akan bagaimanakah rasanya. Untuk menjadi sempurna adalah mendapatkan semua yang pantas untuk didapatkan. Itu bukan hal di luar keinginan untuk jadi yang terbaik. Tapi hanya untuk menyenangkan diri sendiri saja. Dalam jalan kesempurnaan, tidak ada yang perlu untuk bersaing dengan yang lain. Itu adalah persaingan dengan dirinya sendiri. Dengan kata lain, dia yang ingin menjadi sempurna, cepat atau lambat akan mendapatkan semua pengetahuan bahkan tanpa mencoba sekalipun dia bisa menjadi superior. Tapi dia yang ingin jadi superior mungkin saja berhasil, tapi tidak akan pernah menjadi sempurna….. Pikirkanlah itu ……. (S046)
Setiap kali manusia menghadapi keadaan yang berbahaya, dia pasti akan berdoa pada Yang Maha Kuasa. Dia akan memohon pada Deva untuk membantunya agar bisa mengatasi keadaannya. Tapi sebenarnya apakah arti dari doa itu. Apa kita pernah memikirkan hal itu. Arti dari sebuah doa adalah untuk merasakan keprihatian akan kekhawatiran akan pemecahannya atau pilihan – pilihan dan rencananya nanti dan menempatkannya di bawah kaki Yang Maha Kuasa. Dengan kata lain, daripada memperhatikan perilaku orang lain lebih baik bertindak dengan benar dan percaya pada rencana Yang Kuasa sebagai sebuah takdir. Bukan itu arti sebenarnya dari sebuah doa. Tapi bagaimana mungkin bisa mengerti rencana Yang Maha Kuasa. Rencana – rencana itu selalu berakhir dengan akibat dari semua tindakan kita. Tapi jika ada seseorang yang berhenti bertintak sama sekali dan tidak melakukan apa – apa, bisakah itu dianggap sebagai sebuah doa. Apa bisa dianggap seperti itu. Yang sebenarnya adalah tindakan untuk menentukan hidup dan untuk menjaga hasil yang lebih baik, itu adalah arti dari doa. Jika sebuah doa bisa mengubah tindakan dan mencegah apa yang terjadi pada manusia, apa itu sebuah doa atau sebuah kekalahan…pikirkanlah hal itu ……. (S057)
Kebenaran, semua orang sangat menginginkan hal itu. Ada juga yang membicarakan tentang hal itu. Ada pula yang membicarakan hal itu pada orang lain. Manusia selalu senang membicarakan kesalahan orang lain. Dan tidak seorang pun yang tidak pernah memikirkan kebenaran. Tapi pada kenyataannya, apa arti kebenaran ?. Adakah orang yang mampu untuk mengerti ? Kebenaran, mengajarkan manusia untuk hidup bersama dan untuk hidup dengan seluruh makhluk yang ada dalam damai. Inilah alasannya kenapa dihadapkan dengan kebenaran itu sendiri. Manusia akan selalu merasakan kedamaian. Apa kau belum pernah mengalaminya. Dengan kata lain, kebenaran mengakhiri permasalahan seluruh manusia. Tapi, bagaimana seorang manusia tidak ada masalah dengan orang lain. pikirkanlah itu. Apakah permasalahan juga ada di dalam hadirnya cinta. Jawabanmu untuk ini sudah pasti iya. Tapi jika kau lebih sedikit memikirkan hal itu, kau akan tahu bahwa saat seseorang bermasalah dengan sesuatu, maka dia akan lupa dengan cinta. Dan kemudian, keinginanlah yang dikedepankan. Arogansi dan amarah pun akan jadi yang utama bukan cinta. Tidak, cinta tidak jadi yang utama. Karena saat cinta jadi yang utama saat itu, semua permasalahan, semua pertengkaran dan semua pergulatan pasti akan berakhir. Bagaimana kalau cinta seperti itu berkembang di dunia, bukan hanya untuk umat manusia tapi juga untuk flora dan fauna dan bahkan sehelai ilalang pun memiliki cinta di dalam dirinya. Apakah kemarahan bisa tetap ada di dalam dirinya. Tentu saja tidak. Perasaan cinta yang ada pada seseorang untuk yang lain, bila cinta itu sama, itu akan berkembang ke seluruh makhluk yang ada. Itu bisa jadi sebuah kepedulian. Kepedulian dengan kata lain, mau menerima seluruh dunia untuk memiliki rasa cinta untuk smeua orang. Untuk tidak lagi saling bertentangan, kepedulian adalah inti dari sebuah kebenaran. Bila kebenaran adalah sebuah pohon, maka kepedulian adalah dasar dan akarnya. Tapi ada contoh dalam hidup saat manusia lupa akan dasar – dasar kebenaran. Dia bergantung pada beberapa peraturan dan pada tradisi hingga dia pun melupakan semuanya. Dan kemudian dunia pun dipenuhi pergulatan besar. Dengan iri hati, eksploitasi, kemarahan, kebencian, atau ketidakbenaran. Kemudian Sang Maha Kuasa harus menentukan keputusannya, untuk memberikan pengetahuan yang benar pada manusia. Kisah Mahabharata adalah kisah yang abadi. Saat beberapa orang akan menganggap tradisi sebagai kebenaran, sedang yang lainnya melakukan sebaliknya kemudian terjebak di dalam kemarahan, di dalam kebencian dan ambisi hingga mengarah kepada kehancuran dari kebenaran. Tapi mereka kehilangan cinta untuk seluruh dunia, maka tidak ada lagi kebenaran pada saat itu. Karena itulah, Aku mengambil sebuah contoh untuk bisa meninggikan kebaikan dan juga kehidupan yang suci, untuk bisa menghancurkan iblis dan juga menghancurkan seluruh pengikutnya, untuk bisa mengembalikan kebenaran maka akan dilakukan segala cara, AKU BASUDEVA KRSHNA, AKU AKAN DATANG DI DALAM KISAH MAHABHARATA ….. !!! … (S066)
Yadā yadā hi dharmasya glānir bhavati bhārata abhyutthānam adharmasya tadātmanam srjāmy aham paritrānāya sādhūnām vināśāya ca duskrtām dharma samsthāpanarthāya sambavāmi yuge yuge
Manakala kebenaran merosot dan kejahatan merajalela,
pada saat itulah Aku akan turun menjelma ke dunia,
wahai keturunan Bharata (Arjuna).
Untuk menyelamatkan orang-orang saleh
dan membinasakan orang jahat
dan menegakkan kembali kebenaran,
Aku sendiri menjelma dari zaman ke zaman
Saat kau khawatir maka kau harus meditasi (bhakti/ingat/sadar), Subadra. Maka itu akan menenangkan ….. (S068)
Arti nama kala adalah kematian, Arjuna. Tidak ada peristiwa dimana kematian tidak akan menghampiri seseorang. Kenapa kau merasa khawatir, Arjuna. Tapi seseorang harus punya waktu untuk bicara dengan orang yang dikasihinya …… (S068)
Bahkan senjata Cakra Sudharsana-Ku pun tidak bisa membunuhnya (Kaliawan). Dia hanya bisa dibantai dengan api kemarahan seorang Rsi … (S068)
RsiMucukunda
Tidak ada yang terjadi di dunia ini tanpa alasan, Rsi Yang Agung (Muncukunda). Mungkin saja dia yang terbakar olehmu, itu adalah takdirnya (Kaliawan) dan untuk mengubahnya menjadi abu, mungkin Yang Kuasa telah mendorongmu untuk meninggalkan kerajaanmu untuk bertapa disini. Tetapi maafkanlah Aku yang telah mengganggu pertapaanmu disini. Sekarang tidak perlu khawatir, dan lanjutkan saja pertapaanmu…. (S068)
Tidak, kau (Arjuna) tidak perlu doaKu, karena kau punya tempat khusus dalam hatiku ….. (S068)
Arjuna, apa kau tahu tentang Raja Mandata dan anaknya, Raja Muncukunda…. Orang itu memang layak untuk dipuji karena tahu dunianya sekarang adalah beristirahat dan bertapa sebagai hal yang terpenting. Banyak orang mengira, dunia harus penuh kebahagiaan dan membuat diri sendiri lelah, tapi mereka tidak berpikir untuk beristirahat. Selama bertahun – tahun, Rsi Muncukunda telah bertapa di dalam goa itu. Dia tidak pernah membuka matanya selama 100 tahun. Semua pertapaan itu pun memberi kekuatan yang luar biasa, hingga saat pertama ia membuka sebentar saja matanya, orang pertama yang akan dia lihat pada saat itu akan hancur menjadi abu. Kaliawan sudah ditakdirkan untuk mati seperti itu, Aku hanya menyatukan kejadian itu di tempat ini. Cuma itu …. (S068)
Kecerdasan seorang pria dan keadaan yang dialaminya membantunya mengerti segala hal. Saat hujan turun, burung merak menari kecuali burung biasa, mereka menangis. Arti sebenarnya dari apa yang dikatakan seseorang, bisa dimengerti hanya oleh orang yang pintar, maka wajar kalau manusia sering salah paham….. (S068)
Kalau orang lain mendengarkanmu (Subadra) membicarakan Basudeva Krshna, mereka akan bilang Aku berbohong …… (S068)
Aku ini tidak membangun kerajaan ini (Dvaraka), Yadava-lah yang bekerja keras membangunnya. Aku hanya menggunakan kecerdasanKu saja, yang bisa membimbing mereka……. Aku tidak berbohong, Arjuna. Sebenarnya aku tidak terlibat. Dan dia yang sadar bahwa dirinya sendiri tidak melakukan apapun, maka dialah yang mendapatkan hal yang terpenting …… (S068)
Kau (Arjuna) pasti akan sangat membantu, kalau kau bisa menemaniku …….Tapi ingatlah Arjuna, tugas ini sangat sulit untukmu…. kita akan pergi ke utara dulu, lalu lanjut ke timur …………. (S068)
Membantu orang, itulah yang meningkatkan kekuatanmu. Membantu orang lain selalu meningkatkan kekuatan seseorang ….. (S069)
Kundanpur
Entah sebuah Svayamvara diadakan atau tidak, menculik seorang wanita bertentangan dengan keinginannya. Itu memang tindakan yang salah. Sebenarnya adalah setiap makhluk hidup, bebas menjalani kehidupan dengan keinginannya sendiri. Dan itu adalah hak yang sudah diberikan Pencipta (Deva). Dan bila kita merenggut kebebasan itu, itu tindakan yang salah. Tapi hari ini kesalahan itu telah dilakukan saudaranya Rukmini. Aku hanya ingin menyelamatkan seorang wanita dari kesalahan itu ……. (S069)
Saat menyelinap lebih baik, kenapa harus menggunakan kekerasan yang tidak perlu …… (S069)
Bahkan kau (Arjuna) pun tidak tau identitasku sebenarnya … (S069)
Devi Laksmi memberkati manusia dengan miliknya, tapi dia sendiri bukan milik siapapun. Setiap wanita adalah perwujudan dari milik Devi Laksmi itu sendiri. Seorang yang punya kekuatan untuk memberkati siapapun …. (S071)
Apa kau (Rukmi) tidak merasakan dalam hatimu hingga kau bersikap begitu kasar pada adikmu sendiri, aku harus membunuhmu atas tindakanmu yang sudah keterlaluan padanya …. (S071)
Rencana, rencanaku cukup sederhana, teman (Arjuna). Di daerah Sawrastra ada sebuah kota bernama Madavakura. Dimana disana aku dan Rukmini akan mengadakan pernikahan kami. Kami akan menikah disana dan setelah itu kebenaran akan kembali berdiri di negeri ini. Mereka yang salah akan dihabisi, dan seluruh daerah Arya akan dipenuhi kebahagiaan. Sudah itu saja …. (S071)
Kalau bukan tujuanKu, maka tujuanmu yang harus berhasil, teman (Arjuna). Tapi kau harus bisa siap untuk semua itu. Perubahan waktu bisa saja berubah karenamu … (S071)
Dia yang memiliki kekuatan mental untuk mengambil apapun, hanya dia yang akan berhasil … (S74)
Pernah diceritakan bahwa Devi Sarasvati tidak bisa jalan di bumi, karena Dia membawa api suci di telapak tangannya. Karena itulah, Devi Sarasvati mulai menyatu ke bumi. Kalau kau (Arjuna) pikirkan kisah ini saat pertempuran, kau akan sangat beruntung teman … (S74)
Mereka bilang Devi Sarasvati (sungai) tidak bisa berjalan di bumi ini karena Dia memegang api abadi di tanganNya. Karena itu, dia akan mulai berjalan di bawah tanah. Kalau kau menghadapi masalah yang seperti itu, kau akan diberkati Arjuna … (S80)
Jejak kaki yang tak terlihat (terhapus ombak) bukan berarti bahwa orang yang membuat jejak kaki itu ikut menghilang … (S82)
Kalau jawaban yang pasti sudah ada Rukmi, maka tiba waktunya bagi seluruh masyarakat untuk berubah. Lihatlah dari Matsya ke Maghada, dan lihatlah dari Kuru sampai Vidharba, masyarakat, yang bekerja keras di ladang. Mereka memasuki tambang untuk menggali keluar besi, emas dan perhiasan berharga. Mereka menghancurkan bebatuan untuk membuat bangunan. Dengan kata lain masyarakat yang menciptakan semua kemakmuran, tapi apa yang mereka dapat sebagai balasannya. Mereka hanya mendapatkan kemiskinan, kelaparan dan ketidakadilan. Tapi para penguasa seperti Pangeran dan Raja, mereka semakin kaya. Pernah kau melihat seorang Raja yang benar – benar peduli masyarakatnya, yang benar – benar peduli pada kebahagian mereka, kemakmuran mereka. Tidak pernah Kan. Dan itu yang disebut Sang Dewa ketidakbenaran, saat semua ketidakbenaran lepas kendali seperti itu dan demi untuk menyelamatkan dunia ini. Dewa melahirkan mereka yang memiliki hati yang benar. Sampai semua keadaan itu berubah, masyarakat mendapatkan kebahagian sejati. Orang – orang yang hebat seperti itu tidak akan pernah mati Rukmi…. (S82)
Karena di lumpur ketidakbenaran, disana bunga kebenaran akan lahir disaat itu. Kekuatan seperti itu akan lahir dengan bebas, kekuatan besar yang mengubah masa depan dari seluruh daerah Arya. Aku harus ada disana untuk melindungi kekuatan ini, dari seseorang yang melahirkan kekuatan itu (Raja Drupada dari Panchala)…. (S82)
Kau menunggu melompat ke air itu, atau menunggu air itu melompat ke arahmu (Drupadi) … (S89)
Aku adalah Basudeva Krshna, aku akan memenangkan kota Kampilya, dan semua kekayaannya akan menjadi milikku … (S89)
Bagaimana mungkin aku melawannya sendirian, pasti harus ada lawan untuk kulawan bukan. Aku akan melawan Raja Kampilya, Drupada … (S89)
Siapa aku ? hhmm, ikan pun yang hidup di laut, tidak mungkin tidak mengenaliKu Drupada. Karena itu tidak perlu kau tanyakan itu … (S89)
Ada yang membutuhkan penuntun jiwa untuk memutuskan kebenaran, tidak diperlukan lagi hal lain untuk kebenaran … (S89)
Aku juga ingin melindungimu, Raja Drupada. Tapi hanya jika kau meninggalkan jalanmu yang salah …. (S89)
Aku sudah menyuruhmu untuk meninggalkan jalanmu yang salah itu, Raja Drupada. Tapi akhirnya kau menentang, sekarang aku harus membunuhmu disini … (S89)
Kau sungguh luar biasa Drupadi. Demi mengembalikan kebenaran, aku membutuhkan dua senjata. Kau adalah salah satunya, yang satu lagi Arjuna … (S90)
Banyak manusia menggantikan harga dirinya, dengan tujuan hidupnya. Mereka bekerja keras sesukanya untuk meningkatkan harga dirinya. Tapi apakah itu harga diri … (S90)
Kau (Drupada) pasti akan menyadari bahwa seseorang yang terbutakan harga diriny akan memohon penghargaan. Dia tidak pernah punya yakin pada dirinya sendiri, dia hidup dalam ketakutan akan menjadi orang yang lemah, dia tak pernah punya kekuasaan untuk mengatasi hal itu. Seseorang yang selalu memikirkan harga dirinya, juga selalu dikelilingi rasa takut…. (S90)
Bukanlah harga diri adalah nama lain dari rasa takut …. (S90)
Rasa takut telah merantai hatimu, dan harga diri adalah penghubung rantai tersebut. Lihatlah dirimu sendiri. Seorang pria yang tenggelam dalam harga dirinya tidak akan pernah menghargai cinta. Kau telah menciptakan permusuhan terhadap sahabatmu sendiri. Dan anak – anakmu, anak – anakmu tak lebih dari hanya senjata penyerang saja untukmu…. (S90)
Pengetahuan yang akan diberi dari orang sepertimu (Drona) akan menjadi keselamatannya (Drstayumna)…. (S91)
Yang Mulia (Drupada), seandainya saja kau mengetahui pengabdian dan cinta dari Putrimu itu, mengenalKu pasti tidak jadi hal yang sulit bagimu … Kau selalu menganggap Drupadi adalah penyebab dari kegagalanmu, kau sudah lihat luar biasanya Drupadi, lihatlah pengabdiannya. Bahkan Gada dari Basudeva Krshna bisa dihentikan olehnya ….. (S91)
Sebenarnya semua orang tau mantra cinta, tapi tidak seorang pun yang bisa memakainya … (S91)
Begitu banyak pertanyaan dan semua itu tidak berharga …. (S91)
Siapa dirimu (Drupadi) ? Bila kau mengenal dirimu sendiri, maka kau akan mendapat semua jawabanmu … (S91)
Setiap manusia adalah rupa dari Hyang Kuasa, tapi tak seorang pun yang tahu itu. Di dalam abu tersembunyi bara api dan di dalam pengabaikan tersembunyi Sang Jiwa. Dan dia yang tidak bisa melihat dirinya sendiri, membuat yang lain jadi ingin melihatnya. Kita ingin orang lain memberi tahu kita siapa dan apa. Tapi orang lain juga dikelilingi oleh pengabaian atas diri mereka sendiri dan dia yang tidak mengenal dirinya sendiri tidak akan bisa memberitahu tentang siapa diri kita … (S91)
Kau harus memiliki kebenaran, dan untuk mengembalikan kebenaran itu sendiri, kau harus berusaha dengan keras … (S91)
Sebelum bisa mengetahui kebenaran, kau (Drupadi) harus tahu dulu dasar – dasarnya. Pengetahuan, Cinta, Keadilan, Pengabdian dan Kesabaran … Kau telah lahir untuk mendapat kelima dasar kebenaran itu …. Para Deva pernah berkata bahwa kau akan membangun kembali seluruh daerah Arya, kau akanmembantu mengembaikan kebenaran di seluruh dunia ini ….. Dan itu bisa dilakukan saat kelima dasar tersebut sudah kau miliki …. (S91)
Kehidupan ini memang sudah menunggumu, Drupadi … (S91)
Aku adalah pengembala sapi, teman – teman memanggilKu Govinda …. (S91)
Semoga Drupadi memiliki sebuah keluarga, dan sangat penting untuk menyiapkannya, Drupada. Tidak lama lagi, Drupadi, kau (Drupada) harus mengadakan Svayamwara … (S91)
Di hari Drupadi menikah nanti, akan menjadi musimnya untuk era baru yang mengubah dunia …. (S91)
Takdir tidak membutuhkan sebuah undangan … (S91)
Pewaris tahta harusnya berdasar pada kemampuan, bukan berdasar pada keinginan …. (S91)
Protes bukanlah bukti dari kekuatan, kehebatan yang sebenarnya adalah yang bisa menerima dan bisa melakukannya ….. (S91)
Saat hati tenggelam dalam protes dan kemarahan, toleransi menjadi kekuatan dari kebenaran. Dari kemarahan terciptalah dendam, tapi dari kebenaran terciptalah keadilan. Drupadi, dalam hidupmu sendiri juga saat kau bertemu dengan beberapa bentuk ketidakadilan tersebut, sebelum kau mencari keadilanmu sendiri, kau harus bisa mengatasi kemarahanmu …. (S91)
Bagaimana mungkin Ibu Pertivi hanya melahirkan satu permata saja …. (S97)
Menginginkan kebahagiaan dalam pernikahan, dia yang menginginkan kebahagiaan tidak akan mendapatkannya, Drupadi. Dia yang mengetahui kebahagiaan akan mendapatkannya….. (S97)
Jawaban yang pasti, karena usaha yang dibuat untuk mendapat jawaban – jawaban itulah yang disebut hidup. Jawaban tidak dijawab dari bentuk keselamatan, tetapi karena kau ingin ke sebuah kuil Deva Siva, kau harus tanya sendiri pada Deva Siva. Dia adalah Deva Kematian dan Keselamatan, karena itulah Dia selalu memberi jawaban pasti. Kalau kau ingin mendapat jawabanmu itu, kau hanya mendapatkan dariNya…. (S97)
Kebenaran adalah sebuah perbincangan, Raja Anga. Tapi tidak semua orang mengetahuiNya …. (S100)
Kebenaran menciptakan penghargaan, Raja Anga. Kalau ada yang diremehkan dalam hidup seseorang maka ia tidak akan menjalani hidup dengan benar….. Dia harus berjuang untuk dihargai, tapi tanpa harus menyingkirkan kebenaran …. Dia harus berjuang demi kebenaran itu, tapi tanpa melebihi dari haknya sendiri …. Artinya bahwa meski gunung terbesar sekalipun, tidak boleh punya keinginan akan sungai yang kecil. Gunung yang berusaha menghentikan sebuah sungai, akan berakhir dengan kehancuran. Hak dari sungai adalah bisa berdampingan dengan laut …. Aku bicara tentang takdir dari Sang Sungai, Raja Anga…. (S100)
Aku punya firasat, Drupadi. Kalau dia (Arjuna) datang, kau akan lebih dulu mengetahuinya daripada aku …. (S100)
Aku tidak pernah membedakan kasta atau keturunan apapun, Raja Drupada. Hak untuk dihargai menjadi milik siapapun yang mampu ….. (S100)
Kalau ingin menikah dengan Karna, bukanlah keinginan Drupadi, maka Drupadi berhak menolaknya …. (S101)
Untuk mengkhawatirkan masa depan putrinya, itu bukan hanya jadi haknya, tapi juga menjadi tanggung jawabnya …. (S101)
Sebuah pohon hanya bisa disuburkan dengan air, susupun tidak bisa melakukan apa yang dilakukan air. Begitu juga bukti dari kemampuanmu (Duryudhana) tidak bisa dilakukan oleh orang lain ……… (S101)
Dalam sastra, saat kaum Ksatria semakin sedikit, maka pengetahuan dari sastra saja tidak akan cukup, maka kita harus beralih ke Kaum Brahmana untuk jawabannya …….. (S102)
Saat ada buah terkubur di dalam tanah, maka dia akan diam disana kemudian akan tumbuh menjadi sebuah pohon. Kalau putrimu (Drupada) itu terlahir untuk menjadi ratu, maka ia bisa saja mengubah seorang Brahmana menjadi seorang Raja …… (S102)
Kalau memiliki kemampuan untuk memenangkan kompetisi ini tapi kemudian meninggalkan acara ini maka dia dianggap punya memampuan untuk itu, tapi kemampuan seperti itu tidak akan berguna untuk siapapun. Meninggalkan orang lain seperti ini adalah sebuah kehebatan, tapi dengan kehebatan seperti itu apakah bisa membantu dunia ini, Brahmana ……. (S102)
Hanya memikirkan satu kebahagiaan, penderitaan dan sumpah saja dan tidak ada satupun kewajiban untuk dunia ini adalah sebuah keegiusan, tapi seseorang yang punya kemampuan sejati, tidak mungkin bersikap egois. Bahkan saat singa selesai memakan mangsanya, dia masih menyisakan bagian untuk pemakan daging lain. Sifat luar biasa seperti itu bukankah bagian dari sifat Brahmana ….. (S103)
Keselamatan dunia ada hubungannya dengan kompetisi ini, bahkan keselamatan kalian (Pandava) juga ada di dalam kompetisi ini …… (S103)
Setiap rumah adalah sebuah kuil …. dan Sang Istri adalah devi dari kuil itu……. (S103)
Majulah Brahmana, mari kita lihat, kalau nilai – nilai yang ada pada dirimu (Arjuna), telah memberi kekuatan atau tidak ………. (S103)
Saat seseorang mengundang orang lain dalam sebuah acara, maka ia tidak boleh menghunus pedangnya …. tenanglah ….. (S104)
Ada banyak hal yang terjadi dalam kehidupan, Drupadi. Saat seseorang tidak mampu melihat jalannya, demi mengingatkan diri sendiri akan kebenaran ada yang membutuhkan sebuah objek. Keputusannya akan jadi milikmu sendiri. Tapi mengambil keputusan dengan tetap mengingat kebenaran, akan lebih mudah …. (S104)
Putrimu itu pasti akan duduk di sebuah tahta Yang Mulia (Drupada) dan kau hanya mengkhawatirkan masa depan putrimu itu. Tapi setiap hari dan setiap peristiwa di masa depan sudah diputuskan ……. Masa depan itu bukanlah apa – apa yang mulia, itu hasil dari keputusan dan semua tindakan kita. Kalau kau bahagia dengan keputusan yang kau ambil hari ini, maka yakinlah, kau pasti akan diberkati dengan masa depan yang sangat bahagia ….. (S105)
Akibat dari tindakan orang tua, maka anak – anaklah yang akan menanggungnya, sekarang Drupadi juga mendapat semua penderitaan yang kau (Drupada) minta untuknya … (S109)
Setelah memikirkan kebahagiaan begitu banyak orang, kau pun mengambil keputusan itu, Drupadi. Lalu bagaimana mungkin itu tidak bermoral … saat sebuah kerikil kecil memasuki lapisan laut, lalu laut pun mengubahnya menjadi permata, Drupadi. Dan kau pun juga telah mengubah hal yang tidak bermoral ini menjadi kebenaran …… (S109)
Pengetahuan menenangkan yang cerdas, kesabaran menenangkan yang berat hati, cinta menyejukkan hati, dan pengabdian akan menyenangkan kebutuhan fisik dan menyenangkan jiwa dan keadilan menenangkan jiwa, pikiran, kecerdasan, hati, tubuh dan jiwa. Saat kelima pilar dari kebenaran itu sudah tenang dan pasti, maka manusia akan dipenuhi akan kasih sayang, itulah yang disebut kebenaran. Dan berdasarkan dari kebenaran itulah, kau telah mengambil keputusan ini, Drupadi. Dan hanya untukmu ini bukan dosa …. (S109)
Mereka yang melakukan kebenaran, maka akan dipuja oleh Sang Deva itu sendiri ….. (S109)
Kapan pun kau membutuhkan bantuan, maka Basudeva Krshna akan datang membantumu, Aku berjanji … (S109)
Orang tua itu punya sebuah kualitas yang lebih berharga dari siapapun, kesabaran …. maka kau (Kunti) juga harus memiliki kesabaran itu … (S111)
Basudeva
Setiap manusia yang berada dalam sebuah keadaan, disaat semua impian dan semua harapannya yang ternyata hancur, rencananya yang ternyata salah. Di satu sisi masih ada kebenaran, dan disatu sisi lagi adalah kebahagiaan. Itu pun kemudian menjadi jalan buntu. Saat kebenaran dikuasai oleh masalah, maka melakukan ketidakbenaran menjadi kebahagiaan. Pikirkan itu. Pada saat itu ada kesempatan untuk menjelekkan tentang seorang manusia yang baik, atau mendapat kesempatan yang mudah untuk mencuri di saat keadaan yang susah. Pada saat hal buruk menjadi pemimpin yang tangguh atau seorang raja yang bersinar dalam kegelapan. Setiap orang akan mengalami hal itu dalam hidup. Tapi sayangnya, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa keadaan yang seperti itu sebenarnya adalah sebuah jalan yang buntu. Kita tidak merasakan permasalahan lagi terutama setelah itu. Kita dengan mudah tertarik pada kebahagiaan sama seperti seekor lebah yang tertarik pada sebuah kuntum bunga. Bahkan kemudian hal buntu seperti itu adalah waktu yang terbaik untuk semakin dekat dengan Pencipta (Deva). Kalau kita tidak merasa takut menghadapi permasalahan, dan tidak fokus hanya pada kebahagiaan. Kemudian kita tetap berbuat dengan benar, maka kita pasti tidak akan jauh dari bertemu Pencipta (Deva). Saat ada sebuah daun yang jatuh dari pohonnya karena melawan angin, dia pun terbang menuju langit. Sementara rumput yang patuh pada angin dia akan tetap berada di tanah. Dengan kata lain, pada saat jalan terasa buntu, pilihlah jalan yang mudah itu memastikan kebahagiaan dan umur panjang. Tapi bukankah itu akan menodai karaktermu, bukankah itu bisa membuat jiwamu gelap. Bukankah menjauhkan kita dari Pencipta (Deva) pikirkanlah hal itu …. !! …. (S111)
Cinta suami menggambarkan keberaniannya, dan seorang istri ada pada kesabarannya. Di dalam masa pengujian maka seorang suami harus sabar, dan seorang istri harus menunjukkan keberaniaannya … (S112)
Kemenangan adalah dimana kebenaran terungkap … (S112)
Tidak boleh ada celah untuk keraguan, Vidura … (S112)
Kenapa seperti itu, Deva Indra. Hingga semua orang harus menghargai perasaan dan janji, yang mereka buat sendiri. Tapi pada saat bicara perasaan dan janji pada orang lain, manusia gagal menghargainya …… (S124)
Keberhasilan pada Sang Ayah, mewariskan pengetahuannya pada Sang Anak …. dan kemampuan Sang Anak, membawa kejayaan bagi ayahnya … (S124)
Mayasura, kalau kau tidak menciptakan hutan ilusi untuk Taksaka, maka manusia dan para ular tidak perlu bersaing seperti ini. Kau punya kemampuan yang luar biasa, Mayasura. Kau bagaikan Visvakarma dari para Raksasa. Tapi kau tidak menggunakan keahlianmu itu, untuk membuat bumi ini lebih baik. Kau gunakan untuk keuntungan pribadimu saja…. (S124)
Mayasura, karena permintaan temanKu ini (Arjuna), aku memaafkanmu. Tapi kapan pun kau dibutuhkan di masa depan nanti, kau harus gunakan kemampuanmu itu untuk membantu kami … (S125)
Yang sebenarnya adalah, dalam pengukuhan sebuah kota, tetap harus mendapatkan ijin dari seseorang … (S128)
Karena itulah kau begitu Aku sayangi, Saudara Bheema … (S128)
Menyerang Hastinapura dianggap sebagai penghianatan, dan itu juga peraturan itu berlaku untuk seorang raja … Dia adalah ibumu (Pandava), ini adalah kerajaanmu, kalian adalah senjatanya, dan tanggung jawab menjadi milik kalian semua … (S128)
Tenang dulu, Karna. Bila ada alasannya untuk bertarung, kita pasti akan bertemu di medan perang … (S129)
Manusia yang hebat seperti dirinya (Karna), tidak ada lagi di dunia ini. Sebelum jarak antara kau (Vrusali) dan dia semakin jauh, kalau kau memang mau, kau masih bisa mengejarnya (Karna) … (S129)
BAsudeva
Selama mereka (Karna & Vrusali) tetap bersama, maka Karna akan selalu aman … (S129)
Setelah kau (Arjuna) melakukan perjalanan itu (Rajasunya ke arah timur), kau harus datang ke Dvaraka. Untuk bisa menyelesaikan hukumanmu di Kuil Sobna. Chandrama mendapat anugrah kehidupan yang baru disana. Mungkin saja kau akan menemukan sesuatu disana. Dan itu mungkin bisa menyelesaikan hukumanmu …. (S130)
Panah tidak dibentuk dari mantra, tapi hanya dari sebuah hati saja … (S131)
Kekhawatiran adalah bentuk paling jelas …. (S131)
Berada jauh dari orang yang kau (Drupadi) sayangi, itulah cinta …… Kalimat itu bisa dibagi menjadi 2 bagian, hal pertama adalah jarak dan yang lainnya cinta …. artinya jarak diantara 2 orang tidak diukur dalam keberadaan fisik saja, tapi keberadaan cinta diantara mereka … Setiap anggota keluarga yang ada dalam Pandava punya cinta yang sama darimu …. Hukuman yang ada bagi Arjuna bukanlah hanya bermanfaat baginya, tapi juga untuk semua Dinasti Kuru … Kau harus mampu untuk bertahan. Saat kau mendapat kabar yang mungkin mempertanyakan akan kesetiaanmu, maka kau harus selalu ingat bahwa yang namanya waktu tidak mengikuti jalan yang dibuat oleh manusia, manusia yang harus berjalan di jalur yang dibuat oleh waktu, itulah yang disebut dengan takdir … (S131)
Aku tidak bisa melihat masa depan, Aku hanya bisa melihat manusia dan mengerti bagaimana keadaan manusia. Sifat alami dari manusialah yang membangun masa depannya, itulah sebabnya Aku mampu melihat masa depan yang ada di depannya …. Aku tidak tahu bahaya apa yang menghadang Arjuna, tapi satu hal yang Aku tahu, bahwa meski bahaya itu ada dia akan melihat kesempatan….. Kau harus belajar untuk bersabar …(S131)
Dengan membuat dirimu (Drupadi) percaya, bahwa tidak peduli dimanapun anggota keluargamu berada, maka dia akan selalu berada di dekatmu. Dia ada di dalam hatimu. Hanya air yang tenang bisa memantulkan sebuah gambar, bila kau bisa menenangkan hatimu maka kau akan mampu melihat Arjuna … (S131)
Ide untuk membuat aliansi dari Para Kuru dengan Yadava, adalah idemu (Sangkuni) bukan. Artinya pemakan bangkai bisa berada di daerahnya Garuda dengan sangat bebas …. (S131)
Aku pernah dengar bahwa menghormati para Bhakta dari Siva ini akan membuatNya (Siva) merasa senang …. (S131)
Raja Gandhara, kami orang Yadava hanya tahu bahwa dengan berada di dekat laut, orang yang membangun kapal kebenaran akan bisa terus berlayar … (S132)
Keberadaan dari kebenaran termasuk keberadaanku juga, Aku harus membantu dalam penyatuan Kerajaan Kuru lagi …. Aku harus membantu bangsa Kuru dan Yadava untuk penyatuan tersebut …. (S132)
Kau memang pandai melucu, Raja Gandhara … (S132)
Aku bukanlah sebuah tahta, Arjuna. Yang kewenanganNya bisa dilewati. Aku adalah Vasudeva Krshna. Dia yang mengatakan benar terhadapKu, Aku pasti memberikan kebenaran itu terhadapnya … (S133)
Raja Gandhara, Sangkuni berkata, bahwa bangsa Kuru dan Yadava harus memiliki ikatan persaudaraan. Bagaimana mungkin Aku bisa menolak pemikiran yang mulia itu …… (S133)
Kau (Arjuna) sudah memikirkan semuanya secara politik …. tapi mengenai adikku, Subadra. Kau (Arjuna) tidak pernah memikirkannya … (S133)
Adik tersayangku sampai harus menangis karenaKu, tapi kau harus membantu masalahku …. masa hukumanmu akan diselesaikan di Somna … (S133)
Di dalam dunia ini, keberanianlah yang menculik cinta. Tapi dalam hal ini, Aku percaya bahwa kalau cinta yang menculik keberanian maka dunia bisa menjadi tempat yang lebih bahagia lagi …… (S133)
Di masa depan seluruh garus keturunan Bangsa Arya tidak tergantung pada penculikan ini, jadi Aku tidak perlu melewati semua yang kau (Arjuna) lakukan ini …. (S133)
Paman Sangkuni, konspirasi itu berarti ada kerjasama di dalamnya …. (S133)
Kalau ikrar artinya menikah , lalu untuk apa gunanya ada 7 sumpah. Berikrar artinya persetujuan dari orang tua, tapi pernikahan baru lengkap hanya setelah ada persetujuan dari pihak pria dan wanitanya. Berikrar saja tidak bisa dianggap sebagai pernikahan, Yang Mulia …. buah dari kelapa jatuh ke laut, dan kemudian pohon itu pun mencabut haknya atas buah itu. Ke sungai mana dia pergi dan dimana dia akan mendarat ditentukan oleh buah itu sendiri dan ditentukan oleh takdirnya. Selama upacara penyerahan dari masing-masing orang tua kedua belah pihak, mereka mencabut semua haknya. Tapi kepada siapa gadis itu memberi haknya hanya ditentukan oleh gadis itu sendiri….. (S133)
Bahkan seseorang yang menebang sebuah pohon dan membakarnya, pasti akan menjaga buahnya agar tetap aman, inilah tradisi …. (S134)
Sebuah doa adalah, ekspresi dari seseorang, Bhisma Yang Agung…. Dia yang mencelupkan tangannya ke dalam air karena ingin merasakan air, tapi air itu sendiri tidak berkata apa – apa. Begitu juga mereka yang mendapat doa dari orang tuanya, mereka wajib mendapatkannya …….. (S134)
Tradisi itu sama seperti buah mangga, Tuanku, Bhisma. Saat mereka muncul rasanya sangat pahit sekali. Tidak lama kemudian mereka akan terasa asam. Hanya yang suka asam saja yang menerimanya dengan baik. Dan setelah beberapa waktu kemudian, rasanya pun berubah menjadi manis. Mereka akan jadi makanan kesukaan semua orang. Tapi setelah beberapa waktu kemudian mereka berubah menjadi musuh. Mereka pun bisa menjadi mengganggu… Orang yang memakannya pun bisa sakit, dan pada akhirnya yang tersisa adalah bagian kering dari bijinya. Aku tidak menentang tradisi, tapi saat itu menjadi alat eksploitasi dan memberikan derita bukan kebahagiaan, maka tradisi itu harus dikubur supaya ada budaya baru lain yang setelah itu muncul di dunia ini …… (S134)
Waktu yang menentukan tradisi mana yang harus dikubur. Dan semua orang harus patuh pada waktu yang berjalan…. Untuk seluruh daerah Arya saat ini, ini waktunya untuk Sangkarti. Seperti Dewa Surya yang sudah mengubah jalannya dalam sebuah Sangkarti , maka semua daerah Arya juga berubah jalannya. Tradisi lama akan hancur, dinasti – dinasti tua akan punah, arti baru akan kebenaran akan tertulis kembali dan era baru akan muncul. Dan dalam siklus waktu itu, kau (Bhisma) harus memutuskan ada di pihak mana kau berada nanti, karena nanti semua orang akan terjebak akan pusaran waktu. Mereka yang telah memilih jalan ketidakbenaran akan mengganggu jalan ini dan mereka yang memilih jalan kebenaran akan melanjutkan era baru itu, ini adalah waktunya …. (S134)
Kemampuan adalah sesuatu yang menciptakan sesuatu yang baru, sementara itu mungkin sesuatu yang menghancurkan ciptaan orang lain. Keduanya sama – sama penting, tapi pentingnya kemampuan seseorang lebih baik lagi…. (S137)
Kemampuan seorang raja bukan pada pasukannya, bukan pada kekuatan sekutunya dan pengendalian dirinya. Kemampuan dari seorang raja ada pada kebanggaan rakyat padanya karena kerajaannya dan semakin meyakinkan temannya, juga dengan membuat iri para musuhnya … (S137)
Kematian dari Raja Jarashanda akan menjadi awal Rajasunya Yadnya kalian (Pandava) …. (137)
OmNamahSiva
Tidak ada orang lain yang secerdas Raja Sangkuni di seluruh Dinasti Arya ini, Partha. Tetapi sayangnya, dia menggunakan kecerdasannya itu untuk tujuan keegoisannya saja dan bukan untuk kebaikan….. (S138)
Seekor binatang yang dikorbankan selama Yadnya adalah yang pertama diberi makan dengan baik, hanya persembahan yang dilakukan dengan benar bisa dianggap kebajikan … (S138)
Subadra, sama seperti ayahnya, maka anakmu akan menjadi ksatria yang hebat … ketenaran itu akan abadi untuk selamanya … (S139)
Kemandirian tidak pernah membutuhkan ijin dari siapapun, itu ditentukan oleh satu pihak saja…. Dasar sebuah kerajaan adalah kebahagiaan rakyatnya bukan kemakmuran rajanya …. (s139)
Kau tak meminta doa dariKu, Saudara Sisupala … (S140)
Kau terdengar seperti orang yang cerdas, Sisupala. Tapi tidak menghormati orang yang lebih tua darimu, itu sebuah kesalahan … (S140)
Meskipun tahu bahwa itu tindakan yang salah, kenapa kau (Sisupala) lakukan ? Bagaimana nanti, Sisupala kalau waktunya tepat kau lupa menghitung tindakanmu yang salah. Hanya karena batasannya sampai 100 memaksanya sampai 99, itu tidaklah benar, SaudaraKu … (S140)
Tenanglah Sisupala, jangan berjalan dalam kebutaan menuju jalan yang penuh dosa … (S142).
Semoga jiwamu (Sisupala) itu bisa tenang … (S142).
Dosa dan kejahatan adalah bagian dari siklus yang beracun, Pangeran (Duryudhana). Kalau penjahat tidak dihentikan dari perbuatan jahatnya maka dia akan lakukan banyak kejahatan lagi, dia akan terus saja mencemari dirinya sendiri dan dia pun akan kehilangan kendali akan dirinya sendiri. Dia akan terus melakukan kejahatan bahkan tanpa memerlukan alasan. Dengan begitu, seorang anak akan dipaksa untuk berhenti dari memakan segenggam pasir dan dengan begitu sangat penting artinya untuk menghentikan seorang penjahat dari perbuatan jahatnya. Itu bukanlah sebuah hukuman, Pangeran. Tapi simpati. Dan kau tidak perlu merasa khawatir tentang Sisupala, ia telah dibebaskan dari siklusnya yang beracun …. (S142).
Orang yang meludah kelangit akan membuat kotor wajahnya sendiri. Langit tidak memaafkannya tapi menghukumnya dan begitu juga kau tidak bisa memaafkan Pangeran Duryudhana dari kesalahan yang telah ia perbuatan … (S142).
Takdir menentukan sendiri jalannya … kau (Yudhistira) tidak perlu khawatir …. (S142).
Setelah memperhatikan manusia, hati manusia selalu bergerak seperti layangan. Mengikuti angin keinginannya, kalau benang tali pengendalinya lepas atau putus maka hati pun akan hancur dan rusak angin keinginan. Layangan itu pun jadi kacau …. (S144).
Selama benang menjaga layangan tetap terkendali, dia tidak akan menyakiti dirinya. Tapi saat layangan mulai menarik benangnya akhirnya akan ada seseorang terluka, kadang – kadang perbuatan dari orang lain bisa membuat hati orang lain terluka dan dia yang kehilangan kendalinya kecuali di saat seperti ini harus dapat terkendali dan menjaga hatinya tetap stabil. Itulah yang terpenting … (S144).
Sudah Ku katakan, bahwa Aku bisa mengamati sifat seseorang dan memperkirakan tindakannya di masa depan. Tetapi setelah melihat keberhasilan Para Pandava, anak – anak Dhrstrarastra pasti sedang merencanakan sesuatu. Dan disaat seperti ini, kalau kau (Drupadi) tahu apa yang sangat berharga untukmu dan ingin menyelamatkannya kau pasti akan melihat cahaya kebahagiaan di dalam gelapnya penderitaan…. (S144)
Aku harus pergi untuk bisa melindungi Dvaraka, aku baru mendapat kabar bahwa Raja Salva telah pergi bersama pasukannya untuk menyerang Dvaraka. Dia ingin sekali menyerang Dvaraka tapi Aku akan selalu berada bersamamu (Panchali). Benang pengendalimu yang hilang sekali harus ada di tanganmu. Jangan biarkan hatimu hilang. Aku ada disini bersama kalian semua. Kalau hatimu sampai hilang, maka Govindamu ini dan Krshnamu juga akan hilang… (S144).
GovindaSalva
Jangan mainkan, Saudara Yudistira. Kebenaran tidak selalu berdampingan dengan tradisi, karena tidak semua tradisi itu benar. Jangan bermain, kalau tidak benih dari perang besar akan tercipta di dalam istana Hastinapura hari ini … (S152).
Tapi kutukan (Kutukan Bhisma ke Duryudhana) itu memang akan terwujud, Duryudhana. Hanya setelah memohon untuk mati tujuh kali, barulah kau akan mati. Semua ketidakbenaran itu akan menjadi kesakitan dan penderitaan yang membungkus jiwamu pada saat – saat terakhirmu, Duryudhana… (S152).
Maka jadilah seperti itu (Kutukan Drona ke Asvatama). Bau dari jiwamu itu akan muncul ke seluruh tubuhmu. Masyarakat akan mengabaikanmu, tapi Asvatama kau tidak akan pernah bisa mengabaikan hidupmu … (S152).
Keinginan untuk bisa memiliki kebenaran akan mengelilingimu di saat – saat terakhirmu, Raja Karna. Tapi rasa putus asa akan membuat hatimu hancur. Dalam seumur hidupmu akan terlihat sia – sia di saat – saat terakhirmu … (S152).
Govinda-kain
Manusia selalu saja menbuat wanita dilecehkan direndahkan dan dipermalukan. Lihatlah di sekelilingmu sendiri. Lihatlah di seluruh sejarah. Keirihatian para pria, nafsu, kesombongan , kebencian, wanitalah yang merasakan penderitaannya. Karena semua keburukan itu para pria di medan tempur. Tapi para wanita dari kerajaan yang kalahlah yang kemudian mengalami siksaan. Para pria kehilangan harganya saat minum dan berjudi sedangkan wanitanya ditakdirkan untuk kelaparan. Para pria yang kalah atas kesombongannya, membatasi kebebasan para wanita dan bahkan menghancurkan para wanita. Para pria yang kalah dalam kehidupan, mereka meinggalkan semua keluarganya, lalu wanitanya para wanitanya masih tetap saja berjuang untuk memberi makan semua anak – anak mereka. Hitunglah semua penderitaan di alam ini, maka akan terlihat sangat jelas, bahwa dibandingkan para pria justru para wanitalah yang paling menderita. Masyarakat jenis apakah yang sebenarnya kita bangun ? Apakah kita ini jenis manusia yang selalu memanfaatkan manusia sesamanya dan para wanita yang telah dilecehkan itu melahirkan generasi berikutnya dari manusia. Lihatlah alam semesta, semua benih itu telah melahirkan tanaman yang baru di sekitar kelopak bunga yang ada. Mereka dikelilingi warna – warni dan keharuman bunganya. Tempat di mana masa depan berada harusnya dikelilingi hanya oleh keindahan, kebahagiaan, ketenangan dan kehormatan. Bukankah begitu … ? Tapi dengan membuat para wanita menderita, masyarakat telah membuat generasi masa depannya menderita. Penyiksaan, pelecehan, penderitaan, setelah mengalami penyiksaan seperti itu bagaimana bisa para wanita melahirkan keturunan yang bahagia dan tenang. Karena itulah, setiap kali ada wanita yang dipermalukan atau ada wanita yang sudah dilecehkan dan setiap kali ada wanita yang rambutnya sampai ditarik, dalam bentuk apapun kekerasan yang mereka alami benih pertempuran pun akan bersemi. Bagaimana pun nanti perang besar itu akan dimulai, nilailah dirimu sendiri … (S157).
KrshnaSalva
Saat ini aku tidak bisa menerima salammu itu, Pangeran Arjuna. Sampai Drupadi memaafkan kalian semua, Aku tidak akan bisa memaafkan kalian…. (S158).
Dia telah menutup pintu hatinya sendiri, Subadra. Mana mungkin dia akan membuka kamarnya…. (S158).
Panchali, teman adalah tempat kita saling berbagi perasaan. Aku juga ikut berbagi beban itu, temanku. Aku ada disini untuk berbagi beban itu denganmu…. (S158).
Milikilah keyakinanmu dalam persahabatanku, teman (Panchali). Orang yang mandi di sungai akan bersih, tapi tidak membuat air itu menjadi kotor … (S158).
Apapun yang terjadi, teman (Panchali). Memang bukan perbuatanmu. Dan kau pun tidak sedang menuai apa yang kau tabur. Itu adalah sebuah kejadian yang tidak diduga belaka. Para Kurava akan menuai buah akibat tindakannya itu, karena telah berbuat begitu jahat. Ini adalah arti dari prinsip perbuatan. Perbuatan yang baik mengarah ke yang lebih baik, sementara perbuatan buruk mengarah ke perilaku buruk dari yang mereka lakukan. Dan hidup dari orang yang melakukan perbuatan jahat pasti akan menderita … (S158).
Kalau begitu lepaskan beban ini, temanku (Panchali). Apa yang terjadi di Hastinapura bukan karena perbuatanmu. Tapi caramu yang akan mengubah peristiwa berikutnya, tentu akan menjadi perbuatanmu sendiri. Kalau kau isi hatimu dengan itu, dengan penderitaan dan kebencian maka kau juga akan ikut merasakan nerakanya. Lalu kenapa perbuatan mereka itu harus membuatmu merasakan neraka, lepaskan kebencian itu teman. Tenangkan dulu hatimu. Sungai yang menampung kotoran yang dilemparkan kedalamnya kemudian menuangkan semua itu ke laut, dia membersihkan dirinya dengan cara seperti itu. Kau juga, tumpahkan semua bebanmu ke tangan Sang Kuasa, Sang Kuasa selalu siap menampung seluruh beban yang ada di seluruh dunia ini … (S158)
Maafkan mereka (Pandava), kalau tidak dendam yang akan menghancurkanmu kau tidak akan bisa mempertahankan keadilan. Dendam, perbuatan jahat. Keadilan, perbuatan baik…. Kalau mereka memperlakukan ratu yang berkuasa atas daerah Arya dengan cara yang jahat seperti itu, apa yang akan mereka lakukan nanti pada wanita biasa di dunia ini. Pikirkan itu, teman…. (S158)
Coba kau gambarkan penderitaan yang ada di duniamu itu, ubahlan penderitaan menjadi perjuangan. Mengertilah ini, temanku. Dia yang membiarkan dirinya sendiri termakan penderitaan, dia pun akan menjadi lemah. Tetapi sebaliknya, justru menganggap penderitaan orang lain sebagai penderitaannya, maka dia akan menjadi sangat kuat. Memikirkan semata – mata hanya penderitaan sendiri itu tidak benar. Tetapi mencari solusi untuk masalah di dunia, itu yang terbaik. .. (S158)
Aku meminta padamu (Drupadi), mulailah pertama – tama dengan Duryudhana. Dan maafkanlah dia. Itu akan menjadi langkah pertama baginya menuju kehancuran. Kau harus bisa mencari cara untuk membersihkan dunia dari orang jahat seperti Duryudhana termasuk yang sama sepertinya, bukan hanya untuk dirimu sendiri tapi untuk dunia ini. Kau harus berjuang demi kesejahteraan pria dan wanita yang lemah dari seluruh masyarakatmu. Dalam perjuangan demi kemanusiaan ini, akan ada banyak sekali pertumpahan darah. Tapi itu perang akan kebenaran. Jadi, bisa kau lakukan ini ?…. (S158)
Jangan sia – siakan kemampuanmu, dengan menghukum dirimu seperti ini, Yudhistira. Mereka yang menjadi penyebab semua ini haruslah mendapatkan hukuman yang pantas. Mereka yang sudah mencoba melecehkan harga diri temanku, kalau istri dari kelima Pandava bisa diperlakukan seperti ini. Maka bisa lebih buruk bagi wanita biasa yang dilakukan di kerajaan Duryudhana. Pikirkan itu … (S159)
Keadilan dan perlindungan, itu dua tanggung jawabmu yang paling penting, Yudhistira. Bukan untuk balas dendam, tapi kau harus lakukan pertempuran untuk hal yang paling utama … (S159)
Semoga kalian berhasil, para putra Pandhu, sampai tiga belas tahun kalian harus siap untuk berperang. Arjuna seperti pula Trisula Devi Dhurga dan seperti juga senjata empat wajah Deva Brahma seperti itulah hancurnya senjata dari Mahadeva. Dalam pertempuran, kalau kau menghadapi keadaan itu dimana kau harus menghadapi sebuah kekuatan yang ternyata jauh dari kemampuanmu maka kau akan membutuhkan senjata dari Mahadeva. Karena itulah, pergilah ke Kailash berlatihlah dengan keras untuk menyenangkan Mahadeva, dan dapatkan senjata dariNya. … (s159).
Saudara Bheema, ilmu dari kekuatan fisik. tidak ada seorang pun yang mengenalnya lebih baik daripada Hanuman. Karena itulah kau akan pergi ke Gunung GandaMandana dan di dekat Gua milik Hanuman kau akan jalani hukuman demi Hanuman, dapatkan kekuatan dariNya … (s159).
Naakula, Saadeva, kalian harus mendapatkan kebajikan dari Deva Asvita supaya waktunya tiba kalian bisa melindungi pasukan kalian sendiri … (S159)
Yudhistira, kau tahu benar bahwa kebenaran berdasarkan pada kemenangan dan dasar kebenaran itu adalah menjadi petapa termasuk juga kebenaran tertinggi. Karena itu, kau dan Panchali untuk tiga belas tahun kemudian akan menjadi petapa dan mengumpulkan kebaikan … (s159).
Mendapatkan sesuatu bukan kemenangan, dan kehilangan sesuatu bukanlah kekalahan, itu dampak dari waktu, Subadra. Perubahan adalah satu – satunya hal yang terus ada dalam kehidupan… (s159).
Kalau sesuatu bisa membuat manusia begitu takut, maka diapun sudah dikalahkan. Dan meski kehilangan sesuatu mereka yang tenang dan siaplah yang akan jadi pemenang. Waktu pasti akan berubah nanti, Subadra. Mereka yang tidak benar pasti akan dihukum dan bendera kebenaran pasti akan berkibar. Ini bukan keberangkatan dari prajurit yang kalah perang, tapi awal dari perjalanan kemenangan para Pandava. Perjuangan selama tiga belas tahun ini pasti akan membawa mereka pada kemenangan … (S160).
Bantuan, ini adalah kebiasaanmu, Teman (Drupadi). Setiap Aku mengunjungimu, kau selalu membuatku harus melakukan satu atau dua hal … (S162).
Untuk membuat Maharsi itu mengerti kondisi kita, itu adalah masalah yang besar. Masih ada sebutir beras disini, tapi padi ini saja tidak akan membuat kenyang Rsi itu. Benar kan ? … menyimpan beras ini tidak ada gunanya untuk mereka, biar untukKu saja… (S162).
Hal yang paling sulit dilakukan manusia adalah untuk tetap tersembunyi. Karena untuk bisa melakukan itu orang itu harus bisa membuang dulu kesombongan dirinya, dan melupakan semua kemampuannya, menghargai orang lain, menjaga posisinya dan bisa bisa menerima kehadiran orang lain. Kalau keluarga dan teman penuh dengan kesombongan maka tidak seorang pun dari kalian yang akan lupa siapa kalian. Dan kalau nanti menantang arogansimu maka kau pun akan langsung marah dan menunjukkan siapa sebenarnya dirimu. Kau harus memilih sebuah tempat dimana tidak seorang pun yang akan mengenalmu. Tempat dimana kau akan mendapat cinta tapi tak kan terhubung dengan hal apapun. Kalau seseorang menghinamu, kau harus bisa memaafkan orang itu … Di daerah Arya yang luas ini, pasti ada seseorang Raja yang belum kenal dengan kalian… Hanya ada di kerajaan Matsya, kerajaan Wirata saja kalian bisa menjalani hidup yang tersembunyi dengan sangat baik … (S163).
Arjuna punya keinginan yang sangat kuat, karena itulah dia akan berhasil dalam meditasi yang paling sulit sekalipun … (S163).
Kenikmatan dan kepuasan bukan disini tempatnya, Raja Gandhara. Tapi kemanapun kami pergi. Kami berdua selalu berjalan di jalan kemenangan. Mengarah pada perjuangan. Itulah kepuasan dari perdamaian … (s173)
Apakah persahabatanmu itu hanya ada saat kau sedang kesulitan, Raja Gandhara. Tapi kau jangan kawatir, kau tidak perlu takut terhadap hal ini karena pada saat ini tidak ada alasan bagi kalian untuk khawatir. Seorang anak dari darah bangsawan senang berusaha menembus CakraVyuha ini. Dia adalah putra dari Arjuna dan Subadra, Raja Gandhara. Dia dilahirkan dengan kemampuan yang setara dengan Arjuna. Bahkan di usia dininya dia mampu menembus CakraVyuha yang dibuat oleh pasukan Narayani sehingga mencapai pusatnya. Namanya adalah Abimanyu … (s173).
Di starplus, Duryudhana, Sangkuni, Dursasana lebih dulu melihat Abimanyu daripada Arjuna
Apa kau mau jadi prajurit hebat. Kami sedang ada tamu saat ini. Bisa kau tidak sombong dan pamer keterampilan. Tamu – tamu kita ini merasa takut, Nak (Abimanyu) … (s173).
Apakah bila ada yang tidak memukul dan menyakiti orang lain bisa disebut sedang latihan ?. Saat ini Guru sedang menghukum muridnya, Guru sedang mengajar muridnya seni akan pertempuran tapi muridnya lebih pintar dalam permainan dadu …… ini kelanjutannya. Tiga belas tahun yang lalu kau yang sudah memulai permainan ini, Raja Gandhara. Dan ketika permainan itu sudah dimulai maka haruslah ada akhirnya. Ketika satu tim punya strategi dalam permainan, maka tim lain pasti punya strategi yang dianggapnya lebih baik. Sekarang saatnya Pandava melancarkan strategi mereka, Raja Gandhara… (s173).
Kau melucuti pakaian seorang wanita di ruang perjudian, apa itu tidak cukup membuktikan kesalahanmu, Duryudhana … (S174).
Bagaimana Aku bisa membujukNya, Dia (Balarama) juga mengatakan hal yang benar. Kecongkakan selalu membuat orang melakukan tindakan yang buruk. Itu memang benar, sekarang Akupun bahkan terikat pada keputusan KakakKu, Partha. Mulai sekarang kami tidak akan bisa lagi memihak pada Pandava ……. (s174).
Ketika sungai bertemu dengan air terjun, riaknya terasa lebih bergemuruh. Begitu juga masyarakat menepak jalan tidak bermoral, negara seakan tercemar akan ketidakadilan … (S175).
Apakah Yudhistira yang harus disalahkan, ataukah Duryudhana yang harus disalahkan ? Tindakanlah yang harus disalahkan, sesorang yang dipengaruhi kedengkian senantiasa selalu menanamkan bibit kejahatan. Pada dasarnya ini adalah kebutaan dari tradisi. Dan tidak seorang pun membenarkan akan hal itu. Ketika seorang manusia memegang teguh sumpah dan janjinya, itu bukan hal yang mudah kan. Tapi bila berpegang teguh pada prinsipnya sendiri, apakah bijaksana ? Hal yang sama terjadi pada ruang perjudian itu. Bhisma yang Agung, Guru Drona, Perdana Menteri Vidura, saudara tertua Pandava, Yudhistira, semuanya terikat oleh kata – kata mereka dan tetap buta oleh karena ada tradisi. Demi untuk memegang teguh sumpah dan janji – janji mereka, demi untuk memegang prinsip mereka. Andai saja salah satu dari mereka, bersedia melanggar sumpah itu, Drupadi pasti tidak akan menghadapi peristiwa memalukan itu. Kebenaran itu seperti pohon Kak (Balarama), sumpah dan janji – janji adalah cabangnya. Dan akar pohon adalah kasih sayangnya. Cabangnya tidak perlu terlalu kuat, tetapi akarnya yang harus diperkuat. Demi menolong dan membebaskan penderitaan orang lain, seseorang rela melanggar sumpahnya, maka itu pilihan yang tepat. Tapi disini pada saat ini nilai kasih sayang telah hilang di hati Bangsa Arya bahkan di seluruh negeri. Penderitaan l;ahir karena adanya kasih sayang yang hilang. Dan penderitaan orang – orang yang tak bersalah seperti yang kita saksikan tadi adalah salah satu pengakuan dari masyarakat kita. Ketika tidak ada kasih sayang pada masyarakat, tidak ada ikatan satu sama lain, Kak. Mereka hanya akan mementingkan diri mereka sendiri, penderitaan yang sedang dialami orang rakyat Dvaraka itu sama halnya dengan penderitaan seluruh bangsa Arya. Cabang – cabang pohon yang mulai rapuh berlubang mengering dan menjadi layu begitu halnya dengan kebenaran pada saat ini yang telah lunglai tidak bernyawa. Inilah saatnya hidupkan kembali kebenaran, Kak. Sekali lagi seluruh masyarakat harus dibuat sadar akan kebenaran…. (S175)
Perang memang harus terjadi, Kak (Balarama). Ketika kasih sayang hancur dalam suatu masyarakat, maka mereka sendiri yang akan memutuskan perang. Kurava dan juga Pandava mereka pun adalah keluarga. Seperti sebuah sungai yang memiliki muaranya tapi banjir tidak punya muara. Kita tidak boleh hanya jadi penonton dalam perang ini. Kita harus ikut berjuang atas nama seseorang dan kebenaran… (s175).
Partha, kenapa kau duduk di lantai, Aku ini adalah temanmu …. Selamat datang Duryudhana, Aku tidak melihatmu duduk di atasKu … maafkan Aku …. (S175).
Sirpak adalah minuman susu sapi khas Dvaraka, apa kau (Duryudhana) mau minum. Kau tidak akan menemukannya di manapun … (S175).
Mungkin KakakKu (Balarama) itu salah mengertikan kata-kataKu. Aku katakan padaNya siapapun yang muncul pertama kali di hadapanKu, maka akan aku turuti segala permintaannya. Partha, silahkan bicara lebih dulu … (S175).
Dia (Arjuna) mengambil tempat duduk dimana Aku bisa melihatnya lebih dulu. Dan ini kesalahan karena mata kita ditempatkan di bagian depan kepala. Seseorang yang duduk di belakang tidak bisa dikatakan datang lebih dulu…. (s176).
Kesombongan selalu mencari posisi yang lebih tinggi, Duryudhana. Sementara kasih sayang akan mencari posisi yang tepat. Aku tidak melanggar janjiKu sendiri … (s176).
TemanKu datang dengan sebuah permintaan sedangkan kau (Duryudhana) datang dengan sebuah rencana. TemanKu punya pengabdian dalam hatinya sementara kau punya politik di dalam dirimu. Teman datang mencari pemberian, sementara kau datang mencari dukungan. Kalau ingin mendapat kesempatan untuk dapat pemberian, maka dia akan lebih mendahulukan pemberinya lebih dulu. Tidak ada tanggung jawab yang lebih penting selain daripada memberi di dunia ini … (S176).
Aku hanya benar – benar berpihak hanya pada Dia yang mengabaikan dunia ini dan memilihku. Tapi KakakKu sudah memerintahKu, jadi Aku tidak boleh berpihak pada saat ini …. (s176).
Sebelum meminta apapun dengarkanlah keputusanKu ini. Dalam perang ini Aku dan pasukanku tidak akan bertempur dari sisi yang sama. Pasukanku akan berhadapan denganKu di medan tempur. Pasukan Narayani di Dvaraka tidak seperti pasukan lain di dunia ini. Setiap prajurit dari pasukan Aksauhini ini, cara bertempur mereka seperti Sang Maha Ratih. Dia bisa menggunakan semua senjata yang dikenal di dunia ini. Mengalahkan pasukan tersebut nyaris tidak akan mungkin … (s176).
Kesaktian dan kekuatan dari Cakra Sudarsana dan Bajra Indra hanya bisa ditandingi oleh senjata Sang Maha Deva saja. Ledakan senjata itu bukan hanya membuat manusia takut, tapi juga membuat para Deva gentar. Kekuatan dari pengetahuanKu, kekuatan dari karakterKu, energi dan bahkan jiwaKu pun ada di senjata itu. Saat Aku menggunakan senjataKu, Cakra Sudarsana, akan terjadi kehancuran. Kebenaran dan kebohongan, keadilan dan ketidakadilan, yang lemah dan yang kuat, semua pasti akan hancur. Dalam keadaan itu kehadiran atas perang itu sendiri tidak ada bedanya, Duryudhana. Karena itulah, Aku sudah mengambil keputusan bahwa Aku tidak akan menggunakan senjata dalam perang. Di satu tanganku ada pasukan tangguh yaitu pasukan Narayani Aksauhini, sedangkan di tangan lainnya ada Aku sendirian tanpa senjata. Sekarang keputusannya ada pada kalian. Katakan Partha, mana yang kau inginkan. Tentukan pilihanmu, Partha … (s176).
Noda, waktu Aku kecil dulu, Ibu Yasoda memanggilku Kala atau hitam, bagaimana bisa orang yang hitam terkena noda…. (S176).
Pilihan mendasar dari beberapa manusia sering kali mencari yang lebih menguntungkan, sedangkan pilihan manusia yang lainnya adalah keinginan alami mereka…. (s176).
Yang pertama memilih adalah temanKu. Kau berhak mendapatkan ini, Partha. Mengabaikan hak orang lain bukanlah keberanian …. (S176).
KakakKu sudah berkata, bahwa baik Aku, Dia ataupun pasukan kami tidak akan bertempur atas nama Pandava. Kata – kata itu jadi tidak sia – sia …. (s176).
Sekarang kita lihat, siapa yang mendapat apa di dalam pertempuran ini … (s176).
Aku tidak bisa mengharapkan kemenanganmu, SaudaraKu (Duryudhana). Aku adalah lawanmu sekarang, maafkan Aku… (S177).
Kalau kau sudah punya Bhisma yang berada di pihakmu, sebenarnya kau tidak butuh pasukan Narayani, Raja Gandhara. Tapi setelah Bhisma yang agung terbunuh, siapakah yang akan memimpin pasukan Narayani nanti sebagai panglimanya ? … (S177).
SaudaraKu (Duryudhana), hasil dari peperangan tidak bisa ditentukan sama seperti permainan dadu. Bahkan Bhisma yang agung pun bisa mati … (s177).
Rama saat itu bersembunyi di balik pohon, saat dia menyerang Subali Si Raja Kera, kau lupa itu, Raja Gandhara. Dan demi untuk menghabisi Rahvana, adiknya Wibisana pun mencari bantuan. Jika kebenaran adalah inti dari penghianatan, maka penghianatan pun bisa jadi kebenaran, Raja Gandhara … (S177).
Dalam perang ini para Pandava akan muncul sebagai pemenang dengan cara apapun yang ada … (S177).
Bhisma yang Agung, Guru Drona dan Raja Angga, Karna, mereka juga akan terbunuh seperti takdirnya. Jika ada cara untuk bisa mengamankan mereka bertiga, silahkan kau (Sangkuni) cari … (S177).
Dengar, Abimanyu. Apakah kau bisa melihat gerbang menuju ke Virata dari sini ? TIdak lama lagi pasukan yang tangguh dari Pandava akan keluar dari sana. Kemudian bergerak menuju ke kerajaan Kuru. Pada saat itu, kereta kuda di belakang panglimanya adalah kau, Abimanyu…. (S177).
Seseorang yang tidak menggunakan senjatanya, tidak bisa menjadi panglima pasukan … *(s177).
Siapapun panglimanya tidak masalah, tapi untuk pemimpinnya adalah kau (Abimanyu) sendiri. Tugasmu untuk memimpin perang ini dari kemungkinan kalah menjadi harapan untuk menang akan dilakukan olehmu. Aku harap tanggung jawab yang sebesar itu, tidak membuatmu untuk takut … (s177).
Perang ini akan membuka era baru, era yang lama akan berakhir saat Bhisma Yang Agung terbunuh dan era yang baru akan dimulai karena keberanianmu (Abimanyu) … (s177).
Yang Mulia Ratu Sudesna, bahkan di seluruh wilayah Arya pun, kau tidak menemukan seorang pemuda yang layak untuk tuan putri yang cantik … (S178).
Menurut kesejajaran benda – benda di langit, kita punya waktu sebelum perang dimulai. Kita punya waktu masih empat bulan lagi, Ratu Sudesna … (S178).
Untuk apa mengatur Swayemwar, disini sudah ada Uttari dan pengantin prianya (Abimanyu)…. selesai, itulah Svayemwar … (s178).
Raja Virata, jika kau setuju maka Uttari dan Abimanyu akan nikah lebih awal. Dalam darah Abimanyu mengalir darah Kuru dan Yadava, di dalam darah Uttari mengalir darah Dinasti Matsya yang Agung. Pernikahan yang mereka nanti, akan menggabungkan tiga dinasti yang besar, Yang Mulia Raja … (S178).
Yang Mulia Ratu Sudesna, apakah kau yakin bahwa kau bisa menentukan masa depan Uttari sesuai dengan rencanamu ? Apakah kau punya hak atas waktu … (s178).
Aku juga tidak punya hak atas waktu, tapi Aku yakin bahwa itu akan tepat pada waktunya … Aku berani berjanji, Uttari pasti akan melahirkan kaisar tertinggi dari seluruh bangsa. Abimanyu akan menjadi salah satu yang mengantarnya ke era baru. Dan putra Abimanyu nanti akan memulai tahap pertama dalam perubahan ini. Sedangkan putrimu, Uttari, akan membawa seluruh wilayah Arya jauh dari perang menuju kedamaian dan ketenangan …. (S178).
Dalam pertempuran ini, Bheema dan Arjuna harus memenuhi sumpah mereka. Mereka yang berdosa harus dihukum. Kebenaran yang harus menang… (S180).
Siapa yang bisa tahu apa hasilnya dari sebuah pertempuran ? … (S180)
Kesedihan dari masa depan akan menghancurkan kebahagiaan saat ini. Kebahagiaan masa depan tidak akan bisa menghapus kesedihan masa kini. Jangan coba untuk mengetahui masa depan, temanku (Drupadi). Itu tidak akan membantumu. Belajarlah untuk hidup di masa sekarang, lakukan tanggung jawabmu. Jangan pernah mencoba mengetahui rencana Maha Kuasa di masa depan … (S180).
Perang selalu akan membawa kehancuran, Panchali. Hasil nya adalah beban dan penderitaan yang lahir di medan perang. Bagaimana kau bisa berpikir ada kebahagiaan untukmu didalamnya ? … (S181).
Selain dari kelima suamimu (Panchali), seluruh keturunan Raja Santanu akan hancur. Seluruh dinasti akan musnah dalam perang ini … (S181)
Tidak ada waktu dalam kehidupan manusia yang tidak mengarah menuju pada kematian. Kenyataannya adalah semua aktivitasnya akan berujung pada kematian. Apakah daun – daun yang lahir di musim semi tidak akan mengering dan jatuh di musim gugur. Dengan kelahirannya yang menyerap sinar matahari, dan kemudian menciptakan irama lalu menari diiringi hembusan angin, apa itu tidak berharga. Ketika badai mengguncang setiap daun di pohon, maka pohon itu mencoba untuk bertahan pada rantingnya dan ketika daun – daunnya mulai menguning, mereka pun akan rontok dengan sendirinya. Penciptaan ini juga sama seperti pohon besar itu, dan setiap manusia setiap hewan dan juga tumbuhan ibarat daun – daun tersebut yang tumbuh kemudian jatuh dari ranting pohon. Mereka sudah pasti mati tapi selama melekat di pohon sangat penting bagi mereka untuk mengalami perjuangan dan perdamaian … (S181).
Kapan Aku pernah berkata bahwa kau (Panchali) akan bahagia setelah perang ini. Kapan Kusarankan melakukan balas dendam mengembalikan kehormatan dan kekuasaanmu. Perang ini adalah untuk kebahagiaan manusia belaka. Untuk mengakhiri kejahatan dan untuk membangun kebenaran lagi kita harus berjuang dalam perang ini … (S181).
Dalam masyarakat manusia harus mematuhi aturan, cita – cita dan kebenaran. Ketiga hal tersebut ibarat istana pasir yang dibangun di tepi pantai. Gelombang waktu akan terus berusaha merobohkan mereka. Mereka perlu harus dibangun lagi dan lagi. Sebaliknya, aturan, cita – cita dan kebenaran bisa dengan mudah dimusnahkan. Yang Maha Kuasa akan memberi sedikit kekuatan untuk manusia bisa membangun kembali kebenaran ini. Dan bahkan setelah mengorbankan segala yang mereka miliki, orang – orang yang mempunyai kekuatan untuk ini akan rela berjuang demi kebenaran. Untuk itulah Raja Dewa Rama dan Parasurama atau juga termasuk Deva Vishnu akan datang ke dunia untuk menolong mereka yang berjuang teguh menegakkan kebenaran. Kau (Panchali) harus memahami itu, berjuanglah untuk kebenaran saja. Ini bukanlah tugas tapi keputusan dan juga sumpah. Demikian pula untukmu, Teman. Perang ini juga bukan tugas, ini adalah sumpah yang diambil demi manusia. Kau bisa saja melanggar sumpah ini kapan pun kau mau. Kau mungkin hanya diberkati dengan kebahagiaan anak – anak, suami dan juga cucu. Tapi seperti juga jutaan manusia lainnya, kau juga akan mati seiring berjalannya waktu, Teman. Hidupmu akan menjadi tidak berharga, bila kau tidak melakukan yang terbaik selama kau masih hidup. Yang Maha Kuasa telah memberi kekuatan untukmu, jangan hal itu menjadi hal yang sia – sia pada akhirnya. Keputusan ada di tanganmu sendiri … (s181)
KrshnaPanchali
Antara dosa dan kebaikan ibarat seperti membuat kalung mutiara. Bagaimana mutiara pertama dirangkai lalu yang kedua dan yang ketiga lalu seterusnya. Demikian pula adanya satu perbuatan baik berdampak ke yang lainnya dan satu dosa pun berdampak ke yang lainnya. Penyebab dari dosa adalah kesombongan seseorang. Seseorang dapat menghindari dirinya dari perbuatan dosa hanya saat dia melihat hukumannya. Tapi kadang kala dia dibutakan kesombongannya. Kebiasaan untuk berbuat zalim dan jahat akan membuatnya semakin sering melakukannya itu. Tindakan berbahaya dan perbuatan tidak adil masih bisa ditoleransi, itu juga termasuk kejahatan yang masih bisa diampuni dalam lingkungan masyarakat itu. Itu hukuman yang dapat langsung diputuskan oleh mereka, masyarakat itu yang memutuskan hukumannya. Tetapi dalam tatanan masyarakat ini hukuman atas sebuah kesalahan/kejahatan diputuskan oleh orang yang paling kuat … (S184)
Prativinda, setelah kematian dari putra pertama mereka. Kebahagiaan hidup dari Devaki dan Basudeva telah dirampas oleh Kamsa. Kebenarannya adalah anak – anak mereka tidak dikorbankan, Nak. Dalam perang melawan kekejaman mereka adalah pejuang yang pemberani. Kebahagiaan hidup dari orang tuaku telah dikorbankan … (S184).
Sutakama, apakah kau tahu batasan dari pengorbanan bagi orang – orang yang mencoba untuk membangun kebenaran ?. Batasan dosa dari orang – orang berdosa adalah akhir dari pengorbanan mereka. Dengan kata lain, sampai orang – orang berdosa dan dosa – dosa mereka diampuni, pengorbanan harus dilakukan oleh orang – orang yang membela kebenaran. Itu tidak dapat dipungkiri kan, Teman (Panchali) … (S184).
Untuk menetapkan kesejatian dari Deva Vishnu, maka Yogi Maya terus mewujudkan dirinya. Kadang – kadang dalam bentuk kekuasaan, kadang – kadang pengabdian, kadang – kadang sebagai sebuah pribadi… (S184).
Sutasoma, makhluk yang lahir sebagai manusia biasa tidak akan bisa melakukan keajaiban. Orang yang lahir dari rahim seorang wanita, maka dia pasti terikat oleh aturan dari dunia fana. Kelahiran, usia, tua, penyakit, kematian tidak akan pernah bisa dia lepaskan .. (S185).
Keajaiban yang satu ini dilakukan oleh Deva … Ketika orang dengan segenap ketulusan jiwa dan raganya mau menghapus kejahatan dan membangun tatanan hidup yang baik dan benar, aib dan dosa dalam dirinya bisa diperangi maka Deva pun akan melakukan keajaiban untuk melindungi moral dan menetapkan kesejatiannya .. (S185)
Ketika seseorang berserah dan membuang keegoisannya dan segala dosanya dan dia pun sudah siap untuk mengorbankan segala miliknya, maka seluruh makhluk ciptaan akan diberkahi dengan karunia. Dan pengorbanan yang seperti itu telah dilakukan oleh IbuKu, Devaki. Dan keajaiban pun terjadi di penjara itu, Nak. Ini adalah keseimbangan penciptaan, tapi Deva hanya melakukan keajaiban ketika ada manusia yang melawan hukum alam namun kesejatian yang sebenarnya ada di dalam hati. Sehingga manusia jangan pernah menyerah untuk berjuang, setiap kali seseorang berjuang untuk menghindari dosa bahkan dalam bentuk perjuangan sekecil apapun. Maka Deva akan melakukan keajaiban untuk melindunginya. Bahkan saat permainan dadu, Pandava banyak sekali mendapat ketidakadilan, tetapi mereka tidak pernah punya niat untuk melawan hukum. Bahkan setelah begitu banyak penghinaan, rasa sakit dan penindasan, Ibumu tidak pernah menerima kekalahan itu. Itu sebabnya Deva menunjukkan keajaibannya. Artinya, kalau kalian ingin mencari bantuan dari alam semesta ini dan juga para Deva maka pertama – tama berserahlah dan jauhi keegoisan dari segala dosa. Belajar tetap tegar di segala keadaan … (S185).
Faktanya adalah tidak ada yang namanya kekuatan khusus. Yang Maha Kuasa hanya menganugrahiKu saja. Deva tidak pernah membedakan ciptaanNya. Setiap orang lahir dengan kekuatan yang diperlukan olehnya. Alasan seperti ketakutan, permusuhan dan keserakahan menghentikan seseorang untuk mencoba dan berusaha. Dan orang yang tidak mau mencoba tidak akan pernah berhasil … (S186).
Hidup ini memang penuh resiko. Setiap kali kita berusaha, maka kemungkinan untuk berhasil atau gagal terbagi dalam takaran yang sama. Tetapi kalau kita tidak pernah berusaha maka kemungkinan untuk gagal itu sudah pasti. Bangkit melawan kekejaman, ketidakadilan maka seseorang hanya akan dapat mengakibatkan satu dampak saja. Dan dampak terburuknya adalah kematian. Tapi ketika kita memutuskan melakukan sebuah upaya rasa takut dan rasa sayang akan mengakibatkan dua jenis bahaya. Jiwa kita pasti akan lunglai ketika tirani ketidakadilan menyelimuti kita….. .. (S186).
Semua ketidakadilan yang terjadi di dunia, semata – mata disebabkan karena lahirnya rasa ketakutan yang ada pada seseorang akan sesuatu. Aku tidak bermaksud menentang rasa pemujaan pada Deva Indra, tapi Dia mendapat pemujaan semata – mata karena rasa takut. Bahkan sebenarnya tidak ada seorang pun yang memuja Deva Indra. Semua orang waktu itu hanya memuja ketakutan dalam hati mereka … (S188).
Karena tidak ada musuh yang lebih besar di dunia selain daripada rasa takut, kau lebih tahu dampak dari rasa takut itu. Agar terhindar dari rasa takut, manusia banyak menerima ketidakadilan. Itu adalah awal dari lahirnya kejahatan dan bila rasa takut pada pikiran manusia ditambah dengan rasa khawatir dan perlawanan, maka manusia akan kehilangan akal sehatnya. Pikiran dan jiwanya akan hancur, karena ketakutan pikiran manusia pun dipenuhi akan kepahitan. Seluruh hidupnya akan merasakan kepahitan itu. Kebahagiaan hidup akan sirna … (s188).
Sat Cit Anan, adalah titisan dari Yang Maha Kuasa, seharusnya ketakutan manusia adalah berpusat pada Yang Maha Kuasa … (S188).
Tidak ada kekuatan yang begitu besar yang tidak bisa kita kalahkan, dan tidak ada ketidakadilan yang besar yang juga tidak bisa kita hancurkan. Karena ketidakadilan yang kecil pun dengan berlalunya waktu dapat berubah menjadi bencana besar…. (S188).
Rasa gelisah mungkin saja ada. Alasan bagi kematian untuk memberikan kehidupan adalah saat kau berani berjuang meskipun itu ternyata sangat menyakitkan dan itu menjadi alasan bagi anak cucumu nanti. Tapi ada satu kebenaran, manusia seringkali lupa bahwa setiap partikel dari ciptaan merupakan bagian dari Yang Maha Kuasa sendiri. Itulah sebabnya mereka seharusnya tetap terhubung. Seperti cara bunya menyebarkan aromanya di seluruh ruangan. Bau – bauan busuk pun menggunakan cara yang memang kurang lebih sama. Kebahagiaan dan kesedihan manusia bisa mempengaruhi dunia ini. Kebahagiaan seseorang juga bisa membuat bahagia orang lain di sekitarnya. Kesedihan seseorang pun bisa pula membuat sedih orang lain di sekitarnya .. (s190).
Ciptaan Yang Maha Kuasa, saat kekhawatiran mereka meningkat mereka bisa merusak hal lainnya. Karena ulah Kamsa, seluruh masyarakat Yadava penuh dengan rasa kesedihan. Karena Jarashanda, seluruh daerah Arya harus menyaksikan kehancuran kebenaran. Dan sekarang karena ulah Duryudhana seluruh Kerajaan Kuru tidak akan bahagia.. Masyarakat telah dimanfaatkan dan disiksa… (S190)
Dengar, ketika ketidakbahagiaan meningkat di dunia, sangat sedikit orang yang mengalami suka cita, karena banyaknya orang yang mengalami duka, akibatnya masyarakat pun menjadi korban. Pada saat seperti itu, mengobati penyakit itu menjadi hal yang wajib. Mengorbankan diri untuk mengakhiri semua ketidakbenaran itu , itupun menjadi wajib. Pada saat seperti itulah yang namanya hubungan dan juga rasa cinta tidak akan ada artinya. Begitu juga keegoisan yang tidak akan mungkin bisa dinikmati siapapun. Keadaan itulah yang sekarang kalian hadapi, seluruh Keluarga Raja Pandhu harus berkorban terus atau menerima kekejaman dari anak – anak Raja Hastinapura, Raja Dhrastrarastra. Keputusan ada pada kalian semua. Sebuah pohon tidak akan diketahui rasa buahnya, demikian pula tidak satupun dari kalian akan menikmati manfaat pengorbanan ini. Lihatlah kedalam hatimu sendiri, apa kau punya kasih sayang yang dibutuhkan, apa jiwamu memiliki kebenaran yang diperlukan untuk mengambil keputusan, mengorbankan diri sendiri demi kesejahteraan masyarakat. Yang kalian butuhkan adalah merenungkannya disini. .. .(s190)
Seseorang mungkin akan membuka atau menutup matanya. Tapi ketika matahari terbit dia akan tetap bisa melihat sinar itu meski menutup mata. Demikian pula bila nanti dia melakukan tanggung jawabnya atau tidak, dia akan tetap tahu semua tanggung jawabnya. Aku sangat yakin bahwa saudara Yudhistira sudah menyadari kewajibannya … (S190)
Mencoba berdamai sebelum berperang adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari … (S191).
Tidak teman (Panchali). Keputusan untuk berperang tidak dibuat hanya untuk balas dendam atau hanya untuk membuktian kesucian seseorang kepada orang lain. Keputusan untuk berperang dapat dibuat hanya untuk keadilan .. .(S191).
Jika kau (Panchali) menuntut keadilanmu maka kau akan mendapatkannya. Itulah kata – kataKu … (S191).
Perang pasti akan terjadi … (S191).
Yang Mulia (Dhrstrarastra), dengan mendengarkan lagu dari serulingku semua sapi dari Yadava bisa menghasilkan lebih banyak susu. Tapi para keledai hanya mendengarkannya saja. Manfaat sebuah lagu hanya terletak pada pendengarnya, Yang Mulia .. (S191).
Hanya ada satu jalan untuk bisa hidup, Yang Mulia Ratu (Gandhari), karena pikiran dari seseorang hanya bisa menentukan jalan damai atau konflik. Tapi aku ingin sekali meyakinkanmu bahwa Aku bersungguh – sungguh kali ini untuk bisa menghindari konflik .. (S191).
Aku disini dengan tawaran damai, Aku disini tidak untuk tinggal. Aku tidak bisa tinggal di istanamu (Duryudhana)…. Jika kedamaian adalah yang kau inginkan, maka kau bisa minta padaku, Paman (Sangkuni), bukan yang lain. Aku akan tinggal di tempat Perdana Menteri Vidura…. (S192)
Aku terkesan dengan cara memanahmu (Karna). Seperti Deva Kartike dan juga Deva Ganesha, kau dan Arjuna membawa kebanggaan pada bangsa Arya. Jika kalian membentuk sebuah kesatuan, maka pemerintahan yang benar akan menang diatas segala bangsa … (s192).
Tidakkah tawaran perdamaian ini bisa membuatmu bahagia, Raja Angga … (S192).
Aku bisa lihat kau membicarakan kebenaran, Raja Angga. Tapi kenapa kau menekankan pada perangnya ?…. (S192).
Kenapa begitu Bibi (Kunti), Aku kan sangat suka akan manisan … (s192).
Harus ada yang merasaakan kebahagiaannya (keadaan peperangan), Bi (Kunti). Meski itu tidak pernah dicapainya. Dia yang hanya mencari kebahagiaan materialisme jarang sekali menemukan kebahagiaan itu. Dia yang kebahagiaannya ada pada kekuasaan dan kekayaan akan mengundang kehancuran bagi dirinya sendiri. Dinasti Kuru memang sudah ditakdirkan untuk hancur. Yang Mulia Raja Dhrstrarastra tidak pernah mengerti apa arti kebahagiaan sejati. Begitu pula anak – anaknya. Mencari kebahagiaan dalam kekuasaan, dalam kekayaan dan juga arogansi mereka … tentu saja mereka bisa diselamatkan, keadilan dan kebenaran harus terungkap. Unsur – unsur yang harus dihancurkan akan hancur, mereka yang harus diselamatkan harus tetap selamat. Itu sebabnya Aku pernah mengatakan bahwa kebahagiaan itu perlu dipahami dan bukan direbut …. (S192).
Besok, di pengadilan semua orang akan dihargai menurut pandangan yang mereka miliki sendiri…. (S192).
Yang Mulia (Dhrstrarastra), kembalikan kerajaan Para Pandava kepada mereka dan buatlah anak – anakmu siap untuk bertobat dan menerima hukuman. Aku janji mereka tidak akan kehilangan nyawanya, tapi mereka harus menghilangkan semua keangkuhan mereka. Jika ini bisa diterima, maka pertempuran bisa dihindari … (s192).
Setiap orang memiliki hak untuk melawan ketidakadilan, Pangeran Duryudhana. Hanya kemurahan hati para Pandava saja mereka belum memulai pertempurannya denganmu sampai sekarang. Mereka menghormati Yang Mulia Raja (Dhrastrarastra) di setiap keputusannya. Sebenarnya akhir dari sebuah negara bisa dipastikan dari hal yang sangat awal, sebuah pohon Margosa tidak akan pernah menghasilkan mangga. Yang Mulia Raja, bahkan bila pertempurannya dimulai hari ini juga, seperti saat Raja Pandhu meninggal di tempat pengasingannya. Demikian pula anak – anaknya akan tiba di Hastinapura…. Andai saja kau (Dhrstrarastra) mengumumkan bahwa Pangeran Yudhistira menjadi Putra Mahkota pada hari itu, maka semua ini tidak akan terjadi, tapi kau tidak bisa mengatasi keterikatanmu sendiri dengan tahta kerajaan …. (s192).
Raja Gandhara, hanya dia yang diuntungkan dari kebohongan yang menganggap kebenaran sebagai penghinaan … (S192).
Tapi kau adalah raja sementara saja, Yang Mulia (Dhrastrarastra). Yang sebenarnya penobatanmu sebagai seorang Raja tidaklah pernah terjadi. Jadi bagaimana bisa anak – anakmu memuliki hak untuk bertahta … (s192).
Bahkan berdosa ditempat suci pun, tidak mengubah dosa menjadi perbutan baik, Raja Gandhara, permainan dadu itu sama sekali tidak sah, jadi hasilnya tidak ada artinya .. (S192).
Dengan mencoba untuk membuka pakaian wanita di pengadilan ini maka kau (Duryudhana) telah mengubah semua itu menjadi hal yang melanggar hukum, Pangeran. Tidak pernah ada orang yang bertanya, buah apakah yang telah meracuni tubuh. Seluruh makananpun dianggap sudah beracun … (s192).
Bila benar kau (Duryudana) dilucuti saat berada disana (Indraprastra), lalu kenapa kau tidak menyatakan perang pada saat itu. Kenapa kau malah bersekongkol untuk membuka pakaian wanita di saat permainan dadu ? Yang sebenarnya adalah karena kau tidak mampu melawan mereka … (S192).
Mereka (Bhisma & Drona) juga berdosa. Ketika seluruh rumah runtuh, penjaga gerbang tidak bisa hanya menahan pintunya saja, Raja Gandhara. Ketika seseorang melakukan kejahatan terhadap masyarakat termasuk pula kejahatan terhadap kemanusiaan, maka dengan hanya melindungi kewajibanmu sendiri maka hasilnya adalah bencana. Aku tidak bisa mendukung kewajiban yang menurutKu sangat aneh itu … (S192).
Jika dia (Duryudhana) meninggalkan pengadilan ini, Yang Mulia (Dhrastrarastra). Aku akan bertemu dengannya nanti di medan pertempuran … (s192).
Tapi ksatria macam apa yang mencoba membuka pakaian seorang wanita dari keluarganya sendiri, Yang Mulia (Dhrastrarastra). Kenapa harus takut menerima hukuman setelah dia melakukan kejahatannya sendiri ? Tapi tetap yang mulia, Aku berjanji padamu bahwa jika pelakunya menyentuh kaki Drupadi dan meminta pengampunan darinya, maka Pandava akan menganggap itu sebagai hukumannya, bisakah kau lakukan hal sebesar itu, Pangeran (Duryudhana) … (S192).
Saat seekor anjing menaiki seekor kuda, dia lalu menggonggong pada Si Raja Hutan. Gajah yang disalahkan karena dia sudah membantu anjing itu dengan segala kemampuannya. Bahkan semua perilakumu (Karna) saat ini sudah berdasarkan pada kejahatan Sang Pangeran (Duryudhana). Aku punya saran untukmu agar kau meninggalkan persekutuanmu dengan Sang Pangeran. Hanya itu yang akan menebus dosa – dosamu dan memberikan sebuah kehidupan yang baru pada temanmu. Aku punya keyakinan akan kebaikanmu … (S193).
Aku menghormati keputusanmu, Raja Angga. Berarti Aku tinggal melakukan satu hal, yang terakhir. Tidak ada ampunan, tidak ada hukuman, tidak ada kerajaan, tidak ada kekayaan. Kalau begitu berikan Pandava kekuasaan yang mutlak atas lima kota, Yang Mulia (Dhrastrarastra), hanya lima kota … (S193).
Berpikirlah untuk terakhir kali sebelum membuat keputusan, Pangeran (Duryudhana), karena saat kau melihat takdirmu semakin dekat padamu nanti, Kuharap kau tidak melarikan diri seperti tadi yang mau kau lakukan … (S193).
Jadi, kau (Duryudhana) mau menangkapku ? Bodoh kau Duryudhana. Kau harus benar – benar yakin…. (S193).
Tidak, Aku tidak bisa mengakhiri hidupnya (Duryudhana). Karena Bheema telah bersumpah untuk menghancurkannya. Raja Gandhara, lanjutkan rencanamu itu. Ikatkanlah tanganku dengan rantaimu … (S193).
Para prajuritmu itu tidak mampu menanggung beban dosa – dosamu itu, Duryudhana. Hanya kau sendiri yang harus melakukan kejahatanmu ini. Angkat rantainya. Kita lihat sebesar apa yang bisa ditanggung oleh beban jiwamu. Tunjukkan kehebatanmu. Ayo, kau ikat saja Aku ! … (S193).
KrshnaDutta
Siapa yang ada di penjara, Aku atau kau sendiri, Duryudhana ? … (s194).
Akan Kuberikan penglihatan padamu, Yang Mulia Dhrstrarastra. Lihatlah … (S194).
Tidak ada ilusi apapun, Pangeran (Duryudhana). Itu adalah sebuah pertanda. Tidak lama lagi itu akan terjadi setelah ada kematian di medan tempur dan kau tidak akan pernah bisa bersembunyi. Karena tidak ada tempat lagi untuk lari dan bersembunyi dari kematian. Cahaya keadilan akan memercik di medan tempur tepat di depan seluruh bangsa Kuru yang nanti akan menjadi debu … (s194).
Takdir sudah mengubah semua itu, Bibi (Kunti). Manusia hanya bisa memainkan peran yang sudah direncanakan oleh takdir dengan menggunakan kecerdasan dan budaya mereka … (s194).
Yang Mulia (Gandhari), kalau pun itu memang harus (Gandhari minta maaf ke Krshna atas perbuatan anaknya), maka mintalah maaf pada anak – anakmu karena kau tidak memberikan pada mereka, pelajaran yang tepat sebelumnya. Kau sudah tahu bahwa Yang Mulia Raja telah membiarkan pikiran anak – anakmu teracuni dengan pembalasan dendam dan ambisi yang sia – sia, tapi tetap kau biarkan anak – anakmu mendapatkan pengajaran yang benar. Dan keadaan seperti itu telah membuat Duryudhana telah melewati semua batasan yang ada … (s194).
Kebencian hanya ada pada mereka yang sudah punya pengetahuan cukup untuk membuat keputusan dan keputusan dari Duryudhana itu berasal dari ketidakpeduliannya. Bagaimana Aku bisa membencinya, Aku justru merasa kasihan padanya, tidak lebih … (s194).
Seperti pula kunang – kunang yang tertarik pada cahaya lampu dan jadi terbakar karena tidak memikirkan panasnya, Duryudhana juga sedang menghadapi keadaan yang sama. Bagaimana dia bisa dihentikan … (s194)
Selama seseorang tidak memberikan cara terbaiknya untuk belajar, maka tidak akan mungkin bahkan bagi Deva untuk menyadarkannya. Tetapi, jika Ibu Karna sendiri yang melakukannya ada kemungkinan, Raja Angga akan memikirkan kembali keputusannya untuk pergi berperang … (s194).
Seseorang yang memegang teguh kebenaran, akan selalu didahulukan dan didalam hal ini Aku hanya bisa mengingatkan mengenai hak yang dimiliki Karna, Bi (Kunti). Tapi karena kau yang meminta, Aku pasti akan mewujudkannya .. (s195).
Karna, Raja dari Angga dikenal sebagai Radeya oleh seluruh bangsa Arya karenamu (Rada, Ibu angkat Karna) dan Aku hormat padamu karena sudah memberikan pengaruh pada Karna… (S195).
Seperti seekor burung yang mencari sebatang pohon untuk mencari tempat teduh dari matahari. Jika dia (Karna) mencoba berdiri pada ketidakadilan, dia akan datang kesini. Keluargamu mewarisi kebaikan dan itu diwariskan padanya .. (s195).
Takdirmu adalah sebuah akumulasi dari semua keutusanmu, Raja Angga. Satu keputusan saja bisa mengubah takdirmu sendiri sebagai manusia. Itu juga bisa mengubah masa depanmu. Masa depan adalah sudut pandang dari manusia itu sendiri. Sedangkan untuk bisa menentukan sudut pandang tersebut adalah sebuah tugas yang berat. Pemikiran seorang manusia yang selalu ada di dalam hidupnya pasti akan mampu untuk mempengaruhi manusia itu sendiri. Saat pemikiran seseorang tidak bisa diubah lagi, maka keputusannya juga tidak bisa diubah. Oleh karena ini, masa depan tetap tidak pasti seperti biasanya. Pangeran Duryudhana juga tidak bisa memutuskan hal itu pada dirinya. Tapi sekarang dia tidak bisa melakukan apapun akan hal itu … (s195).
Maksudmu (Karna), kelahiran menentukan apa yang pantas dia dapatkan dan bukan kemampuannya ? … (S195).
Berarti kau (Karna) pun, hanya punya hak untuk menjadi kusir kereta kuda, Raja Angga. Apa kau tidak ingin jadi bagian peperangan ini … (s195).
Jika kau (karna) terlahir menjadi seorang raja, maka kau pantas untuk menjadi seorang raja, kau tidak diuntungkan. Apa kau masih menyebut peperangan ini sebagai sebuah kewajiban .. .(s195).
Jika kau tanya padaKu siapa sebenarnya yang pantas untuk mendapatkan tahtanya dan rasa hormat, hormat pada diri sendiri adalah bentuk rasa hormat paling tertinggi. Untuk seseorang yang selalu saja berharap untuk selalu saja dihormati, dia tidak akan pernah bisa merasa puas dengan jumlah rasa hormat yang didapatkannya. Seperti dirimu (Karna) yang sangat tersesat dalam perjalananmu untuk mencari rasa hormat, bahwa kau tidak bisa membedakan lagi mana yang benar dan mana yang salah … (s195).
Kau tidak melihat kebenaran sepenuhnya, Raja Angga. Aku sudah katakan padamu (Karna), bahwa keputusan seseorang bisa menentukan takdir seseorang. Satu keputusanmu bisa mengubah takdirmu. Misalkan saja, jika Ibu Ratu Kunti adalah ibumu … (S195).
Kau (Karna) sama sekali tidak tahu dari siapa kau terlahir. Kau mewarisi kemampuanmu dari Deva Surya selama ini, kau adalah keturunan langsung dari Deva Surya sendiri…. (s195).
Raja Angga, kau bukanlah terlahir dari Adirata dan Rada. Mereka menemukanmu mengapung di Sungai Gangga. … Kau adalah putra dari Ibu Ratu Kunti …. Dan ayahmu adalah Deva Surya….Oleh karena itulah kau terlahir dengan anting – anting dan sebuah perisai. Kau bisa bertanya kepada Adirata mengenai hal itu. Kau bahkan bertanya pada Deva Surya, lalu kau bisa mengubah sudut pandangmu itu dan bisa memutuskannya. Itu adalah sebuah permintaan … (s195).
Mencoba untuk menghindari hutang, penyakit dan perang, itu adalah hal yang tepat. Terlepas dari bagaimana hasilnya. Aku sudah berusaha tapi siapa yang akan menderita karena kegagalanKu akan segera terlihat jelas. Sekarang perang sudah ditentukan dan kita harus segera memutuskan lokasi bertempur dan memberikan surat tantangan Hastinapura untuk bertempur … (s196).
Bibi (Istri Vidura) menjadi tamumu adalah hak yang istimewa … (S196).
Sebelum perang dimulai nanti, anak – anakmu (Kunti) akan meminta doa padamu .. (S196).
Jika kau (Kunti) merasa khawatir pada seseorang, pergi dan bertahu dia secara pribadi untuk memilih sisi keadilan. Semua orang berusaha memanggil awan tetapi dikatakan bahwa awan akan tiba saat dipanggil oleh merak atau seekor burung .. (s196).
KrshnaKurusetra
Aku meminta kalian semua untuk berkumpul disini, agar semua orang bisa tahu bahwa tempat ini adalah tempat yang sangat sakral. Ketika Bhagavan Parasurama membunuh musuh – musuhnya disini, kemudian terciptalah lima sungai darah disini. Sejak kejadian itu, tempat ini dikenal sebagai Samantha Panchaka. Di bagian utara tempat ini adalah Sungai Sarasvati, di bagian selatan Sungai Brisadvati dan diantara kedua sungai tersebut telah dianugrahkan oleh leluhur Bhagavan Parasurama, disinilah kebenaran harus ditegakkan. Deva Indra memberi anugrah pada Dinasti Kuru dan berkata bahwa orang yang mati dalam pertempuran di tempat ini akan ditempatkan di tempat yang layak di nirwana. Untuk melakukan perang Dharma, Perang Kebenaran, tempat inilah yang paling cocok…. (s198).
Temanku, Drupadi, sudah memutuskan hari yang tepat untuk itu (hari mulai peperangan). Hari dimana bintang – bintang Kritika dan Rohini berbaris selaras, pada bulan lunar kesembilan di hari yang keempatbelas dari bulan itu, dan itu artinya adalah tiga hari dari sekarang, Bharatayudha akan dimulai … (s198).
Pangeran (Duryudhana), siapa yang tahu akan hasil sebuah peperangan … (S199)
Karena aturan (perang) ini disesuaikan dengan tradisi, maka tidak ada ruang untuk perdebatan apapun … (s199).
Perang tidak akan ada dengan sendirinya, kadang – kadang sebuah perang bisa terjadi di dalam hati, kemudian kegelapan dari hati tidak dapat kita hilangkan. Bahkan sisi kegelapan Deva Surya sendiri tidak dapat dihilangkan … (s201).
Dimana ada keterikatan maka akan ada perlawanan dan dimana ada perlawanan maka akan ada harapan untuk kemenangan, selalu ada harapan untuk kesuksesan. Namun dimana ada kehidupan pasti ada perang. Sukses dapat dimiliki hanya dengan bantuan dari tiga senjata, kebenaran, kesabaran dan keberanian. Di luar dari ketiga senjata itu hanyalah sarana saja … (s201)
Sebut saja sebagai kebohongan penghianatan (Deva Indra meminta perisai Karna), tapi semua usaha untuk menghilangkan pikiran yang terguncang tidak memiliki nilai apapun. Dimana ada kebenaran, kesabaran dan keberanian maka akan ada keberhasilan dan seseorang tidak akan sukses tanpa bantuan dari orang lain, Partha…(S201).
Kebenaran sama sekali bukan apa – apa melainkan hanya sebuah kesombongan. Keberanian tidak akan lengkap jika tersembunyi dari kesempatan. Kesabaran tidak akan berarti jika sudah hilang sebelum mencapai sukses … (s201).
Apa yang Dia (Deva Indra) katakan itu benar, Partha. Dalam perang ada kebenaran dan tiap bantuan sangat berharga…(S201).
Menunjukkan kelemahan musuh dalam suatu perang bisa juga dinamakan kesempatan, Partha…. (s201).
Hati – hati Raja Gandhara, perang masih esok hari tetapi mengapa kau sudah berjalan sempoyongan … (s202).
Dan ketika ini saatnya manusia untuk menjadi angkuh, maka semua ciptaan akan memaksa dia untuk menjadi lengah, Raja Gandhara. Macam – macam kejadian yang terjadi berkaitan dengan seseorang yang sangat angkuh … (S202).
Kapan Aku pernah membiarkan sesuatu terjadi ? Perbuatan manusia sendirilah yang menciptakan segala sesuatunya terjadi dan reaksi kita akan situasi itulah yang sudah mengikat kita kepada mereka. Ayahmu telah menikahkan adikmu dengan seorang manusia buta dan itu telah menimbulkan situasi dimana balas dendam kemudian terlahir ke dalam hatimu. Dengan bersumpah untuk membantu adikmu dan juga putra – putranya untuk mendapatkan kekuasaan, kau (Sangkuni) telah mengikat dirimu dengan situasi tersebut. Dan perang besok adalah hasil dari sumpah itu .. (s202).
Mendapatkan hadiah dan membayar sangat mahal atas sebuah pengorbanan …. hahahah. Seorang yang menilai pengorbanan sebagai perjanjian bisnis, pasti dia akan mengalami suatu penderitaan. Ini adalah sesuatu yang aneh, adikmu (Sangkuni) telah membuat sebuah pengorbanan tapi dirubah menjadi perjanjian bisnis bagimu. Kenyataannya adalah disamping untuk mendapatkan pembalasan, kau juga berharap mendapatkan kemewahan dan kekuasaan yang mutlak. Dengan menyebut tindakanmu itu sebagai sebuah pengorbanan, jangan menipu dirimu sendiri, Raja Gandhara. …. (S203)
Ini memang benar perang akan kebenaran, Raja Gandhara. Dalam perang ini, kedua belah pihak mungkin dan tentunya akan menipu. Untuk menegakkan kebenaran maka ketidakbenaran akan digunakan. Untuk melindungi kebenaran maka kebohongan sudah pasti akan diucapkan. Untuk memenangkan sebuah kehidupan, kematian pasti akan menyambutnya. Untuk menggunakan ciptaan yang baru maka yang lama haruslah dimusnahkan … (s203)
Tidak, Aku punya keyakinan kepadamu (Sangkuni) dan juga pada penipuanmu itu. Sudah Kukatakan, bahwa banyak situasi yang muncul disini dan kau sendiri telah terikat di dalamnya dengan cara apapun yang pada akhirnya setiap penipuan yang kau lakukan hanya akan membawa keberuntungan bagi Para Pandava. Itulah kenapa, Raja Gandara, sekaranglah saatnya kau lepaskan semua penipuanmu. Besok setiap penipuan yang kau lakukan, setiap penghianatan, dan setiap ketidakbenaran yang kau lakukan, akan menemui lawannya … (s203).
KrshnaGandharapenipuan
Aku memang telah bersumpah untuk tidak menggunakan senjata dalam perang ini, Raja Gandhara. Meskipun demikian, mungkin bukan dengan senjata dalam medan perang ini Aku hanya akan menggunakan kekuatan dari sebuah kebenaran. Itulah senjata dari perisaiKu dan Aku adalah perisai dari Pandavamu yang tercinta. Lihatlah medan perang ini, perang akan dimulai disini saat fajar dan sebelum senja akan banyak sekali mayat yang terserah disini. Bahkan bebatuan akan mengapung di sungai darah. Akan terjadi pertumpahan darah yang sangat dahsyat sehingga tanah disini pun akan tetap merah untuk selamanya. Dan Aku berjanji bahwa siapapun yang mati dalam perang yang mengerikan ini, akan menyadari kebenaran itu pada saat perang ini berakhir. Tujuan dari perang ini adalah untuk menegakkan kebenaran dan sampai di akhir waktu nanti akan dikenal akan nama Bharatayudha. Perang akan kebenaran … (s203).
Jika kalian semua (Kubu Pandava) mau melepaskan diri dari rasa marah, dan juga rasa takut dan bertempur dengan segenap hati disertai pendirian yang kuat akan kebenaran, maka percayalah padaKu. Kekuatan tentara kita akan dapat bertahan tanpa kita sadar. Batas kekuatan seseorang terletak di dalam hatinya. Bukan pada kekuatan tentaranya. Untuk meraih kemenangan dalam perang ini, kalian berdoalah atas kematian Bhisma Yang Agung. itu hal yang terpenting … (s204)
Bhisma Yang Agung adalah panglima tentara Kurava, melindungi Putra Mahkota dari Hastinapura, Duryudhana, adalah sumpah yang telah diucapkan. Selama Bhisma Yang Agung bisa terus bertempur dalam perang ini, maka kemenangan kita jadi hal yang tidak mungkin … (s204)
Kalian telah bersumpah menegakkan kebenaran dan berkorban adalah dasar utama kebenaran itu. Dan yang lebih penting dari hidup ini adalah mengorbankannya. Dan mengorbankan cinta serta kasih sayang yang tampak lebih penting daripada hidup itu sendiri, sangatlah penting, Partha … (S204)
KrshnaKreta
Kereta perang …………………….. , Kusirnya pun sudah ada disini … (s206)
Apa kau tidak mempercayaiku, Partha ? Aku sangat ahli dalam hal ini … (s206)
Itu bukan hal yang terpenting, Partha (menjadi kusir). Jika akan menyenangkanmu, maka pertimbangkanlah Aku untuk duduk di depanmu. Sampai pemerintahan bisa ada di tanganku aku tidak akan membiarkan pemikiranmu goyah, Partha. Dalam kejujuran dan ketidakjujuran, antara kebenaran dan amoralitas, setiap pikiranmu akan kehilangan fokus maka akan menjadi kewajibanKu membawamu kembali ke jalan yang benar baik sebagai kusirmu atau sebagai hidupmu. Aku kusir yang ahli akan hal itu, Partha … (s206)
Perintahkan pasukanmu untuk menyerang, Yudhistira … (s206).
Lanjutan ada di percakapan khusus antara Krshna dan Arjuna, dibawah
Ini bukanlah sebuah serangan, Partha. Kakekmu (Bhisma) telah membentuk formasi tempur dalam perang ini. Satvoto Bajravyuha. Saat Bajra berada di luar formasi saja, maka akan dapat dipatahkan tapi pasukan kita hampir berada di tengah – tengah, Partha. Kakekmu, Bhisma telah menunggu saat – saat seperti ini. Dia memiliki kemampuan untuk membongkar semua formasi kita … (S213).
KrishnaPerc1
Perang atas nama kebenaran adalah sebuah perang juga, Dhrstrajumna. Tidak seorang pun bisa melepaskan diri dari kemenangan atau kekalahan … (S215).
Itu benar, selama Bhisma Yang Agung ada dalam perang ini, kita tidak akan mungkin bisa menang dalam perang ini. Mengalahkan Guru Drona adalah hal yang tidak mungkin .. (S215).
Hanya ada satu jalan keluarnya (melawan Bhisma dan Guru Drona bersamaan), tugas kita membuat Bhisma Yang Agung menjauh dari medan pertempuran. Dan saat Bhisma Yang Agung menjauh dari medan pertempuran, saat itu Guru Drona akan melawan Arjuna. Lalu Duryudhana tidak akan ada yang melindunginya … dengan tipu daya, iya Partha, sudah Kukatakan, tipu daya akan diterapkan dalam perang ini. Dan ini saat yang tepat menggunakannya … bahkan perang ini juga hasil dari tipu daya itu, saudaraku (Yudhistira). Jika dasar tipu daya itu adalah kebenaran, menggunakannya akan dapat dibenarkan … dan untuk meningkatkan moral pasukan kita hal yang wajib memperoleh kemenangan esok hari dan untuk bisa meraih kemenangan itu kita hanya memerlukan 5 langkah saja, hanya lima langkah saja …. (S216).
Partha, sudah waktunya kita menjalankah langkah pertama untuk meraih kemenangan (mengkabuti peperangan)… (S216).
Sudah waktunya sekarang menjalankan langkah kedua untuk meraih kemenanga. Bhisma Yang Agung dan Guru Drona harus dipisahkan dari Pangeran Mahkota (Duryudhana). Saudara Yudhistira apa kau sudah siap ? … Sudah kukatakan sebelumnya Yudhistira, bahwa kelemahan Bhisma Yang Agung berada di benteng kerajaan Hastinapura. Jika kau menyerang Hastinapura saat ini, maka Bhisma Yang Agung akan meninggalkan medan pertempuran ini, untuk berusaha mengikutimu… (S216).
Pergi dari sini adalah salah satu bentuk formasi perang, Raja Yudhistira. Anggap saja ini adalah salah satu bentuk formasi perang itu sendiri … (s216).
Sudah waktunya menjalankanlangkah ketiga untuk meraih kemenangan. Saudara Bheema, Kakakmu Yudhistira akan menyerang Kerajaan Hastinapura, apakah kau tidak ingin mengirimkan berita ini kepada Dursasana… (S216).
Partha, sudah waktunya menjalankan langkah ketiga. Sudah waktunya memisahkan Duryudhana dari perlindungan Guru Drona .. (S217).
Sekarang Guru Drona sudah mulai menyerang Panglima Dhrstrajumna. Dan Pangeran Dhrstrajumna hanya bisa menghentikan Guru Drona sementara waktu. Partha kita harus memancing Guru Drona agar menuju ke arahmu. Ini adalah tahap keempat untuk meraih kemenangan … (S217).
KrshnaPerc1
Kalau begitu, tidak akan ada yang melindungi Pangeran Duryudhana baik Bhisma Yang Agung ataupun Guru Drona. Lalu Naakula dan Sadeva akan membuat jalan bagi Bheema untuk menuju ke Pangeran Duryudhana. Langkah terakhir dari kemenangan kita akan segera lengkap ketika Bheema berhasil membunuh Pangeran Duryudhana … (S217).
Partha, semakin lama kau membuat Guru Drona semakin sibuk dan semakin lama juga Kakakmu, Yudhistira, membuat Bhisma jauh dari medan pertempuran, akan semakin baik kesempatan untuk Bheema mengalahkan Pangeran Duryudhana dalam perang ini. Langkah terakhir dari strategi kita dan tahap terakhir untuk bisa meraih kemenangan dalam perang ini tergantung padamu, kakakmu, Bheema dan juga tergantung pada Yudhistira … (S217).
Tidak, Saudara Yudhistira tidak melawan dengan seluruh kemampuannya…. Dia mungkin punya anugrah itu, Partha, tapi bukan anugrah menang sesuai keinginannya, sangat mungkin membuatnya terluka parah yang akan menyebabkannya tidak akan melanjutkan perang ini, Partha… (S218).
Tidak ada seorang pun yang suci, Bheema, baik itu pohon Akasia ataupun kayu Cendana, ketika dia menjadi kering maka dia siap dibakar. Ini adalah hukum alam, siapapun orangnya yang mengikuti jalan penghukuman Kurava maka dia pun harus juga harus dimusnahkan … (S218).
Ini bukan pertempuran saja, Partha. Namun kenangan itupun memberikan kita pengalaman baru. Mereka yang merencanakan sesuatu berdasarkan kekecewaannya pengalamannya di masa lalu. Sangatlah disayangkan jika kedudukan dan pengalaman dari Bhisma Yang Agung belum mengalami suatu perubahan berarti kita tidak perlu kecewa untuk itu … (S219).
Ini adalah angin perubahan, teman (Drupadi). Keadaan seseorang (Bhisma) telah berubah, pendiriannya telah berubah, sekarang semuanya juga ikut berubah… Perubahan itu tidak menyebabkan kesedihan, tapi menyebabkan rasa sakit. Lagipula ketakutan manusia selalu berubah dan mereka selalu mencoba untuk melawannya. Tapi perubahan adalah hukum alam dan kenikmatannya adalah sebuah hasil dari perubuatan. Secara tidak langsung apapun penyebab dari rasa sakit itu bagi seseorang pada akhirnya dia pun akan menemukan kenikmatan itu. Beberapa orang merasakan kenikmatan kesuksesan sementara orang lain merasakan nikmatnya kebebasan… (S219).
Bhisma Yang Agung adalah panglima yang berpengalaman, setiap menghadapi musuh – musuhnya tidak akan menggunakan strategi yang sama lagi. Lagipula perang memerlukan formasi untuk bisa menghancurkan pasukan lawan … (S220).
Dia (Bhisma) bukan lagi kakekmu, Partha. Dia adalah Panglima Kurava. Seorang pengemban tugas yang setia. Seorang penyelamat tradisi. Bhisma Yang Agung … (S220).
Sekarang ini pendiriannya (Bhisma) telah berubah, Sadeva. Saat ini Bhisma Yang Agung sedang menjalankan kewajibannya. Dan selanjutnya diapun telah siap menghadapi kematiannya, atau mencabut nyawa kita .. (S220).
Setiap pertanyaan ada jawabannya, Yudhistira. Sangat penting mengajukan pertanyaan yang tepat dan pada saat yang tepat pula … (S220).
Percakapan antara Arjuna dan Krshna (Bhagavad Gita)
KrishnaDay1Arjuna
Dalam menerjemahkan kata – kata berbahasa India, seringkali penerjemah Indonesia rancu sebagai berikut :
amal –> Yadnya, pengorbanan suci (berbeda dengan amal)
dewa –> seringkali penerjemah Starplus keliru menyebutkan Deva berganti dengan Tuhan dan sebaliknya
Tapa, Yoga, semedi –> Seringkali juga penerjemah Indonesia Starplus keliru memilih kata – kata ini sesuai percakapan.
tobat –> kesadaran (berbeda dengan tobat)
Iman –> kesadaran, bhakti, sradha (berbeda konsep dengan iman)
kemurtadtan –> berlawan dengan dharma (berbeda konsep dengan murtad)
Hidup Deva Siva –> Jay Mahadev, yang artinya Jayalah Mahadeva (berbeda dengan Hidup Deva Siva)
Karakter –> Penerjemah Starplus terkadang tepat memposisikan kata “karakter” dalam kalimat tertentu. Namun ada kalanya tertukar dengan kata “dharma”
reformasi –> perubahan. Meski reformasi juga artinya perubahan tapi kata “perubahan” lebih luas.
nirwana –> alam tingkat hidup selanjutnya. Nirwana berbeda konsep
Penebusan dosa –> maksudnya adalah korban suci (yadnya) baik berupa ritualtas ataupun dengan meningkatkan kesadaran
BG01
Krshna : Apa yang ingin kau lihat, Partha ? Kearah mana kau mau melihatnya ? Dan kau sebenarnya ingin memastikan apa ? Hari ini, kenapa kau ingin mengelilingi semua pasukan yang ada di medan perang ini ? … (S208)
Arjuna : Aku berharap bisa melihat semua angkatan perang, Madhava. Dan aku juga ingin melihat semua pasukanku. Aku hanya ingin tahu di dalam pertempuran ini, kematian siapa yang akan menegakkan keadilan, dan kematian siapakah yang menunjukkan ketidakadilan. Aku hanya ingin mengetahui apa yang akan kudapat dalam perang yang dahsyat ini. Dan aku akan kehilangan apa … (S208)
Krshna : Kau telah melakukan pengorbanan dengan datang ke medan perang ini. Jadi kenapa masih bertanya, akan dapat apa dan kehilangan apa. Pengorbanan (yadnya) adalah satu – satunya hal, yang menentukan apakah kau akan mengalami kekalahan atau kemenangan. Tapi sebuah pengorbanan adalah satu – satunya tempat kita memberi dan pemberian itu dinikmati seluruh dunia…. (S208)
Arjuna : Tapi Madhava, aku datang kesini bukan untuk berkorban (yadnya). Begitu banyak prajurit yang datang kesini untuk menyerahkan nyawa mereka. Aku hanya ingin meyakinkan bahwa apakah dalam perang ini aku akan menghancurkan ketidakadilan atau dilain pihak aku juga yang akan melukai keadilan…. (S208)
Krshna : Apa yang akan kau lakukan dengan semua itu ? Apa kau punya kekuatan menciptakan dan menghancurkan ? Yang Maha Kuasa sendiri yang bisa mengatur penciptaan dan penghancurannya sendiri, Partha. Dan kau hanyalah sebagai perantara. Kenapa kau berharap melepaskan tanggung jawab itu dari dirimu dan membiarkan keangkuhanmu tumbuh ? Telah Kukatakan padamu, Partha. Orang yang hanya mempelajari fakta bahwa dia tidak melakukan apa – apa adalah seseorang yang ingin mencapai sesuatu yang besar. Mungkin kau sudah lupa, meskipun begitu lihatlah, Partha. Melangkah ke depan dan lihat yang kau inginkan. Karena jika tangan seorang pemberi bergetar sebelum memberikan amalnya, maka dalam arti sebenarnya perbuatan amalnya itu tidak akan dilihat…. (S208)
BG02
Krshna : Pangeran Duryudhana sedang berdiri disana. Ingatlah Partha, perintah untuk menyeret Panchali ke dalam pengadilan Kerajaan sebagai pelayan dimulai olehnya. Lihat kesini Partha, ini adalah pamanmu, Sangkuni. Hari ini dia memegang sebuah pedang tapi dia selalu mencoba menyerang dengan kalimat – kalimat yang menghasut. Ingatlah, bagaimana dia sudah merencanakan membakar kalian berlima bersama ibumu di istana Varnabrata. Sekarang lihat kesini, Partha. Dursasana. Tangannya ini telah dengan berani melanggar kesopanan dari Panchali. Lihatlah Kakek Bhisma dan Guru Drona. Mereka jadi penonton bisu ketika Panchali dipermalukan. Lihatlah Asvatama disana, dan ingatlah akan kata – kata bodoh yang dia gunakan waktu itu. Apa sekarang hatimu tidak menginginkan untuk membalas dendam, Partha ? Apakah sekarang jiwamu tidak menuntut keadilan ? Apakah keinginan untuk mengangkat senjata tidak muncul dalam dirimu ? Apakah pertempuran ini sepertinya tidak terelakkan ?… (S208)
Arjuna : Ya Madhava, pertempuran tidak terelakkan…. (S208)
Krshna : Sekarang pertempuran ini tampak tidak terelakkan bagimu. Sekarang lihatlah ke Kakekmu sekali lagi, Partha. Dan ingatlah bagaimana dia memberikanmu cinta dan perlindungan di setiap langkah hidupnya. Dia bahkan mengorbankan dirinya dalam suatu usaha untuk mendapatkan keadilan bagimu dan keluargamu. Sekali lagi Partha, lihatlah Guru Drona. Dan ingatlah bagaimana dengan cinta dan kebanggaannya yang besar, dia melimpahkanmu dengan ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Hanya karena ingin menjadikanmu menjadi pemanah terbaik di seluruh dunia, dia membebani dirinya dengan dosa. Ingatlah, Partha. Dan di sebelah sana, lihatlah Vikarna baik – baik, hanya dia satu – satunya yang berani menentang di pengadilan kerajaan pada hari itu. Apakah semua itu, pantas untuk dibunuh, Partha ?… (S208)
Arjuna : Tidak, Madhava. Bagaimana mungkin aku bisa membunuh mereka…. (S208)
Krshna : Benar, tapi sekarang lihatlah dimana kau berada, Partha….. Sekarang lihatlah disisi mana dirimu berada. Kakak tertuamu, Yudistira. Kakak Bheema. Lihat adik termudamu, lihatlah anak – anakmu dan keponakanmu. Banyak diantara mereka akan menemui kematian dalam pertempuran ini. Tidakkah hatimu merasa lemah dengan kemungkinan akan kematian mereka, Partha ? Sekarang kau juga pikirkan, kesalahan yang pernah saudaramu, Duryudhana lakukan. Jika dia tamak akan kekuasaan dan memang jika benar dia yang lebih awal memulainya, jika Dursasana melakukan kesalahan dengan mempermalukan Panchali dan jika itu benar – benar sebuah kejahatan, kalau kau perhatikan kakak tertuamu dan istrimu dipermalukan, apa itu juga bukan kejahatan namanya ? Kakekmu (Bhisma) menganggap sumpahnya lebih penting dan menganggap kehormatan dari seorang pengantin wanita sebagai hal yang kecil. Apa itu bukan namanya ketidakadilan ? dan kakak tertuamu, Yudhistira, dalam rangka memenuhi kewajibannya berpartisipasi dalam perjudian, apakah itu juga tidak adil ?. Jadi, pantas atau tidak menganggap Duryudhana sebagai seorang musuh. Apa kau tidak bisa melihat keadilan berada di sisimu, Partha ?…. (S208)
Arjuna : Apa yang Kau katakan benar, Madhava. Di kedua belah pihak aku bisa melihat keadilan dan ketidakadilan…. (S208)
Krshna : Karenanya, kau tidak bisa menyadari tujuan dari perang ini atau kau tidak dapat menerima bentuk dari keadilan itu sendiri…. (S208)
Arjuna : Rasanya pikiranku sudah mati, Madhava. Setiap bagian dari diriku bergetar, jari – jariku kehilangan kekuatan untuk mengangkat senjata. Busur Gandiva berulang kali hampir terlepas dari genggamanku, Madhava. Aku hanya bisa meramalkan kehancuran yang dahsyat. Kenapa, untuk apa, Madhava ? Penderitaan atas penghinaan, pemahaman tentang ketidakadilan, ataukah itu sebuah sumpah akan adanya pembalasan dendam. Aku tidak punya alasan apapun, Madhava. Aku tidak punya alasan apapun untuk menerima bencana ini. Aku tidak bisa… (S208)
Krshna : Bencana adalah dasar dari reformasi (perubahan), Partha. Jika sebuah cabang pohon dipotong maka kedua batang akan tumbuh menggantikannya. Kenapa engkau takut akan bencana yang terjadi hari ini. Kau tidak tau fakta bahwa itu menyebabkan terjadinya reformasi (perubahan). Janganlah engkau menerima ketidakmampuan ini, Partha. Ini tidak pantas bagimu. Ketidakmampuan ini benar – benar tidak pantas bagimu. Sudah menjadi kewajibanmu untuk mengobarkan perang ini. Angkat senjatamu…. (S208)
Arjuna : Bagaimana ku bisa mengangkat senjata, Madhava ? Melayani mereka sudah menjadi keberuntungan dalam hidupku seperti kakek, Guru Drona, Paman dan kakak tertuaku sendiri. Aku tidak punya keberanian untuk mengangkat senjataku melawan mereka. Meskipun seandainya aku masuk nirwana dengan membunuh mereka. Itu sia – sia, Madhava. Sia – sia. Madhava manusia hidup dengan memikirkan masa depannya. Bahkan ketika aku melihat prajurit – prajurit, ketika aku melihat jutaan prajurit itu mengingatkanku akan perang di masa lalu. Banyak perempuan menjadi janda, banyak anak menjadi yatim. Ketika aturan masyarakat dilanggar tidak ada seorang pun yang mengajarkan nilai – nilai tradisi, pengetahuan akan Veda akan musnah, Madhava. Dinasti Kuru akan hancur, keselamatan Bangsa Arya akan musnah. Itu semua akan hancur, Madhava. Semua akan musnah…. (S208)
Krshna : Kau boleh bicara seperti halnya orang bijak, tapi kenyataannya kau berbicara seperti orang bodoh, Partha. Apa yang akan dihancurkan jika sebuah pohon kehilangan beberapa daunnya atau tumbuh yang baru itu tidak dapat dianggap sebagai sebuah alasan untuk suka ataupun duka. Alasan penciptaan daun dan arti akan keberadaan mereka adalah hanya untuk menjaga agar pohon itu tetap hidup. Sama halnya dengan alasan dan tujuan bagi kelahiran manusia untuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Masyarakat adalah untuk dunia, dan dunia secara keseluruhan hanyalah untuk penciptaan dan semua ini hanya untuk para Deva saja (Tuhan), Partha. Dia yang menyadari fakta ini, akan selalu dapat melihat jalan yang jelas menuju kebenaran. Iya, Partha, akan selalu ada kehancuran dalam perang ini. Itu sudah pasti…….. Tapi ingatlah ini juga, bahwa tradisi yang baru juga akan terbentuk, tradisi lama telah tercemar dengan racun. Ribuan tahun lalu warisan yang telah ditegakkan oleh Veda sekarang yang tersisa hanyalah kata – kata. Tatanan sosial yang dibangun berdasarkan kepandaian manusia, sekarang didasarkan pada kelahiran manusia dan telah menjadi sarana untuk memanfaatkannya, Partha. Tatanan lama akan musnah, dan tatanan baru akan muncul. Warisan lama akan muncul lagi dengan bentuk yang baru. Sama seperti sebelum turunnya hujan, bahkan awan memenuhi langit dan tampak seperti noda. Dan daratan yang berserakan dengan bunga tampak seperti noda. Keadaan seperti itu tampak sama dengan hari ini. Dan setelah hujan turun dari langit, maka bumi pun terlihat begitu bersih. Sama halnya setelah perang ini terjadi, masyarakat dan dunia menjadi bersih dari bencara, Partha. Setelah ini masyarakat dan dunia juga akan benar – benar bersih. Oleh karena itu, lepaskan kasih sayangmu, Partha. Pikirkanlah kepentingan akan seluruh dunia ini. Angkatlah senjatamu dan bertempurlah !!… (S208)
Arjuna : Aku bisa mendengar semua kata – kataMu, Madhava. Tetapi maknanya belum bisa menyentuh hatiku, pikiranku dipenuhi dengan awan kasih sayang. Bagaimana caranya aku melewatinya sebagai kewajiban. Pikiranku dipenuhi oleh orang – orang yang aku sayangi. Bagaimana bisa aku pikirkan seluruh dunia. Madhava, Kau telah mengatakan, Kau akan mengemudikan keretaku menuju ke arah yang benar. Perintahkahlah jiwaku ini, arahkanlah jalan hidupku ke arah yang benar, Madhava. Setelah mengetahui semua itu, akankah aku bisa mengatasi semua kelemahanku ?… (S208)
BG03
Krshna : Bangunlah, Partha. Sekarang dengarlah. Memahami rahasia kehidupan berarti juga memahami bentuk nyata dari penciptaan itu sendiri. Memasukkan kepalan tanganmu ke dalam arus Sungai Gangga, kau tidak akan mendapatkan apa – apa. Tetapi jika kau membuka telapak tanganmu di arus Sungai Gangga, maka air suci Gangga akan dapat dinaikkan hingga ke kepala. Pikirkanlah, Partha. Apakah kepalan tangan keangkuhan atau sebuah tangan yang terbuka dari pengorbanan yang telah kau pikirkan, dapatkah kau memahami pengetahuan ini ? Apakah dunia ini sebenarnya, Partha ? Manusia, iblis, burung, parasit, serangga, ikan, dan pepohonan, bagaimanakah semuanya diciptakan ? Berasal dari unsur apa mereka diciptakan ? Bagaimana fungsi mereka dan bagaimana cara mereka bertahan, bagaimanakan cara mereka mati, dan apa yang terjadi setelah mereka semua itu mati ?. Renungkan akan rahasia ini. … (S209)
Arjuna : Tubuh manusia terbuat dari tanah, Madhava. Air mengalir di dalamnya sebagai darah dan kebaikan, api memberikan kehangatan pada tubuh termasuk rongga kosong lainnya yang ada dalam tubuh. Karenanya tanah, udara, air, api dan juga ruang. Tubuh terdiri dari lima dasar yang disebut Panca Maha Butha. … (S209)
Krshna : Karenanya, Bhisma Yang Agung, Guru Drona tidaklah lebih dari tanah, air, udara, api dan ruang saja. Bahkan orang pintar pun terdiri dari kelima elemen itu. Begitu juga dengan para tirani, jadi apa yang akan kau rindukan, Partha. Apakah tanah ?… (S209)
Arjuna : Tapi Madhava, tubuh ini memang terbuat dari tanah yang melambangkan ciri manusia itu sendiri. Semua ikatan mengakar dari tubuh yang terbuat dari tanah. … (S209)
Krshna : Tidak, Partha. Jika ini memang benar, lalu mengapa tubuh seseorang akan hancur setelah mati. Kenyataannya tidak ada satupun yang berasal dari tubuhnya. Atau pun hubungan yang mengakar di dalam tubuhnya. Sifat dan tingkah laku dan juga amal dari seseorang lah yang menjadi cirinya. Lalu bagaimanakah sifat tingkal laku dan amal diciptakan. Pahamilah itu, Partha. Kehidupan manusia hanyalah keserasian dari wujud sesuatu yang tampak dan tidak tampak. Tetapi sifat dan amal dari setiap manusialah yang membuatnya akan menjadi berbeda. Dasar untuk ini adalah tiga sifat manusia yang disebut Tri Guna. Terdiri dari tamas, rajas dan satvam…. (S209)
Arjuna : Apa yang dimaksud dengan itu, Madhava. … (S209)
Krshna : Tamas berarti kebodohan. Menghabiskan hidup tanpa memikirkan baik atau buruk bisa dikatakan tamas yang berhubungan dengan kebodohan. Seperti halnya kehidupan binatang yang semata – mata untuk memenuhi keinginan tubuh mereka. Satvam sendiri artinya adalah kebaikan. Ketika seseorang dalam situasi tertentu, memikirkan keadilan, kebenaran dan tradisi sebelum melakukan sesuatu, maka dia disebut sebagai Satvam yang berhubungan dengan kebaikan. Di tengah kedua hal itu adalah seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan. Tapi dia tertarik akan nafsu tubuh dan juga pikirannya. Seperti manusia yang hidup dengan keangkuhan artinya Rajas yang berhubungan dengan nafsu. Dengan menciptakan keseimbangan antara kebodohan, nafsu dan kebaikan maka sifat manusia dapat ditentukan. Lihatlah kedepan, Partha. Sifat apakah yang dapat kau lihat dalam diri mereka semua…. (S209)
Arjuna : Pangeran Duryudhana tahu akan keadilan tapi tidak pernah bertindak adil. Hidupnya dipenuhi dengan keangkuhan. Karenanya dia sedikit memiliki kebodohan. Memiliki nafsu dan sepenuhnya tidak punya kebaikan. Dan disana ada Pangeran Dursasana. Dia selalu mematuhi kakak tertuanya tanpa memikirkannya lagi, karenanya dia memiliki kebodohan…. (S209)
Krshna : Lihat juga Kakekmu, Bhisma, Partha. Dia punya keseimbangan diantara kebaikan dan kebodohan. Dia tidak memiliki keangkuhan tetapi dia terikat dengan pemikiran usang dan tradisi yang kuno. Bahkan ketika keinginannya muncul. Dia tidak bisa melanggar sumpahnya. Lihatlah Guru Drona, dia memiliki pengetahuan maupun keangkuhan. Pengetahuan membebaskan manusia tapi keangkuhannya tidak membiarkannya mencapai kebebasan … (S209)
Arjuna : Tapi, Madhava. Jika sifat manusia adalah kesatuan dari sifat manusia, apakah perbuatan manusia sudah ditakdirnya sebelumnya ? Seekor singa memangsa rusa dan rusa ditakdirkan untuk takut pada singa. Lalu kenapa keadilan jadi hal yang penting. Mengapa kejahatan mendapatkan hukuman ? Lalu apa tujuan semuanya ?. … (S209)
Krshna : Sebuah pertanyaan yang bagus, Partha. Tapi pertama – tama pahamilah apa yang dimaksud dengan manusia itu. Manusia tidak hanya gabungan dari lima elemen dasar itu, tidak hanya dari lima wujud itu, Panca Indra, panca indra penggerak dan tiga sifat manusia tidaklah gabungan dari kedua puluh tiga wujud itu. Agar manusia dapat menjalankan fungsinya, dia memerlukan energi dan energi itulah yang disebut dengan kehendak. … (S209)
Arjuna : Jadi, Madhava, apa manusia terdiri dari kehendak ? … (S209)
Krshna : Tidak, Partha. Bersamaan dengan kehendak manusia dan gabungan dari keduapuluhtiga unsur itu adalah ciptaan. Dan yang berada dalam tingkat manusia ini yang terbuat dari keduapuluhtiga unsur, yang artinya percikan terkecil dari Deva yang dinamakan sebagai Jiwa. Ketika ciptaan dan manusia menjadi satu yang berarti ketika percikan terkecil dari Deva berada dalam tubuh seseorang sebagai jiwa saat itulah manusia akan hidup. … (S209)
Arjuna : Apa yang dimaksud dengan jiwa, Madhava ? Dan apa yang dimaksud dengan memahaminya ? … (S209)
BG04
Krshna : Seperti halnya ketika manusia menggunakan kereta, seperti itulah jiwa menggunakan perangkat yang dinamakan dengan tubuh. Melalui media tubuh, dia mengalami suka dan duka dari tubuh itu, tetapi jiwa bukanlah tubuh, Partha. Tubuh masih bisa dihancurkan tetapi jiwa tidak akan bisa dihancurkan. Nainan Cindati Sastrani, nainan Dahati Pavaka, Nacainan Kladayanti Apo, Nasosayati Maruta. artinya jiwa tidak bisa ditembus dengan senjata apapun, ataupun dibakar dengan api, ataupun dilemahkan oleh air, ataupun dikeringkan dengan angin, walaupun jiwa berada di dalam tubuh, jiwa itu abadi. Nahanya tehanya mane sarire, Partha. Tubuh mungkin saja bisa dibunuh tetapi jiwa itu sendiri tidak akan bisa dibunuh. Jiwa itu ada dimana – mana, tidak berwujud, tetap dan dia kekal. Seperti halnya manusia membuang pakaian lama dan memakai yang baru. Hampir sama jika jiwa meninggalkan tubuh yang tua dan berulang kali menempati tubuh yang baru. … (S209)
Arjuna : Tapi, Madhava. Melalui tubuhku aku bisa merasakan dunia. Tanpa memahami tubuhku ini, bagaimana aku akan dapat memahami jiwaku ? … (S209)
Krshna : Mengetahui diri sendiri dalam bentuk jiwa, bukanlah hal yang tidak mungkin, Partha. Orang buta pun bisa hidup, orang bisu pun bisa hidup termasuk mereka yang bisa hidup tidak memiliki tangan dan kaki. Sudah jelas bahwa tubuh bukanlah hal yang membentuk manusia. Ada seseorang yang kehilangan energinya, atau mereka yang hidup yang kehilangan ingatannya, oleh karena itu sudah jelas, bahwa bentuk ketidaksadaran manusia bukanlah tubuh yang baik. Seseorang yang menjelajahi dirinya dengan cara seperti ini. Aku bukanlah Indra, juga bukan tubuh, juga bukan perasaan, juga bukan pemikiran atau bukan juga pendapat, orang yang bisa memahami ini akhirnya akan dapat memahami dirinya dalam bentuk jiwa… (S209)
Arjuna : Apakah tujuan dari jiwa itu sendiri, Madhava ? … (S209)
Krshna : Ketika ciptaan tersebut terpisah dan ketika manusia dan alam diciptakan maka manusia yang adalah bagian dari Deva menjadi jiwa dan berdiam dalam wujud penciptaan. Jiwa itu sendiri dikelilingi oleh nafsu dan kegelapan, Partha. Terbangun dari lelapnya nafsu belaka, dan memahami dirinya sebagai bagian dari Deva adalah sebuah tugas, tujuan dan tekad jiwa itu sendiri … (S209)
Arjuna : Tapi, Madhava, jika setiap jiwa bagian dari Deva, apa perkembangan dan kemunduran dikendalikan sendiri oleh Deva ? … (S209)
Krshna : Seperti permata tergeletak di tanah, tidaklah hilang kilauannya. Demikian pula, jiwa yang dikelilingi oleh wujud penciptaan yang mengetahui bahwa ini merupakan bagian kecil dari Deva, seringkali jiwa menganggap bahwa tubuh mereka adalah segalanya. Mereka berbeda dengan jiwa itu sendiri yang tidak mereka ketahui. Melalui sebuah penderitaan, bau, rasa yang dirasakan oleh tubuh maka akan dianggap sebagai sebuah pengalaman dan mereka tidak pernah berusaha keras untuk berubah. Jiwa yang tidak mau berusaha keras untuk berubah dan tetap melakukan ketidakadilan, mengingatkan dan menghukum mereka adalah hal yang tidak bisa dihindari. Kau lebih baik memahami hal ini, Partha. Bahwa kau bukanlah tubuh tetapi sebuah jiwa. Setiap prajurit yang ada di medan pertempuran ini, tidak seperti yang ada di dalam pikiranmu, mereka semua telah tinggal di dalam tubuhnya untuk beberapa waktu. Tubuh mereka akan mati, tetapi jiwa mereka semua abadi. Mereka akan menempati tubuh baru lagi, sampai mereka tidak menyadari dirinya sebagai jiwa yang murni, sampai mereka menyerahkan ketidakadilan, dan mencamkan keadilan di dalam dirinya, mereka akan terus lahir dan kemudian mati. Ini adalah pelajaran pertama dari Brahma Vidya, Partha. Mereka yang lahir sudah dipastikan akan mati. Dan bagi mereka yang mati, sudah dipastikan akan dilahirkan kembali. Pengetahuan ini disebut Samkya Yoga … (S209)
Arjuna : Apa keadilan dan ketidakadilan itu, Madhava ? … (S209)
Krshna : Jalan yang dipijak oleh manusia, dimana dia melihat dirinya sebagai jiwa dan mengetahui dirinya adalah bagian kecil dari Deva, maka jalan itu dinamakan keadilan. Ketika menusia mengetahui bahwa dirinya adalah bagian kecil dari Deva maka dia akan mendapatkan pencerahan. Bahwa dia itu ciptaan Deva dan Deva adalah penciptanya. Tidak ada perbedaan diantara penciptaan dan Deva. Manusia yang paham akan hal ini, tidak akan kejam dan kasar terhadap manusia lain dan juga bahkan pada binatang. Dia sudah tahu bahwa dengan memotong anggota tubuhnya akan menyebabkan rasa sakit tidak hanya pada organ itu saja tapi juga dialami semua bagian tubuh lain. Sama halnya jika seorang manusia merasakan sakit maka seluruh duniapun merasakan hal yang sama. Selama masih ada seorang manusia sekalipun menderita di dunia ini, maka tak seorang pun yang akan merasakan sepenuhnya kenikmatan nanti. Saat mengetahui ini hanyalah pemikiran manusia yang dipenuhi dengan belas kasih ini juga disebut dengan keadilan. Ketika seseorang dipengaruhi kebodohan, dia akan menjadi manusia yang kejam, kasar dan egois terhadap yang lainnya, hanya untuk kesenangan dirinya sendiri, dia bebankan penderitaan pada yang lain. Dia tidak bisa jadi lebih dekat pada Deva, karenanya ketidakadilan adalah salah satu yang menjauhkannya dari Deva … (S209).
Arjuna : Maka dari itu, ketidakadilan adalah nama lain dari ketidakpedulian ? … (S209)
Krshna : Iya … (S209)
Arjuna : Jadi, kita harus merasa kasihan pada yang tidak peduli, lalu apa tujuan dari hukuman ? … (S209)
Krshna : Ketika seseorang enggan untuk mencari pengetahuan, ataupun enggan untuk melirik pengetahuan itu, maka hukumannya adalah belas kasihan baik pada dirinya atau pada orang lain. Tahap – tahap penciptaan akan selalu menurut kehendak Deva, itu tidak akan terelakkan. Tetapi bersamaan dengan berkembangnya ketidakpedulian, nafsu dan juga ketidakadilan maka keadilan di dunia ini akan berada pada jurang kehancuran. Hingga di dunia ini tidak ada keadilan lagi, sementara belas kasih dan kebenaran juga telah dihancurkan, dalam rangka menyambut generasi selanjutnya agar memperoleh keadilan, menghabisi kejahatan saat ini dan mengembalikan keadilan adalah hal yang tidak mungkin terelakkan. Hari ini keadaannya hampir sama, Partha. Dan kewajiban untuk menegakkan keadilan ada di tanganmu. Mulai sekarang atasilah kelemahanmu itu, dan bersiaplah untuk pertempuran ini !! … (S209)
Arjuna : Tapi pembunuhan dilakukan dengan tanganku, kalau kehidupan ini harus diakhiri olehku, bukankah itu menghancurkan belas kasih dalam diriku ? Dan jika belas kasih adalah dasar dari keadilan, bukankah jiwaku akan jadi tidak adil ? … (S209)
Krshna : Batas dari keadilan sudah pasti akan dibuat, tetapi batas dari amal belumlah dibuat, Partha. Perbedaan diantara amal dan perbuatan sangat perlu untuk lebih dipahami lagi. Semua amal adalah perbuatan tapi tidak semua perbuatan adalah amal. Amal adalah suatu perbuatan dimana hasilnya sangat diharapkan. Ketika seseorang melakukan amal dan berharap mendapatkan kenikmatan, kekayaan dan kehormatan maka dia terikat pada hasil perbuatannya itu. Ketika amal ditunjukkan untuk mengharapkan suatu hasil maka dinamakan Sakam Karma Yoga. Dan ketika amal dilakukan tanpa mengharap hasil apapun untuknya maka itu dinamakan Niskam Karma Yoga. Inilah alasannya mengapa dia harus terlahir berulang – ulang. Kenyataannya manusia tidaklah terikat oleh sebuah amal, tapi rantai pengharapan yang terhubung dengan amalnyalah yang mengikatnya. … (S209)
Arjuna : Bagaimana bisa, Madhava ?
Krshna : Jika kau berharap kemenangan dalam peperangan ini, maka kau akan merasa sangat berduka atas kekalahan. Dan kedukaan itu akan memaksamu melakukan hal lain lagi yang kau butuhkan untuk dilahirkan kembali. Lalu ternyata kau menang, kesombonganmu akan makin tumbuh dan kesombongan itu akan membawamu ke arah duniawi. Dia akan membuatmu membunuh dan dosanya seharusnya akan terikat padamu. Pikirkan hal itu, jika dalam pertempuran ini kau tidak punya kemauan untuk menang dan tidak takut untuk kehilangan kau akan merasakan kebahagiaan atau kesedihan di akhir peperangan ini ? … (S210).
Arjuna : Tidak merasakan kebahagiaan, Madhava, tidak pula kesedihan … (S210)
Krshna : Karena itu kebahagiaanmu, kebahagiaanmu, keputusasaanmu, kekecewaanmu bukanlah karena perang ini. Harapanmu dari perang inilah yang menyebabkannya. Bukankah menurutmu begitu Partha … (S210)
Arjuna : Iya… (S210)
Krshna : Karena itu memegang sukacita dan dukacita secara seimbang tanpa memikirkan akan mendapatkan kehilangan, kemenangan atau kekalahan dan itu artinya jika kau terlibat dalam pertempuran maka sukacita, dukacita, kehilangan , kemenangan atau kekalahan, Wahai Putra Kunti, maka kau tidak akan menanggung dosa apapun. Ini lah yang disebut dengan Karma Yoga. Orang yang mempelajari pengetahuan tentang Samkya menyadari kenyataan bahwa dia bukanlah suatu tubuh tapi suatu jiwa belaka. Bahwa kebahagiaan yang dialami tubuhnya hanyalah sampai pada kematian dan karena itu tidak nyata tetapi hanyalah sebuah ilusi. Baginya menjadi seorang karma yoga menjadi lebih mudah. … (S210)
Arjuna : Tapi, Madhava. Jika perbuatan dimaksudkan untuk dikendalikan, bukankah bijak untuk melepas keduniaan dan menempuh jalan kesucian ?… (S210)
Krshna : Pemikiran seperti itu adalah satu – satunya alasan untuk perang hari ini, Partha. Renungkanlah, ketika mereka yang menguasai Tri Guna dan yang mengetahui keadilan sudah berhenti bertindak, maka mereka yang penuh dengan ketidakadilan akan memerintah dunia ini. Selama Bhisma yang agung masih belum meninggalkan dunia ini, ketidakadilan tidak akan tumbuh dengan luas hari ini. Dan jika ayahmu tidak pergi dalam pengasingan sebelumnya, kakakmu, Yudistira akan memerintah dalam kedamaian saat ini dan mengajarkan rakyatnya tentang keadilan dan juga kebenaran. Tapi Partha kenyataan pahitnya adalah bahwa hanya mereka yang baik yang bisa berguna bagi dunia ini, tapi mereka orang yang selalu berpikir tentang kesucian layaknya air yang melayang sebagai uang dan debu yang tetap berada disana sama halnya dengan orang suci dan terpelajar yang meninggalkan dunia dan mereka yang tidak adil namun dikuasai kebodohan sudah memerintah dunia. Atas alasan ini dosa – dosa dan ketidakadilan tumbuh di dunia ini. Tetapi Karma Yoga melindungi dunia ini dari sebuah keadaan yang aneh ini. Seorang Karma Yoga akan berhenti berharap pada hasil tetapi bukan pada perbuatan itu sendiri, dia berada di dunia ini layaknya seorang suci, dia melakukan semua tindakan tapi tidak kehilangan diri didalamnya. Seorang Karma Yoga tidak berharap apapun dari anak – anaknya, dan yang disayanginya bahkan dari rakyatnya sekalipun. Dia sendiri memperoleh keuntungan dari kesuciannya tetapi dia bermanfaat bagi dunia layaknya sebagai kepala keluarga … (S210)
Arjuna : Seorang manusia berusaha keras untuk kesejahteraan dari keturunannya. Bagaimana bisa dia tidak berharap suka cita dari keturunannya ?… (S210)
Krshna : Apapun yang dilakukan manusia untuk anak – anaknya, itu sebuah transaksi atau cinta, Partha ? … (S210)
Arjuna : Cinta, Madhava … (S210)
Krshna : Lalu mengapa mengharapkan suatu hasil atas perbuatannya, Partha. Keuntungan dari masa depan yang diukur dengan transaksi dan bukan dengan cinta. Manusia yang membentuk watak anak – anaknya dengan baik dan melimbahkan kesucian cinta dan keadilan, anak – anaknya tentu akan memberikannya cinta dan perlindungan. Perbuatan dan kelakuan orang yang disayang mencerminkan perbuatannya sendiri ,dan ketika seseorang tidak lagi berhak atas perbuatan mereka sendiri lalu apa gunanya lagi untuk memiliki harapan besar dan kemudian juga berharap besar pada mereka. Jika kau pikirkan ini dalam – dalam, Partha. Kau akan segera menyadari bahwa tidak ada perbuatan di dalam kehidupan yang menghubungkan harapan dan pengharapan yang tidak terelakkan. Ketika makhluk adalah Deva dan manusia adalah bagian dari Deva, maka semua tindakan disebabkan oleh Deva itu sendiri. Seorang manusia tidak akan melakukan apapun dengan sendirinya. Inilah prinsip dasar dari Karma Yoga, Partha. Oleh karena itu, Partha. penting agar kau menjadi seorang Karma Yoga dan berjuanglah dalam peperang ini dan melepaskan Tri Guna, bebaslah darinya Partha, bebaslah dari dilema ini. Pikirkanlah selalu kebaikan yang adalah Deva itu sendiri dan lanjutkan semua kewajibanmu, hasrat yang kau miliki untuk mencapai sesuatu dan pikiran untuk mempertahankan sesuatu yang telah kau capai sebelumnya atau yang telah kau bangun dalam semua harapanmu, itu harus dihentikan, Partha, dan bebaskan sekarang juga. Kau harus ingat, Partha. Hakmu adalah hanya sebatas untuk melakukan perbutan dan hasilnya tidak bisa kau tentukan, hasilnya terserah pada para Deva. Oleh karena itu, tidaklah benar, Partha. Jika kau lahir dari perbuatan, dan tidak pula benar untuk mengharapkan hasil dari semua perbuatanmu saat ini … (S210)
BG06
Arjuna : Orang yang tidak mengharapkan hasil tapi tidak berhenti berbuat baik. Lalu bagaimana seorang Karma Yoga itu bisa dikenal, Madhava ? … (S210)
Krshna : Dengar Partha, orang yang membuang makanan, hanya untuk mengabaikan rasanya. Pada kenyataannya hasrat untuk merasakan tidak pernah hilang dari pikirannya. Dia pun menghadapi kehilangan dua kali lipat. Pertam – tama dia menjadi lemah, dikarenakan usahanya untuk mencapai Deva yang tidak terelakkan tidak bisa dia lakukan. Dan Kedua, pikirannya selalu dipenuhi dengan hasrat untuk merasakan apapun. Oleh karena itu, daripada mengabaikan makanan seseorang lebih baik berhenti berhasrat untuk merasakannya sendiri. Seorang karma yoga mengeluarkan semua hasrat dalam pikirannya, dia menerima kehidupan sebagai kewajiban dan menjalankan tugasnya, tetapi dia tidak pernah selaras dengan tindakannya dan Partha, seseorang yang tidak punya harapan dan pengharapan dari tindakannya, adalah orang yang tujuannya akan terpenuhi. Orang yang pikirannya tidak goyah walaupun setelah mengalami kegagalan, orang yang tidak berpikir bahwa dia yang paling hebat bahkan setelah kesuksesannya, orang seperti itulah yang disebut dengan Karma Yoga. Dan orang seperti itu akan berhasil dalam kehidupannya hingga berulang kali. Keinginan timbul dari pengharapan akan hasil dan ini adalah sifat dari keinginan yang tetap tidak akan terpenuhi. Rasa tidak terpenuhi kemudian menimbulkan kemarahan dan kemarahan akan menimbulkan hasrat. Karena hasrat itulah seseorang akan melupakan pengetahuan tentang perilaku dan juga interaksi. Hilangnya pengetahuan menyebabkan hilangnya kebaikan dan masyarakat menjadi musuh bagi orang seperti itu. Dan pada akhirnya orang seperti itu akan menemui kehancuran total. Seperti misalnya seperti saudara Duryudhana. Panglima pasukannya adalah Bhisma Yang Agung. Harusnya dia musuhmu, tapi dia mendoakan agar kau mendapat kemenangan. Partha, bertanggung jawab adalah langkah kedua menuju pengetahuan keDevaan. Kuatkan keyakinanmu pada Yang Maha Kuasa, kendalikanlah dirimu sendiri, bebaskan dirimu sendiri dari ikatan belenggu, korbankan hasrat akan hasilnya dan lakukan saja kewajibanmu. .. (S210)
Arjuna : Dengan menguatkan keyakinanku pada Yang Maha Kuasa, bagaimana aku bisa menjadi orang yang berbakti ? … (S210)
Krshna : Partha, dikarenakan oleh Samkya Yoga, seorang manusia tetap mengingat Yang Maha Kuasa. Dan mengingat Yang Maha Kuasa akan melahirkan rasa pengabdian pada manusia itu sendiri dan rasa itu disebut dengan pengabdian (Bhakti). Pengabdian mencerahkan seorang manusia tentang mana yang benar dan mana yang salah. Dan pengetahuan itu memberikannya penglihatan terhadap Yang Maha Kuasa, dia akan menjadi orang yang paling berbhakti. Dia terbebas dari lingkaran kelahiran kembali dan mencapai keselamatannya. Itulah tujuan utama dari semua jiwa dan puncak dari kebenaran … (S210)
Arjuna : Tapi bagaimana aku bisa berbhakti tanpa penglihatan terhadap Yang Maha Kuasa, Madhava … (S210)
Krshna : Untuk bisa mendapatkan penglihatan, terhadap Yang Maha Kuasa singkirkanlah keserakahan, kesombongan, kemarahan dan juga prasangka. Jika seseorang yang duduk dalam gelap berkata bahwa dia ingin melihat matahari apa yang akan kau sarankan. Tidakkah kau akan katakan untuk keluar dari ruangan itu dan berdiri di bawah langit terbuka, matahari sudah ada di sana sebelumnya. Sama halnya, Partha. Alam ini adalah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Kuasa adalah segala sesuatu tidak ada sesuatu kecuali hanya Dia saja. Seseorang yang melihat jiwanya sendiri akan melihat Yang Maha Kuasa. Layaknya rasa dari sebutir garam tidak berbeda dengan rasa di lautan, sama halnya pula suatu jiwa tidak akan jauh berbeda dari Yang Maha Jiwa…. (S210)
Arjuna : Artinya, Madhava, apakah Kau Yang Maha Kuasa ?… (S210)
Krshna : Iya, Partha, Aku adalah Yang Maha Kuasa. Sebenarnya sama seperti dirimu, tapi kau tidak tercerahkan tentang hal itu. Tidak seperti diriKu. … (S210)
Arjuna : Lalu, Madhava. Kenapa pengabdian pada DiriMu tidak dianggap sebagai pengabdian pada Deva ?… (S210)
Krshna : Tentu saja, pengabdian padaKu adalah pengabdian pada Yang Maha Kuasa, kau tidak perlu merasa ragu dan kau tidak perlu merasa khawatir , korbankanlah segalanya dan dapatkan perlindunganKu untukmu, Partha. Akulah alam semesta, Aku hadir di setiap aspek alam semesta, Akulah matahari dan Akulah bulan, Aku hadir dalam rasi bintang dan planet – planet, Aku lebih tua dari matahari dan sama barunya dengan bunga yang sedang mekar, Akulah seluruh manusia, Akulah kuasa yang menciptakan Nirvana dan neraka, Akulah Duryudhana, dan Aku juga adalah Arjuna… (S210)
Arjuna : Bagaimana mungkin begitu, Madhava. Karena banyak manusia yang telah menyaksikan kelahiranMu, bahkan ibuMu pun masih hidup. Kau dilahirkan dari rahimnya. Bagaimana Kau bisa menjadi keduanya dulu dan sekarang. … (S210)
Krshna : Kau menyaksikan tubuh ini dan Aku berbicara dari jiwa. Aku telah dilahirkan tidak terhitung, Aku juga memiliki banyak perwujudan, Aku telah berada dalam banyak rupa dan Aku pun telah mati tepat disini. Dan Aku juga akan lahir kembali berulang kali di masa depan. Kapanpun kebenaran terancam, kapanpun yang jahat menampakkan kejahatannya maka demi menyelamatkan kebenaran itu sendiri, untuk menghancurkan yang jahat dan menegakkan kembali kebenaran, Aku akan terlahir kembali. Ini akan terjadi di setiap jaman dan akan terus terjadi di masa depan. Akulah Yang Maha Kuasa. Akulah perwujudan Matsya dan juga perwujudan Vamana, Akulah Parasurama dan Akulah Deva Rama, Akulah Brahma, Visnu dan Mahesa, Akulah Sarasvati, Kali dan juga Laksmi, Aku bukanlah pria dan bukanlah wanita bukan pula waria. Aku bukanlah tubuh bukan pula anggotanya, Akulah pengetahuan, ciptaan, alasan dan keabadian. Akulah segalanya dan Aku pun bukan apa – apa. Ini telah terjadi di setiap jaman dan akan terjadi di masa depan dan selamanya. Ketika kau merenungkan keberadaanmu, kau akan menemukan dirimu sendiri terhubung denganKu dan kemudian sepertiKu juga, kau akan menemukan dirimu dalam bentuk Yang Maha Kuasa. Tetapi untuk bisa mencapai posisi itu, sangat penting agar kau mendedikasikan dirimu sepenuhnya padaKu … (S210)
Arjuna : Apa yang maksud dengan dedikasi, Madhava ? … (S211)
Krshna : Itu adalah keadaan dimana pikiran manusia menyerah pada keinginan hingga tidak membuat dedikasi untuk diri sendiri. Dan tidak juga mengambil sumpah orang dengan cara kerja yang diberikan padanya. Pada kenyataannya, kalau kau mulai mendedikasikan dirimu untuk seseorang dan kau melakukannya sendiri, pikiranmu, akalmu, pengetahuanmu, keinginanmu, emosimu dan segala sesuatu yang kau miliki pada seseorang maka komitmen tersebut disebut sebagai sebuah pengabdian (Bhakti)… (S211)
Arjuna : Seorang istri berkomitmen untuk suaminya, prajurit berkomitmen untuk panglimanya, seorang murid berkomitmen untuk gurunya. Semua bentuk pengabdian itu apakah sama, bukankah itu semua untuk mencapai Yang Maha Kuasa ?.. (S211)
Krshna : Tidak Partha, ketika seseorang berbakti terhadap sesuatu ataupun untuk seseorang, itu tergantung acuannya, dia tidak meninggalkan ruang untuk keraguan atau pertanyaan pengabdian terhadap seseorang yang jahat bisa membuat orang menjadi memfitnah. Raja Angga Karna, meskipun tahu apa yang benar, tapi dia berkata salah pada Panchali di permainan dadu. Dan alasan untuk itu adalah pengabdian Raja Angga terhadap saudara Duryudhana, hukumannya adalah dengan mendapatkan perang ini, apakah begitu menurutmu ? Itu semua adalah karena kesetiaannya kepada orang yang jahat. Karena itulah perlu untuk mendedikasikan diri pada apa yang benar. Yang membuat manusia menjadi benar. Hanya penjahat yang dibelenggu dengan rantai yang terbuat dari besi, lampu candi diikat oleh rantau yang dibuat dari kuningan kemudian juga ada rantai emas yang melingkar pada leher kita sebagai sebuah hiasan. Kesetiaan terhadap suami, terhadap guru dan teman, itu hanya beberapa bentuk kesetiaan, Partha. Tapi yang disebut kesetiaan yang sejati adalah kesetiaanmu terhadap Yang Kuasa.. (S211)
Arjuna : Tapi apa pengabdian terhadap Yang Kuasa harus dilakukan dengan Samkya Yoga atau Karma Yoga ? .. (S211)
Krshna : Karena dengan Samkya Yoga, manusia tahu kalau dia adalah jiwa. Dan karena Karma Yoga, mereka bisa membebaskan diri dari ikatannya. Dan kerena pengabdian hingga manusia mengetahui wujud yang nyata dari Yang Maha Kuasa. Dan manusia juga bisa mengetahui tentang arti keadilan dari Yang Maha Kuasa, manusia berada dalam lingkaran hidup dan mati hingga demi mencapai kebahagiaan di dunia dan pengetahuan manusia pun mengabdikan dirinya untuk Yang Maha Kuasa yang menjadi tujuan utama dari semua jiwa.. (S211)
Arjuna : Maksudnya, tubuh manusia ini tidak ada nilainya, Madhava ? .. (S211)
Krshna : Itu pasti bernilai, Partha. Tubuh manusia menjadi media bagi manusia untuk bertemu Yang Maha Kuasa. Antara kematian dan juga reinkarnasi, dimana pengetahuan akan jiwa tetap aktif dengan segala pengalaman, pengetahuan dan belajar dari kehidupan yang sebelumnya, jiwa pun menjadi bagian dari tubuh yang baru. Dan ini hanya terjadi ketika dia menjadi bagian dari tubuh manusia itu sendiri. .. (S211)
Arjuna : Tapi Madhava, dengan membunuh orang – orang yang hadir disini, apakah kita tidak menghancurkan kesempatan untuk menyelamatkan mereka ? .. (S211)
Krshna : Musuh – musuhmu telah melewati batas – batas kebenaran, Partha. Kejahatan telah menjadi sifat kedua mereka. Keselamatan bagi mereka tidaklah mungkin. Orang pendosa dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki diri hanya sampai pada batas tertentu. Aku pernah menghukum Sisupala, tapi itu memang perlu untuk menghukumnya. Jika kita membiarkan orang berdosa untuk terus melakukan dosa, maka dia akan semakin banyak menurunkan lebih banyak lagi kejahatan dan dosa – dosanya. Tugas orang baik adalah menghentikan melakukan kesalahan lagi, jiwa – jiwa ini tidak akan mencapai akhir, tapi tubuh – tubuh mereka akan rusak oleh ketidakbenaran dan menjadi bagian dari tubuh manusia baru. Tapi ada lebih banyak kesempatan lagi dalam tubuh baru mereka, jika kau melakukan perang ini dengan pola pikir bahwa itu memang pantas, tubuh manusia bagi manusia adalah kekayaannya sebagai harga diri mereka. Mereka yang menempuh jalan kebenaran, akan memurnikan tubuh mereka dan melalui jalan itu mreka akan bertemu dengan jiwanya. Ini adalah hubungan antara Setra dan Setragna .. (S211)
Arjuna : Aku tidak bisa mengerti akan hal itu, Madhava .. (S211)
Krshna : Ketika ada yang tahu bahwa tubuh kita adalah seperti bagian dari tanah ini artinya hanya tempat yang seperti Setra dan orang yang mengerti tentang tanah tersebutlah yang ada disana, karena itulah maka dia menjadi seorang Setragna. Kemudian lewat tubuhnya bisa mengukur kemajuannya, jiwa dalam tubuhnya akan menyeimbangkan tiga kebajikan itu, dengan pengabdian untuk Yang Kuasa dia bersatu dengan Yang Maha Kuasa.. (S211)
Arjuna : Yang dilakukan seorang pemuja adalah berbakti bukan pengabdian, Madhava ? .. (S211)
Krshna : Tidak Partha, itu langkah pertama untuk pengabdian secara nyata. Dalam kenyataan, pengabdian bukanlah tugas tetapi itu merupakan sebuah keputusan. Sangat penting bagi manusia untuk memurnikan jiwanya, melalui doa, penebusan dosa, kemurtadan, ritual yoga dan juga pembelajaran diri namun tetap berbakti kepada Yang Maha Kuasa. Karena setiap manusia harus mencurahkan semua perhatian dan mengarahkan setiap nafasnya untuk Yang Maha Kuasa.. (S211)
Arjuna : Jika pengabdian adalah keputusan, lalu apa pentingnya berdoa, penebusan dosa dan hal semacamnya ? .. (S211)
Krshna : Hanya cara dan alat untuk membersihkanmu hari ini dan nantinya akan kotor lagi. Pikiran manusia akan tertuju lagi pada Yang Maha Kuasa hingga berulang kali. Karena itulah perlu untuk berdoa, penebusan dosa, pembelajaran diri dan yang lainnya supaya kau selalu ingat di setiap waktu bahwa hidupmu adalah pengabdian untuk Yang Maha Kuasa. Tidak penting bagian sungai mana yang kau selami, yang penting adalah bahwa kau bisa menyelam. Hanya ada satu dedikasi dari Bhakti Yoga, bahwa dengan menyerahkan kehidupannya ke Yang Maha Kuasa, manusia harus meneruskan pengabdiannya untuk Yang Maha Kuasa agar dia bisa menjaga kebaikan dalam hidupnya .. (S211)
Arjuna : Lalu apakah kebajikan dan kebaikan itu, Madhava ? .. (S211)
Krshna : Tanpa alasan dan kepentingan diri melakukan kekerasan adalah dosa. Sesungguhnya anti kekerasan adalah dharma yang utama selain itu kejujuran, tidak emosi, pengorbanan, ketenangan jiwa, tidak menjelakkan orang lain, perasaan welas asih, tidak tertarik kepada suka cita, tidak melakukan sesuatu tanpa alasan, tenang, sabar, pemaaf dan kesucian tubuh serta tidak melawan kebenaran dan juga tidak angkuh. Sifat – sifat mulia ini disebut juga sifat Satvik atau sebuah sifat yang mulia. Dengan ini manusia bisa melakukan kebaktian artinya bisa berbakti kepadaKu sambil menjalankan kewajiban di dalam hidupnya sambil menegakkan kebenaran dan hidup tanpa mengharapkan pahala dari perbuatannya. Orang seperti itu sudah pasti akan Aku berikan ketenangan dan setelah kematian aku Kuberikan tempat untuk bersemayam dalam DiriKu … (S211).
Arjuna : Seperti apakah wujudMu, Madhava. Melalui media Samkya Yoga, aku harus tahu bahwa aku punya jiwa, aku abadi dan berada dalam tubuh yang fana ini hanya untuk sementara waktu. Melalui tindakan yang tanpa pamrih, aku ingin tahu apakah orang yang mengorbankan keinginan demi pamrih bisa melaksanakan tugasnya, lalu mencapai ketenangan pikiran dan kebahagiaan dalam hidupnya. Melalui disiplin kerohanian aku ingin tahu pentingnya penyerahan diriku padaMu. Tapi Madhava, Kau pernah mengatakan bahwa Yang Maha Kuasa bukanlah manusia yang berdiri di semua tempat. Tapi aku masih melihat manusia yang ada disini hanya manusia, Madhava. Aku ingin melihat sekilas DiriMu yang sebenarnya, Madhava. Kekuatan, kemasyuran, pengetahuan yang penuh kemewahan, wujud Yang Kuasa, aku sangat ingin melihatnya, Madhava, tunjukkanlah wujudMu yang sebenarnya padaku, Madhava. Hancurkan semua keragu – raguanku, Tunjukkanlah DiriMu, Madhava …. (S211).
Krshna : Lihatlah, Partha …. (S211).
http://www.youtube.com/watch?v=tj3C11k_zUU
Krshna : Dari pengetahuan akan Yang Kuasa, sampai perbuatan tanpa pamrih. Dari perbuatan tanpa pamrih sampai kerohanian, lihatlah wujud tertinggi dariKu sebagai pengetahuan yang sebenarnya, Arjuna. Ini pengetahuan tertinggi yang merupakan dasar dari semua pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan ini memberikan keselamatan, bahkan para Deva pun tidak bisa melihat wujud ini dengan mudah seperti yang sudah Aku tunjukkan padamu, Arjuna. Aku tinggal di masing – masing di setiap partikel bumi ini, di bumi, matahari, bulan dan segala rasi tinggal di dalamKu. Aku adalah kebenaran, Aku sempurna. Aku adalah kehidupan. Aku adalah Siva. Aku adalah huruf yang utama. Aku (adalah) SamaVeda dalam Veda. Diantara Deva, Akulah Indra. Diantara binatang buas, Aku adalah Deva Kuvera. Diantara para Rudra, Aku Sangkar. Diantara para Vasu, Aku (adalah) Deva Agni. Diantara puncak gunung, Aku adalah Semeru. Diantara para Rsi agung, Akulah Bhrgu. Diantara kata – kata, Akulah Om. Diantara lagu, Akulah Gayatri. Akulah pohon Asvata. Akulah kepintaran dalam ingatan. Aku kecerdasan, keteguhan dan kesabaran dan Aku adalah kemuliaan. Diantara para Gandarva, Akulah Citraratra. Diantara Rsi Suci akulah Narada. Diantara yang disempurnakan, Akulah Kaapila. Akulah Ucaisvara. Akulah Airavata. Akulah raja hutan. Akulah putra Sang Vinata. Diantara manusia Akulah Raja. Diantara semua senjata, Akulah Bajra. Diantara sapi, Akulah Kamdhani. Diantara ular, Akulah Vasuki. Aku Shesma. Aku Yama. Aku Deva Baruna. Aku juga Deva Vayu. Aku juga Deva Rama. Gangga yang suci. Akulah awal dan Akulah akhir dari penciptaan. Aku adalah Bharma Vidya, Akulah Mahakala. Dan Brahma, kemenangan, dan keputusan. Aku adalah hukuman, kekuatan, strategi, kesunyian, dan Aku juga pengetahuan akan filsafat. Akulah Vasudeva, Arjuna, Bhagavan Vyasa. Tidak ada yang bukan Aku sama sekali. Tidak ada tempat dimana Aku tidak hadir. Akulah waktu, Akulah kehidupan, dan Aku juga kematian, Arjuna. Aku disini sebagai kematian untuk semua orang yang ada disini. Bahkan meski kau tidak mengangkat senjata, Aku pasti akan memusnahkan mereka semua. Untukku atasilah keinginanmu dan jalankanlah kewajibanmu. Tanggunglah beban akan keadilan, angkatlah busur Gandiva-mu dan berperanglah. Berjanjilah untuk perang, Arjuna. Berjanjilah untuk perang …. (S212).
BG05
Arjuna : Oh Madhava Oh Madhusudhana, hari ini keraguanku telah terhancurkan. Aku mohon kembalilah ke wujud manusiaMu. Aku akan mematuhi seluruh perintah dariMu … (S212)
——————————————————————————————————————————–
—————————————————————
Percakapan Bhisma dengan Krshna
————————————————————–
Krshna : Kau memang benar Bhisma Yang Agung, bukan keahlianmu yang ditampilkan dalam pertempuran ini. Tapi justru kelemahanmulah yang kau tunjukkan. Jika kau memang mampu melakukannya, bukannya dengan mengambil dari ahli waris atau keturunanmu, kau harusnya bisa tentukan keputusan itu sendiri … (S221). Kewajiban memberikan kebebasan. Kewajiban yang kemudian mengikatmu bisa dipastikan itu bukan kewajibanmu. Tetapi adalah sebuah jerat, sebuah belenggu… (S221).
Bhisma : Jangan pernah, meragukan kewajibanku, Basudewa. Di semua kehidupanku, sedetik pun aku tidak pernah berlaku tidak adil. Untuk memenuhi janji yang pernah aku buat untuk ayahku dulu, aku hanya melakukan yang perlu dilakukan … (S221)
Krshna : Hanya demi kewajibanmu saja, kau (Bhisma) mau menjerumuskan seluruh dunia ke dalam bahaya. Aku tidak menganggap ini karakter yang kuat. Karakter yang kuat seharusnya berjuang demi semua manusia di setiap saat di dalam hidupnya. Karaktermu itu telah ternoda, bahkan pula kewajibanmu … (S221)
Bhisma : Kau (Basudewa) tidak berhak menyebut kewajiban seseorang telah ternoda. Kewajiban adalah kebenaran. Oleh karenanya tidak ada yang dapat mengalahkanku sekarang. Tidak seorang pun … (S221).
Krshna : Aku bisa mengalahkanmu (Bhisma), disetiap saat. Jangan pernah kau mencoba untuk menyulut kemarahanKu. Tidak ada logam yang tidak meleleh dalam api, tidak ada sumpah, tidak ada kutukan ataupun berkat yang tidak bisa Aku langgar. Kau telah menjadi penghalang untuk kesejahterraan manusia dan seluruh takdirnya. Jika kau tidak meletakkan senjatamu sekarang, Aku pasti akan membunuhmu, Bhisma … Aku tidak membutuhkan senjata apapun untuk membunuhmu, Aku bahkan bisa membunuhmu dengan menggunakan roda dari kereta ini … (S221)
Melaksanakan kewajiban namun bukan untuk sesama manusia bahkan menghalangi kesejahteraan manusia (lainnya) adalah kewajiban dalam persepsi manusia saja. Dan sudah pasti itu bukanlah kebenaran. Kewajiban yang ada dalam benak manusia adalah yang didapat dari persepsi – persepsi akan kebenaran. Dimana persepsi tersebut berhasil menguasai manusia itu sendiri dan mengkerdilkan “sesuatu” yang telah lama bersemayan di dalam, yaitu Sang Diri …(pen)
221Krshna
Bhisma : Tolong maafkan aku, Basudewa. Aku tidak menyadari tentang wujudMu yang sebenarnya. Kau memang mampu untuk membunuhku. Tapi untuk bisa membunuhku, Kau sampai bersedia melanggar sumpahMu itu. Aku pasti sudah membuat kesalahan yang sangat besar. Apa kesalahanku itu, Basudeva. Katakanlah … (S221)
Krshna : Kesalahanmu adalah ketidaktahuanmu, Bhisma. Kau tidak pernah mau mencoba untuk memahami bentuk sejati dari keadilan. Bahkan sampai pada kasih sayang yang ada di seluruh dunia. Sampai keadilan di masyarakat yang sampai saat ini belum lengkap. Tapi kau berpikir hanya keluargamu saja selama ini. Kau tidak berpikir tentang seluruh manusia. Karena itu bahkan pengorbananmu adalah bentuk dari keegoisanmu … (S221).
Bhisma : Aku meninggalkan tahtaku menjadi raja, demi janjiku pada ayahku. Aku bersumpah seumur hidup untuk membujang, tidak ada motivasi keegoisanku selama ini … (S221)
Krshna : Sumpah untuk membujang, dan meninggalkan tahta menjadi raja memang perbuatan yang besar. Tapi mengapa kau tidak memberikan tanggung jawabmu kepada masyarakat, Bhisma Yang Agung ? … (S221)
Bhisma : Demi menghindari konflik antar bangsa dan menghindari perebutan tahta di Hastinapura, dan demi melindungi Dinasti Kuru dari kesedihan, maka aku terpaksa mengambil sumpah ini, Basudeva .. (S221)
Krshna : Lihat lah disekelilingmu, Bhisma. Apa yang terjadi disini ? Sumpah yang telah kau ambil tidak bisa menghindari malapetaka ini. Renungkanlah itu, kau menganggap sumpahmu itu sebagai kewajiban. Jika memang seperti itu tugasmu, lalu kenapa perang besar ini bisa terjadi. Pada kenyataannya, keadilan bukanlah pikiran yang sederhana. Bukan juga sebuah tradisi saja. Keadilan adalah nama dari kehidupan, kehidupan yang terus menerus. Perubahan adalah karakter dari kehidupan. Dan manusia pun harus bisa menerima perubahan itu sendiri. Kau juga harus bisa menerima perubahan itu, Bhisma Yang Agung … (S221).
Bhisma : Tapi aku sudah bertindak hanya dari setiap langkah yang ada di sekitarku, Basudeva … (S221).
Krshna : Tidak, Bhisma Yang Agung. Dalam kelahiranmu, demi menjaga dirimu dari dampak akan perbuatan, kau belum benar – benar terlibat dalam tindakan yang penting. Arti dari tindakan mengambil keputusan dan dapat menerima akibat dari perbuatan seseraong. Tapi ketika kau mengambil keputusan, apakah penobatan Raja Pandhu adalah hasil dari keputusanmu ? Apakah menikahkan Dhrstrarastra dan Ratu Gandhari adalah keputusanmu ? Kenapa tidak berusaha menghentikan Raja Dhrstrarastra dari melakukan ketidakbenaran ? Keputusan permainan dadu dan tidak menghentikan penghinaan terhadap Drupadi disana. Keputusan untuk mengobarkan perang ini ? Demi untuk menghentikan ketidakbenaran ini tidak hanya didasarkan pada kemampuan, dan kekuatan saja. Tapi kau tidak bisa membuat keputusanmu, Bhisma Yang Agung. Kau terikat pada sumpah dan janjimu. Dan kau sengaja menjauhkan diri dari tanggung jawab untuk membuat sebuah keputusan … (S221).
Bhisma : Apakah mengambil keputusan itu tidak menimbulkan ikatan baru, Basudeva ? …. (S221).
Krshna : Untuk membebaskan dirimu dari sebuah ikatan, kau harus mengerti prinsip kerja tanpa pamrih. Barulah hidupmu akan dipenuhi akan kebenaran. Untuk membebaskan dirimu dari ikatan, kenapa kau meninggalkan semuanya ? Kau seharusnya menciptakan hasil dari perbuatanmu, bukannya dengan mengancam seseorang yang menjadi kewajibanmu agar dapat membenarkan tindakanmu untuk bisa melaksanakannya. Itu akan menghindarkanmu dari ikatan sumpah yang kau buat. Apakah kau tahu yang terdapat di masa depan. Keadaan selalu akan berubah, waktu memang bisa berubah tetapi kau tetap saja tidak mau melanggar sumpahmu. Maka kau pun tidak menerima perubahan, sebagai hasil dari semua itu, perang inilah yang kemudian berkobar … (S221).
Bhisma : Lalu apakah sumpah tidak ada nilainya ? … (S221).
Krshna : Memang tidak, sumpah yang berguna bagi seluruh masyarakat itulah yang bernilai. Tapi bagaimana pun saat sumpah dan keputusan dari seseorang akan berdampak negatif bagi masyarakat maka saat itu juga harus melanggar sumpah itu, Bhisma Yang Agung. Jika bertempur di pihak Pandava adalah keputusan yang tidak bisa kau lakukan pada hari ini, maka paling tidak letakkan senjatamu itu dan terimalah kematianmu disini … (S221)
Bhisma : Aku menerimanya, Basudeva. Kalau aku sudah memperoleh pengetahuan ini dariMu sebelumnya, maka banyak kejahatan yang bisa dihindari. Tapi jika tidak dalam kehidupan setidaknya dalam kematian yang Kau berikan akan sangat berguna untukku. Mati di tanganmu sendiri akan menjadi kehormatan terbesar dalam hidupku. Akhirilah kehidupanku, aku sudah siap … (S221).
Krshna : Sesuai permohonanmu, Bhisma Yang Agung … (S221).
bhishma-pitamah-shri-krishna-mahabharata
—————————————————————————————————————
Krshna : Ini sudah saatnya untuk melanggar sumpahKu, Partha. Itu sebabnya aku akan melanggar sumpahKu … (S221).
Krshna : Dan Aku akan menerimanya, nanti. Meskipun setelah pertempuran ini Aku harus banyak menerima penghinaan, dan kutukan, tapi Kau pun tidak akan menyadarinya nanti. Aku pun tidak akan merasa bahagia dan sedih, karenanya saat ini kematian Bhisma tidak bisa dihindari … (S221).
Krshna : Mahadev (Siva) sendiri telah berjanji pada Putri Amba, bahwa ketika ia (Srikandi) bertujuan melakukan perbuatan mulia, dia akan menjadi penyebab kekalahan Bhisma. Terlebih lagi, janji Mahadev tidak pernah bisa salah … (S222)
Krshna : Saat ayunan mencapai salah satu ujung, maka akan kembali ke arah yang berlawanan dan akan bergerak lagi . Manusia yang cerdas memiliki pikiran yang bertentangan saat tugas selesai. Kemampuan ini adalah kelemahannya dan kekuatan-Nya. Ini adalah kekuatan yang membuat manusia menjauh dari perbuatan dosa dan kekejaman. Namun kemampuan ini juga membuatnya mencapai kesuksesan…. (S222)
Krshna : Partha, sebentar lagi matahari akan tenggelam……….. Srikandi hanyalah penyebabnya, senjatamulah yang harus digunakan untuk itu. Kau harus bisa memfokusnya perhatian dalam tugasmu saat ini. Ini adalah tugasmu untuk bisa mengalahkan Guru Drona …. (S224).
Krshna : Ketika sudah tak ada lagi di dunia ini sesuatu yang berharga untuk dilihat maka kita cenderung menunggu Tuhan. Kau (Panchali) tidak bisa mencegah atas apa yang telah ditakdirkan untukmu tetapi kamu dapat mengabdikan diri kepada Tuhan … (S234).
Krshna : Saat ini seorang pengecut pun bisa menjadi pemenang. Tetapi kemasyuran dan kejayaan diberikan kepada Ksatria …. (S234).
Krshna : Ketika waktu yang sulit, seseorang pasti akan merasa sakit. Bahkan para Dewa sendiri tidak bisa menguasai waktu. Kadang menerima rasa sakit menjadi kewajiban seseorang. Bahkan kamu (Partha) lebih baik menjalankan kewajibanmu … (S237).
Krshna : Kapankah perang tidak ada penderitaan, Arjuna ? Baik itu di medan perang atau pun dalam kehidupan. Lebih baik bersabar sebagai senjata … (S238).
Krshna : Aku tidak bisa membuat matahari tenggelam, tapi Aku bisa membuat suasana seperti matahari tenggelam … (S240).
Krshna : Kepala Raja Sindhu Jayadrata telah terpenggal dan menjadi alasan kematian ayahnya … (S240).
Krshna : Ketika seseorang memulainya (ketidakbenaran), maka yang lainnya pun juga mengikutinya. Bagaimana pun, jika saatnya ketidakbenaran mengambil alih kelihatan seperti wajar dilakukan. Hari ini, mungkin musuh (Kurava) merasa bahwa dengan melanggar semua aturan, akan sangat menguntungkan mereka … (S241).
Krshna : Bheema, dalam perang kali ini kita membutuhkan anakmu. Ghatothkach anakmu adalah seorang raksasa dan raksasa sangatlah kuat dalam malam hari … saat ini hanya dialah jalan keluarnya … (S241).
Krshna : Diantara kebenaran dan ketidakbenaran ada sebuah pilihan ketiga, Bheema. Untuk menegakkan kebenaran melakukan sesuatu yang kelihatannya tidak benar sangat diwajibkan dan itu disebut kewajiban di saat krisis… (S241).
Krshna : Sangatlah penting agar senjata itu (Panah Karna pemberian Indra) segera digunakan … (S242).
Krshna : Untuk menegakkan kebenaran mereka yang ditakdirkan dikorbankan akan benar – benar dikorbankan. Dan mereka yang ditakdirkan untuk hidup akan hidup dengan menanggung berat atas kesedihan dan perjuangan … (S242).
Krshna : Jika Aswatama mati, maka Guru Drona pasti akan melepaskan senjatanya (baju bajanya). Pastikan bahwa berita kematian Ashwathama sampai ke Guru Drona adalah lebih dari cukup membunuh Ashwatama tidak diperlukan. Jika Yudhistira yang menyampaikan pasti Guru Drona akan percaya … (S243).
Krshna : Kasih sayangmu pada anakmu begitu besar, Guru Drona. Kebenaran, ketidakbenaran, pantas dan tidak pantas, kau lupakan semuanya … (S244).
Krshna : Seseorang mungkin akan dilahirkan dengan berkah yang luar biasa, Guru Drona. Tapi kelakuan buruknya di dunia dapat merusaknya. Aku sangat mengetahui hal itu, bahkan besi dapat menjadi debu disebabkan oleh air dan angin. Jika kau berdoa (tapa, meditasi) untuk kesejahteraan Ashwatama, kau pasti akan menyadari hal itu, kenapa anugrah kedewataannya dapat dihancurkan … (S244).
————————————————
Dialog Krshna dan Guru Drona
————————————————
Krshna : Ashwatama yang telah gugur bukanlah anakmu, tapi seekor gajah. Apa kamu lega sekarang, apa hatimu sudah menjadi penyayang lagi. Jika anakmu tidak mati hari ini, dia pasti akan mati kelak. Tidak ada orang yang abadi di dunia ini, Guru Drona. Namun pertanyaanku sebenarnya adalah di kehidupanmu apakah kau merasa senang atau sebaliknya, harapan dan kekecewaan, pengetahuan dan ketidatahuan dan lainnya, terikat semata – mata demi anakmu. Apakah hidupmu tidak memiliki tujuan yang lain ? Apakah semua kekuatan dan pengetahuanmu semata – mata milik anakmu ?… (S244).
Guru Drona : Tentu, dia (Ashwathama) datang ke dunia karena aku. Dia memberiku kebahagiaan, kehormatan, kasih sayang untukku. Tak ada seorang pun yang lebih penting darinya. Tidakkah semua ayah sangat mencintai anak – anaknya ? … (S244).
Krshna : Pikirkanlah hal ini, Guru Drona. Kau memiliki cinta tak terbatas kepada anakmu. Apa yang sebenarnya kau berikan padanya ? … (S244).
Guru Drona : Aku memberikannya kebahagiaan, kekayaan dan sebuah kerajaan … (S244).
Krshna : Apakah kau memberinya nilai kebenaran ? apakah kau memberinya pengetahuan ? Apakah kau bisa memberinya sesuatu yang akan menghilangkan ketergantungannya akan perlindunganmu ?. Tidak semua orang bisa menjadi ksatria tangguh seperti Arjuna dan Raja Anga Karna. Tetapi kamu dapat mengajarkan anakmu setidaknya membuat keputusan yang benar. Sudahkah kau melakukannya ? Anakmu tidak akan melawan kebenaran hari ini, dan bahkan kau tidak akan ikut berperang dengan memihak pada ketidakbenaran … (S244).
Guru Drona : Aku ingin memberi anakku, Ashwathama, seluruh kebahagiaan di dunia ini, Vasudeva. Aku memberi segalanya dan cinta yang tak terbatas untuk putraku … (S245).
Krshna : Cinta membimbing orang menuju keberhasilan. Itu akan mengajarinya tentang yang pantas dan yang tidak pantas, Guru Drona. Apa itu memang benar cinta ? dia tidak akan terikat dengan ketidakbenaran. Kebenarannya adalah ini bukan cinta tapi yang kau berikan adalah cinta palsu…. (s245).
Krshna : Ada perbedaan antara cinta sejati dengan cinta palsu. Pernahkah kau memikirkannya ? Kebenarannya adalah dimana ada cinta disana tidak ada cinta palsu. Cinta lahir dari kasih sayang dan cinta palsu lahir dari ego. Cinta sejati mengatakan bahwa anaknya akan mendapat semua kebahagiaan dari Yang MahaKuasa sedangkan cinta palsu mengatakan bahwa orang tua sendiri akan memberikan senya kebahagiaan pada anaknya. Cinta sejati mengatakan bahwa dia akan bangga pada anaknya sedangkan cinta palsu mengatakan bahwa anaknya akan bangga pada orang tuanya. Cinta memberikan kebebasan, Guru Drona. Sedangkan cinta palsu akan mengikat seseorang. Cinta sejati adalah kebenaran, cinta palsu adalah ketidakbenaran … (S245).
Krshna : Ketika melihat anakmu meminum tepung beras bercampur air, kamu sangat kecewa. Pada saat itu kamu telah mengajarkan anakmu untuk menjadi puas dengan campuran tepung beras. Dan bukannya untuk kecewa, kamu telah mengajarinya untuk berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Apakah keadaanmu saat ini tidak akan berbeda ? … (S245).
Krshna : Dalam usahamu untuk mencerahkan masa depan anakmu, kau lupa untuk mencerahkan karakternya. Karena cinta butamu kebenaran dalam hidupnya menjadi hancur. Keserakahan, ketakutan, dan ketamakan adalah hal – hal yang kamu ajarkan pada anakmu. Kebenarannya adalah karena cinta buta ini kau tidak pernah menjadi guru yang sebenarnya. Kau menurunkannya hanya sebagai seorang pengajar … (S245).
Guru Drona : Seluruh hidupku, aku telah berusaha untuk membuat semua muridku unggul dengan tidak membuat apa – apa hanyalah sempurna dan ucapan pengabdian… (S245).
Krshna : Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan sebagai amalan. Dia tidak pernah memperlakukan pengetahuan sebagai perdagangan. Itulah sebabnya seorang guru mengharapkan biaya kecil dari murid – muridnya. Dia tidak mematok nilai apapun. Namun kau mematok sebuah nilai untuk pengetahuanmu yang tak ternilai itu untuk menukar pengetahuanmu dengan meminta murid – muridmu untuk membalas dendam. Bukan hanya kamu meracuni hidupmu sendiri, tapi juga muridmu. Dan semua ini terjadi karena cinta butamu kepada anakmu. Kau bukanlah seorang Guru, Dronacharya. Orang yang menempatkan ego di pikirannya dan cinta buta dan ketamakan di hatinya tidak akan pernah bisa berbuat benar. Itulah mengapa, orang tenggelam dalam banjir akan berpegang pada sebuah pohon untuk melindungi dirinya. Ini sama dengan saat akhir dari kehidupanmu, kau perlu berpegang pada kebenaran. Hari ini adalah waktunya, untuk membuat keputusan yang benar. Biarkan cinta buta itu pergi. Aku bisa mengambil hidupmu saat ini juga. Namun ini keinginanku untuk melihatmu membuat keputusan yang benar dalam kehidupanmu dari dirimu sendiri … (S245).
Guru Drona : Ini adalah kesalahanku sehingga anakku menerima hukuman. Ini waktunya sekarang, bahkan diriku akan menerima hukuman. Sekarang aku bersedia menerimanya … (S245).
Guru Drona : Aku mengucapkan kata perpisahan untuk terakhir kalinya. Berita Drupada yang menyayangi anak perempuannya bahwa Drona anak dari Maharsi Baradwaja memohon maaf sebelum menerima kematiannya … (S245).
—————————————————————————————————————
Krshna : Penipuan telah menjadi peraturan dalam perang ini … (s249).
Krshna : Raja Angga telah turun dari keretanya, dengan kata lain dia telah menerima perlindunganmu (Arjuna). Dia tidak memiliki keberanian untuk berperang lagi. Berperang dengannya sekarang tidak ada gunanya …. (S250).
Krshna : Seseorang yang menerima semua tantangan, adalah orang yang tidak memiliki keyakinan dalam dirinya, Arjuna. Orang yang punya rasa percaya diri menerima tantangan berdasarkan rencananya … (S251).
Krshna : Dengan menunjukkan seseorang kembali menjadi musuh seseorang adalah bagian dari rencana, kadang – kadang. Apa kau ingat dengan Kalyawan. Walaupun Chakra SudarsanaKu atau panahmu tidak bisa membunuhnya …. ! …. (S251).
Karna : Tugas dari seorang laki – laki tidak membuat dia besar atau kecil, Raja Madra. Perilaku seorang prialah membuat dia besar atau kecil. Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Aku adalah putra seorang Sudra, dan aku adalah putra seorang kusir. … (S251).
Krshna : Inilah waktunya menyelesaikan perang, Partha. Selama Karna memiliki busur di tangannya, mengalahkannya sulit. Dia tidak dapat memberikan kemenangan kepada temannya, Duryudhana. Bagaimana pun dia harus kalah untuk beberapa waktu. Itulah kenapa membunuh Karna harus sekarang … (S251).
Krshna : Dan menggunakan kata – katamu sebagai senjata, kamu dapat menyebut wanita sebagai pelacur dan menyerahkan kebenaran, Raja Anga ? … (S251).
Krshna : Raja Anga melupakan pengetahuannya. Hanya saat krisis dia akan melupakan pengetahuannya, Partha … Inilah saat yang tepat, bunuh Raja Anga Karna …. (S251).
______________________
Dialog Krshna dengan Karna
______________________
Krshna : Cobalah ingat kata – kata Bhagavad Parashurama, Karna. Pengetahuan yang dikumpulkan dengan menjauhi etika selalu meninggakan kita saat krisis. Ini bukan kutukan Bhagavad Parashurama, Raja Anga, tetapi hukum alam … (S252).
Karna : Tapi saya telah bekerja keras tanpa kenal lelah untuk mendapatkan pengetahuan, Vasudeva. Lalu bagaimana aku bisa melupakan pengetahuanku ? … (S252).
Krshna : Kenapa kau mencoba untuk mendapatkan pengetahuan, Raja Anga ? Apakah kau mengerti pentingnya pengetahuan ? Selagi mencari pengetahuan, apakah kau berkeinginan untuk berguna di masyarakat ? atau kau mencapai pengetahuan hanya untuk meminta balas dendam dari hinaanmu ? Kebenarannya untuk mendapatkan pengetahuan, seseorang tidak perlu bekerja keras. Hanya konsentrasi dan dedikasi adalah cukup. Pengetahuan bukanlah kualitas dari jiwa dan kau itu pintar. Kau bilang padaKu, selagi mencari pengetahuan, kenapa pikiran tidak dapat fokus ? … (S252).
Krshna : Ketika seorang pria dianggap berpengetahuan, dan untuk mendapatkan sesuatu, dia mempersiapkan untuk mendapatkan pengetahuan. Ketika mendapatkannya, dia tidak dapat menenangkan pikirannya. Pengetahuan tidak dapat menjadi pembangun kualitas jiwanya, seperti warna. Warna bukanlah kualitas alami dari pakaian. Itulah mengapa warna tersamar dalam matahari. Seseorang yang mendapatkan pengetahuan dengan mengerti nilai dari suatu kesatuan tak ternilai akan menjadi hebat dalam bidangnya. Bagaimana pun seseorang yang mendapatkan pengetahuan dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu tetap bersaing sepanjang hidupnya untuk membuktikan dirinya hebat (superior). Bagaimanapun dia tidak akan pernah hebat. Kau juga mendapatkan pengetahuan dengan maksud meskipun kau mendapat pengetahuan dari Bhagavad tetapi pikiranmu tetap tidak tenang. Kau tetap bersaing dengan Arjuna yang sudah jauh …. (S252).
Krshna : Tujuanmu (Karna) untuk mendapatkan pengetahuan tidaklah benar. Jadi kau terikat untuk melupakan pengetahuan. Kau tidak pernah mendapatkannya, Raja Anga … (S252).
Karna : Kenapa saya belum superior, Vasudeva ? Kenapa saya harus bekerja sangat keras dalam hidupku ? Masyarakat selalu menghancurkan kesempatanku. Ini tidak memberi pengakuan pada kekuatanku. Tidak menerima mimpiku. Selalu menghinaku dengan memanggilku anak kusir. Kemampuan yang diberikan olehNya adalah hak manusia, Vasudeva. Lalu mengapa masyarakat mengasingkan seseorang dari haknya ? … (S252).
Krshna : Ini adalah kejahatan serius, Radheya. Mendiskriminasikan orang – orang berdasarkan kasta dan kepercayaan berdasarkan persepsi yang salah, membuat seseorang diasingkan dari masyarakat dari tujuan yang benar. … (S252).
Karna : Lalu mengapa aku disalahkan, Vasudeva ? Jika ketidakpuasan terlahir padaku, jika aku mampu dan jika aku mencoba mendapatkan hakku dengan kekuatan lalu apakah aku melakukan kesalahan, Vasudeva ? … (S252).
Krshna : Ada masanya, Raja Anga. Ketika anak dari Kritavirya, Kartavirya Arjuna, seorang Raja Ksatria telah membunuh petapa hebat Jamadagni. Apakah kau tahu apa yang telah petapa tersebut lakukan ? Meskipun menderita, dia bermeditasi. Kenapa ayahnya, sang petapa hebat, terbunuh ? Dia ingin tahu dimana ketidakbenaran berkembang. Dia lupa akan penderitaannya. Mengambil penderitannya dari seluruh masyarakat. Menghancurkan semua ketidakbenaran ksatria, dia menyucikan seluruh dunia kerena dia telah mendapatkan mantra ini dari hidupnya. Ia berada di neraka hanya bertekad membalas dendam. Dia mungkin tidak dipanggil Bhagavad Parashuram hari ini. Radheya, kesedihan dan penghinaan yang kamu alami adalah nyata. Bagaimanapun kalau mengubah itu menjadi tujuan, lalu masyarakat akan mengambil keuntungan dari itu. Dan kau akan berbahagia juga. Jika dasar dari manusia yang kuat sepertimu dapat diperoleh oleh orang – orang yang telah dirugikan lalu kehidupan dari banyak orang akan menjadi bahagia, kau memiliki kesempatan, kemampuan dan kau tahu seperti apa rasanya penderitaan. Tapi kau tidak mendedikasikan hidupmu kepada orang – orang. Kau mendedikasikan hidupmu kepada Duryudhana. Dia tidak memiliki apa – apa tapi hanyalah ketidakbenaran dipihaknya … (S252).
Krshna : Lihatlah dirimu sekarang, Radheya. Kau tetap mendukung Duryudhana. Kau menjadi bagian dari dosa membuka pakaian Panchali. Kau tidak dapat menghargai ibumu. Kau membunuh dua putra dari saudaramu sendiri. Dan hari ini dengan kehilangan kebenaranmu, pengetahuanmu dan kepuasanmu, kau disiapkan untuk mati di tangan saudaramu yang lebih muda … (s252).
Karna : Kau benar, Vasudeva. Tapi aku tidak dapat melupakan kebaikan Duryudhana … (S252).
Krshna : Kebaikan apa, Redheya ? Setelah menjadi teman Duryudhana, apakah dia berbuat demi kesejahteraan kerajaannya. Tidak, dia menjadi temanmu untuk keuntungannya sendiri. Semangat bersaingmu untuk melawan Arjuna adalah alasan kenapa dia berteman denganmu. Kau lupa akan kesengsaraanmu dan mengambil itu dari masyarakatmu. Kau mungkin sudah tahu kebenaran dari pertemanan palsu Duryudhana … (S252).
Krshna : Jika Duryudhana mempunyai sekecil – kecilnya kebakan untukmu, lalu dengan perantaranya kau dapat menolong kerugian dari dunia. Kebenarannya adalah kau dapat membebaskan dia dari semua ketidakbenaran, dari kejahatan. Bagaimanapun kau tidak pernah tahu akan kebenaran ini. Kebenarannya adalah semua kebaikanyang telah dilakukan untukmu tidak berarti… (S252).
Karna : Seluruh hidupku penuh dengan amal dan sedekah untuk masyarakat yang dirugikan, Vasudeva. Aku tidak menyimpan apapun … (S252).
Krshna : Manfaat sejati dari membagikan harta didapat oleh orang yang beramal bukan kepada yang menerimanya. Sudahkah kau menggunakan kemampuanmu untuk membebaskan orang yang telah dirugikan sepertimu. Semua orang tentu sudah menikmati itu, Radheya. Kau berkata bahwa masyarakat menghancurkan kesempatanmu. Tapi harga dari kesempatan diberikan oleh Tuhan tidak akan kamu ketahui. Jangan mengindahkan kebenaran ini. Seseorang yang hidup untuk masyarakat juga menjadi manfaat tapi seseorangyang hidup seolah – olah untuk dirinya sendiri bukan hanya akan rugi sendiri tapi juga seluruh masyarakat … (S252).
Krshna : Perang di Kurusetra ini, bukanlah karena Duryudhana atau Paman Sangkuni. Ini karena dosa dari tiga Maharathi. Bhisma Yang Agung, Guru Drona dan kau, Radheya. Kalian bertiga telah meninggalkan apa yang kalian anggap benar. Pemikiran akan kesejahteraan masyarakat dan dengan tidak membantu Duryudhana perang ini tidak akan berlangsung …. (S252).
Karna : Kau benar, Vasudeva. Bahkan ketidakbenaran tidak akan menyakiti masyarakat yang kejam. Kebenarannya lebih menyakitkan. Kalau dilakukan karena kelambanan dalam kebenaran, dosa dari perang besar ini adalah beban yang harus kita tanggung…. (S252).
Krshna : Sekarang adalah waktunya, Radheya, untuk melupakan kesengsaraanmu. Untuk menyerah pada ketidakbenaran dan menerima kematianmu. Ini untuk kesejahteraan masyarakat dan kau, Radheya … (s252).
Karna : Aku terima perintahmu, Vasudeva. Aku bahkan menerima kematianku. Katakan pada Ibu Kunti untuk memaafkanku dan juga Panchali kalau saya telah menumpahkan darahku untuk menghilangkan noda penghinaanku. Aku punya satu pertanyaan, Vasudeva. Akankah kemampuanku tidak akan pernah punya identitas ? … (s252).
Krshna : Radheya, kau tidak memegang busur di tanganmu, roda keretamu masuk ke dalam lumpur dan kau telah melupakan seluruh pengetahuanmu. Arjuna harus mengambil keuntungan dari situasi tersebut untuk membunuhmu. Apakah ini bukti akan kemampuanmu ? …. (s252).
———————————————————————————————————–
Krshna : Bebaskan Karna Raja Anga dari beban, Partha, dosanya …. (S252).
Krshna : Permusuhan telah berlalu, Partha. Sekarang saatnya kita mengingat hubungan darah seseorang. Hubungan yang terlahir dari tangisan berakhir menggenangi mereka (Pandava, Kunti dan Karna) … (s253).
Krshna : Inilah kenyataan dari perang, Partha. Itulah mengapa hal terbesar dalam kehidupan adalah ahimsa. Tidak ada dasar yang lebih besar daripada ahimsa. …. (S255).
Krshna : Kau tidak pernah mengambil bagian dari perang ini, Sahadev. Ahimsa seperti itu akan menjadikan kita sebagai pengecut, ahimsa adalah keberhasilan jika lahir dari kekuatan dan kemampuan bukan ketakutan. … (s255).
Krshna : Duryudhana adalah ksatria yang mampi, tapi kau (Bheema) harus melawannya di malam hari … (s255).
————————————————————————
Dialog Krshna dengan Sangkuni/Shakuni
————————————————————————
Sangkuni.: Vasudev, Kau tidak pernah mengganggap medan perang sebagai tempat, begitu juga aku. Mari lanjutkan pernainan dadu kita, kalau Kau kalah maka Kau harus akui kemenangan Duryudhana dan jika saya kalah saya akan menganggap Yudhistira sebagai raja … (S255).
Krshna : Kau sangat berbahaya bagi kehidupan orang banyak, Sangkuni. Aku tidak akan bermain dadu atas nama Pandava ataupun Duryudhana. Jika Aku kalah Aku akan mengorbankan DiriKu, tapi bila kau kalah kau harus melakukan hal yang sama. Pikirkanlah itu, jika Aku mati, itu akan menghancurkan Pandava dan Duryudhana akan menjadi raja. Aku bahkan akan bermain dengan dadumu, sebagaimana kesombonganmu menunjukkan kelemahanmu … (s255).
daduy
Krshna : Dan takdirku adalah daduku, Paman (Sangkuni). Angkanya didapat dari kehendak Yang Diatas, tapi dadunya kulempar diluar kehendakKu … melempar dadu adalah perbuatan, Paman. Ketika angkanya didapat, adalah buah dari perbuatan. Semua hidupmu, kau tetap mencoba menginginkan buah dari yang kau tanam, sedangkan Aku tetap pada perbuatanKu … (S255).
Sangkuni : Daduku adalah takdirku, Vasudeva. Mereka mengikuti keinginanku, berapapun angka yang aku mau, itulah yang aku dapat … (S255).
Krshna : Dan takdirku adalah daduku, Paman (Sangkuni). Angkanya didapat dari kehendak Yang Diatas, tapi dadunya kulempar diluar kehendakKu … melempar dadu adalah perbuatan, Paman. Ketika angkanya didapat, adalah buah dari perbuatan. Semua hidupmu, kau tetap mencoba menginginkan buah dari yang kau tanam, sedangkan Aku tetap pada perbuatanKu … (S255).
Sangkuni : Vasudev, seseorang selalu berbuat menurut keinginannya. Saat dia mulai mendapatkan angka yang diinginkannya, hanya ketika dia menang dalam hidupnya. … (S255).
Krshna : Manusia selalu mencoba untuk mengontrol hasil dari perbuatannya. Mereka mencoba untuk membelokkan hasilnya agar sesuai dengan keinginannya. Tetapi saat diberikan dadu, seorang penjudi bisa menahan diri untuk berjudi. Dia gagal menyadari, bahwa bukan dia yang mengontrol dadu, tapi sebaliknya. Di dalam kehidupan, manusia berpikir, apakah dia akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginnannya atau tidak. Dia tidak berpikir apakah waktunya tepat atau tidak untuk melakukan sesuatu. … (S256).
Sangkuni : Daduku selalu sesuai dengan keinginanku, karena itu aku tidak perlu lagi prinsipMu akan perbuatan itu, Vasudev … (S256).
Krshna : Ketika manusia berada pada kejayaan, dia berpikir dengan jalan yang sama yang dilakukan itulah alasannya. Ketika kegagalan pertamanya dialami olehnya, dia pergi ke kuil. Dan ketika dia berhasil lagi, akan tumbuh dalam keyakinannya. Kenyataannya, keyakinannya tidak ada pada dirinya atau tidak pada Pencipta, dia tetap berlari dari Gandhara ke Hastinapura, dari Hastinapura ke Dvaraka dan dari Dvaraka ke Magadha. Dia terus melempar dadunya. Dia berpikir dia bisa menang. Hidup bukanlah sebuah permainan dadu, Paman (sangkuni). Orang yang sedang duduk di depanmu bukan hanya lawanmu. Ada banyak orang lainnya yang bermain permainan yang sama, tetapi tidak terlihat oleh kita. Tapi itu mempengaruhi kita. Karena itu Aku tidak mencoba untuk mengontrol hasilnya, tapi Aku melakukannya … (S256).
Krshna : Aku tidak akan menghalangi jalan seseorang, Aku hanya menyebarkan pengetahuan sesuai kemampuanKu dan sebagai pendengar yang baik, sesuai sifatnya menjadi kebenaran … (S256).
Duryudhana : Bicara kebenaran tidak cocok denganMu, Vasudeva. Kecurangan – kecurangan yang Kau rencanakan itu telah aku ketahui … (s256).
Krshna : Aku bukanlah orang yang disalahkan atas kekalahanmu (Duryudhana). Kau adalah orang yang disalahkan untuk ini. Keputusanmu yang berasal dari hasratmu, dan bukan dari kesalahanku. Misalnya harini, kau akan menghadap ke ibumu dengan tubuh telanjang, untuk dapat melindungi tubuhmu .. (S256).
Krshna : Kenapa kau (Duryudhana) tidak mencari perlindungan dari ibumu sebelum peperangan ini dimulai, Duryudhana… (S256).
Krshna : Kau (Duryudhana) tidak mengerti situasi ini. Itulah mengapa kemenangan menghindar darimu. Bagaimanapun keputusan ada padamu. Kau akan pergi menghadap ibumu dengan tubuh telanjang, sesuai dengan agama dan tradisi kita anak lagi – laki telanjang di depan ibunya sama seperti membunuh ibunya sendiri dan juga tidak benar. Dosa ini akan menjadi kekalahanmu. Pikirkanlah hal itu … (S256).
Duryudhana : Dalam pertarungan Gada tidak dibenarkanmemukul di bawah pinggang, ini akan baik – baik saja jika bagian bawah pinggangku tidak terlindungi. Tetapi bagian yang lain akan mendapatkan perlindungan … (s256).
Krshna : Orang yang bermain hanya untuk menang akan berhadapan dengan kemenangan dan kekalahan. Aku hanya ikut bermain (lila), apa kau tahu artinya ?. Dimana orang tidak tertarik untuk menang, atau takut kalah, dimana orang hanya ingin menikmati hidupnya, atau tidak samal sekali … (S256).
Sangkuni : Apa Kau (Vasudeva) tidak tertarik atas kemenangan Pandava ? … (s256).
Krshna : Tidak, Paman (Sangkuni). Saat sebuah wadah dipenuhi oleh biji – bijian gandum, para wanita mengaduk wadah itu. Setiap biji – bijian mencari tempatnya sendiri. Biji mana yang di atas dan mana yang dibawah, itu tiada bedanya. Sebab pada akhirnya semua biji-bijian tersebut akan menjadi makanan. Waktu sedang mengaduk dunia, biji – bijian yang disebut sebagai manusia mencari tempatnya sendiri. Ketidakbenaran akan berada diatas, akan dimakan lebih awal. Kebenaran akan sedikit dilindungi, dan mereka akan dimakan kemudian. Semua orang pasti akan mati suatu hari nanti. Tetapi yang penting adalah kapan dan bagaimana. Aku tidak memiliki kasih sayang pada siapapun. Aku hanya percaya kemenangan dari kebenaran. … (S256).
Sangkuni : Besok, Duryudhana akan menghancurkan Pandava. Kau (Vasudeva) harus membakar diriMu, itu akan menjadi kemenanganku. Dan kata – kataku akan menjadi kebenaran … (s256).
Krshna : Paman (Sangkuni), apa kau yakin Duryudhana mendapatkan kekuatan perlindungan tubuh, atau apakah ada bagian tubuhnya yang tidak terlindungi ? Aku hanya bilang pada Duryudhana bahwa tidak pantas untuk seorang laki – laki menghadap ibunya telanjang, itu benar kan ? … (S256).
Gandari baru bisa melihat anaknya (Duryudhana) pertama kali saat memberikan perlindungan. Setelah itu Gandari menutup matanya kembali (pen).
Sangkuni : Pelanggaran aturan sudah dilakukan sejak hari kesepuluh, setelah Bhisma yang agung gugur … (s257).
Sangkuni : Basudeva Krshna, Kau mungkin tahu bagaimana cara untuk menang tanpa ikut memainkan permainannya. Tapi aku, Sangkuni, menguasai kelicikan mengatasi rencanaMu. Tak akan kubiarkan Kau memang, Vasudev !! … (S257).
Krshna : Dalam perang keadilan (Dharma) dan ketidakadilan (Adharma) ini, tak pernah Kutemukan sosok sepertimu (Sangkuni). Ini sudah sifatnya manusia, bahwa dia tidak mencoba berhenti sampai akhir dan kau lakukan itu sebagai manusia terunggul. Seandainya kecerdasanmu dimanfaatkan untuk keadilan, kau akan menjadi pemimpin yang berkuasa. Tetapi kecerdasanmu selalu diselimuti oleh ketidakadilan (Adharm), karena itulah kau adalah penjahat terunggul … (S257).
Sangkuni : Seumur hidupku aku telah mencoba mengalahkan Vasudeva Krshna, tak akan kubiarkan Dia menang. Bahkan jika aku mati pun dengan senang hati menyaksikan kekalahkan Krshna di neraka. … (S257).
———————————————————————-
Percakapan Balarama dengan Krshna
———————————————————————
Balarama : Aku datang kesini untuk menghentikan keberpihakanMu, Vasudev … (s257).
Krshna : Aku selalu memihak, Kak (Balarama). Siapapun yang mencari perlindunganKu, akan Aku jaga dari awal hingga akhir … (S257).
Balarama : Bahkan Vishnu berjanji menganggap semua adalah sama … (S257).
Krshna : Aku memang menganggap semua adalah sama, Kak (Balarama). Kuberikan ganjaran sewajarnya dan menghukum yang tidak adil. Aku tidak pilih kasih… (S257).
Balarama : Tetapi menggunakan bentuk manusia kita juga tahu batasan – batasan manusia. Kau (Vasudeva) anugrahkan pengetahuan ini dalam setiap perwujudanMu. Oleh karena itu dalam wujud asliKu, Aku adalah Ular Sesha Pelayan Vishnu. Di sisi lain, dalam wujud manusia Kau menjadikanKu sebagai kakakMu dan menghormatiKu. Sehingga keberpihakanMu itu tidak pantas untuk manusia. Mengapa Kau lakukan itu ? … (s257).
1827633545_119d2fc234_m
Seringkali media salah mengatakan/menuliskan avatara sebagai reinkarnasi. Krshna bukanlah reinkarnasi dari Vishnu. Ada yang bilang personalitas-Nya dan ada yang bilang perwujudan (avatara) dari Vishnu. Tapi kalau reinkarnasi jelas tidak … (pen).
Krshna : Sungai memilih jalannya melalui celah di bebatuan, Kak (Balarama). Tetapi terkadang perlu untuk memecahkan batu tersebut. Ini diperlukan jika Pandava dikalahkan dan perwujudanKu menjadi tidak lengkap … (S257).
Balarama : Aku tidak setuju itu, Vasudeva. Kau memperdayai Raja Anga Karna, Bhisma Yang Agung, dan Guru Drona. Tetapi Aku tidak pernah mencoba menghentikanMu. Karena mereka semua adalah Ksatria di medan pertempuran. Tetapi apa yang telah kau peroleh dari memperjuangkan wanita suci ? Karena satu perbuatanMu, manusia kehilangan keyakinannya untuk bertapa. Mereka juga kehilangan keyakinannya kepada Pencipta. Krshna, Aku harus menghukumMu. Tak ada yang akan memujaMu di masa depan… (S257).
Krshna : Perbuatan berbahaya apakah yang Aku lakukan, Kak (Balarama) ?. … (S257).
Balarama : Seorang wanita ingin memberikan anaknya hasil dari tapanya (Gandari). Perbuatan itu tidaklah terpuji. Seorang Ksatria mendapatkan senjata untuk perlindungannya. Hal itu juga tidak tercela. Kau tanamkan keraguan di dalam pikiran Duryudhana. Kau berikan kelemahan di salah satu bagian tubuhnya. Besok Kau harus menyembunyikan kelemahan itu dan membiarkan Bheema membunuh Duryudhana. … (S257).
Balarama : Aku bertanya padaMu, Vasudeva. Jika Kau bisa merubah situasi dengan mudahnya, mengapa Kau menyebabkan kekerasan ? Lepaskanlah wabah penyakit yang membunuh semuanya. Setidaknya masyarakat tidak melihat semua ini. Jawablah pertanyaanKu. Kenapa Kau biarkan perang ini terjadi … (S257).
Krshna : Jika Aku adalah sumber pengetahuan itu, Kak (Balarama). Maka DiriMulah panutan pengetahuan tersebut. Ksheera artinya susu dan kebenaran adalah suci yang tak bisa dipalsukan begitu saja. Dan Kau tinggal di lautan susu. Kau berbuat layaknya tambatan dan menanggung bebannya. Kau juga berbentuk penutup yang melindunginya. Kau tahu segalanya, Kak… (S257).
Balarama : Aku tak tahu apa – apa. Aku hanyalah berbentuk manusia biasa dan pengetahuanKu tidak lebih dari apa yang mereka pahami … (S257).
Krshna : Manusia hanyalah memperhatikan benda, dan gagal memahami nilai benda itu. Untuk menegakkan kebenaran itu harus mereka bayar dengan darahnya sendiri. Sekarang kebenaran itu, tidak bisa dengan mudah dihancurkan … (s257).
Balarama : Jika itu masalahnya, mengapa tak Kau biarkan para Pandava membayarnya ? Mengapa Kau membantu setiap langkah mereka ? Jangan Kau tunjukkan jalan kemenangan pada Bheema. Kau harus merahasiakan kelemahan Duryudhana pada siapapun. Aku berharap biarkan Pandava mencapai kemenangannya sendiri. Itulah alasan Sangkuni memintaKu kesini agar Aku membatasi gerakMu. Namun, orang bodoh itu tidak mengetahui bahwa Akulah pelayanMu. Aku telah berpura – pura sebagai kakak tertuaMu hanya dalam wujud manusia ini. Dengarkanlah, Kanha (Krshna), kedatanganKu bukan membicarakan tentang pelanggaran peraturan perang, bukan juga menghukum penghianatan dan kecurangan. Semua telah terjadi, tapi pikirkanlah jika manusia mau berpikir untuk mencapai keberhasilan, untuk mendapat kesuksesan cukup dengan melayaniMu. Mereka kehilangan keyakinan bekerja keras berhenti berjuang untuk keberadaannya. Itulah kenapa, Vasudeva Krshna, Aku kakak tertuaMu dalam wujud manusia ini, memohon untuk keselamatan manusia. Kita harus menyalakan kembali semangat diantara manusia … (s257).
Krshna : Kau benar, Kak (Balarama). Aku berjanji kepadaMu, dalam perang ini Aku tidak akan membantu mereka. Akan kubiarkan Pandava menemukan jalannya sendiri. Bahkan jika Duryudhana mendapatkan kemenangan. Tak akan Kuhentikan itu terjadi. … (s257).
lh2kLO6
—————————————————————————–
Krshna : Seorang Ksatria yang menganggap musuhnya lemah dapat dikalahkan di perang ini, Bheema. Jika seekor semut masuk ke telinga gajah yang bisa membunuh seekor singa lalu dia menjadi gila dan jatuh dari gunung …. (S258).
Krshna : Arjuna, tantanglah Paman Sangkuni, saat Raja Gandhara menghadapi kematiannya, maka untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dia pasti akan memanggil Duryudhana … (S259).
Krshna : Perintah KakakKu adalah keadilan, pria seharusnya mendapatkan kemenangan dengan berjuang. Untuk mendapatkan kemenangan kalian harus berjuang keras … (s261).
Krshna : Kakak (Balarama), apa Kau bertarung di pihak Duryudhana ? tidakkah Kau sudah mengambil sumpah untuk tidak ikut bertarung. Kau melakukan hal yang tidak benar, Kak … (s262).
Krshna : Dengan kata lain, untuk menghukum orang yang tidak benar, Kau (Balarama) juga melakukan hal yang tidak benar, lalu bagaimana Bheema bisa bersalah disini … (s262).
Krshna : Kau KakakKu (Balarama), jika Aku tidak menipuMu, lalu siapa yang akan Aku tipu ? Takdir telah meletakkan dasar – dasar perang ini, pada penipuan diri sendiri, maka penipuan menjadi bagian di dalamnya … (s262).
Krshna : Jika Bheema bertindak tidak benar, dunia ini akan mengalami nasib yang tidak benar juga. Kekalahan Duryudhana kita perlukan … (s262).
Krshna : Apa yang kau lakukan, Partha ? Apa kau melepaskan Bramhastramu untuk melawan Bramhastra lainnya ? Saat kedua senjata Deva itu bertabrakan di udara, ledakannya akan menghancurkan seluruh bumi ini. Energi yang ditimbulkan dari ledakan itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun. Bumi dan masyarakat yang mana untuk membangkitkannya, kita harus melakukan perang keadilan ini, akan hancur …. (S264).
Krshna : Ashvatama, kau orang yang keji. Kau selalu menyalahgunakan kekuatanmu. Perbuatan keji kau telah kau perbuat, yang selama ini belum pernah dilakukan oleh siapapun di dunia ini. Duryudhana, Dursasana, Raja Gandhara Sangkuni, Kamsa, Ravana, Hiranyakasipu, kamu akan dihukum lebih kejam daripada mereka. …. (S265).
Krshna mengeluarkan Cakra Sudarsana dan menghempas mata ketiga Ashvatama (pen).
Krshna : Ashvatama, kau tidak taku akan kematian bukan ? Aku akan hilangkan kematianmu. Aku mengutukmu, akan hidup lama. Seluruh bagian tubuhmu akan membusuk. Setiap pori – pori tubuhmu akan mengeluarkan cairan darah dan empedu. Tak seorang pun akan mau dekat denganmu. Kau akan mengembara sendirian ke setiap sudut bumi ini sampai akhir jaman. Kamu akan memohon setiap saat untuk kematianmu, tapi kau tidak akan mendapatkan kematian. Kau akan hidup dalam kebohongan dan kegelapan. Seluruh masyarakat akan mengutukmu, tapi kau akan tetap bernapas, Ashvatama … (S265).
Krshna : Masa depan Pandava adalah masa depan dunia ini, dan Aku tidak akan membiarkannya musnah. Aku telah memberitahu Drupadi bahwa untuk menyempurnakan perubahan akan ada penghancuran menyeluruh. Tapi sampai berakhirnya waktu, masa depan tidak boleh dimusnahkan, Subadra … (S265).
Krshna : Aku, Vasudeva Krshna. Dengan buah perbuatan muliaKu di kehidupanKu (di bumi ini), Aku hidupkan kembali kandungan Uttara … (S265).
Krshna : Kembali hidup setelah kematian sekali, disebut Dvija (kelahiran kedua). Ini adalah proses pemurnian. Hari ini anak Abhimanyu telah mati dalam kandungan ibunya. Dan dirinya menjadi Dvija. Karena itu telah disucikan. Pencipta telah memberikannya sebuah ujian bahkan sebelum kelahirannya. Oleh karena itu anak ini akan dikenal dengan nama Parikshit … (S265).
Krshna : Kemampuan (gaib) tidak bisa merubah jiwa (Atma) manusia, Drupadi. Atma adalah bagian terkecil dari Yang Maha Kuasa dan kebebasannya tidak terbatas. Baik itu memilih jalan keadilan atau sebaliknya. Itu diputuskan olehNya sendiri. Dan tidak ada kemampuan gaib apapun yang dapat merubah keputusanNya (Atma) itu. Ini adalah kenyataan, Drupadi. Manusia bebas, tetapi tidak berpikir bijak. Mereka tidak berpikir tentang keadilan atau ketidakadilan. Kenyataannya mereka selalu mematuhi orang yang lebih kuat atau yang memiliki prestasi yang lebih tinggi darinya. Mereka mematuhinya dengan membabi-buta. Seorang anak mematuhi ayahnya, seorang murid mematuhi Gurunya dan seorang Raja dipatuhi rakyatnya. Itulah sebabnya, ketika seorang raja mengikuti ketidakadilan bahkan rakyatnya melangkah pada jalan yang sama dengan cepatnya. Ini adalah waktunya, Drupadi, ketika kesenangan, kelimpahan dan kenyamanan menyebabkan lupa dan keserakahan di pikiran raja, bukannya bertapa (tobat, tapasya) dan berkorban, kesenangan, dan menumbuhkan nafsu (keinginan) lebih penting. Dan ketika rakyat menyaksikan rajanya menapak di jalan tidak adil, mereka sendiri telah berada di jalan yang tidak adil. Pikirkanlah hal itu … (S265).
Krshna : Magadha, Cheva, Tarush, Kuru, Gandhara, Panchala, Trigarta, Chedi, Shivi, Vidarbha dan banyak lagi kerajaan besar tidak memiliki raja yang mengikuti keadilan. Tidak seorang pun yang menjadi contoh keadilan bagi rakyatnya. Tidak satupun dari mereka … (S265)
Krshna : Tidak, Drupadi. Itulah yang menyedihkan. Pohon yang memiliki buah yang pahit harus ditebang dan diganti dengan pohon yang berbuah manis. Memberikan pupuk yang lebih pada pohon yang sama atau dengan memangkas batangnya, tidak membuat buahnya menjadi manis. Hubungan keturunan Arya masa lalu harus diputus dan dengan perubahan masa dengan yang baru tidak dapat dihindari. Untuk memurnikan masa depan, jika ada yang tidak murni, maka harus dihancurkan … (S265).
Krshna : Hari ini dunia telah mandi darah dan menjadi suci. Raja yang tidak adil yang diikuti secara membabibuta oleh keturunan Arya, semua telah dimusnahkan. …. (S265).
Krshna : Kau lahir dari Api, Drupadi. Dan kelima suamimu adalah anugrah suci. Tidak ada diantara kalian yang terlahir memiliki garis keturunan dengan ikatan darah leluhur. Inilah alasan bahwa Deva memberimu sebuah kelahiran yang penuh anugrah. Maka dari itu, kalian dapat mendirikan dunia baru. Yudhistira akan membuat dunia mendapatkan keuntungan dari keadilan dan kebenaran dan pewarisnya yang hidup di kandungan Uttara telah terbunuh di saat kandungan dan akhirnya diberikan kehidupan kembali. Maka dari itu, kesuciannya telah didapat juga. Drupadi pengorbanan ini tidak hanya olehmu dan keluargamu. Pengorbanan ini dilakukan semua keturunan Arya. Maka dari itu ingatlah kesedihanmu dan pikirkanlah tentang kesejahteraan seluruh dunia. Pikirkanlah tentang kebangkitan dunia baru, bukan yang lain. Lihatlah pagi pertama di masa depan baru yang ditunggu semua orang … (s265).
Krshna : Drahstrarastra, kau tidak membunuh Bheema, kau telah membunuh kemarahanmu … (S266). Saudara Bheema masih hidup, kau harus memaafkan Bheema dari hati yang terdalam. Peluklah ia dengan kasih sayang … (S266).
Krshna : Tidak, Ibu Gandhari. Kau tidak melakukan perbuatan yang salah. Kemarahanmu adalah beralasan. Kau telah hancur dan Aku bisa merasakannya rasa sakit ini setiap saat. Ketika seseorang telah kehilangan keluarga dalam pertarungan, Akulah orang yang telah berdarah – darah. Ketika seseorang berdarah darah, dia memberiku bagian dari rasa sakit. Jika Aku merasakan kemenangan, lalu Aku merasakan kekalahan. Aku adalah musuhmu, Aku adalah temanmu. Dan Aku adalah anakmu. Dan Aku telah mengutuk Ashvatamma. Aku juga orang yang mengalami kutukan. Ketika paha Duryudhana hancur, Aku adalah orang yang teriak dalam kesakitan. Seluruh hidupku, Aku menerima berkat darimu. Oleh sebab itu, Aku Vasudeva Krshna menerima kutukanmu …. (S267).
Krshna : Aku berjanji padamu, Ibu Gandhari. Ketika waktu kehancuran sukuKu tiba, Aku akan menjadi orang pertama yang akan menyerang dengan Cakra Sudarsana. … Manusia termanipulasi dalam ucapan, berkat dan kutukan oleh waktu, kata-katamu hanya telah mengatakan hukuman mati yang akan ditakdirkan. Kehancuran Yadava tidak dapat dihindarkan. …. (s267).
Krshna : Waktu yang akan menghancurkan mereka (Yadava). Dengan keikutsertaan Yadava dalam perang ini, mereka juga akan dibinasakan. Tapi mereka akan tetap hidup dengan batas – batas tradisi yang lama. Tak lama kemudian, suatu saat tanah Yadava akan hancur. … (s267).
Krshna : Daerah Arya sudah terdiri dari beberapa daerah dan kerajaan. Kenyataannya rakyat tidak menyadarinya. Mereka rakyat dari suatu negara. Tapi, sekarang seluruh kerajaan Arya akan menjadi satu kerajaan, pemerintahannya menjadi sama semua. Daerah ini punya satu raja. Dan sebuah nama. Keputusannya akan diambil sama dan beberapa peraturan akan diikuti. Hanya satu bendera yang berkibar di tanah ini, dan semuanya akan diperlakukan dengan adil. Wilayah ini akan dikenal dengan Bharatbhumi. Sekarang untuk pertama kalinya, akan dianggap sebagai kerajaan Bharat.
Krshna : Perang Mahabharata, cerita Mahabharata, mengungkapkan banyak kebenaran. Dalam kebenaran sejati, sifat individualis dan membeda – bedakan adalah hal yang buruk. Dan persatuan adalah dasar dari kebenaran. Bagaimana bisa ? Menghakimi diri sendiri, manusia selalu dikelilingi oleh keinginan untuk mendapatkan kekuatan, kebahagiaan dan kekayaan. Tapi dalam personal seseorang berhak untuk mendapatkan keturunan, orang tua, saudara dan istri. Tapi dia tetap tidak punya keadilan karena yang dia sadari adalah bahwa kepuasannya ada pada keluarga. Dasar dari kepuasannya, adalah keluarga. Seseorang juga tahu kalau kebahagiaannya tergantung pada masyarakat. Kadang dia juga melakukan ketidakadilan pada masyarakat. Karena dia tidak menyadari bahwa masyarakat adalah penyebab kebahagiaannya. Perbedaannya ada pada sudut pandang. Tapi jika dia menyadari bahwa seluruh alam semesta adalah manifestasi dari Sang Pencipta. Setiap makhluk adalah bagian dariNya. Ini berarti tidak ada yang terpisah. Semuanya adalah bagian dari keutuhan. Seluruh alam semesta adalah milik kita. Milik keluarga kita, kita tidak ada alasan untuk marah. Semua perpecahan, permusuhan dan dendam dihancurkan oleh Pencipta dan kesatuan dari alam semesta adalah akar dari kebenaran. Dalam perjalanan Mahabharata, dari perpecahan ke persatuan, selama orang hidup di daerah ini, mengingat kisah Mahabharata, penghancuran besar tidak akan terjadi lagi. Tidak ada kekuatan yang akan mengurangi dari kehebatannya…. dari kebenaran ini, bibit kebenaran telah ditaburkan … dalam hati mereka secepat mungkin, semoga kau diberkati semoga alam diberkati, semua Pencipta melindungi kita semua, semoga semua bisa hidup bersama, biarkan kami mencoba untuk menolong sesama, semoga kehidupan dianugrahi energi yang besar, semoga kami merasa tidak ada permusuhan dan iri hati terhadap yang lain …. Biarkan damai selalu …. (S267).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar