Senin, 08 April 2024

SUNIYATA

"DI PUYUNGE MISI".
KOSONG NAMUN BERISI, BERISI NAMUN KOSONG


     Kita sering membaca atau mendengar istilah SUNIYA, SUNIYATA, KOSONG, HAMPA, PUYUNG, SUWUNG, dan sejenisnya dlm teks² spiritual, namun kita jarang memahami maknanya yang sejati. Di dalam Kakawin Arjuna Wiwaha misalnya ada kalimat berbunyi: Ambek Sang paramartha pandita, huwus limpad sakeng SUNIYATA. Seorang peniliti karya Mpu Kanwa ini pernah kehabisan akal untuk menerjemahkan kata SUNIYATA ini, yg ketika diartikannya hanya sebagai kekosongan atau kasuwungan tanpa penjelasan apapun.

     Kata Suniyata pd dasarnya mengandung konsep Ruang. Dalam Wedanta, Diri atau Atman umumnya didefinisikan sebagai ruang (khama, akasha). Ruang itu (akasha) selanjutnya didefinisikan sebagai kebahagiaan (Ananda). Apa sifat dari ruang ini yang merupakan Diri?
      Diri batin kita memegang seluruh alam semesta dalam ruang kecil di dalam hati spiritual (Hredaya). Ini adalah ruang Kesadaran (Sidakasha) di balik semua manifestasi di dunia ruang-waktu.
      Wedanta mengakui adanya beberapa jenis dan tingkatan ruang. Pertama adalah ruang material dari dunia fisik kita yang merupakan matriks unsur-unsur lain dari bumi, air, api dan udara. Ini adalah ruang terukur eksternal di mana kita menentukan lokasi dan jarak. Namun ruang itu sendiri tidak memiliki bentuk atau lokasinya sendiri. Objek terletak di ruang tetapi ruang mengelilingi dan menembus semua objek. Kita menempatkan objek dalam ruang relatif terhadap ruang sebagai jarak.
      Namun semua objek terdiri dari berbagai tahap pemadatan atau kristalisasi energi ruang. Ruang materi seperti itu tidak kosong tetapi terdiri dari partikel atau atom, dari mana unsur-unsur lain yang lebih padat terbentuk. Di luar ini ada ruang Prana tambahan, ruang energi dan daya hidup, lebih halus daripada ruang material, yang membuat seluruh alam semesta hidup, termasuk tubuh fisik kita.
      Di luar ruang prana ini adalah ruang pikiran baik pada tingkat individu maupun kosmik. Pikiran individu seperti ruang tidak berbentuk dan menyimpan pikiran seperti berbagai objek atau energi di ruang angkasa. Kita semua membutuhkan ruang dalam pikiran untuk memahami berbagai hal dan mengamati berbagai hal dengan benar. Kita dapat mengamati ruang di antara pikiran kita.

      Di luar ruang pikiran ini adalah ruang kesadaran murni (Sidakasha) yang tidak seperti ruang pikiran yang tidak memiliki pikiran. Ruang Atman itu murni, tidak berubah, kosong, kadang-kadang disebut Kekosongan, Suniya. Ia memegang seluruh alam semesta tetapi tidak diubah oleh nama-nama dan bentuk-bentuk (nama-rupa) yang muncul di dalamnya. Ruang Atmik ini memiliki getaran dari mana OM sebagai getaran kosmik kreatif muncul. Ruang Atma ini bersifat cahaya (Jyoti). Ia menerangi diri sendiri dan mengungkapkan semuanya, dengan pikiran memantulkan sebagian dari cahayanya.
      Kita biasanya tidak mengalami diri kita sebagai ruang tetapi sebagai bentuk, dimulai dengan tubuh fisik kita yang memiliki lokasi dan fungsi yang tepat dalam ruang dan waktu. Kita juga mengalami diri kita sendiri sebagai pikiran atau sebagai seperangkat ide, konsep, keyakinan, pendapat, emosi, dan ingatan. Ini juga berbasis bentuk dan terhubung ke tubuh. Kita kemudian memiliki identitas sosial yang dibingkai oleh aktivitas dan identitas fisik dan mental kita.
      Namun kita memiliki perasaan batin tentang Diri kita sebagai ruang. Kita ingin bebas. Kita tidak ingin dibatasi atau dihalangi, dikendalikan atau didominasi oleh orang lain, atau dibatasi oleh penghalang. Perasaan batin kita tentang Diri bertahan di belakang dan di luar perubahan yang sedang berlangsung dalam tubuh dan pikiran antara kelahiran dan kematian, bangun, mimpi, dan tidur nyenyak.

      Jika sifat sejati kita seperti ruang dalam pengertian yang lebih tinggi ini, maka sebenarnya kita bukanlah tubuh atau pikiran. Maka kita adalah segalanya dan bukan apa-apa, tanpa ukuran dan meresap. Kita adalah ruang Wujud (Sat), keberadaan dasar itu sendiri, yaitu Brahman sebagai realitas Transenden. Ruang tidak dapat dibagi, tidak dapat dihancurkan dan tidak berbentuk, melampaui segala batasan. Ini adalah Diri Yoga dari Wedanta yang sifatnya adalah ruang Kesadaran.
      Begitu kita dapat melepaskan diri dari tubuh dan pikiran kita, kita dapat mengalami diri kita sendiri sebagai Ruang tanpa batas, yang juga merupakan ruang Melihat dan Menjadi. Ini membawa kita melampaui semua dualitas dan identifikasi ke hubungan kita dengan semua makhluk dan dengan alam semesta secara keseluruhan yang merupakan ruang batin kita sendiri.
      Bagaimana kita menemukan Ruang batin kita sebagai kesadaran dan kebahagiaan? Ini adalah inti dari penyelidikan-diri dan meditasi, mengamati tubuh dan pikiran kita dari tempat kesadaran batin. Pindah ke ruang kecil di dalam hati, hredaya akasha, adalah kuncinya. Pada inti keberadaan kita, kita menganggap seluruh alam semesta sebagai manifestasi Diri kita sendiri, di mana semua kesedihan dilepaskan.
      Diri sejati kita yang merupakan ruang kesadaran berada di luar kelahiran dan kematian, lokasi dan sejarah, kuantitas, ukuran atau jenis kategori apa pun. Itulah ruang Ananda di mana ada kedamaian, kebahagiaan, kepuasan dan kegembiraan tanpa akhir dan tanpa perpecahan. Begitu kita bersedia melepaskan identifikasi luar kita, kita dapat kembali ke sifat sejati kita sebagai Ruang Tanpa Batas dan mengalami semua yang kita amati sebagai pantulan cahaya dan kehadiran batin kita sendiri.

#tubaba@griyangbang//puyungmisi//semoga kita dpt merasakan dan menangkap makna SUNIYATA yang sejati, yang demikian abstrak namun nyata adanya. Kekosongan yang penuh isi dan kepenuhan yang tak terbatas#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar