Rabu, 30 Maret 2022

Rerajaha Dalam Kudung

Intinya dalam kudung rangda ia menggunakan Rerajahan hanya berupa simbol, sehingga seseorang bisa fokus, dan energi yang berhubungan dengan simbol tersebut bisa bangkit atau masuk. Dengan demikian Rerajahan dalam kudung tersebut tidak bisa berdiri sendiri, namun ada prosesi selanjutnya, seperti ritual memasukkan kekuatan atau roh dan sebagainya. Jadi ada prosesnya, sehingga simbol tersebut bisa berfungsi. Dalam agama Hindu, Rerajahan disebut dengan yantra. Setelah dipasupati, yantra itu bisa menghasilkan kekuatan.

Ada Rerajahan yang dengan dan tanpa sarana. Sarana-sarana tersebut misalnya logam, batu permata, dan sebagainya. Media atau tempat menulis dan menggambarnya pun bermacam-macam. Ada yang di batu, kertas, kain, bahkan batu permata. Dalam lontar Rerajahan atau lontar lainnya sudah tertulis sarana dan medianya secara lengkap.

Prosesi Ngarajah (membut Rerajahan) juga perlu mencari hari baik. Hal ini untuk menghindari pengaruh alam yang bertentangan dengan tujuan Rerajahan tersebut. Di samping itu, tentunya agar Rerajahan tersebut menghasilkan manfaat yang maksimal. Bahkan, dalam menulis aksara dan gambar-gambar tertentu juga ada mantranya. Oleh karena itu, orang yang Ngarajah harus menguasai mantra-mantra tersebut.

#tubaba@griyangbang//kudung#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar