Senin, 28 Maret 2022

MAHA NIRWANA TANTRA

MAHA NIRWANA TANTRA
Eksistensi Nabe Sinuhun Siwa Putri Parama Daksa Manuaba
Griya Agung Bangkasa di Bongkasa
Maha Nirwana (atau Mahānirwāna) Tantra adalah Tantra Sastra yang menguraikan mengenai Siwa dan sakti yang merupakan bentuk Sastra Hindu yang masih kurang dikenal sebagai konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu disebutkan widya wahana yaitu :
Karena ajaran-ajarannya tergolong memang sulit sehingga diperlukan tingkat evolusi berpikir untuk bisa menyerap dan memahaminya. 
Selain itu juga karena arti terhadap beberapa istilah serta metode yang dilaksanakan terus dijaga kerahasiannya oleh para penganutnya. 

Tantra Sastra dikatakan sebagian ilmu pengetahuan spiritual untuk periode Kaliyuga sekarang (Avalon’s, 1997 : v), disebutkan sebagai berikut :
Siwa telah bersabda: “untuk menyempurnakan manusia di zaman Kaliyuga, pada ketika manusia menjadi sangat lemah dan hidupnya hanya tergantung kepada makanan-makanan saja, maka O Dewi dirumuskanlah ajaran-ajaran daripada kaula” (Bab IX, bait 12 Mhn. T.).
Mahānirwāna Tantra yang menguraikan mengenai Siwa dan sakti demikian : “Eksistensi kekal, yang tidak bisa dipecah belah itu, yang kesadaran-Nya melampaui batas tūriya dan mengatasi semua keadaan yang lain, itulah absolute yang tak berciri, 
Brahman yang Agung atau Parabrahman. Dia terbebas (nishkala) dari pengaruh Prakriti atau terbebas dari ciri-ciri Prakriti (nirguna), 
Dia-lah Pribadi di dalam, subjek dari yang mengetahui, karena itu, tidak pernah Dia itu menjadi objek pengetahuan.
Dia itu tanpa nama, maka Brahman itu disebut Tat (Itu), dan kemudian Tat Sat (Itu Yang Ada). Matahari, bulan, bintang-bintang, dan semua yang kelihatan itu, 
Apakah semuanya selain sekedar sekilas cahaya yang tertangkap dari Tat itu?
Brahman meliputi keduanya niskala dan sakala (Avalon’s, 1997 : 3).

Menurut Mahānirwāna Tantra disebutkan bahwa : 
Pada mula-mulanya yang ada hanyalah satu yaitu Nishkala Brahman saja yang ada. Yang satu itu berkehendak, dan menjadi banyak. Aham bahu syam “Menjadilah Aku ini banyak”. 
Dia mewujudkan diri dalam bentuk para dewa dan dewi, dan juga berada di dalam pemuja sendiri. Perwujudannya itu ialah perwujudan alam semesta raya, termasuk segalanya yang berada di dalamnya. 
Di sini Tuhan Yang Maha Esa digambarkan dengan perwujudan immanent dan transcenden.

Perpaduan Hindu Siwaisme dengan Buddha Mahayan

Dasar-dasar paham Tantra sebenarnya telah ada di India sebelum bangsa Arya datang di India, jadi sebelum kitab Weda tercipta. Pada masa itu, di peradaban lembah Sungai Sindu, cikal-bakal paham Tantra telah terbentuk dalam praktik pemujaan oleh bangsa Dravida terhadap Dewi Ibu atau Dewi Kemakmuran. Dalam salah satu seloka lagu pujaan, 

Dewi ini dilukiskan sebagai penjelmaan kekuatan (sakti) penyokong alam semesta. Timbullah paham Saktiisme, atau disebut juga Kalaisme, Kalamukha, atau Kalikas (Kapalikas), yang dianut oleh penduduk asli India tersebut. Karena pengikut sekte ini kebanyakan penduduk asli India, maka oleh bangsa Arya disebut Sudra Kapalikas.

Aliran ini memusatkan pemujaan terhadap Devi/Dewi sebagai Ibu Bhairawa (Ibu Durga atau Kali). Sebagai sakti (istri) Dewa Siwa, kedudukan Dewi Durga ini lebih ditonjolkan daripada dewa itu sendiri.
Peran Dewi Durga dalam menyelamatkan dunia dari ambang kehancuran ini disebut Kalimasada (Kali-Maha-Husada), artinya “Dewi Durga adalah obat yang paling mujarab” dalam zaman kekacauan moral, pikiran, dan perilaku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar