Kamis, 24 Maret 2022

Lontar Penyarang


Lontar Penerang



Adapun mantra-mantranya yakni:

#Mantra tersebut digunakan untuk menghadirkan kilap atau petir saat terjadi pergesekan antar balian terang.


Om Sang Kalacakra-gni-indra, Am panukupan gumi Wetan, idep, Om Sang Brugada, Am panukupan gumi kidul, idep, Om Sang Kala-laki, panukupan gumi kulon, idep, Om Sang Kala-gni-braja, panukupan Lor, Idep, Am Ah panukupan gumi panggawa sakti aheng, angadeg aku ring tengah, atapakan aku kilap/tatit, amanca-warna, apayung aku gni makobaran, AH OH UM, dadya metu mega amanca-warna, ring wetan, Kidul, Kulon, Elor, aprabawa kilap/tatit, krug krebek, ambekta ing situbanda, makerak Sanghyang Sakti haheng, sapa anuduh kita, sapa angreka kita, mulih kita ring kamulamu, apan aku gurumu, aku angreka kita, Om Am Ah. 


#Mantra untuk menggeser awan mendung atau posisi hujan dengan sarana baleman atau api.

Om terang wetan terang Kidul, terang Kulon terang Lor, mundur Sanghyang Gelap tiba tangk maring alas-agung, teka syah galang, Om Sang Garuda putih miber Mangetan, mulih mangalor, deleng ring tengah, aku mamedah papetengawun-awun byar pada galang.

#Mantra yang digunakan untuk menghadirkan angin saat menggeser awan atau mendung itu. Sarananya yakni menggunakan gedebong rajah Antaboga. 

Om Sang Antaboga, mayoga ring Sapta-patala, atemu adadi kumudug luhuring Pritiwi Akasa matemahan dadi linus baret riyut-riyut, Om Sang Wandara Petak, angadeg tengahing Antariksa, angaji baret anglinus, rubuh ikang taru-agung, salwiring maruta, teka sinang, maring kemulanira, teka syar galang.

#Mantra untuk menghadirkan guntur atau halilintar. Dalam hal ini ada dua mantra berbeda yang digunakan namun memiliki fungsi yang sama. 

#Yang pertama dengan menggunakan senjata pecut atau cambuk yang terbuat dari lidi nyuh gading dengan metali benang tridatu. 


#Mantra yang diucapkan untuk menghadirkan halilintar itu adalah, 

Om Metu Sang Ramadewa, apareng ring Sang Rawana, apa aku Sang Ramadewa sakti, AH, IH.

#Mantra yang kedua dengan menggunakan sarana cambuk atau pecut dengan rajah naga yang menghadap ke atas. Mantranya berbunyi, 

Om pecutira Bhatara Bima, makeber makepung teked babwan di langit mmulakang mega papeteng awun-awun,balengbong caraking tawun, ucur-ucur mati, byar apadang, 3, muksah tan ana katon, sidi mantranku.

Banten yang digunakan dalam ritual nerang hujan secara umum adalah santun sarad, suci, tipat kelanan, pangambyan, tebasan, sorohan alit, segehan kepelan bang penastan, arak, berem, air, dupa 11 batang. Di samping itu, untuk memperkuat sarana tersebut, diperlukan sarana tambahan berupa kunda pemujaan sang Hyang agni atau sembe layar, pasepan atau padupan rokok, api pedamaran, baik lilin atau ganjreng (untuk ganjreng biasanya menggunakan minyak nyuh surya) cabe yang ditusuk dengan sebatang lidi yang biasa digunakan untuk menyapu (sampat) banten pajati. Ditambahkannya, beberapa orang ada yang menggunakan sarana seikat dupa menyala dan nyuh gading marajah Triaksara.

Pemujaan Sang Hyang agni di kunda dan pedamaran Sambe Layar atau api terapung adalah salah satu simbol Hyang Agni, merupakan sistem padamaran (dipa) dengan menggunakan mangkok kramik (istilah Balinya cawan sutra), sumbu-nya benang tukel (sejenis kapas). Minyak yang digunakan adalah minyak atau  lengis nyuh surya, bumbunya  digantung dengan busung (janur) atau daun lontar berbentuk tapak dara yang dirajah Ong-kara pasupati. Selanjutnya, diatasnya diisi batas uang kepeng sebagai penyangga api. Bila memungkinkan, uang kepengnya gunakan yang tridatu atau pancadatu dan sangat direkomendasikan menggunakan pis wayang (pis anoman, pis padma atau nawasanga).

#Mantra nerang hujan pendek ini, yakni Ang Ung Mang Syah diucapkan 11 kali dengan  ngacep Ida Bhatara Dalem mohon penugerahan panerangan, gunakan pula sarana banten pajati dengan 11 dupa yang dihaturkan kehadapan Bhatara Surya (Sanggah Surya).

#tubaba@griyangbang//lontar panyarang#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar