Sabtu, 24 Februari 2024

PANCHANANA

Lima Wajah Siwa (Panchanana)


Dewa Siwa dianggap sebagai salah satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu dan diyakini sebagai perwujudan Brahman yang paling terkemuka. Menurut Lingga Purana, ada lima wajah Dewa Siwa yang dikenal dengan nama Panchanana Siwa. Ini mewakili lima aspek kunci Siwa. 

Dewa Hindu Siwa terhubung secara suci dengan angka lima. Hal ini diwujudkan dalam lima mantra dan suku kata yang melambangkan kesaktiannya. Setiap mantra menandakan kepala yang berhubungan dengan energi feminin yang berbeda, disebut Shakti. 

Lima aspek Siwa dijelaskan dalam Purana, dihubungkan dengan lima elemen, lima indera, lima organ persepsi, dan lima organ tindakan.



1. Ishana: Terkait dengan Srishti Shakti (Kekuatan Penciptaan)

2. Tatpurusha: Terkait dengan Thoridhana Shakti (Kekuatan Penyembunyian)

3. Aghora: Terkait dengan Samhara Shakti (Kekuatan Pembubaran)

4. Vamadeva: Terkait dengan Stithi Shakti (Kekuatan Rezeki)

5. Sadjyota: Terkait dengan Anugraha Shakti (Kekuatan Berkah)

Lima Wajah Siwa Dengan Mantra
Setiap wajah Dewa Siwa melambangkan karakter yang unik. 

1. Ishana menghadap ke tenggara dan membawa aspek Iswara Siwa. 

2. Tatpurusha berada di timur dan melambangkan aspek kemanusiaan Siwa dan ego Siwa. 

3. Aghora berada di selatan dan melambangkan sifat destruktif dan regeneratif Siwa. 

4. Di sebelah utara berdiri Vamadeva, melambangkan penyembuhan, perlindungan, dan pelestarian alam oleh Siwa. 

5. Terakhir, di sebelah barat adalah Sadyojata yang menggambarkan sisi kreatif Siwa. 
Secara keseluruhan, lima wajah Siwa (Panchanana Siwa) melambangkan kesaktiannya.

Lingga Purana, sebuah teks suci kuno, berbicara tentang lima aspek Dewa Siwa yang diyakini melambangkan lima aspek penciptaan, lima tubuh manusia, lima napas, lima arah, lima elemen, lima indera, lima warna, lima energi , lima pembagian waktu, dan lima ras manusia. 

Dengan memahami masing-masing aspek tersebut, kita dapat memperoleh wawasan lebih dalam mengenai sosok dewa yang dihormati dalam agama Hindu. Berikut lima wajah mantra Siwa:

1. Ishana – Tuhan
Ishana dikenal sebagai penguasa penciptaan. Ia sering dikaitkan dengan chit-shakti atau kekuatan pikiran, dan biasanya mewakili elemen bumi atau udara dalam beberapa konteks. 

Selain itu, Ishana dikaitkan dengan pengetahuan ritual Weda, dan kekuatan manifestasi dalam pikiran. Dari segi indera, ia mewakili indera peraba dan tangan. Dari segi ikonografi, ia digambarkan dengan wajah menghadap ke atas. 

Ishana biasanya digambarkan dengan kulit perunggu. Dalam karya seninya, Ishana digambarkan memegang simbol-simbol kekuasaannya, antara lain Weda, kail gajah, tali, kapak, tengkorak, gendang, rosario, dan trisula. 

Dewa Siwa juga sering terlihat bersama seekor kambing betina. Tangannya diangkat dengan dua cara: 

yang satu dalam perlindungan (abhaya) 
seseorang yang menyampaikan harapan (varada).


2. Tat-Purusha – Makhluk Kosmik
Tat-Purusha adalah Wisnu, Penguasa Pelestarian. Dia adalah telur kosmik, atau Hiranyagarbha, pembawa kegembiraan dan makanan serta pemimpin pengorbanan kosmik. 

Ia juga dipandang sebagai matahari, yang terbit membawa pengetahuan dan kelimpahan materialistis (Sri Siva Tattva). Ia dikaitkan dengan unsur air dan dipandang sebagai indra penciuman di antara organ indera dan anus di antara organ tubuh.

Tat-Purusha sering digambarkan dengan tiga mata dan empat wajah dengan pakaian kuning. Dia sering ditampilkan di hadapan Gayathri. Secara simbolis, Tat-Purush melambangkan arah Timur dan dikaitkan dengan rona emas.

3. Vamadeva – Sang Penyembunyi
Vamadeva menutupi Tatpurusha, di balik tirai khayalan. Dia kebalikan dari Tatpurusha. Warnanya, merah, melambangkan kekuatan tindakannya, yang dikenal sebagai kriya-shakti, dan unsur udara. Namun aspek yang paling menentukan dari Vamadeva adalah egoisme yang ada dalam dirinya, atau yang disebut dengan anava.

Vamadeva adalah indra penglihatan dan berhubungan dengan kaki pada organ tubuh. Dalam representasi dirinya, ia biasanya berwarna merah atau teratai dan memakai ornamen merah. 

Ia terlihat memiliki empat tangan, salah satunya memegang rosario dan tangan kedua memegang kapak. Tangan ketiga dan keempat diposisikan sebagai isyarat perlindungan (abhaya) dan pemberian anugerah (varada).


4. Sadyojata – Yang Mengungkapkan
Sada Shiva, makhluk abadi dan pemberi rahmat. Dikenal karena spontanitas dan kemampuannya untuk mewujudkan (yojata sedih), Sada Shiva sering dipandang sebagai pemimpin kegembiraan (Nanda) dan kenikmatan (Sunanda). Ia merupakan representasi pengetahuan yang membebaskan (jnana shakti) dan dikaitkan dengan unsur ruang.

Warnanya putih, melambangkan sattva, atau kesucian. Ini adalah sisi utara dari lima sisi. Digambarkan berkulit putih, ia memegang Weda dan tasbih di dua tangannya, sedangkan dua tangan lainnya melambangkan sikap perlindungan dan pemberian anugerah. Selain itu, Sadyojata dipandang mewakili pikiran dan juga indera perasa.


5. Aghora – Sang Penghancur
Aghora adalah tokoh sakti yang disebutkan dalam Weda sebagai ayah dari dewa perang Maruts dan Rudras. Ia dikenal sebagai orang yang tidak dikuasai rasa takut dan siap berperang. Ia terhubung dengan unsur api dan merupakan perwujudan keinginan (dikenal sebagai iccha-shakti).

Ia juga diyakini sebagai personifikasi dharma – kekuatan hukum dan tindakan hukumannya. Apalagi Aghora melambangkan buddhi, diskriminasi, indera pendengaran, dan alat bicara. Di saat yang sama, dia adalah sosok yang diasosiasikan dengan kehancuran.


Aghora biasanya berwarna hitam atau merah tua. Dalam bentuk panchanana, ia menggambarkan arah selatan. Dalam gambar, ia digambarkan sebagai dewa galak dengan empat wajah dan sembilan tangan yang masing-masing memegang berbagai simbol seperti kapak, perisai, kail gajah, jerat, tombak, tengkorak, gendang, dan rosario.


Lima mempunyai arti penting dalam agama Hindu, terutama yang berkaitan dengan Dewa Siwa. Salah satu mantra Dewa Siwa yang paling dihormati, Namah-Siwaya, juga terdiri dari lima suku kata.

Dewa Siwa, yang dipuja di kalangan umat Hindu, diyakini menunjukkan lima bentuk penting yang penting bagi keberadaan kita, kelanjutan, transformasi, pemurnian, dan pembebasan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari lima wajah Siwa dan memujanya sesuai dengan itu.

Jumat, 23 Februari 2024

Tulah Pamidi

Ksamakna hulun de Hyang Mami, mwang Dewa Bhatara makadi Hyang Kawitan, moghi hulun tan kneng upadrawa tulah pamidi, nimitaning hulun, ngutaraken katatwan ira, sang wusamungguh ring tmagawasa, lepihaning kawitan, kang wenang kasungsung de treh…

NYELEKIN RAGA PEDIDI

Kocap duke dumun, rikala jagi ngewangun Pura Panataran Agung Catur Parhyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana ring Pundukdawa, wenten kocap sane nyapa jadi aku....... 

Tidak mau membangun pura ring Pundukdawa, sambil bersuara keras di Cekomaria sinambi katanya menepuk meja......  

Siapakah dia??....... 
Sekarang kok?????? 

Pendirian Archa Ida Bhatara yang sudah disukat genahnya pun dihalangi,........ 
Bersama pasukannya...... 

Apakah nama nya ada juga dalam prasasti itu?..... 

Ampura dumogi tan keneng TULAH PAMIDI..... 

Rabu, 21 Februari 2024

Dudonan Upacara Piodalan (6 Maret 2023)

Om Swastiastu

Manut baos Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba lan hasil parum tanggal 17/2/24, titiang ngaturang dudonan Upacara Piodalan Ring Pura Kahyangan Dharma Smrti

#Tanggal 6 Maret 2024, (Buda, Paing Wuku Kuningan)  Ida Bhatara Hyang Sinuhun Lungha saking Griya Agung Bangkasa:

1. Jam 8.30, Ida Bhatara Katedunan (Jmk Gde Tubaba) 

2. Jam 9.00, Ida Bhatara Lungha ke Pura Panataran Agung Catur Parahyangan Ratu Pasek Linggih Ida Bhatara Mpu Gana ring Pundukdawa. (Ida Nabe Padangsumbu, Jmk Gde Gunadi, Jmk Gde Dimas, Jmk Gde sami, Semeton Dulang Mangap miwah Semeton pangubhakti sami) 

3. Jam 11.00 Ida Bhatara Rauh ring Pundukdawa:
- Ida Bhatara Katur Segan Agung ring genah sukat/dasar, pengraksa miwah pedagingan/liontin Ida ring ajeng Pura. 
(Upakara lah segan Agung Katur ring Ida Griya Tangkup) 

- Ida Bhatara Nglungsur Panugrahan ring Luhur

- Ida Bhatara Lungha ring Madyaning Utama  (Upakara lan Segehan Katur ring Ida Ganapati) 

4. Jam 13.00 Ida Bhatara Katur Ayaban olih Ida Sulinggih Kapurusan Griya Agung Bangkasa 

#Sane polih munggah ngaturang puja ring Madyaning Utama :  
1). Ida Nabe Prangsada, 
2). Ide Nabe Pegongan,
3). Ide Nabe Calo,
4). Ida Nabe Batukandik,
5). Ida Cau,
6). Ida Gelgel,
7). Ida Bakas,
8). Ida Dapdapan. 

#Sane munggah ngaturang puja ring Utamaning Utama (Luhur) : 
1). Ida Krambitan 1,
2). Ida Kerambitan 2
3). Ida Pasdalem,
4). Ida Batuan,
5). Ida Rsi Agung Renon.
6). Ida Acarya Griya Agung Pasek MANUABA.

Sane polih ngaturan upakara yadnya Ida Krambitan miwah Ida Prangsada  

5. Jam 15.00 Ida Bhatara Lungha Katur Piodalan ring Pura Kahyangan Dharma Smrti (Jmk Bayuna, Jmk Gde Gunadi, Jmk Dimas, I Komang Suastika) 

6. Jam 17.00 Upacara Nyurud Ayu (Pawintenan Wiwa Diklat Angkatan 25) 

7. Jam 19.300 Upacara Pengluwaran lan Pengluwuran Piodalan (Jro Mk Bayuna, Jro Mk Gde Gunadi, lan Jro Mk Gde Dimas) 



Lan sane munggah ring Pura Kahyangan Dharma Smerti (galah 16.00 sampun ngawit)
1). Ida Prangsada
2). Ida Gelgel
3). Ida Batukandik  

#Ida Rsi Bhagawan Prama Daksa Darmita Samyoga (sane ngaturan bhakti upacara yadnya).  

#sane ngenter Ida Nabe Buruan
#sane ngaturang bojanem Ida Nabe Batuan

8. Jam 20.00 Ida Bhatara matulak ke Payogan (Pura Panataran Mrajan Agung Dalem Tangsub/Griya Agung Bangkasa) 

Duaning asapunika, mangdane Ida Sulinggih, Jro Mangku sami miwah pangubhakti sane saking Badung, Denpasar, Tabanan, Singaraja dan Negara mangda tanggal 6 Maret 2024, mangda mapupul ring Griya Agung Bangkasa jam 8.30 pagi. 

Asapunika atur pakeling titiang, matur suksma. 

Om Shanti, Shanti, Shanti Om. 

Lirik Hyang Sinuhun

IDA BHATARA HYANG SINUHUN
Hamba Haturkan pujian dari hati kami
Selalu di setiap waktu kami
Tiada pernah berubah
Oh Hyang Sinuhun

Karya terbesarmu amat besar di Pundukdawa 
Pengorbanan-Mu yang selamatkan para pretisentana
Engkaulah harta yang tak ternilai
Yang kumiliki dan kuhargai

Hyang Sinuhun, Engkau kukagumi
Kasih yang terindah
Hati yang mulia
Hanya kutemukan di dalam-Mu

Ida Bhatara Hyang Sinuhun
Pujian dari hati kami
Selalu di setiap waktu kami
Tiada pernah berubah

Hyang Sinuhun
Karya terbesar di Pundukdawa dalam hidup kami
Pengorbanan-Mu yang selamatkan kami
Engkaulah harta yang tak ternilai
Yang kami miliki dan kami hargai

Hyang Sinuhun, Engkau kukagumi
Kematian-Mu menghidupkan kami
Dan kami pastikan pengorbanan-Mu
Tak akan pernah sia-sia

Karya terbesar dalam hidup kami
Pengorbanan-Mu yang selamatkan kami
Engkaulah harta yang tak ternilai
Yang kami miliki dan kami hargai

Om Hyang Sinuhun, Engkau kami kagumi

Om, Hyang Hyang Hyang, Sanghyang Ayu Asiha ring pinakeng hulun, Sira Hyang Sinuhun hasung nugra ring sapula-pali pangilen-ilen padan sira Sanghyang.

Om Gam Hyang Sinuhun Phataye Namah. 

Senin, 19 Februari 2024

Puja Sang Hyang Agni

Kekuatan Doa ini diimbangi dengan Doa Puja Sang Hyang Agni akan sangat bermanfaat

_*RUDRANALAGNI (panca gni) :*_

Ong Siwagni panca griwam. 
Ghoranala Rudra rupam.
Sarwabhicari bhasminam. 
Sarwa roga winasanam.

Ong Agni purwa sweta warnam. 
Iswara dewa manggalam.
Sarwa bhuta bhasmi cittam. 
Sarwa roga wimoksanam.

Ong Agni rakta wirya rupam. 
Daksine manggalam jnanam.
Sarwa Durga bhasmi cittam. 
Bhuta marana moksanam.

Ong Agni pita murti rupam. 
Mahadewa manggalam rupam.
Sarwa satru bhasmi cittam. 
Sarwa marana moksanam.

Ong Agni kresna wirya rupam. 
Kala kalika wicitram.
Yaksa bhuta gana patyam. 
Sarwa kriya winasanam.

Ong Siwagni Brahma rupam. 
Panca dewa ma sariram.
Pancanala Brahma rupam. 
Sarwa marana bhasminam

Ong Agni Surya wirya rupam. 
Akasa dewa murtinam.
Sarwa jagat pratisthanam. 
Sarwa satru wimoksanam.

Ong Ang Kala Agni Rudra 
jwala ya namah swaha.
Ong Siddhirastu ya namah swaha.

Ugrawakia

Ugrawakia merupakan orang yang bertanggung jawab memandu jalannya kegiatan sesuai susunan acara yang telah dibuat. Seorang ugrawakia akan mempersiapkan dan membaca teks yang berguna untuk membantunya membawakan acara.

Teks ugrawakia terdiri dari tiga bagian yaitu, pemahbah atau bagian pembuka yang berisi salam pembuka seperti Om Swastiastu, dan menyapa peserta beserta undangan yang menghadiri kegiatan tersebut.


Kedua adalah daging, yakni bagian utama dari teks ugrawakia. Dalam bagian ini berisikan tentang susunan acara beserta penjelasannya. Susunan acara yang dibuat pada teks ini harus sama dengan runtutan acaranya. 

Terakhir yaitu penyineb atau penutup adalah bagian yang berisi pemberitahuan bahwa acara telah berakhir. 


Contoh Teks Ugrawakia Bahasa Bali

Om Swastyastu,

Inggih, Ida, Dane sane wangiang titiang,.... 
titiang nunas uratiannyane duaning parikrama rahinane mangkin pacang kakawitin.......... 

Sane pingsinggihin titiang Bapak kepala SMP Negeri 4 Abiansemal. 

Bapak manggalaning komite sane wangiang titiang. 

Bapak miwah ibu guru asapunika taler para staf pegawai sane wangiang titiang. 

Rauhing para pamilet lomba miwah sisiané sami sané tresna sihin titiang.

Swasti prapta aturang titiang majeng ring Ida, Dane sinamian, 

Santukan sampun ledang ngrauhin parikrama Pamungkah Wimbakara Nyastra Bali sane ngambil unteng "Jana Kerthi Dharma Sadhu Nuraga"; rahina Buda, tanggal selikur Februari, warsa kalih tali pat likut ring Halaman SMP Negeri 4 Abiansemal puniki.

Nanging aksamayang pisan antuk genah punika, taler panyembrahma sane dahat kirang puniki........ 

Angayubagia uningayang titiang majeng sing Ida Sang Hyang Widhi Wasa, duaning majanten sangkaning asung kerta wara nugrahan Ida, titiang miwah Ida dane sareng sami prasida masadu ajeng ring genah sane becik puniki.
Tur ngemolihang kerahayuan miwah kerahajengan..... 

Inggih, para atiti sane dahat wangiang titiang, ring pangawit acara puniki, ngiring riin ngadeg ajebos, ngaturang puja pangastuti majeng ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, manut sradha druene suang-suang utawi doa. 

Majeng ring sang sane ngwacen inggih durusang........ 

(Pembaca Doa

Inggih ida, dane sareng sami sane wangiang titiang, sajeroning acara pamungkah
puniki pacang katur sasolahan Hamsa Nritya Sastra pinaka maskot SMP Negeri 4 Abiansemal. Majeng ring para pragina lan panabuh, inggih, durusang!............ 

(Sasolahan Hamsa Nritya Sastra

Ida, Dane sinamian. Acara salanturipun, atur piuning saking manggala karya. 

Majeng ring manggala karya, inggih, durusang!........... 

(Atur Piuning

Inggih, para atiti sinamian, sane mangkin jagi nincap ring acara kaping tiga, inggih punika sambrama wacana saking Bapak Kepala SMP Negeri 4 Abiansemal, sane sapisan pacang mamungkah resmi acara Lomba Nyastra Bali warsane 2024 puniki. 

Majeng ring bapak kepala sekolah, inggih, durusang!....... 

(Sembrama Wacana


Inggih wantah asapunika dudonan acara sane prasida aturang titiang. punika Makacihna acara puniki sampun nepi. Titiang ngaturang suksma, majeng ring ida dane sane sampun prasida rauh ring acara puniki.

Maka kirang langkung atur Titiang, lugrayang titiang nunas geng rena sinampura. Pinaka panguntat puputang titiang, antuk ngaturang parama santhi.

Om Santhi Santhi Santhi Om.






Kamis, 15 Februari 2024

SESAYUT PAWIWAHAN


PAMIAK KALA

Pamiak Kala adalah lambang penyucian yang bersifat lahiriah dan merupakan kebalikan dari prascita sebagai lambang penyucian rohaniah yang biasanya digunakan sebagai persembahan kepada Sang Bhuta Pemali sebagai penguasa tata ruang atau tempat yang bertujuan untuk dapat menghindari keadaan yang tidak wajar, alamat buruk atau sebuah kemalangan.

Tetandingan Banten Sesayut Pamiak (Pamyak) Kala puniki Medasar antuk aled sesayut duwur nyane dagingin nasi mawadhah ceper, nasine mapiyak dados 4 belatin antuk don pandan, maulam bawang jahe, kawangen 4, sesanganan, raka-raka sejangkep yane, panyeneng alit 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahayasan.

Sesayut puniki ka-anggen rikala upacara Bhuta yadnya mwang manusa yadnya. 

Sedangkan saat Penampahan Galungan disebutkan sesayut ini sebagai perlengkapan dalam upacara Natab Sesayut Penampahan atau disebut dengan Sesayut Pamyak Kala Laramelaradan.


#SESAYUT PATEMON/PAWARANGAN (egamel antuk sang meraga istri) :

Madasar antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin nasi tumpeng barak 1, maulam ayam biying mapanggang, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, penyeneng alit (tahenan) 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan tatebus barak. Sesayut puniki ka-anggen rikala upacara Pawiwahan, maka nyasa kama bang.


#SESAYUT PATEMON/PAWARANGAN (Kagamel ring sang lanang) 

Madasar antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane dagingin nasi tumpeng putih 1, maulam ayam putih mulus mapanggang, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, penyeneng alit (tahenan) 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan tatebus putih. Sesayut puniki ka-anggen rikala upacara Pawiwahan, maka nyasa kama petak.


#SESAYUT PURNNA ASIH:

Madasar antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane susunin antuk kain selem lan kain kuning magambar Smara Ratih, aled sesayut nyane melakar antuk busung nyuh gadang, medaging beras, ketan lan injin, susunin antuk nasi pangkonan asibak selem asibak kuning, sisin nyane medaging tumpeng selem 4, tumpeng kuning 7, canang sari, canang pangrawos, canang gantal, sekar selem, sekar kuning, tulung 2, ulam ayam ireng mapanggang, ayam putih syungan mapanggang, magenah nganutin tumpeng, sami winangun urip, jinah 225, jangan bayem luhur aceper, sambel mica ginten atakir, tabya bungkut atakir, kalungan nyuh gadang 1, lis senjata antuk busung, padma, sesanganan, raka-raka sejangkep nyane, penyeneng alit (tahenan) 1, pras alit 1, sampyan nagasari, tatebus selem lan kuning. Sesayut puniki ka-anggen rikala upacara pawiwahan.


#Iti SESAYUT JATI SMARA:

antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane susunin antuk nasi tumpeng putih abungkul, ulam ayam putih mulus mapanggang, sesanganan sarwa putih, raka-raka sejangkep nyane, kacang komak 1 tangkih, calon 5 siki, kojong rangkadan medaging rerasmen, penyeneng alit 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan. Sesayut puniki ka-anggen rikala upacara Pawiwahan."


#Iti SESAYUT PANGIPUK SMARA:

Madasar antuk dulang duwur nyane susunin antuk aled sesayut, duwur nyane susunin antuk nasi penek kuning, ulam ayam putih syungan mapanggang, bantal kuning 10 siki, pisang keladi 10 siki, sesanganan sarwa kuning, raka-raka sarwa kuning, tape 7 siki, kacang komak 1 ceper, calon 2, penyeneng alit 1, pras alit 1, sampyan nagasari, canang pahyasan tatebus kuning. Sesayut puniki ka-anggen rikala upacara Pawiwahan.
.
Logo SMP NEGERI 4 KLATEN
SMP NEGERI 4
KLATEN

MENU
Beranda
Profil 
PPDB 2023/2024 
Kurikulum
Kesiswaan 
Humas
Galeri 
Berita
Download
Kontak
Pembiasaan Hari Jumat: Senam Sehat dengan Tema "Bangunlah Jiwa dan Raganya"
 Sabtu, 26 Agustus 2023
 Berita
 Mas Admin
 0 komentar
Pembiasaan Hari Jumat: Senam Sehat dengan Tema 
SMPN4Klaten - Warga SMP Negeri 4 Klaten melaksanakan pembiasaan hari Jumat dengan senam sehat di Lapangan Soreng Projo Bareng, Jumat (25/8/2023) pagi. Senam sehat ini merupakan salah satu implementasi P5 Kurikulum Merdeka dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya.

"Hari ini warga SMP Negeri 4 Klaten yang terdiri guru, staf tata usaha, dan para siswa baik kelas 7, 8, dan 9, melaksanakan senam sehat di Lapangan Soreng Projo Bareng. Senam sehat ini termasuk penerapan implementasi P5 Kurikulum Merdeka dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya," tutur Nurbaningsih Ayatina, selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum saat diwawancarai.

Dengan kegiatan senam sehat ini, diharapkan siswa sehat baik jasmani maupun rohani. Salah satu tujuan senam sehat dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya yakni siswa bisa memiliki tubuh yang sehat dan aktif dalam belajar.

"Senam sehat dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya ini tujuannya agar siswa memiliki tubuh yang sehat dan aktif dalam belajar," tutur Nubaningsih.

Selain itu, agar kegiatan senam sehat meriah dan gerakannya variatif, pihak sekolah mendatangkan instruktur yang profesional. Dalam penerapannya, dilihat siswa sangat antusias dan senang.

"Kegiatan senam sehat ini kami mendatangkan instruktur, nggak cuman satu, tapi dua. Tujuannya agar senamnya meriah dan dengan adanya instruktur profesional tentu gerakannya lebih variatif. Alhamdulillah dalam pelaksanaannya tadi siswa terlihat antusias dan senang," pungkas Nubaningsih.

Bagikan artikel ini:
Beri Komentar
Nama Lengkap *
Email *
URL
Komentar *
 Kirim
Artikel Terkait
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?
Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?
Senin, 05 Februari 2024

Keren! Latifah Kembali Raih Juara English Speech Contest
Keren! Latifah Kembali Raih Juara English Speech Contest
Selasa, 31 Oktober 2023

Peringati Bulan Bahasa 2023, Siswa SMP Negeri 4 Klaten Panen Juara
Peringati Bulan Bahasa 2023, Siswa SMP Negeri 4 Klaten Panen Juara
Senin, 23 Oktober 2023

Puluhan Siswa Ikuti Literasi Budaya ke Yogyakarta
Puluhan Siswa Ikuti Literasi Budaya ke Yogyakarta
Minggu, 08 Oktober 2023

Demi Menambah Wawasan Kebudayaan, SMP Negeri 4 Klaten Laksanakan Outing Class di Bali
Demi Menambah Wawasan Kebudayaan, SMP Negeri 4 Klaten Laksanakan Outing Class di Bali
Rabu, 04 Oktober 2023

Penetapan Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi 2023, SMP Negeri 4 Klaten Terima Piagam dan SK dari Gubernur
Penetapan Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi 2023, SMP Negeri 4 Klaten Terima Piagam dan SK dari Gubernur
Rabu, 30 Agustus 2023

Peringati Hari Pramuka ke-62, SMP Negeri 4 Klaten Ikuti Upacara dan Menjadi Pagar Betis Estafet Tunas Kelapa
Peringati Hari Pramuka ke-62, SMP Negeri 4 Klaten Ikuti Upacara dan Menjadi Pagar Betis Estafet Tunas Kelapa
Kamis, 24 Agustus 2023

Hadiri Kenduri Pengawasan 2023, Para Siswa SMP Negeri 4 Klaten Diajak Belajar Antikorupsi
Hadiri Kenduri Pengawasan 2023, Para Siswa SMP Negeri 4 Klaten Diajak Belajar Antikorupsi
Kamis, 24 Agustus 2023

Sebelum Pembiasaan Sarapan Bersama, Polres Klaten Ingatkan Tata Tertib Berlalu Lintas
Sebelum Pembiasaan Sarapan Bersama, Polres Klaten Ingatkan Tata Tertib Berlalu Lintas
Jum'at, 18 Agustus 2023

Puluhan Siswa SMP Negeri 4 Klaten Ikuti Aubade HUT ke-78 RI
Puluhan Siswa SMP Negeri 4 Klaten Ikuti Aubade HUT ke-78 RI
Kamis, 17 Agustus 2023

Cari...

KAMIDI, S.PD., M.PD.
- Kepala Sekolah -

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan nikmat kepada kita semua....

Selengkapnya
Jajak Pendapat
Bagaimana penilaian Anda terhadap tampilan dan isi web SMP Negeri 4 Klaten?

 Kurang
 Baik
 Sangat Baik
 Submit
 Hasil
Banner



Hak cipta © 2024 - SMP NEGERI 4 KLATEN.

Selasa, 13 Februari 2024

Silslah Hyang Pasupati

Silslah Hyang Pasupati
Om Swastyastu
Om Awignam Astu
Pangaksamaning ulun Ripada Batara Hyang Sinuhun, Sang gunelaring Sarining Ong Kara Mantra, Reda ya Nirmalayem, Muah ri Sang Sida Yogiswaranem, siraya Anugraha ring hana Wakya, ripurwa ira Sang wus lepas, luputing Mami ring tulah pamadi, Mwang sawigrahana mala petaka, tan kataman upadrawa,Denira Betara Hyang Mami, Wastu kita pari purna, lan anemu aken ayu, Dirgahayu-dirgayusa,ri purwa kala caritan
IDA HYANG PASUPATI
Maputra Pepitu;
Hyang Pasupati Berputra 3 berdasarkan Prasati Arya Wang Bang Pinatih dan Prasati Mahagotra Pasek Sanak Sapta Resi
1. Ida Hyang Geni Jaya (Lempuyang Luhur)
2. Ida Hyang Putranjaya (Gunung Agung)
3. Ida Dewi Danuh (Ulun Danu Batur)
Make tetiga niki Tri Purusa sane nyentanayang semeton Bali sami

4. Ida Hyang manik Gumawang (G Beratan/Mangu)
5. Ida Hyang Tumuwuh (G Watukaru)
6. Ida Hyang Tugu (G Andakasa)
7. Ida Hyang Manik Galang (Pejeng)
IDA HYANG PUTRANJAYA
maputra
1. Bhatara Ghana
2. Bhatari Manik Gni

IDA HYANG GNI JAYA
maputra
1. Mpu Withadarma/Sri Mahadewa

Sri Mahadewa meputra
1. Mpu Bhajrasatwa/Wiradharma
2. Mpu Dwijendra/Rajakertha

Mpu Dwijendra maputra
1. Gagaking
2. Bubuksah
3. Brahmawisesa

Brahmawisesa maputra
1. Mpu Gandring
2. Mpu Saguna

Mpu Saguna menurunkan
1. Warga Pande

Mpu Bajrasatwa menurunkan
1. Mpu Tunuhun (Mpu Lampita)
Mpu Tunuhan meputra Panca Tirta/Panca Resi/Panca Pandita:
1. Mpu Gnijaya,
2. Mpu Semeru,
3. Mpu Gana,
4. Mpu Kuturunan (yang membawa lontar-lontar ke Bali) dan
5. Mpu Baradah
MPU GNI JAYA
meparahyangan ring Lempuyang Madya, menurunkan Sapta Rsi yang sudah samasama kawin dan berumah tangga dijawa, kemudian masing-masing memiliki keturunan.

1. Mpu Ketek mempersunting putri Ki Arya Padang Subadra, berputra dua orang lakilaki yaitu Sanghyang Pemacekan dan Arya Kepasekan. Sanghyang Pemacekan juga berputra 2 orang, yang pertama Mpu Pemacekan kemudian pergi ke Pasuruhan, lalu pindah ke Majapahit. Putra yang kedua adalah seorang putri bernama Ni Dewi Girinatha. Sedangkan Arya Kepasekan juga mempunyai 2 orang putra yaitu : Kyayi Agung Pemacekan dan Ni Luh Pasek. Mpu Pemacekan di Majapahit mempunyai 3 orang putra yakni Ni Ayu Ler, Mpu Jiwanatha dan Arya Pemacekan. Kemudian Kyayi Agung Pemacekan berputra 2 orang yaitu Kyayi Pasek Gelgel dan Kyayi Pasek Denpasar. Mpu Jiwanatha mempunyai putra Kyayi Agung Padang Subadra, lebih lanjut Arya Pemacekan mempunyai putra Ni Luh Pasek dan Kyayi Agung Pemacekan. Kyayi Agung Pemacekan berputra Kyayi Agung Pasek Subadra dan Kyayi Pasek Tohjiwa. Kedua putra beliau ini berperan pada awal jaman Kerajaan Gelgel. Seterusnya Kyayi Agung Pasek Subadra berputra Pasek Subadra menjadi Pandhita dengan gelar Dukuh Suladri, ia berasrama di Taman BaliBangli. Dan yang terkecil adalah Pasek Kuru Badra. Kemudian Kyayi Pasek Tohjiwa berputra; Pasek Tohjiwa menjadi tabeng wijang Kerajaan Gelgel, adik-adiknya adalah Pasek Tanggun Titi, Pasek Penataan, Pasek Antasari, Pasek Alas Ukir, Pasek Langlang Linggah, Pasek Besang, Pasek Duda, Pasek Wanagiri, Pasek Medaan, Pasek Bantiran, Pasek Pupuan dan Pasek Sanda. Sedangkan Pasek Subrata menurunkan Pasek Subrata Bale Agung, De Pasek Sadra, De Pasek Tawing dan De Pasek Mubutin. Dukuh Suladri di pesraman Tamanbali menurunkan I Gde Pasek Sadri, Pasek Sadra yang menjadi Pandhita bergelar Dukuh Sakti Pahang, Ni Luh Sadri diperistri oleh Sri Angga Tirtha Ksatrya Tirtha Arum. Luh Sadra diambil oleh Dalem De Madya.
Sedangkan Pasek Kuru Badra menurunkan Pasek Padangrata di Padang. Pasek Subadra Bale Agung menurunkan De Pasek Subrata menjadi Pandhita dengan gelar Dukuh Sidawa menurunkan Gde Pasek Tulamben di Tulamben. Selanjutnya Dukuh Sidawa menurunkan Wayan Sibetan, Made Desa, Wayan Tubuh, De Pasek Subrata, Ia ikut pembrontakan I Gusti Agung Maruthi. Dukuh Sakti Pahang menurunkan Ni Luh Pasek Sadri dikawini oleh Kyayi Agung Anglurah Pinatih, yang kedua De Pasek Pahang, ia menjadi Pandhita dengan gelar Dukuh Titi Gantung, ia yang memperlihatkan kesaktiannya kepada Anglurah Pinatih Kasiman, sehingga akhirnya Anglurah Pinatih Kesiman mengungsi ke Desa Minggir daerahKarangasem, putra Dukuh Sakti Pahang yang ketiga adalah Pasek Sadri. Dukuh Titi Gantung menurunkan 3 anak yaitu Gurun De Pasek Sadra menjadi Pandhita bergelar Dukuh Sampaga, putra yang kedua Gurun Made Sadri, sedangkan yang ketiga Gurun Nyoman Sadriya dan yang paling kecil bernama Dukuh Bukit Salulung. Dukuh Sampaga menurunkan dua putra yaitu Made Pacung Mengwi, dan yang kedua Pasek Munggu yang bergelar Dukuh Sampagi.
Sekian banyaknya keturunan Mpu Ketek, mereka masing-masing mempergunakan pungkusan Pasek Tohjiwa, Pasek Tangguntiti, Pasek Padang Subadra, Pasek Wanagiri, Dukuh Sakti Pahang, Dukuh Sampaga, Dukuh Sampagi, Dukuh Bukit Salulung sebagai jati dirinya, sebagai pertanda keturunan Mpu Ketek.
2. Mpu Kananda menikah dengan putri Mpu Swethawijaya, berputra seorang laki-laki bernama Sang Kuldewa. Sesudah menempuh acara dwijati, sang Kuldewa bergelar Mpu Swethawijaya, sama namanya dengan kakek dari Pradhana (pihak perempuan). Mpu Sweta Wijaya berputra 3 orang yaitu : Sang Kulputih yang tertua bergelar Mpu Dwijaksara. Beliaulah yang menyusun pegangan “Seha” atau “Anteban” buat para pemangku di Bali. Pustaka suci ini bernama “Sang Kulputih”, putra yang kedua bernama Mpu Wira Sang Kulputih pergi ke Pasuruhan. Putranya yang ketiga bernama Ni Arya Swani. Mpu Wira Sang Kulputih berputra Ni Luh Sorga dan Ki Dukuh Sorga, ia pergi ke Bali. Inilah yang menurunkan para Pemangku Kulputih di Besakih. Demikianlah keturunan Mpu Kananda yang mempergunakan pungkusan Pasek Sorga.

3. Mpu Wiradnyana menikah dengan putri Mpu Panataran berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiranatha yang juga bergelar Mpu Purwanatha. Beliau berasrama di hutan Tumapel, beliau berputra Mpu Purwa dan Ken Dedes. Ken Dedes dipersunting oleh Tunggul Ametung sebelum akhirnya dikawini oleh Ken Arok setelah dapat mengalahkan Tunggul Ametung, inilah yang menurunkan Raja-raja Jawa selama 4 Abad. Mpu Purwa berputra Arya Tatar dan Ni Swaranika. Arya Tatar pindah ke Bali dan mempunyai putra yang diberi nama Ki Gusti Pasek Lurah Tatar dan Ni Rudani. Ki Gusti Pasek Lurah Tatar menurunkan De Pasek Tatar yang kemudian menurunkan Pasek Tatar di Bali. Pungkusan Pasek Tatar di Bali dengan keturunannya yaitu Pasek Penataran, Pasek Tenganan, De Pasek Mangku Bale Agung, Pasek Bale Agung Buleleng dan Pasek Pidpid. Sekian banyak keturunan Mpu Wiradnyana masing-masing mempergunakan pungkusan Pasek Penataran, Pasek Tatar, Pasek Telengan dan Pasek Pidpid.

4. Mpu Withadarma mengawini putri Mpu Dharmaja berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiradaharma, beliau menjabat sebagai Raja di Bali antara tahun 1343-1350 Masehi sebelum Adipati Kresna Kepakisan datang ke Bali, didampingi oleh patihnya yaitu Kyayi Padang Subadra.
Kyayi Bendesa Mas hanya mempunyai putri-putri saja, oleh karena itu beliau tidak mempunyai keturunan. Sedangkan yang banyak menurunkan adalah Kyayi Agung Pasek Gelgel dan Bendesa. Sekarang keturunan Kyayi Agung Pasek Gelgel yang berleluhur Mpu Withadharma tersebar di seluruh Bali, termasuk “Kaki Bongol dan Kaki Djelantik” dan sapratisentannya merupakan keturunan Kyayi Agung Pasek Gelgel. Demikianlah banyaknya keturunan Mpu Withadharma, masing-masing memakai nama Pasek Gelgel, Pasek Bandesa, Pasek Tangkas, Pasek Dukuh Bungaya dan Pasek Dukuh Subandi.

5. Mpu Ragarunting kawin dengan putri Mpu Wiranathakung berputra seorang lakilaki bernama Mpu Wirarunting alias Mpu Paramadhaksa. Mpu Paramadaksa pergi ke Pasuruhan, lalu kemudian ke Majapahit. Di sana beliau berputra Mpu Wira Ragarunting dan Ni Ayu Wira Ragarunting, Ni Ayu Wira Runting.
Mpu Wira Ragarunting menurunkan De Pasek Lurah Kabayan, De Pasek Lurah Tutuwan, De Pasek Lurah Salahin. Ketiga putra-putri ini pergi ke Bali. De Pasek Lurah Kabayan menurunkan De Pasek Lurah Kabayan Wangaya dan De Pasek Kabayan Penebel. De Pasek Lurah Tutuwan kawin dengan Gunaraksa, putri Arya Timbul. Ia diputusi keluarga oleh saudara-saudaranya karena menyembah Arya Timbul alias Arya Buru, putra Prabhu Airlangga dengan seorang gadis gunung. Pasek Lurah Tutuwan ini berputra I Made Bendesa Banjar Crutcut. De Pasek Lurah Salahin menurunkan De Pasek Salahin Tojan. De Pasek Salahin Tojan menurunkan Bandesa Simpar, selanjutnya De Bandesa Simpar menurunkan I Wayan Kabayan Tulamben.
Demikianlah keturunan Mpu Ragarunting tersebar di Bali dengan pungkusan masing-masing diantaranya Pasek Salahin, Pasek Kubayan dan Pasek Tutuwan.

6. Mpu Prateka mengambil putri Mpu Pasuruan, berputra seorang laki-laki bernama Mpu Pratekayajna.
Mpu Prateka berputra seorang yaitu Mpu Pratekajnana atau disebut pula Mpu Pratekayadnya, beliau juga pergi ke Pasuruhan. Disini Beliau berputra Sang Prateka, Ni Ayu Swaranika dan Ni Ayu Kamareka. Sang Prateka berputra De Pasek Kubakal, ia kembali ke Balidan menurunkan De Pasek Pasaban, De Pasek Rendang, De Pasek Nongan, De Pasek Prateka Akah, Ki Dukuh Gamongan dan Ki Dukuh Blatungan. Ki Dukuh Gamongan menurunkan Ki Dukuh Gamongan Sakti dan Ki Dukuh Prateka Batusesa. Sekianlah keturunan Mpu Preteka masing-masing dengan pungkusan Pasek Prateka,Pasek Kubakal dengan pusat di Kubakal – Rendang, Pasek Dukuh Gamongan, Pasek Dukuh Belatung dan Pasek Nongan.

7. Mpu Dangka menikah dengan putri Mpu Sumedang, berputra seorang laki-laki bernama Mpu Wiradangkya.
Sama halnya dengan Mpu Prateka, Mpu Dangka juga sedikit pratisentananya, beliau berputra seorang yaitu Mpu Wira Dangkya, beliaupun pergi ke Pasuruhan kawin dengan Dewi Sukerthi menurunkan tiga orang putra-putri yaitu : Sang Wira Dangka, Ni Ayu Dangki dan Ni Ayu Dangka. Sang Wira Dangka juga kembali ke Bali, lalu menurunkan Ni Rudani, De Pasek Lurah Kadangkan, De Pasek Lurah Ngukuhin dan De Pasek Lurah Gaduh. De Pasek Lurah Kadangkan berputra I Pasek Taro, I Pasek Penida, I Pasek Bangbang dan I Pasek Banjarangkan. Demikian juga De Pasek Lurah Ngukuhin berputra I Pasek Nyalian, I Pasek Ngukuhin, I Pasek Pucangan, I Pasek Gaduh Blahbatuh dan I Pasek Gaduh di Banjar Watugiling.
Demikianlah keturunan Mpu Dangka masing-masing membawa pungkusan Pasek Kedonganan, Pasek Kadangkan, Pasek Ngukuhin, Pasek Gaduh, Pasek Dangka, Pasek Penida dan Pasek Taro.

MPU SEMERU,
mengangkat Putra (Darma Putra) dari Bali Aga yg mediksa menjadi Mpu Driakah/Mpu Karmareka selanjutnya menurunkan Pasek Catur Sanak Pesramannya menjadi Pura Catur Lawa Ratu Pasek ring Besakih, yang kemudian menurunkan keluarga Pasek Kayuselem (Kayu Selem).

Dijelaskan dalam Mahagotra Pasek Kayuselem, Mpu Driakah/Mpu Karmareka, beliau di Tampurhyang (Batur) dan bertapa di Gwa Song (Songan) yang didatangi Bidadari Kuning. Dengan Bidadari Kuning Mpu Kamareka berputra :

1. Ki Kayu Ireng setelah dipodgala bergelar Mpu Gni Jaya Mahireng dengan Ni Kayu Ayu Cemeng menurunkan :
Sang Taruhulu menikah dengan Ni Ayu Ireng
Sang Kayu Selem / Wreksa Ireng
Ni Kayu Nelem

2. Sang Made Celagi bergelar Mpu Made Kayuan di Balingkang, Mpu Made Kayuan menurunkan :
Sang Panarajon
Ni Ayu Nguli
Ni Kayu Ireng
Ni Ayu Kinti
Ni Ayu Kaywan

3. Sang Nyoman Tarunan bergelar Mpu Tarunan di Belong Tulukbiyu, Mpu Tarunan menurunkan :
Sang Tarunan
Ni Ayu Dani
Ni Ayu Tarunan
Ni Ayu Taruni

4. Sang Ketut Selem bergelar Mpu Badengan,
4. Mpu Badengan berputra :
Ki Kayu Celagi
Ki Kayu Taruna

Dalam Babad Pasek Kayu Selem, diceritakan ketika telah selesai memberikan petüah kepada para sisya, Mpu Kamareka beryoga dan dengan tenang moksa menuju alam sunyata.

MPU GANA
Nyukla Brahmacari, Pesramannya di Gelgel menjadi Pura Dasar Buwana

MPU KUTURAN
Sewala Brahmacari, sekali menikah berpisah dgn Walu Nateng Dirah, berputri Diah Ratna Manggali, Pesramannya di Padangbai menjadi Pura Silayukti

MPU BARADAH
menetap di Lemah Tulis Kediri menurunkan
1. Mpu Siwagandu,
2. Dyah Widawati dan
3. Mpu Bahula.

Mpu Siwa Gandu tercatat sebagai Brahmana Jaya Pangus yg menolak perkawinan Raja Jaya Pangus dgn Kang Cing Wie,berputra Maha Resi Segening/Mpu Keling tinggal di Keling Jawa Timur, moksah di G. Agung. Mpu Keling berputra Dalem Mangori, dari istri Ni Berit Kuning putri Raja Airlangga yg melarikan diri ke Hutan karena sesuatu sebab, menurunkan Sentana Satriya Wangsa saat di Jawa, dan di Bali oleh Dalem Blesung diabiseka Ki Mantri Tutuan, dengan memberikan seluruh hak seorang raja kepadanya dan ditempatkan di Bukit Buayang/Bukitbuluh dan hak berupa pembebasan dari danda pati dll, yg selayaknya seorang Raja.

Mpu Bahula menikah dgn Diah Ratna Manggali meputra 5;
1. Mpu Tantular/Mpu Wiranatha
2. Ni Dwi Dwarawati
3. Ni Dewi Adnyani
4. Ni Dewi Amarthajiwa
5. Ni Dewi Amertha Manggali

Prasasti Manik Angkeran menyebutkan Mpu Tantular Berputra 4 ;
1. Mpu Panawasikan menurunkan seorang Putri
2. Mpu Sidimantra menurunkan Manik Angkeran
3. Mpu Semaranatha menurunkan Dang Hyang Angsoka yg menurunkan Brahmana Buda dan Dang Hyang Nirarta yg menurunkan Brahmana Siwa Kemenuh, Manuaba, Keniten dan Petapan
4. Dang Hyang Soma Kepakisan menurunkan Raja di Jawa Bali dan Sumbawa bergelar Dalem.

Kirang langkung nunas ampura
Om Santi Santi Santi Om


Senin, 12 Februari 2024

Peserta Nyurat

Daftar peserta Lomba Nyurat Lontar di Desa Bongkasa:

1. Ni Komang Debby Anita Pratiwi
Kelas 9D
No Absen 27
Alamat: Br. Pengembungan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

2. I Made Gede Bendesa Natha Swardhyana
Kelas 8A
No Absen 17
Alamat: Br. Teguan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

3. Ni Wayan Anugrahita Puspa Dewi
Kelas 7 B
No Absen 32
Alamat: Br. Pengembungan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

4. I Wayan Suantara
Kelas 8 D
No. Absen 17
Alamat: Br. Pengembungan , Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

5. Ni Luh Putu Artika Sari
Kelas 9e
No. Absen
Alamat: Br. Teguan, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

6. Ni Putu Maytha Andini Putri
Kelas 8D
No. Absen 29
Alamat: Br. Tanggayuda, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

7. I Komang Agus Wiratama
Kelas 8E
No. Absen 8
Alamat: Br. Sayan Agung, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

8. Gst Ayu Suardaniasih
Kelas 8D
No. Absen 1
Alamat: Br. Tanggayuda, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 

9. Ni Kadek Gita Indraswari
Kelas 9 H
No. Absen 25
Alamat: Br. Sayan Tua, Ds. Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung-Bali. 


MOHON PILIH TEMANNYA DARI BONGKASA DAN LENGKAPI

Bhisama Wiwa

Bhisama Ida Sinuhun Siwa Putri Prama Daksa Manuaba, ring Pinandita Wiwa. 
Yan han wwang kengin weruhing ikang pawintenan wiwa lawan pasuk wetuning Sang Hyang aji maring sarira,
mewastu mijil saking aksara,
tan pangupadyaya/maupacara mwah tan ketapak, tanpa guru,
papa ikang wwang yan mangkana.
Bibijat wwang ika ngaranya,

apan embas/lekad tanpa guru,
kweh prabedanya,
papinehnya bawak,
yan benjangan padem wwang mangkana,
atmanya menados entipning kawah Candra Ghomuka.
Apan lampahnya numpang laku,
kananda de para Kingkara Bala,
yan manresti malih matemahan triyak yoni,
amangguhaken kesengsaran.


Arti bebasnya, 
Jika ada orang yang ingin melaksanakan pawintenan wiwa dan mempelajari keluar masuknya Sang Hyang Aji Aksara Sastra Suci dalam tubuh, hanya dengan mempelajari sastra buku-buku tidak dilakukan upacara, tidak anugrahi ketapak melalui nyanjan, tidak memiliki guru, berdosalah orang yang seperti itu. Tidak memiliki Bapak dan Ibu orang yang seperti itu, karena kelahirannya tidak memiliki guru, roh-nya akan mengendap didasar neraka Candra Ghomuka. Karena perjalanannya tidak menentu, dihukumlah oleh pengikutnya Kingkara bala, kalau dia lahir kembali, dia akan menjadi kotoran air yang mendidih dan akan menemukan kesengsaraan. 


Dibenarkan belajar Mantra, magegentan dan menggunakan astra mantra, kalimat yang menyatakan sebagai berikut: 

Pinandita Wiwa ika anglaraken astra mantra juga kawenangan sira, wehania ri wwang durung Adiksa Dwijati, ring arep anembah Dewa, amreyogakena Sang Hyang ri daleming sarira.

Arti bebasnya, 
Pinandita Wiwa adalah orang berkeinginan dengan sungguh-sungguh untuk membersihkan diri, diperkenankan juga kepada orang yang belum Adiksa Dwijati (dinobatkan sebagai sulinggih), menggunakan penanganan astra mantra, asalnya disampaikan atau di buatkan upacara pawintenan wiwa dihadap para Dewa dan mendapat anugrah dari Ida Bhatara Hyang Sinuhun, sebagai bukti ketulusan hati yang paling dalam untuk memahami dan mendalami apa yang disebut dengan Mantra Tatalungguh Pinandita wiwa dan dapat menggunakan gentha serta bagaimana tulisan mantra yang benar, dan bagaimana reng-reng mantra harus disuarakan agar mampu menyentuh sapta petala, sapta cakra dan sapta Loka.

Widyas ca wa awidyas ca, yac ca-anyad upadesyam. Sariram brahma prawisad rcah sama-atho-yajuh.

Segala macam zat memasuki tubuh manusia seperti misalnya kebijaksanaan, pengetahuan praktis, dan setiap pengetahuan yang harus diajarkan, Tuhan yang Maha Esa Yang Maha Agung (Makhluk Teragung), Rgweda; Samaweda dan Yajurweda. (Athwaweda XI.8.23).

Kalau diperhatikan kalimat tersebut inti pokoknya terletak pada, jika mempelajari Aksara Suci atau Modre harus:  
1. Diupacarai pawintenan wiwa, 
2. Memiliki guru nabe, dan 
3. Kika melanggar akan memperoleh hukuman.

Salinan Lontar Cempaka Gadang


LONTAR CEMPAKA GADANG

1b. Om Awighnamastu nama siddham.
    Nihan kaweruhaning Dewi Ratnakama duk sira nguni karyya kama, karman sira Sanghyang Taya cemara geseng, tiba ring suyanya ring patanu ika, kumeñar katon luwir Sanghyang Suryya, sinang magalang prapténg Siwa Bhuwana, minannya ring wwé ika tan hana wani amangan kama ika, apan luwih kama ika, watek mina kabéh angemit ring wwé patanu ika. Asing ngatonang padha ulap, apan luwih kawibhawanya luwir suryya kanta yan upa-


2a. ma, ika pakidhepanya. Wus mangkana hana mwah kawuwusan Sanghyang Taya prapta ring suya Gangga duk sira nguni macangkrama ring suya Gangga ika. Adyus sira nanging tan weruh ring kamanya tiba ring wwe ika. Mangke sira Sanghyang Taya kametnya gelis kama ika ring Sanghyang Taya, kasukna ring taru jepun ika ring jronya. Tastra dasaksara, aksara, pancaksara, dasaksara, ongkara, Sanghyang Ulucandra sinusuning kama ika ring jro ika. Wus samangkana, iki pakidhepa-

2b. nya, Om Om Sang Kama putih apupul ring cucupu manik, genah hingulun, Om kulit mulih pretiwi, daging mulih maring apah, gni mulih maring teja, balung mulih maring bayu, otot mulih maring panon, sabdha mulih maring gereh, kedek mulih maring tolerep, soca tengen mulih maring Raditya, soca kiwa mulih maring ulan, usus mulih maring sagara, Om rambut mulih maring akasa, Om sa ba ta a i, na ma si wa yam.
        Panudinya kawruhakna, phalanya angruhakna ring sira. Kulit-

3a. dadi sutra, hulu dadi lungsir, daging dadi emas, getih dadi mirah, jajaringan dadi wastra sakalor, otot dadi suryya amanca warna, usus dadi cangko warangan, papusus dadi manjeti, paparu dadi ineban, ampru dadi jomaten tumpuking hati dadi pisya. Tungtunging hati dadi komala winten, tungtung dadi nure, ineban dadi salang mute, donira jameji, limpa dadi sutra katipa, kembang wa-

3b. ru dadi talam demas, wawayangan dadi dwi paripe emas, balung dadi gagamanya, swaluha jadma wisesa.
       Wus kaya samangkana mantuk sira Sanghyang Taya ring awang-awang. Kawuwusan sang kama ring taru ika sampun tutug candranya, mijil sira ring pakukuh ika. Wong rarei ika nora amangan anginum. Tan warnnanem sapuluh candra, durung ngaran sampun weruh angucap, lumaku sira haneng pinggiring toya ika, hana kahyangan bhatari Gangga, nga. Irika sira araryan, dewi kama, nga.

4a. Wus hana sapta dina haneng kahyangan ika, mijil bhatari Gangga, katon manusa istri, hana lingnya bhatari Gangga uduh nini sang ayu, saking endi sangkane hingulun, lahwarahen sapa yayah ibu, ndi tikang nagara, saturana ring hingulun. Tan ana weruh ring yayah ibu, jeg maringne. Sumahur dewi Gangga ring daleming hati, iki manawi ya kama duk inguni, ring suya muna nguni, kamanira sanghyang Taya, hanging wruh hingulun rikita, uduh sang ayu nga, dewi Ratna kama.
       Wus hana saca-

4b. Ndra haneng kahyangan ira bhatari Gangga. Hana kawuwusan sanghyang Taya, wus samayaning dalu anarira ring sang dewi Ratna kama. Uduh dewi Ratna kama, iki hana kawinugrahan hingulun, gni anglayang. Mijil sira hage haneng pakundhan. Sampun amit sira ring nata ring Gangga munggah sira ring agni anglayang. Hana kawinugrahanya Cempaka gadang, nga, haneng cudamani genahnya, Sanghyang Taya sira winugraha ring dewi Ratna kama. Wus ngaran dewi Ratna kama, dewi ratna Cempaka gadang, nga, apan-

5a. Sanghyang Taya kang winugraha kawibhawa lewih. Uh sang ayu, asing matemahan leyak, iki tapaknya, apan kawitnya skar sungsang lawan sekar anggrek. Ika matemahan leyak kalih, apan masuwe tan hana watek sewa doraka. Mangkana ling sanghyang Sarigah, mantuk sira. Mangkan ling sanghyang Sarigah. Mantuk sira.
     Hana mangkin kawuwusan dewi Ratna Cempaka wilis ngaranya, mayoga maring gni anglayang ngaranya, maring gni anglayang ngarannya. Tan kasangga dening Sanghyang Basundari ngara-

5b. nya, tan kiniket dening Sanghyang Basundari ngaranya, anrawang-anruwungring awang-awang ring uwung-uwung ngaranya, tan kasenohan dening Sanghyang Raditya, Ulan, Lintang Tranggana, ngaranya tan kinampehan dening Sanghyang Maruta, sor noranakasoran, luhurnorana kaluhuran, apan hingulun atapaking leyak anggrek mas, nga, lawan leyak sungsang mas, ngaran. Hana pangastawan hingulunring padhan sang sinuhun, Ang Ung Mang, masuk maring Siwadrawa, mulih anaking netra, metu saking hirung,masuk maring cangkem, mtu saking papuseran. Wus samangkana, hana sloka srutinya. Balampu, Siwa tatyam, gni rasyam, matrampu, Omkaran, tatwam, rasyam, dantisariyam rsyam, tri netram, sudantam, gni nrasnam.
     Wus samangkan hana warah sang sinuhun padmi ring para sisya kabeh, han sang sinuhun mantuk maring padma anglayang makadi Ni Leyak Kasela petak lawan Ni Leyak Sudamala. Asing mara matemahan leyak, apan kadibyaning sang sinuhun padmi, dewa alah ring sang nabe padmi,sa-

6b. to alah, sato matemahan leyak kabeh, leyak kebo raja, i leyak banteng raja makadi ki leyak bawi syatilawan nileyak sugaplong, makadi I Gendu Srayu. Wus samangkana, Ang Ang, makadi i leyak gumatap gumitip kemita sang sinuhun, hahwa madoh ring sang padmi lawan ni leyak kabeh makadi gajah mina lawan i Nagaraja. Hana pangundang hingulun makadi sang garudha putih. Hana pawarah sangsinuhun padmi, haywa sambhawa, wus dateng leyak kabeh, padha anembah ring ida hyang-

7a. sinuhun. Hana ganjaran ida hyang sinuhun ring para sisya kabeh. Hana sawa wong rarering kahyangan setra gandhamayu linuruban dening waringin agung, laksana rumuhun tikang sawa, rumider haneng Tegal penangsaran. Hana pangastawaning bayu, Er Er, duhuring hati, werring ungsilan, gering papusuhan, dur ring papuru, suryya ring netra, Om Om ring papuseran, Ang Ung Mang ring siwadwara, apan tuhu lwir Sanghyang taya, apan kadibyaning ida hyang sinihun, anglekas wong rare ring setra pabajangan, tinat watek leyak kabeh. Hana ling ida hyang sinu-

7b. hun padmi malarada marana kabeh, pukuhning kepuh hana ring waringin sungsang, hana ring pamuhunan, hana ring tarptug, hana ring pasugon, hana ring kahyangan, hana ring sumur, hana ring jurang ajro, hana ringcatur desa, hana ring tegal, hana ring kayu, hana ring pempatan, hana ring pangkung, hana ring sasunutan, hana ring sagara, hana ring gunung agung, hana ring marghga tiga, hana ring karang suwung, hana ring pakarangan, sapagenah leyak kabeh.
        Hana mangkin kawuwus watek dewa kabeh makadi bhatara Guru, tan wus ta-

8a. twa sira wruh anaranjana, madres waspanya Sanghyan Paramesti Guru, apan kadibyaning I Cempaka gadang, hana dewa asih ring I Cempaka Wilis. Ndita waranugraha dadi matemahan sakti, dewa alah, dewa matemahan leyak, asingtuminggal matemahanleyak, ika matwang Sanghyang Paramesti Guru, rerem tikang rat hudan mabales, kilap magalak, sarwwa mandi galak, sarwwa ulad-alid magalak. Yan hana candra, meh gring tikang rat, kadibyaning I Ratna Cempaka Kresna, apan lwih waranugrahanya. Wus mangka-

8b. na hana ling Sanghyang Suryya ring sawatek hyang kabeh, haywa mangkan. Yan hana manusa kembar anak sang pandhita, yan kamu dewa tan weruh ring genahnya ring soring bahsundhari, pandhita bhodha ika adrewe anak kembar ngaran Sang Siwa Gendu lawan Sang Windhu Bajra. Ika wenang amejah I Cempaka Gadang, hana dinanta ring Sukra Umanis, tanggal tiga welas. Ika rumuhun minta sarana ring sang pandhita bhodha, masa tanda tan mati ring Sukra Umanis, tanggal tiga welas, ring sasih kacatur. Pejaha ring ungguhanne manusa gudung basur. Mangkan ling Sanghyang Suryya ring sa-

9a. watek dewa kabeh.
       Wus mangkana, hana ling Sanghyang Parameswara, lingira, sajna maha rsi, lunga ta ya haneng sapta patala, minta sarana ring sang mahamuni, tumus asih lawan hingulun apan kadursilan dening sang wruh anranjana. Mangkana lingnya guru ring Bhagawan Sampeyana. Lunga ta gagisun matemahan gagak petak, anglayang ring sapta guminta alungguh ring dyunidanta, sasanganiron ika, apan sang Bhoda durung amuja, mabuna, makatiwanda, makilat bagu mangondala, manting-anting, macunda manik, apan tuhusanh Bhoda angre-

9b. ngreng srutinira.
       Wus samangkana,amuja sang pandhita, pakulun sang mahamuni, hana ajnana Sanghyang Pramesti Guru ring hatita, hingulun mangke aminta sarana ring mahamuni. Sanghyang Iswara lara daleming hati, alah dening kawibhawan de sang Ratna Cempaka Gadang,asing matemahan leyak, nata matemahan leyak, pejah asu matemahan leyak, sadina magring tikang rat madhya pada lawan swarggha. Mintasaran ranaktangwang. Ika wenang amejaha I Cempak Gadang, apan hana ling Sanghyang Suryya dukning hatita ring Sanghyang Pramesti Guru. Mangkana lingya.

10a. Bhagawan Sampeyana ring sang mahamuni.
        Sajna maha rsi, Om Om hyang maha rsi, ndan tumadah lebaning manah sang pandhita, anakta juga sang maha rsi maha waraha sang pandhita ring ranak kami. Yan tuhu juga, angling hyang makidhepku, atapak punang Siwa dwara tikang yayah, Om Om, raksanen jiwa atmanta, ma, sruti, bayu wititam jiwa, botram garudecam pranah, waktram siddhi, omkaram dewam, pagupati winitram, windu winastram, badra nityam, sur-

10b. yya candram, winityam jajaranam, pasupati siwa dwaram. Ang garudha putih, heng garudha hitam raksanem jiwa atmanta, pasuk wetu bayu idhep, Siwa ring Siwa dwara, suryya ring netra Sanghyang Iswara ring cangkem, sanghyang mahadewa ring papusuhan, brahma ring papuru, wisnuring hati, Sanghyang Antabhoga ring pruting sabdha, bayu idhep. Sanghyang bayu ring suku kiwa tengen lawan ring tangan kiwa tengen. Wus mangkana, sumahur tikang ranak, tabe pakulun ikang ranak, hukun mangke apasang sembah ring sang Adiguru ping kartini.

11a. wus mangkana lumaku tan bhagawan wesampeyana lawan sang Siwa Gendu lawan Sang Windhu Bajra. Huwus prapta haneng swarghan samuha, nganjali ring Hang Siwa, pakulun tabe bhatara apasang sargha ping kartini ring Hang Siwa. Wus mangkana , hana ling Hyang Guru ring Sang Siwa Gendu, apan tuhu meweh tikang rat ring madhayapada, magring tikang rat den Sang Cempaka Gadang, apanluwih guna saktinya, asing weruh caraning balyan pejah, yan nora pejah, matemahan leyak, asing tinulung pejah. Tuhu meweh tikang rat, lwir grubug tikang rat, gagak muni rahina dalu. Mangkana

11b. ling Hyang Siwa. Hikang marmaning wruh ring sang Cempaka Gadang haneng cemara geseng genahnya, apan akweh punang sisyanya. Mangkana ling Hyang Siwa. Pukulun tabe bhatara Hyang Pramesti Guru, hingulun mangke amwita ring watek hyang kabeh. Sumahur bhagawan wesampanaya, Iki dalanyahaneng jurang hajro, haneng lor wetan, tuhu beneng ya haneng cemara geseng. Hagenya lumampah sang karo haneng lor wetan. Wus tapak haneng maryaloka kacunduk Hyang Suryya haneng arah-arahaning cemara geseng, hana lingira Hyang Suryya, hanging ta matemahan dukuh,

12a. malanya tan sipi, sukunya pabrotong, tangan kiwa tan pajriji, wusnya haneng tpining dalam, karange dening sang Siwa gandu, kawelas arsa hatinya ring sang dukuh, eh tka kaki dukuh, ndita tikang nagara, lah ta warahana dumatenging, haneng giri pakuning madwi, hingulun sang siki juga, tan ana swamin hingulun juga haneng giri, mawarahta lagi sang dukuh, hingulun angrenge wreta yukti tan yukti hulun tan weruha. Sang Cempaka Gadang weruhanranjana sakti guna tan paden rat, apan wus patus sukretinya haneng gni.

12b. Anglayang, kawinugrahan dening Sang Hyang Taya. Hana kawinugrahanya, Sanghyang Taya ring Cempaka Gadang, ngaranya, haneng cudamani jiwa atmanya sang Cempaka Gadang. Mangkana ling sang Dukuh. Sumahur sang Siwa Gandu ringsang Dukuh. Mangkana kawisesanya, haneng cudamani saktinya Ratna Cempaka Gadang. Sumahur sang Dukuh, tuhuyukti. Iki tumingalana. Ngaran suryya kanta, kuranta bolong ngaranya. Iriki lumihat sang Siwa Gandu haneng kuranta bolong, katonta I Cempaka Gadang hana ring setra Gandhamayu, hana ring pukuhing ke-

13a. puh, kinemit dening leyak kabeh, ngaranya, hana ring kepuh kawanda lawan basang-basang, lawan hati, lawan pasuhan, lawan papuru, lawan hulu, haneng pucaking kepuh. Res hati sang Siwa Gandu lawanta sang Windhu Bajra sarwwi matohang citanata haneng Gandhamayu, sawatek daging sawa haneng kepuh. Wus samangkana pangudaleming hati, mwahta mojar sang Dukuh, kaya apan punang swacita, sumahur ta sang Siwa Gandhu, hingulun kineh amejah de hyang Guru, I Dewi Ratna Cempaka Gadang. Mangkana ling sang Siwa Gandha, suma-

13b. hur sang dukuh, haywa damakat haneng kene. Sumahur sang Siwa Gandhu. Hingulun amwit mangke ring sang Dukuh, sumahur sang Dukuh, haywa adadawa wuwus.mingista sang Siwa Gandhu lawanta maharinya sang Windhu Bajra.wus adoh lukanira haneng lurahning cemara geseng, sinnna tikang rat, tan ana wang kapanggih haneng dalam, sawiji nora hana katon. Wus sinurup hyang arkka, wus hana madyaning dalu, sang siwa Gandhu matemahan gagak putih lawan sang windhu bajra matemahan sesapi petak, haneng cemara geseng, alungguh sira, haneng wa-

14a. ringin agung. Irika sang Siwa gandhu, hana lingira ring kang harinya. Mawarah sang Siwa gandhu, haywa mangkana, lah warahana Sang Cempaka Gadang, sumahur harinya, pakulun sang kaka, hingulun warahana sang cemapaka Gadang. Eh Cemapaka gadang, hingulun teki anglepas yamwa, ika juga marmaning hingulun, ma, Om Ang, Ang Om, Ang Garudha, iki wruh ring Siwatman, lingging aji, Omkara sumungsang hana ring nabhi, repsirep sahaning leyak kabeh lawan sahananing gumatap-gumitip, rep paddha sirep, Ang Ang, Ung Ung, Ing Ing, masuk ring netra, mulih-

14b. ring otot, bhuta padha sirep, sarwwa amangsang sirep. Wus sampun anglepas sanghyang Aji sirep haneng kahyangan, ndan lumampah sang siwa Gandhu lawam harinya. Eh ta kita sang Cempaka Gadang, iki sang wruh anranjanasang Cempaka Gadang haneng paturon, sira aguling.wus mengo punang lawangan, dadi ta masuk Siwa Gandhu, harinya haneng jaba. Ndan sang Siwa Gandhu sampun katuwek ping trini, sang Cempaka Gadang, dadi ta angerak luwir kapupungan sang Cempaka Gadang, mijil haneng setra angundang para sisya kabeh, makadi leyak Anggrek Mas, lawan I le-

15a. yak Sungsang Mas, mawarahsang ssinuhun Padmi, hana pandung, sang Siwa Gandhu haneng sapta patala, nga. Sumahur para sisya kabeh, pakulun sang sinuhun, haywa asukska. Hingulun amapag maka sakti sang Siwa Gandhu. Wus samangkana, lumaku watek kabeh, Ni Anggrek Mas, Ni Sungsang Mas. Mawarah ta kita ring sang Siwa Gandhu, iki Brahmana Bhodha sapta guminta, iki kaweruhakna ningulun, mijil agni haneng siwadwara, angendah-endah rupanya tikang agni.eh sang Siwa Gandhu, kaya apa citanta. Mangke mawarah sang Siwa Gandhu. Hingu-

15b. lun tan awedi. Kaherang idhepnya sang empu Siwa Gandhu, kageseng Ni Leyak Anggrek Mas, pejah matemahan hawu, akweh leyak kabeh, tan apejah kapilayu mwahpedek ring sang sinuhun, mawedi hingulun ring kadibyaning sang Siwa Gandhu. Mawarah Ni Cempaka Gadang. Eh para sisya kabeh, haywa mangkana. Hingulun mangke amapag saktinya sang Siwa Gandhu. Hage lumapah sang sinuhun haneng setra kairing watek leyak kabeh.wus kacunduk aang Siwa Gandhu haneng kahyangan. Mawarah sang Cempaka Gadang, Eh sang Siwa Gandhu, ndita gawenya haneng kene, waraha sajati lawan hingu-

16a. lun, haywa ngundha sabdha, lah warahana lawan hingulun, nahan lingnya kaya weruh ring tata warnnanya sang Cempaka Gadang, dening kawistara haneng sapta patala. Ika marmaning dateng haneng kene. Mangkana lingira sang Siwa Gadhu, sumahur I dewi Cempaka Gadang. Yan kaya wruhring kadibyaning hulun. Matemahan kukus, matemahan bade, matemahan waringin sungsang. Wus matemahan waringin, matemahan agni. Wus matemahan agni, matemahan candra. Wus matemahan candra, ngendah-endah rupanya, meh hana sapta rupanya, nanging hingulun tan awedi ring kawibhawanya.

16b. Ndehta asabdha sang Cempaka Gadang, eh ta kita sang Siwa Gandhu, haywa langgana ring kami mangke, manusa maring kene wedi ring hingulun, sato alah, sato matemahan bhuta kabeh, dewa alah, sarwwa magalak, padha alah, ring hingulunmangke sarwwa gumatap-gumitip padha alah, dadinta sang Siwa Gandhu tar kewasa dening hingulun mangke, apan luwih gunanya, tuhu anak Sang Budha. Nahan ling sang Cempaka Gadang,dadita mundur sang Cempaka Gadang, mesat ring padma anglayang, masuk ring sarining padma.

17a. Tan warnan polahira sang Cempaka Gadang, mangke cinaritaken sang Siwa Gandhu ring lemah, angrasang punang hredaya lawan maharinya sang Mpu Siwa Bajra, yayi matemahan tambelilingan petak, hingulun mangke matemahan kakupu mas. Wus mangkana sang kalih hayuti rupa, wus matemahan tambelilingan mabur ring akasa, hangucap sarining padma, mundu ta muwah sang Cempak Gadang, masuk ta muwah maring gni anglayang, mwah ta kaburu sang Cempaka Gadang alungguh sira maring gni anglayang. Kanggek sang kalih muwah ta matemahan hudan, hana matemahan-

17b. an maruta, hudep ikang agni, mundur ta mwah masuk ring sagar manadi mina. Mwah kanggek sang kalih haneng tepining sagara. Tuhu meweh punang cita. Irika ta sang kalih manadi mina agung, rame punang aprang maring tengahing sagara, mundur ta mwah sang Cempaka Gadang, mesat maring megha, nadi megha. Mwah ta kanggek sang kalih katon ring megha. Mwah ta angrasa punang cita. Mojar sang Siwa Gadhu. Uduh hariningulun, yayi haneng lemah, hingulun haneng akasa. Mwah matemahan sesapi putih nusup ring megha, harinya matemahan asu bolot. Rame pu-

18a. nang aprang rahina dalu, prang hira sang tiga. Prang hira meh hana sacandra sapta dina, tan hana anginum sang tiga rahina dalu, apan tan kawasa mabur, apan luyu punang hredaya, araryana aprang sapta dina sang tiga mwang ta mantuk sang kalih minta sarana ring sang aji Guru. Wus prapta haneng sapta guminta, humarek sang aji, sangkeng madoh sira anganjali sang kalih, pakulun sang aji, pasang tabe rikang ranak. Mojar ta sang pandhita, ndita sangkanya dateng marangka, wus pejah sang Cempaka Gadang sumahur anaknya, tuhu meweh tikang ranak, pan luwih gunanya. Masuwe maprang haneng madhya-

18b. loka, hana sacandra sapta dina prang hingulun. Mwah mojar sang pandhita, kaywa sungseka punang hidhep, iki kana tekaning hulun apan luwih gunanya, apan nugrahan sanghyang Antabhoga duking nguni, ngaran, gni sawelas, warnna ngendah-endah rupanya. Ika wenang sang Cempaka Gadang. Iki panglepas I Siwa Gni Putih, ngaranya, utama dahat. Iki padha gawenen. Wus mangkana amit ya sang kalih. Wus madoh lampahnya, tan warnnanen ring hanuwus dateng maring cemara geseng, anujug ring kuwunira sang Cempaka Gadang. Ih Cempaka Gadang haywa masuwe, hihulun asuwe atunggu.

19a. ring kene, nahan ujar sang kalih. Mawuwus sang Cempaka Gadang, haywa mangke aprang, yan wus madyaning dalu, ikang wenang aprang. Hatinen rumuhun. Tan ucapan sampun tengah wengi, maprang ta sira mwah ring akasa, rame punang prang, rahina dalu prangnya, maswe tikang aprang, kacindra prangnya sang Cempaka Gadang mwah mundur kapilayu sira masuk sira ring gni manusa gusug agung, kaburu ring sang kalih anglepasang gni petak, saksana pejah sang Cempaka Gadang matemahan awu. Sang Siwa Gandhu lawan sang Siwa Bajra mantuksira sang kalih.wus madoh lumampah ira, tan ucapan sang mantuk.

19b. Hana mangkin kawuwusan atmanya ring yamaniloka gnahnya sang Cempaka Wilis, atmanaya ring kawah tambra gomuka. Bhagawan Petra raja kinen amuncang watek bregala kabeh, para sisya kabeh, hana ring kawah ndut genahnya, hana ring kawah bacin genahnya, hana sinepit dening wesi, hana sinepit dening sela agung, hana kahulur lawan ginetek atmanya, tangyanya leak kabeh, amrih-mrih tangisnya wateknya kabeh anonton atmanya sang Cempaka Gadang, gegerwatek dewa kabeh. Wus samangkana, cina-

20a. ritanen sang Siwa Gandhu lawan harinya sang Siwa Bajra haneng dalan. Kacunduk sanghyang Siwa. Atanya sira ring sang kalih sang Siwa Gandhu lawan Mpu Siwa Bajra, hingulun maswe maminta srana kanti sira karo. Mangkana ling sanghyang Pramesti Guru ring sang kalih. Sumahur ta sang Siwa Gandhu, haywa awuwus mangkana ring hulun mangkana mangke, apan maswe haneng kene, apan wus pejah Dewi Ratna Cempaka Gadang. Hingulun mangke aminta pahninging hidhep, apan leteh punang hati, ika marmaning hingulun.

Mantram Kaputusan Siwa Gandu

PANUGRAHAN SIWA GANDU

Om swastyastu 
Umat sedharma umat hindu di seluruh nusantara semoga selalu sehat walafiat, titiang memohon doa restu, hadirkan buka hatinya dengan rasa tulus ihklas tanpa beban, kali ini saya berikan lagi sebuah mantram kaputusan siwa gandu yang salah satunya untuk bisa menjaga diri dari aji ugig desti teluh tranjana, saya memberikan ini bukan berarti saya anti terhadap penekun aji ugig, karena RUWEBHINEDA tidak bisa di pisahkan , harapan saya janganlah menyakiti keluarga dengan black magic hanya karena warisan, harta, yg tidak pernah merasa kita membeli, sudahilah permusuhan sama keluarga sendiri. semoga dari niat baik kita semua menjadi rahayu.

Iti ngaran mantram kaputusan Siwa Gandu, 
Om swastyastu
Om awiggnam asthu namo sidhem

Om ludra maheswara sidhem byakyasem ya namo namah swaha
Om sang bang saraswati kawenang ya namah

Ong pasupati bajra yudaya, aghni raksasa rupaya purwa mukadesa sthananya, ong pasupataye ung phat. 

Ong pasupati danda yudaya, aghni raksasa rupaya daksina mukadesa sthanaya, ong pasupataye ung phat

Ong pasupati pasa yudaya, aghni raksasa rupaya pacima mukadesa sthanaya, ong pasupataye ung phat

Ong pasupati cakra yudaya, aghni raksasa rupaya uttara mukadesa sthanaya, ong pasupataye ung phat

Ong pasupati padma yudaya, aghni raksasa rupaya madya mukadesa sthanaya, ong pasupataye ung phat

Ong pasupataye, jagadhitaya, pranatha parama tusni sada naya, wiwida kujana sanga naya, ong pasupataye, parama sastra panca murti, ung phat ya namo namah (3×)

Ong ong ong, ung ung ung, ang ang ang, bang bang bang, ngang ngang ngang, tang tang tang, ong ong ong, SWAHA

PAKULUN SANGHYANG SIWA TIGA, ALA AKENE LEYAK KABEH, SANGHYANG SIWA GANDU ANUNDUNG LEYAK, SANGHYANG SIWA GANDU ANGIMPUS LEYAK, SANGHYANG SIWA WIJAYA AMATENIN LEYAK, ASING TEKE PADA KENKENG, TEKE GESENG, TEKE GESENG, TEKE GESENG. IDEP UNG HRANG HRANG HRANG , SAH SARWA DURGHA WISESA, YA NAMAH SWAHA, ANG AH ANG AH ANG AH.

Itu Mantra Panca Siwa Gandu, ngaran pangleburan sakit desti, Pembangkit Kekuatan Atma:
Om Trimurti, Tri Lingga, 
pramana, brahmanyam, 
maheswaram, jiwita mpu jihwa linggam 
bayu purusa pradanyam. 

trilingga trimurti
rajyam jiwitam sudamam, 
swahe sarite suda tuanyam,
antara atma wisnu dewayem. 

sing tumamah ring awak sariranku, 
saluirang senjata teka pupuk punah, 
detya satrunku mati raksasa satrunku.

Mati, gering Wisya teka punah punah, 
buta leyak pupug punah, 
pamali tonya pupug punah, 
sarwa mambekan satrunku mati, 

manusa buti kala dengen, 
satru katui gandarwa satrunku mati, 
detya satrunku mati, 
apan aku sakti lewih, 

aku Tiga Murti Om, Am, Mam, Yam, Sam,
Bam, Tam, Im, Nam, Sam, Wam, Ang, Ah.


Mantra Pangkukatan Geni Siwa Gandu:
ONG GENI ASTRA ENDIH MURUB SAKSAKING WETAN, ONG DURGHA LIDEK, LEYAK GESENG, DESTI GESENG, RERAJAHAN GESENG, PEPENDEMAN GESENG, ONG GENI ASTRA ENDIH MURUB RING BHUANA KABEH

Mantra Panglukatan PANCA GENI SIWA GANDU:
ONG ONG MANG ANG, URIPIN BRAHMA, URIPIN WISNU, URIPIN ISWARA, IDEP AKU ANGREANG SANGHYANG SUKSMA, ANGWIJIL AKEN GENI PANCA, SANG, MANG, TANG, ANG, ING.

ONG GENI PUTIH METU RING PEPUSUH, ANGESENG SEHANING DURGHA TEKE SAKE WETAN , METU GESENG, METU GESENG, METU GESENG.

ONG GENI ABANG METU RING ATI, ANGESENG SEHANING DURGHA TEKE SAKE KIDUL , METU GESENG, METU GESENG, METU GESENG.

ONG GENI KUNING METU RING UNGSILAN, ANGESENG SEHANING DURGHA TEKE SAKE KULON , METU GESENG, METU GESENG, METU GESENG.

ONG GENI IRENG METU RING AMPURU, ANGESENG SEHANING DURGHA TEKE SAKE LOR , METU GESENG, METU GESENG, METU GESENG.

ONG GENI AMANCA WARNA METU RING TUMPUKANING ATI, ANGESENG SEHANING DURGHA TEKE RING TENGAH , METU GESENG, METU GESENG, METU GESENG.

ONG GENI PANGERENGE, METU RING KARNA, GENI TINGALMETU RING SOCA, GENI ONGKARA MERU RING HIRUNG, GENI MAYA METU RING TUNTUNGIN LIDAH, ANGESENG SEHANANING DURGA, TUJU TELUH, TERANJANA, DESTI MORO, SAMPULUNG BABAI, MUAH SAKAWEHING LARA, ROGA, RING SARIRA, RING KULIT, RING DAGING, RING OTOT, RING BALUNG, RING SUMSUM, KALEBUR DENING SANG AGHNI SABHUANA, METU GESENG ,METU GESENG ,METU GESENG, APAN GENI MURUB, MAKATAR KATARAN, MURUB ANGIBEKIN AWAK SARIRANKU, YEN ANA WONG ALA PAKSANE, ALA KIRANE, WASTU GESENG, MENDADI AWU, APAN GENI MURUB RING AREPKU, RING URINGKU, RING KIWA TENGENKU, ANGIBEHIN AWAK SARIRANKU, ANG AH AKU PENGALAH SAKTI JENG.

Mantram SANGHYANG SIWA GANDU yang kegunaanya lebih kepada mantram pengematiyang leyak, yang dimaaitkan ilmunya ajarannya, dan kalau sanghyang widhi wase berkehendak bisa meninggal orang yang menggunakan ilmu aji ugig ini. Saran saya pelajari dengan baik mantram ini, kalau bisa di hafalkan karena mantramnya agak pendek, latih pula dan mantapkan cara hidupkan api cakra dalam tubuhnya agar powernya semakin mantap. 

Mantram Sanghyang Siwa Gandu:

" IDEP AKU SANGHYANG SIWA GANDU, TUMURUN RING MADYA PADA, ARANKU BHATARA SAPU JAGAT, SAPA WANI RING AKU, APAN AKU MULANING WISESA SAKTI, PANGEMATIYANG LEYAK KABEH, LEYAK PUTIH, LEYAK ABANG, ANEMBAH RING AKU, LEYAK IRENG LEYAK KUNING ANEMBAH RING AKU, LEYAK MANCAWARNA ANEMBAH RING AKU, LEYAK KATON LEYAK TAN KATON ANEMBAH RING AKU, BHUTA KALA DENGEN ANEMBAH RING AKU, GRING LARA WISYE KATULAK DEN AKU, TAN KATAMAN AKU SAKTI, TAMBATANING SATRU ,ANG ONGKARA, ANG ONGKARA, ANG ONG KARA, MALA DIKEL, MALA DIKEL, MALA DIKEL, DEP DEP DEP, ANG ONG AH, ANG ONG AH, ANG ONG AH

Mantram pasupati:
OM PASUPATINING RAJA PINULAH SIWA GANDU PRAMASIWA SADASIWA, TEKE HYANG HYANG TEKE URIP PADA URIP, MAPAN AKU ANGRASUK AKEN SANGHYANG PASUPATI SIWA GANDU RING MANTRAMKU, RING AREPKU TABIK PAKULUN, BHATARA SIWA, RATU AYU SARINING LUMBUNG JAGAT BUMI, RATU AYU MAS MRENTENG, SANGHYANG RIKI REKEH SUKSEMANING MANAH KARSANING SANGHYANG WIDHI WASE.

Mantram Cakra Geni Siwa Gandu:
ONG GENI PERTIWI RING TELAPAKAN BATISKU
GENI KUMANGMANG RING SOCAN BATISKU
GENI BEGA RING BETEK BATISKU
GENI PUWUH RING PAHANKU
GENI PUTIH RING PURUSKU
GENI PUSA RING PUNGSEDKU
GENI KEMBAR RING SUSUNKU
GENI WISESA RING TELAPAKAN LIMANKU
GENI MANDI RING ILATKU
GENI MURUB RING CANGKEMKU
GENI BAYU RING HIRUNGKU
GENI CAKRA BHUANA RING URINGKU
GENI MURUB PENGADENGANKU, TERUS MENEK TERUS TUWUN, ONG MANG IYEP, SING TEKE PADA IYEP, SING TEKE PADA IYEP SING TEKE PADA IYEP

Mantra CEMETI EMAS SIWA GANDU
Ini mantranya:
OM ARANKU PANJI ALIT, TEMURUN MARING SUARGAN, MAIRINGAN PANJI ALIT RARE ANGON, ANGADEG RING PERTIWI, ANUNGANGIN I PANJI ALIT GARUDA PUTIH, MAKEBER ANGGANA MESARENGAN RARE ANGON ANUNGANGIN GARUDA PETAK, ACUCUK MIRAH, MEMATE MIRAH, MURUB RUPAN GARUDA MEKATAR-KATARAN. ANGADEK AKU RING SURYA CANDRA, BENTAR IKANG ANGKASA, GEGER PERWATEK DEWA KABEH.
DEWANE DI GUNUNG AGUNG ANONTON KESAKTIANNE I PANJI ALIT SAKTI MAWISESA MARING RAT DI BHUANA KABEH. ASING TEKE PADE SINEMBAH MARING AKU, ONG LEAK PUTIH SAKTI MESANGKEPANG RING GUNUNG AGUNG SEMBAH MARING AKU, SEPRANAK SIRE IPUDAK SITEGAL SAMI SEMBAH MARING AKU. ONG ANG ONG, TEMURUN ICAMBE BERAG, MAGELUNG KURUNG WARINGIN DREWASTA SEMBAH MARING AKU, ONG DURGA TO DEWA TUMEBUHAN MARING SUWARGAN, MESARENGAN I DALEM SINUNGGAL. MAGULUNG KURUNG TEKE NEMBAH MARING AKU.
ONG MANG AKU I BARONG MASEPAK MESARENGAN IJONG BIRU NEMBAH MARING AKU.
IKI LEAK ANGREK NEMBAH MARING AKU, MAPAN AKU SAKTI MAWISESA, I PANJI ALIT RING RAT KABEH,
ASING TEKE PADA NEMBAH RING AKU, MAPAN AKU SAKTI MAIRINGAN BALA SAKETI, MAPAN I BHUTA PUTIH PINARAK DENING ULUN, BHUTA ABANG PINARAK DENING ULUN, BHUTA KUNING PINARAK DENING ULUN, BHUTA AMANCA WARNA PINARAK DENING ULUN.
ONG LEAK PUTIH SAKEWETAN BETARE ISWARA GURUN KITE, MULIH MARING PAPUSUH NEMBAH MARING AKU.
ONG LEAK ABANG SAKA KIDUL , BHATARA BRAHMA GURUN KITA MULIH MARING ATI, NEMBAH MARING AKU. 
ONG LEAK KUNING SAKA KULON, BHATARE MAHADEWA GURUN KITA, MULIH MARING UNGSILAN NEMBAH MARING AKU.
ONG LEAK IRENG SAKA LOR, BHATARA WISNU GURUN KITA MULIH MARING AMPURU NEMBAH MARING AKU. TEKE LEAK AMANCA WARNA BHATARA SIWA GURUN KITA, MULIH MARING TENGAH NEMBAH MARING AKU. MAPAN AKU WERUH RING KEDADIAN, KITA INGARAN AKU I PANJI ALIT, ANGAGEM CEMETI EMAS, ASING TEKE PADE WEDI. DEWA WEDI MANUSA WEDI, SAKEWEHING, METANGAN, MASUKU, MEBAYU, MEANGKIHAN, PADE WEDI RING AWAK SARINRANKU.
APAN AKU SAKTI LUPUT, ONG ANG MUNG NGARAN AKU I PANJI ALIT, ASING DELENG RUBUH, ASING TINUNGAL RUBUH.
MANG, ANG, BANG, 3 X
OM NAMA SIWA 9 X

Mantram Sanghyang Geni Siwa Gandu:
" ONG AKU SARINING SANGHYANG GENI RUDRA, TUMURUN AKU RING SANGHYANG SURYA, ANGADEG AKU CEMETI MAS, TAN KATON AKU DENING TUJU TELUH, SAKEWEHING SAPA GAWENING MANUSA, AKU ANYUNGLAP ATINE WONG KABEH, TEN KUWASE TUJUH TELUH ANEKET AWAK SARIRANKU, APAN AKU SAKTI, ANGILANGKEN LARA ,WIGHNA RING AWAK SARIRANKU, APAN AKU SANGHYANG GENI RUDRA, MAGELUNG KURUNG RING RAT KABEH, TAN KUWASA TUJUH TELUH AMAKSA AWAK SARIRANKU, SING TEKE PADE BUNGENG ATINE WONG KABEH, TUMINGALIN AWAK SARIRANKU, SING TEKE PADE GESENG, AKU ANGESENG GERINGNE SI.........( sebutkan namanya) SING TEKE PADE GESENG , REP SIREP,REP SIREP, REP SIREP, LAH POMA, LAH POMA, LAH POMA, AH AH, AH, JENG.


Mantra Siwa Gandu Guruning Desti (mantra ini bisa dipakai juga untuk nyengker,tempat tenget dll). Mantra:
Ong aku angeseng saluwiring papasangan, acep-acepan, umik-umikan, rerajahan, papendeman, kageseng dening Sang Hyang Siwa geni, ong tujuh teluh teka pada geseng, ong maye-maye teka pada geseng, ong aeng-aeng tan aeng teka pada geseng, ong angker-angker teka pada geseng, ong bhuta bhuti teka pada geseng, tan kuasa kito  ngungkul-ngungkulin awak sariranku, apan aku weruh ring kamulanmu, ong kedep sidhi mandi mantranku.

Mantram Kaputusan Sanghyang Brahmana Siwa Gandu:
ANG UNG MANG , MIJIL SANGHYANG RWABHINEDA NGANG BUBUSAH,SANGHYANG GAGANGAKING SAKARENG, SANGHYANG BRAHMA WISNU MURTI PATEMUANING SANGHYANG BUDHA SAKTI, PINAKA RATUNING WISESA, PANGEMATIYANING LEYAK KABEH, LEYAK LANANG PUPUG PUNAH LEYAK WADON PUPUG PUNAH,LEYAK KEDI PUPUG PUNAH, AKU SANGHYANG BRAHMANA RARE ,SAKTI RING PADMA ANGLAYANG, ALUNGGUH RING KARANG MULA, SING NGENOT SATRUNKU, TEKE NEMBAH DUNGKUL, UDEP, ANG ANG ONG ANG AH.

Mantram Kaputusan Sanghyang Brahmana Siwa Gandu kedua:
IDEP AKU BRAHMANA RARE KASIDHIYANKU SANGHYANG BRAHMA WISNU, GAGENDA, GENTAWANG, ANEMBAH SKAWEHIN LEYAK JAWA BALI, ADASA DESA, ABALE AGUNG, PADE WEDI NGEB RING PEKARANGANKU, TEKE AKU, AKU SANGHYANG BRAHMANA RARE, KAPUTUS RING BHATARA SIWA, SENJU SAKTI RING TINGGAL WANGKAS KANDA API RING PABANKU, KIWA TENGEN, SAPA WANI RING AKU, SAKWEHIN TON TAN TON, NOT TAN NOT, KAPATUH, TEKE PATUH, TEKE PATUH, TEKE PATUH.

Mantram penundung leyak desti teluh tranjana panugrahan Brahmana Siwa Gandu:
Ih....LEYAK GUNDUL METU SAKING SAPTA PETALA, SANG ANANTA BOGA GURUN SIRA, DAKIN LEYAK GUNDUL MAI MARAKANG WISESA RING AKU, KALINGKE ILEYAK GUNDUL TAN KINEMBAH RING SIYAKU, SANG ANTA BOGA ANEMEBAH RING SYAKU

Ih....LEYAK SELEM METU SAKING WISNU LOKA, IJONG BIRU GURUN SIRA, DAKIN LEYAK SELEM MAI MARAKANG WISESA RING AKU, KALINGKE ILEYAK SELEM TAN KINEMBAH RING SIYAKU, IJONG BIRU ANEMEBAH RING SYAKU.

Ih....LEYAK ANGGREK METU SAKING GUNUNG AGUNG, INDRAWATHI GURUN SIRA, DAKIN LEYAK ANGGREK MAI MARAKANG WISESA RING AKU, KALINGKE ILEYAK ANGGREK TAN KINEMBAH RING SIYAKU, INDRAWATHI NEMBAH NEMBAH RING SYAKU, ONG ONG,ONG, MULIH SIRA RING PERTIWI JATI MAKA TIGA.
WUS MANGKANA IDEP MANTUK MARING INDRALOKA MAKA TIGA.

ONG HYANG UNG ANG SURYA SIWA GANDU, SARWA BHUTA WINASANEM, ANG UNG HYANG SURYA SUMEDANG MAHA SAKTI SARWA LEYAK WINASANEM, ANG UNG MANG, SARWA GRING WINASANEM, ONG HYANG SIWA YOGI SURYA SUMEDANG GENI ROPATA, ANG UNG MANG ANG AH (3×)

MANTRA MENYALAKAN DUPA:
Ong sang bhuta astra astra
Aje sire mangan mantram ingsun
Aweh ingsun sidhi mantra lah poma, ngut peti ong i,be,se,te, ong ya namah siwa, ong mang,ung, ang namah. Ong sekating sesapuh sudha jati sira rastu ya namah swaha.
Ong ang, trang, pasupati ya namo namah swaha.

MANTRAM PASUPATI MANTRA:
Ong pasupatining raja pinulah prama siwa sadha siwa, teke hyang hyang, teke urip pade urip, mapan aku angrasuk aken sanghyang pasupati ring mantramku, ring arepku tabik pakulun, bhatara siwa sadha siwa, parama siwa ratu ayu sarining lumbung jagat bumi, ratu ayu mas merenteng, sanghyang reiki rekeh, suksemaning manah karsaning sanghyang widhi.

DOA PENGANCING BHUTA:
" ONG ULUN SANGHYANG CINTYA ANGALAYANG , AH BHUTA KALA DENGEN, SAPA WANI RING AKU..TEKE GESENG TEKE GESENG TEKE GESENG, AH..ANG..ONG..MANG..ANG..AH...

MANTRA KANCING BHUTA:
" A SIRE BHUTA MANGAN MANTRA, SUMINGGAHA SUMING SIRA, INGSUN ALI SANGHYANG JAPA MANTRA, PAWEDA PAWIJILAN TUNGTUNGIN SIDHI MANTRA (3X)

PENUTUP DI BUKA KEMBALI:
" A SIRE BHUTA MANGAN MANTRA, EMANTUKE SIRE BHUTA MANGAN MANTRA, AJENEK SIRE RING BONGKOLIN LIDAH, AYUE CAUH...POME..POME..POME..(3×)

SANGHYANG AGHNI PANCA BRAHMA SIWA GANDU ( SARINING TATULAK):
Ong ang ung ang mang ang ang sanghyang aghni panca brahma wijaya, ya bhuta bagas patyem, ong siwa geni brahma yogi, saprasananya, sarwa leyak basmi winasanem, ong brahma saktyem, ong yang mang brahma saktyem, ala papa winasanem, ong mang panca maha bhuta, sarwa bapa ya nanda siwiya, ong ang idep suci nirmala, suka prajnyana wisesa pramanem, ong yang prekastra dibya , parama langeng , ong sang sadya ya namah swaha.

Mantram Kaputusan Empu Siwa Gandu:
ONG UNG SRI BAJRANEM DEWEM
GANGGA SAREM SRI PINGGALEM
SURYA CANDRAYEM NUGRAHEM
WASPADEM LINTANG TRANGGANEM
YANG, AH, ENG,UNG, HRANG, ANG

ONG SADHA SIWA MERTHA DEWI, CATUR WISUDHA YAJYANEM, NIRMALA BAJRA MUSTIKEM, PRETIWI SUDHA KARANYEM
NE, HE, LU, RE, A, ANG , MANG, ONG

ONG TRIWEDHAM NASANEM ROGEM
PARAMUKEM YA WASPADEM, AGHNI DEWATEM PRETHISTEM, MOGA BHATARA LINGGANEM, ING, ENG, WANG, HRANG, ANG, MANG, ANG, UNG.

MANTRAM MEBANGKITKAN MANTRAM SIWA GANDU (TAKSUNYA)

IHH...MANUSA PADA, MANAWA PADA, MULIH RING HATI, ATEMAHANG SANGHYANG MENGET, INGSUN ANYERA YE DEWATA KABEH, UMUNGGUH TA SIGRAYA, ONG HYANG BRAHMA, HYANG WISNU, ISEP RING TINGGAL, TEKE MENGET , INGET RING HATI, TEKE MENGET, TEKE MENGET, TEKE MENGET.

MANTRAM MENGUSIR LALAT KIRIMAN:
ONG KAKI MAHA RAJA NATIH, AJE SIRE ANGUWIN IRIKI, POMA POMA POMA.

MANTRA Pangunci:
Ong manik gemelung magenah ring gedong batune, magedong batu macepake magedong besi gedong besine magenah ring tengahin iswara. 
Ten kasurupan dening brahma, wisnu, iswara, ten katon dening manusa sakti, ten katon dening bhuta bhuti 
Teke pepet dedet teke asah 3x

Mantra Panguncining Pertiwi:
ONG SANGHYANG CINTYA TUMURUN SAKING SWARGA SURALAYA, INGANCING SANGHYANG IBU PERTIWI,
PATEMAHANG PEPET SANGHYANG IBU PERTIWI PEPET IKANG BHUANA KABEH, APAN AKU KESAKTIANG KABEH KINANCING DEM AKU, APAN AKU SAKTI MAWISESA, ASING DELENGKU PADA NGEB, KEKEH BUNGKEH KABEH PADA NEMBAH RING AKU, SEHANING METANGAN , MASUKU, MASOMA IRUNG, MEKARNA, MAPUNGSED, MAPURUS, BLEBAYU, MEANGKIHAN, KUMANGKANG KUMINGKING, KUMIDEP KIMIDIP KABEH PADA NEMBAH, LEAK SEHANING LEAK KABEH PADA NEMBAH RING AWAK SARIRANKU, LEAK GUNDUL MAGENAH RING SAPTA PETALA, TUMENENG PADA MAKEPEG LEAK GUNDUL, APAN AKU SANGHYANG CINTYA, AKU ANGANCING SANGHYANG IBU PERTIWI.
TEKE KANCING 3×
TEKE PEPET 3X
KEDEP SIDHI MANDI MANTRAMKU
ONG, MANG, I, ONG ANG A, ONG AHENG, ONG SANG NANG, ONG SANG ANG, UNG SANG YANG

Mantram Kalimusada Siwa Gandu:
ONG ISA MUSA KALAM MOLAH, WARINGIN NYUNSANG BUNUT NYUNSANG, TAN SAH WATU LEMPEH WATU BULITAN, TIRTA ENING PESIRAMAN BHATARA GURU, TUNGGIL SAPUT RANING ANAKE PUTRA DEWA, BRAHMA WISNU ISWARA, YA NAMA SWAHA, ALE GAWE NIA ALE TEMUNIA, AYU GAWE NIA AYU DENTINEMU, YA NAMAH SWAHA YA NAMAH

Kanda Siwa Gandu:
NGULUN ANGIDEP AKEN SANGHYANG SUCI NIRMALA, LICIN PENGAWAKKU, SAKTI TAN KETAMAN, AKU GRING WISIA MANDI, YAN KATAMANKU SATRU LEAK AKU LUPUT LICIN, PENGAWAKKU AJI SAPTA SUNIA NIRMALA, OM SRIJAGAT PAKEBYO NAMAH SWAHA,
AH OM OM AH

GENAH MRETHANE LELIMA"
Lwiring toya limang warna, ne magenah ring sariranta, lwirnya :
#na. ring nētra kiwa, mawak tirta pawitra, terus ring tungtunging
rambut; 
#ma. ring netra tengen, mawak tirta kamandalu, terus ring
agraning rambut; 
#si. ring karna, mawak tirta jaladi, terus ring wun-wunan; 
#wa. ring irung, mawak tirta pancoran, wesi silih asih, terus ring siwa dwara, 
#ya. ring cangkem, mawak sagara, terus ring bung-kahing siwa dwara, matemahan tirta suci, magnah ring bwana alit,

#Swaranya: ah karaksa ring ibapa, kawruhakna gnahing gni mwang
toya, ring sariranta, wenang anggên mang seng gring, mwang anggen panglukataning gring ring sariranta.

Mantram cara mebangkitkan Kanda Siwa Gandu pada diri kita, :
" NGULUN ANGIDEP AKEN SANGHYANG SUCI NIRMALA
LICIN PENGAWAKKU SAKTI TAN KETAMAN, AKU GRING WISIA MANDI, YEN KATAMANKU SATRU LEAK AKU LUPUT LICIN, PENGAWAKKU AJI SAPTA SUNIA NIRMALA, OM SRIJAGAT PAKBYO YA NAMO NAMH SWAHA, AH..OM..OM..AH...(di ucapkan mantram ini sampai 3 kali)


Om Namah Shivaya
Om Sri Siwa Gandu ya Namah

1. Siwa Gandu bhutanathashca bhutatma bhutbhavanah
Ksaitrajnah ksetrapalascha ksetradah ksatriyo virat.

2. Shmashanavasi mansashi kharparashi smarantakrit
Rakhtapah panapah siddhah siddhidah siddhah sevitah.

3. Kankalah kalashamanah kalakasthatanuh kavih,
Trinetro bahunetrasca tatha pingala locanah.

4. Shulapanih khadgapanih kankali dhumralocanah
Abhiruh siwagandunatho bhutapo yoginipatih.

5. Dhanado dhanaharica dhanavan pratibhanavan.
Nagaharo nagapasho vyomakeshahkapalabhrit.

6. Kalah kapalamalica kamaniyah kalanidhih.
Trilocano jvalannetra strishikhi ca trilokapah.

7. Trinetratanayo dimbhah shantah shanajanapriyah
Batuko bahuvesashca khatvangavaradharakah.

8. Bhuta dhyaksah pashupatirbhiksukah paricarakah.
Dhurto digambarah shuro harinah pandulocanah,

9. Prashantah shantidah siddhah shankara-priyabhandhavah
Astamurtirnidhishascha jnanacaksustapomayah.

10. Astadharah sadadharah sarpayuktah shikhisakhah.
Bhudharo bhudharadhisho bhupatirbhudharatmajah.

11. Kankaladhari mundi ca naga yajnopavitavan.
Jrimbhano mohanastambhi marana ksobhanastatha.

12. Shuddhonilanjana prakhyo daityaha mundabhusitah
Balibhugbalibhunnatho balobalaparakramah.

13. Sarvapattarano durgo dustabhuta nisevitah.
Kami kalanidhih kantah kaminivashakridvashi

14. Jagadraksakaro nanto maya mantrausadhimayah.
Sarvasidhiprado vaidyah prabhuvisnu ritivahi

15. Astottarashatam namnnam siwagandusya mahatmanah
Mayate kathitam devi rahasyam sarvakamadam

16. Ya-idam pathate stotram namastashatamuttamam
Na tasya duritam kincin na ca bhutabhayam tatha.

17. Na ca maribhayam tasya graha rajabhayam tatha,
Na shatrubhyo bhayam kincit prapnuyanmanavah kvanchit

18. Patkanam bhayamnaiva ya pathet stotrammutamam
Sarvasiddhi mavapnoti, namastshat kirtanat.

Om bam batukaya apadudharanay kuru kuru batukaya
Bam Om Namah Shivaya

Ong Idam parama rahayam, 
sarwatmanam sada stitam, 
Boddhi sattyena Jijnatam, 
arupam sunyam aksaram. 

Jnana sudha maha puja, 
sya yuktita maha mantram, 
sila yukta maha mudra, 
sarwa bhaksanem ucyate. 

Ong Surya Maha Siwa Gandu ya namah swaha.