Jumat, 26 April 2024

Nandur (nanam mundur)

ILMU NANDUR

Salah satu contoh ilmu warisan Bali kuno adalah ilmu nandur (ilmu menanam padi secara mundur). Menanam padi tidak sekedar menancapkan benih padi di tanah, setelah itu selesai. Tidak sesederhana itu menurut pengetahuan Bali kuno. Nandur adalah laku hidup, yang pada setiap bagian atau rangkaiannya memiliki makna atau hikmah tersendiri.

Berikut beberapa di antaranya:

1. Nandur itu harus dilakukan secara mundur

Kalau secara maju, tentu padi yang sudah ditanam akan terinjak-injak dan rusak. Walaupun mundur, sebenarnya mereka maju, dalam arti nantinya petani akan memperoleh kemajuan. Yaitu akan memanen padi, akan bisa makan nasi, atau padinya dijual untuk kebutuhan lainnya.

Demikian halnya dalam hidup, adakalanya kita harus mundur (mengalah). Mengalah untuk menang, mengalah untuk kebaikan bersama. Suami-istri yang sering bertengkar biasanya karena kedua-keduanya selalu ingin menang, tiada yang mau mengalah. Juga sering adanya tawuran pelajar, perang antarkampung, bahkan perang antarnegara; karena didasari nafsu ingin menang dan mengalahkan yang lain.

2. Nandur itu harus dilakukan dengan bungkut (merunduk)

Jika dilakukan dengan berdiri, tentu bibit padinya tidak bisa tertanam. Sudah merunduk, mundur, dan juga capek tentunya. Hikmah yang dapat kita petik adalah bahwa untuk meraih segala sesuatu haruslah kerja keras. Ini sudah Rta (hukum alam). Tidak ada kamus hidup yang instan. Bim salabim, main sulapan, memelihara tuyul, cari pesugihan, dan lain-lain.

Sebaliknya, siswa yang tidak mau belajar mengikuti aturan dan program sekolah apalagi sebagai orang yang tidak mau bekerja keras dan ingin serba instan, ujung-ujungnya ya korupsi, menipu, berjudi, dan semacamnya.

3. Tugas manusia sekedar menyemai, menanam, dan menyiangi

Setelah bibit padi ditanam dan disiangi, maka tugas selanjutnya diambil-alih oleh Tuhan. Tuhanlah yang akan menumbuhkan padi menjadi lebat dan tinggi, menumbuhkan biji-bijinya. Setelah bekerja keras, manusia memasrahkan segalanya kepada Tuhan (sujud bhakti dan ikhlas kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa). Ini bermakna spiritual, inti dari keimanan seseorang.

Jika sudah berbhakti dan ikhlas, apapun hasilnya, bagus atau tidak panennya, akan ia terima dengan lapang dada dan senang hati. Ia tidak akan kecewa atau sedih. Karena ia sadar sepenuhnya bahwa manusia tiadalah punya kuasa, hanya bisa berusaha. Juga sebaliknya, jika panennya bagus, pun manusia tidak boleh sombong dan membanggakan diri serta melupakan peran dan kerja Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar