Selasa, 04 April 2023

Tari Baris Wayang Lumintang

ASAL DAERAH
Banjar Lumintang, Desa Pekraman Denpasar, dan Desa Dauh Puri Kaja

Tari Baris Wayang Lumintang


Tari baris wayang merupakan tari wali yang ditarikan pada tingkatan utama (upacara bebangkit dan pulagembal) dan madya (upacara pulegembal) di kawasan Lumintang. Tarian ini telah berkembang pada pertengahan abad ke 16, berdasarkan legenda yang berkembang di masyarakat. Tari baris wayang terbentuk ketika terjadinya perjanjian antara Sira Arya Notor Wandira dengan Ki Buyut Lemintang (Penglisir Desa Lemintang terdahulu). Apabila Sira Arya Notor Wandira mampu menjadi raja dan bisa mendirikan Kerajaan Badung, maka Ki Buyut Lemintang akan dipersembahkan putra mahkota untuk tinggal dan menetap di wilayah Lemintang. Tari baris wayang tidak boleh sembarangan ditarikan, kesenian ini akan ditarikan jika ada pawisik dari Ida Batara yang beristana di Pura Dalem Manik Penataran Agung Lemintang, melalui perantara pemangku atau peremas dalem (orang yang disucikan).

Secara bentuk, tari baris wayang berbentuk tari massal atau kelompok, di mana jumlah penarinya lebih dari satu. Jumlah penari baris wayang ditentukan dari jumlah wayang yang dimainkan, yaitu sebanyak sembilan wayang, lima wayang Panca Pandawa, dua wayang Punakawan, satu wayang Krisna, dan satu wayang Hanoman. Dalam pertunjukannya terlebih dahulu dilaksanakan upacara penglukatan (pembersihan) kepada penari baris wayang di Pura Taman Beji Batu Bolong Dalem Silemintang. Tari baris wayang jika dilihat dari segi koreografinya lebih banyak menggunakan pola lantai lurus dan melingkar.

Fungsi tari baris wayang sebagai pengiring upacara yang sakral dan juga tempat pementasannya adalah areal suci atau pura. Sebagai Media Pendidikan, tari ini dipentaskan dalam pelaksanaan pujawali di beberapa tempat suci di kawasan Banjar Adat Lumintang yang memiliki beberapa nilai pendidikan, seperti pendidikan estetika, pendidikan etika, nilai pendidikan sosial. Makna tari baris wayang adalah sebagai media pengruwatan, bertujuan untuk menetralisir keadaan sehingga terjadi keseimbangan dalam sebuah upacara yang dilakukan. Dari kajian filosofinya, dilihat dari tokoh-tokoh wayang yang di tampilkan didominasi dari tokoh epos Mahabrata, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Mahabrata mengandung unsur dan makna yang sarat dengan ajaran agama. Semua ajaran tentang Dharma, Arta, Kama, dan Moksa terkandung dalam Mahabrata.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar