Rabu, 30 Maret 2022

Diksa Dwijati

Diksa Dwijati
Atharvaveda XII.I.I dan Yajurveda XIX, 36 dinyatakan:
Satyam brhad rtam ugram diksa ya tapo brahma Yajna prithivim dharyanti” 

Artinya: 
Sesungguhnya satya, rta, diksa, tapa, brahma dan yajna itulah yang menyangga dunia.

“Vratena diksam apnoti, diksayapnoti daksinam, daksinam sraddham apnoti sraddhaya satyam apyate” 

Artinya: 
Dengan melaksanakan brata, seseorang mencapai diksa, dengan diksa seseorang 
memperoleh daksina dan dengan daksina seseorang mencapai sraddha, melalui sraddha 
seseorang mencapai satya.

Melalui proses diksa akan mengantarkan seseorang memiliki kewenangan belajar dan 
mengajarkan Veda. Melalui pelaksanaan diksa seseorang menjadi Brahmana. “janmana jayate sudrah samskara irdvija ucyate” semua orang lahir sebagai Sudra , melalui diksa/dwijati seseorang menjadi Brahmana.

Pandita adalah orang yang telah mencapai kebebasan jiwa, yang segala pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan keduniawian karena ia terbebas menuju kelepasan. Pandita juga seseorang yang sudah mencapai “Niskama Karma” yang meyakini hukum karma-phala. Oleh karena itu maka masyarakat mendudukkannya sebagai orang utama, atau dengan kata lain “Sulinggih” 
(su = utama; linggih = kedudukan). 
Srutyuktah paramo dharmastatha smrtigato parah, sista carah parah proktas trayo dharmah sanatanah (Sarasamuscaya sloka ke-40)

Artinya: Maka yang patut diingat adalah, segala apa yang diajarkan oleh Sruti dan Smerti, demikian pula tingkah laku Sang Sista (Pandita) seharusnya: jujur, setia pada kata-kata, dapat dipercaya, orang yang menjadi tempat penyucian diri, dan orang yang memberi ajaran-ajaran (nasehat).
Pandita juga disebut Sang Dwijati karena telah lahir dua kali; kelahiran pertama dari rahim Ibu,
sedangkan kelahiran kedua dari Weda (Mantram Sawitri atau Gayatri). Kelahiran kedua ini terlaksana dalam proses Diksa yang diselenggarakan oleh Nabe sebagai Guru Putra. Pandita juga disebut Sang Sadaka, artinya orang yang sudah melaksanakan/ merealisasikan sadhana sehari-hari. Pengertian sadhana seperti yang tertulis dalam Lontar Wrehaspati Tattwa adalah tiga jalan menuju Sang Hyang Wisesa Paramartha (Tuhan YME), yaitu Yoga yang terdiri dari:
1. Jnanabhyudreka (mengerti ajaran tattwa),
2. Indriyayogamarga (tidak terikat oleh indra),
3. Tresnadosaksaya (dapat menghilangkan pahala perbuatan).

Di Bali seorang Pandita di sebut Sulinggih yang artinya Iya yang sudah tercerahkan " jenek ring sarira " yang memiliki pandangan terang , yang pikirannya sudah terkondisi tidak terbang kemana mana.

Oleh karena itu di dalam proses mediksa ada proses Seda Raga yang artinya meninggalkan badan Jasmani dan  lahir di badan Rohani .

Badan Rohani berwujud pengetahuan ( tubuh aksara ) karena itu lahir dari Guru Pengajian yang lumbrah di sebut Nabe.

Karena berbentuk Tubuh Pengetahuan maka dalam runutan Upacara Padiksan ada yang namanya Ngelinggihang Weda yang memiliki tujuan agar sang pandita nantinya memiliki pengetahuan tanpa batas .

Pengetahuan tanpa batas terdiri dari tertulis dan tanpa tulis sehingga memahami akan sekala dan Niskala yaitu alam wujud dan tanpa wujud.

Selanjutnya di lanjutkan dengan ritual mapulang lingga dan Negtegang lingga yang memiliki tujuan agar jenek ring sarira yaitu tegteg / enteg lingga ring sarira .

Tegteg , enteg , jenek ring sarira ini ke baos Su - Linggih.

MAPULANG / MAPASANG LINGGA

          Ritual ini sudah umum kita ketahui ketika sepasang welaka memutuskan untuk mebersih, melakukan prosesi sedaraga, apodgala dwijati. 
Karena itu marilah kita menghadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.

Maka setelah di upacara mejaya-jaya dan katapak oleh nabe, sang diksita wajib ngelinggihang weda. Upacara Ngalinggihang Weda bermakna ngalinggihang Sang Hyang Weda ke dalam angga sarira sang sulinggih. Dengan upacara tersebut, maka diharapkan puja weda mantra yang diucapkan sang sulinggih memiliki taksu atau kekuatan.

Proses Ngalinggihang Weda dapat juga dilihat sebagai evaluasi bagi sang sulinggih yang baru melinggih, atas kemampuannya dalam melaksanakan kewajiban melafalkan puja weda mantra, sikap, dan perilaku lainnya, yang mencerminkan kasulinggihannya. Prosesi tersebut diakhiri dengan penyampaian pesan-pesan tertentu oleh guru nabe, guru waktra, guru saksi kepada sang sulinggih yang bersangkutan.

Setelah ngelinggihang weda dilanjutkan metirta yatra dan kemudian Ida Pandita boleh ngeloka palasraya. Tetapi belum diperkenankan untuk melaksanakan upakara angentas. Ida Pandita 'wnang angentas' apabila Beliau sudah mapulang lingga.

~ Arga Patra ~
"Kunañ yan pasañ liñga kita; katiga sthānanya wnañ:
Yan riñ arp, wusniñ Gañga Dewi; Nista; 
Yan turuñābushana, huwusiñ Dirghayūr; Mādhya;
Yan huwusiñ sañkèpi bhusana, Manandañ - Yajña - Sutra ña, 
Lwirnya: mabhasma, mesampèt, maganitri; manandañ yajña - sutra ñaran: Lawe sawita, tkeñ ambuluñan, ika uttama yan APASAÑ LIÑGA."

          Dalam Pustaka Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba juga disebutkan :
"Payoganira Sang Hyang Prmesti Guru; iniring dening prawaték Dewata kabeh, mredyaken uriping sarwa tumitah ring bhwana kabeh. Sang Purohita kabeh; ANGĀRGHĀ - APASAN LINGĀ saprakaranya, ........."
          Selain itu, juga disebutkan:
"Wnanga Sang Purohita kabeh ma Ngarga Puja; ma Pasang Lingga sakramaniya".

          Oleh sebab itu, Ida Pandita sebagai Purohita wajib mapasang lingga setiap Hari Raya Pagerwesi (Sang Hyang Pramesti Guru) dan Rahina Purnama Kapat (Bethara Prameswara, Sang Hyang Purusankara; Sad Gana beserta saktinya).
          
          Sehingga setiap hari Ida Pandita wajib melakukan Surya Sewana dan jika boleh dianalogikan seperti Hp yang tidak hanya di charged ketika baru dibeli. Tetapi Hp tersebut juga harus di charged secara rutin agar daya hidupnya terus kuat. 
          
          Sebab demikian telah dituliskan dalam sastra Pustaka Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba, maka itu merupakan kewajiban yang mesti dilaksanakan. Namun entah apa sebabnya, tidak semua Purohita / Ida Pandita melaksanakan Mapasang Lingga ini sesuai dengan Yang Diwajibkan. 
          
          Merujuk kepada cerita Chandra Bairawa, dimana Dharmawangsa diberi petunjuk oleh Bthara Siwa, letak Chandra Bairawa bersembunyi. Bagaimanakah Ida Pandita dapat melaksanakan upakara angentas, apabila Ida Pandita tidak mengetahui letak atma? Apabila tidak mengetahui letak atma, mampukah Ida Pandita mengantarkan atma tersebut bersatu dengan Brahman? 
          
          Sastra Pustaka Ida Bhatara Hyang Sinuhun Siwa Putra Parama Daksa Manuaba bagaikan undang-undang dasar bagi seluruh garis param para kapurusan, keturunan Griya Agung Bangkasa. Mari renungkan bersama. Sudahkah undang-undang dasar ini dilaksanakan dengan baik penuh kedisplinan? Karena dalam hukum apapun, setiap pelanggaran, selalu diikuti oleh sanki. 


TANTANGAN PERUBAHAN YANG AKAN DIHADAPI SEORANG SULINGGIH DI
MASA DEPAN

Trend perubahan dunia yang akan melanda Bali dan khususnya sulinggih sebagai pendidik
masyarakat.

1. Persaingan kehidupan ke depan bukan lagi persaingan menggunakan kekuatan fisik,
melainkan persaingan menggunakan otak (logika dan rasional). Sulinggih harus siap
dengan pikiran-pikiran logika dan cendrung praktis. Orang akan mudah sekali
membanding-bandingkan dengan budaya luar yang sangat mudah diketahuinya melalui
media global seperti TV, internet dan sebagainya.

2. Kebutuhan kompetensi ke depan adalah kompetensi mencari, memilah dan mengolah
informasi untuk mencapai tujuan tertentu dalam kehidupan. Siapa yang mampu dengan
cepat mencari informasi dan mengolah informasi tersebut akan memenangkan persaingan menguasai dunia. Oleh karena itu sulinggih harus siap dengan banjir informasi saat ini.
Jangan salahkan sulinggih-sulinggih Hindu dari India akan membanjiri Bali, karena
mereka akrab sekali dengan IT.

3. Dalam persaingan dunia ke depan kemampuan yang mutlak harus dimiliki oleh seorang sulinggih adalah kemampuan menggunakan dan memanfaatkan komputer atau media elektronik untuk segala keperluan. Jika terlambat maka Bali akan dibanjiri dengan
paham-paham Sampradaya dari India yang mendunia.

4. Dalam kehidupan global ke depan maka ketrampilan lain yang sangat penting harus
dimiliki oleh seorang sulinggih adalah keterampilan yang berkaitan dengan spiritual yang dibungkus dengan moral, sosial. Tanpa moral sangat sulit untuk menarik simpati
masyarakat, tanpa memiliki ketrampilan sosial sulit memperoleh kawan atau membentuk
link atau jaringan, dan tanpa ketrampilan spiritual sulit untuk bertindak jujur.

5. Kecerdasan emosi akan sangat menentukan keberhasilan orang dalam karir hidupnya
nanti di masyarakat. Penguasaan ilmu hanya menentukan 20% keberhasilan dalam karir
kehidupannya. Kecerdasan emosi dan ketrampilan spiritual justru akan menentukan 80% keberhasilan orang dalam karir kehidupannya. Oleh karena itu sulinggih harus memiliki ketrampilan mengendalikan emosi dalam menghadapi problematik kehidupan
bermasyarakat.


#tubaba@griyangbang//suluhhurip#
#matiraga//yoganindra#

Rerajaha Dalam Kudung

Intinya dalam kudung rangda ia menggunakan Rerajahan hanya berupa simbol, sehingga seseorang bisa fokus, dan energi yang berhubungan dengan simbol tersebut bisa bangkit atau masuk. Dengan demikian Rerajahan dalam kudung tersebut tidak bisa berdiri sendiri, namun ada prosesi selanjutnya, seperti ritual memasukkan kekuatan atau roh dan sebagainya. Jadi ada prosesnya, sehingga simbol tersebut bisa berfungsi. Dalam agama Hindu, Rerajahan disebut dengan yantra. Setelah dipasupati, yantra itu bisa menghasilkan kekuatan.

Ada Rerajahan yang dengan dan tanpa sarana. Sarana-sarana tersebut misalnya logam, batu permata, dan sebagainya. Media atau tempat menulis dan menggambarnya pun bermacam-macam. Ada yang di batu, kertas, kain, bahkan batu permata. Dalam lontar Rerajahan atau lontar lainnya sudah tertulis sarana dan medianya secara lengkap.

Prosesi Ngarajah (membut Rerajahan) juga perlu mencari hari baik. Hal ini untuk menghindari pengaruh alam yang bertentangan dengan tujuan Rerajahan tersebut. Di samping itu, tentunya agar Rerajahan tersebut menghasilkan manfaat yang maksimal. Bahkan, dalam menulis aksara dan gambar-gambar tertentu juga ada mantranya. Oleh karena itu, orang yang Ngarajah harus menguasai mantra-mantra tersebut.

#tubaba@griyangbang//kudung#

Lontar CARCAN LEMAH

CARCAN LEMAH/PEKARANGAN
Didalam Lontar Ira Bhagawan Wiswakarma disebutkan tentang pekarangan atau tanah yang baik dan yang perlu dihindari untuk dibangun baik sebagai perumahan, perkantoran, sekolah, tempat suci dan lain-lain. Pekarangan yang baik menurut lontar tersebut antara lain:

Manemu Labha
Lebih tinggi di Barat/ miring ke timur (dari arah pusat kota atau dari arah jalan raya). Disebut “manemu labha” di mana sinar matahari tidak terhalang sejak pagi sampai sore, membawa keberuntungan dan umur panjang.

Paribhoga Wredhi
Tanah yang miring ke Utara, membawa kemakmuran yang melimpah bagi penghuninya.

Palemahan Asah
Tidak ada keistimewaan artinya biasa-biasa saja, namun dengan syarat: sinar matahari, udara dan air tersedia cukup tidak terhalang apapun.

Palemahan Inang
Ketika berada di atas tanah itu perasaan damai, tentram dan hening, walaupun lokasi itu tidak memenuhi persyaratan seperti nomor 1,2,3 di atas, disebut “dewa ngukuhi”, membawa ketentraman bathin dan kedamaian.

Palemahan Mambu
Tanah berbau cabe / bumbu dapur ketika dicongkel sedalam 30 Cm, disebut “sihing kanti” sangat baik karena akan mempunyai banyak sahabat.

Sedangkan pekarangan yang harus dihindari atau dalam bahasa Bali sering disebut dengan “Karang Panes” biasanya ditandai dengan adanya kejadian/musibah yang menimpa anggota keluarga, misal: sering sakit, marah-marah tidak karuan, mengalami kebingungan(linglung), mudah bertengkar dan lain-lain.

Karang Karubuhan, 
pekarangan yang berhadap-hadapan atau berpapasan dengan perempatan atau pertigaan atau persimpangan jalan.

Karang Sandanglawe, 
pekarangan yang pintu masuknya berpapasan dengan pekarangan milik orang lain.

Karang Kuta Kabanda, 
pekarangan yang diapit oleh 2(dua) ruas jalan.
Karang Sula Nyupi, pekarangan yang berpapasan dengan jalan raya atau numbak marga atau numbak rurung.

Karang Gerah, 
pekarangan yang terletak dihulu Pura/Parahyangan.

Karang Tenget, 
pekarangan bekas pekuburan, bekas pura atau bekas pertapaan.

Karang Buta Salah Wetu, pekarangan dimana pernah terjadi kejadian aneh misal: kelahiran babi berkepala gajah, pohon kelapa bercabang, pisang berbuah melalui batangnya. dll

Karang Boros Wong, pekarangan yang memiliki 2(dua) pintu masuk sama tinggi dan sejajar.

Suduk Angga, pekarangan yang dibatasi oleh pagar hidup(tanaman) dimana akar-akarnya atau tunasnya masuk ke pekarangan orang lain.

Karang Kalingkuhan, Pekarangan yang dikelilingi tanah atau rumah milik satu orang.

Jika dalam suatu kondisi terpaksa menampati atau membangun rumah yang termasuk “karang panes” disarankan membuat padma capah sebagai stana Sang Hyang Indrablaka/Indraplaka dan pada hari yang tergolong rerahinan (hari suci), penghuninya menghaturkan aci (sesaji) untuk memohon keselamatan dan agar terhindar dari pengaruh buruk pekarangan rumah tersebut. 

#tubaba@griyangbang#

Selasa, 29 Maret 2022

KESABARAN SEMETON PASEK

KSAMAWAN atau KESABARAN BAGI SEMETON PASEK sangat DIPERLUKAN
Sebagai Pemangku saya sebenarnya tidak ingin berbicara di level  Wangsa/clan/soroh karena wawasan seorang Pemangku apalagi Sulinggih adalah pada kesadaran "semua mahluk adalah bersaudara (vasudheva khutumbhakam), apalagi dalam tugas ngayah Nunasang secara niskale berbagai clan datang ke tempat saya..  Namun ada situasi di medsos (dunia maya) dan di dunia nyata, ke Pasekan ini bahkan Ida Bhatara Lelangit Mpu Gnijaya kadang disentuh dg kurang bijak, ini dilakukan lewat akun tidak jelas ada juga jelas tapi penuh nafsu kebencian. Yang bisa dilakukan adalah mengembalikan itu sebagai karma krn karma itu sifatnya pasti dan jika berlaku tidak baik di medsos itu sama dengan melipatgandakan karma negatif dalam diri. Dengan situasi ini saya sebagai warih bhatara kawitan merasa tergugah untuk turun tangan walau hanya lewat Jnana Punia.

Disamping kesadaran karma maka ada hal lain yg perlu kita lakukan yaitu berlaku sabar (ksamawan) dan tetap cermat serta cerdas dalam menyikapi sesuatu.  Point inilah yg ingin saya share di forum ini. Ada beberapa hal yg sering dimunculkan agar semeton Pasek terpancing emosinya dan merasa tertekan/rendah, namun jangan terpengaruh dan waspadalah jangan hilang kesabaran serta tetap cermat dan cerdas. Point itu adalah :

1. Diragukan Babadnya : 
Babad Pasek di counter dg babad lain yg isinya : Panca Tirta itu tdk ada, saudara Mpu Bharada hanya Mpu Kuturan tidak ada Mpu Gni Jaya. Pasek itu artinya Hadiah, dll dll. 
Babad Pasek jelas dan berada di Pedukuhan Pedukuhan dan sekarang tersimpan di jero penglingsir atau Gria Sulinggih Mpu dan juga hasil copy oleh JM Gde Kt Subandi dari lontar Ki Dalang Tangsub dan lontar seorang Pedanda di bangli ketika beliau ditugaskan menyalin selalu dibuat copynya. Jadi yakinlah dengan Babad Pasek. Biarkan ada versi versi apapun tidak perlu digubris.

2. Sulinggihnya tidak diakui :
Mpu dianggap bukan Sulinggih bahkan disebut Pedanda Jaba. Kata Mpu diartikan bukan Wiku lalu bgm dengan Mpu Bharada siapa yg berani bilang bukan Pandita. Memang nabe dari Mpu pertama generasi kini adalah Pedanda Kutri dr Gianyar  itu krn Penglingsir Pasek sadar bahwa tidak boleh Diksa Widhi (tanpa Nabe) jadi harus lewat Nabe walaupun secara in-formal Ke Panditaan semeton Pasek yg dulu lewat Padukuhan tetap terjaga, namun krn politis jaman itu (abad 15/16) hanya Pedanda yg diakui oleh kerajaan. Walaupun demikian lontar lontar terkait kawikon masih tersimpan di bbrp tempat . Terlepas dr itu Mpu generasi baru ini tetap hormat pada Ida Pedanda Kutri lagipula jika  dirujuk Nabe nabe beliau sblumnya juga adalah Mpu. Jadi Sulinggih Mpu itu valid dan mumpuni boleh dibuktikan Ageman Pujanya dan bandingkan dg Sulinggih lainnya akan terlihat dimana bedanya. Yg jelas Mpu disamping milik semeton Pasek adalah juga milik semua umat yang sdh lepas dg wangsa. Tapi banggalah pada Sulinggih Mpu dan nuwur Beliau jika dirasa cocok krn Puja Kawitan akan baik dilantunkan.

3. Semeton Pasek agar menghayati Jati diri ke Pasekan : 
Pasek=Pamikukuh Sesananing Kawitan (Kawikon) itu besar di bali dan sejak dulu merupakan Pacek/Paku/Pakis yg artinya selalu menjadi pancer jagat. Raja Solo juga memakai nama Paku dan beliau adalah Pasek krn Ken Dedes leluhurnya. Ken Dedes adalah adik Mpu Purwa yang di Bali keturunannya  dikenal dg Pasek Tatar. Kebetulan tiang Warih Pasek Gelgel Aan Manuaba Bangkasa yg menerima kedatangan Raja Solo Sinuhun Paku Bhuwono XII di Griya Agung Bangkasa. Sukarno adalah trah Pasek Tatar. Seperti ada kekhawatiran pasek ini bersatu padahal Pasek paling taat dg bhisama seperti Bhakti ring Catur Parhyangan yaitu Lempuyang, Besakih, Silayukti dan Pura Panataran Agung Catur Parhyangan di Pundukdawa. Jangan menjadi Pasek paling, jangan mendebat/memusuhi sesama semeton, tetap berbahasa halus jangan bangras/kasar krn akan dituding Sudra, artinya Etika tetap utama.

Masih banyak point lainnya tapi cukup itu dulu., Yang paling utama ingin di share adalah ketika semeton Pasek ingin menjadi warih yang bhakti dan sujati, ketika ingin mengikat persaudaraan sesuai bhisama "jangan menganggap semeton Pasek lebih jauh dr sepupu", maka .... akan ada gangguan atau godaan tapi tetaplah sabar (ksamawan) biarkan saja toh akhirnya akan capai sendiri. 

Lebih baik tingkatkan bhakti dan mari lantunkan Puja bhakti ring Panca Tirta bahwa beliau menang dulu ada. Sebagai Pretisentana Pasek trah Ida Bhatara Mpu Gnijaya (Sang Brahmana Pandita) merupakan suatu wajib untuk ngaturang bhakti kepada Hyang Kawitan sesuai bhisama yang kita maknai. Hal ini tidak lepas dari Trilogi Kepasekan yaitu Bhakti ring Kawitan. Dalam puja pengastawa kepada Ida Bhatara Ratu Pasek yang dilakukan oleh Pemangku Pasek ataupun Ida Pandita Mpu selalu melafalkan mantram-mantram Pasek. Hal inilah yang biasanya tidak dilakukan jika kita tidak nuwur Ida Pandita Mpu. Dalam mantram kepada Ida Bhatara Pasek ini juga termasuk Ida Bhatara Panca Rsi karena Ida Bhatara Ratu Pasek merupakan bagian dari Panca Rsi, Ida Bhatara Sapta Rsi yang menurunkan warga Pasek. Adapun mantram untuk sembah bhakti kepada Ida Bhatara Ratu Pasek sebagai berikut.

Om Siwa Rsi Maha Tirtham, 
Panca Rsi Panca Tirtham, 
Sapta Rsi Catur Yogam, 
Lingga Rsi Mahalingam 

Om Ang Gong Gnijaya Namah Swaha 
Om Ang Gnijaya Jagat Patya Namah 
Om Ung Manik Jayas Ca, Sumerus Ca, Sa Ghanas Ca, De Kuturan Bradah Ca ya Namu Namah Swaha 
Om Om Panca Rsi Sapta Rsi paduka Guru bhyo Namah Swaha .

Om Ang Gni Jaya pradnya paramita dewam. 
Jagatam tusti karanam. 
Satwe somya pinam mitram. 
Mudra pranamya ta hinam.

Panca Rsi Sapta Rsi Bhagawati nama syami. 
Saradi matram dewatam. 
Kumara matranam dewam. 
Sarwa pradawa tan hine.
Twam namamy maha dewi. 

Om am ah um Siwa Rsi iti matram'ca. 
Yewama subiktwa klesam. 
Aham banda namuktaye.
Om Om Panca Rsi Sapta Rsi paduka Guru bhyo Namah Swaha .


Rahajeng
Om Santih3 Om

#tubaba@griyangbang//pujakawitan#

Senin, 28 Maret 2022

Dudonan Acara Munggah Bhawati

Dudonan acara munggah bhawati
1. Pamabah miwah Pangaksama
2. Atur piuning prawartaka karya
3. Sambramawacana :
    a. Bendesa Adat Kelating
    b. Bendesa Adat Pangkungkarung
    c. Pengurus PDDS Bali
4. Mesandekan katurang boga
5. Pamuput

Bayuh Tampel Bolong



BAYUH TAMPEL BOLONG MELIK SANAN EMPEG TELAGA APIT PANCORAN DLL

YAYASAN WIDYA DAKSA DHARMA
GRIYA AGUNG BANGKASA KEMBALI MELAKSANAKAN "UPACARA BAYUH TAMPEL BOLONG MASAL BAGI SEMUA KRLAHIRAN NANTI PADA TANGGAL 15 MEI 2022 / PURNAMANING DESTA. 

Pebayuhan Tampel Bolong masal adalah bayuh putusing babayuhan bagi 
mereka yang lahir melik, salah wedi, telaga apit pancoran, pancoran apit telaga, panca pendawa, sanan empeg, ontang-anting, dan kembar buncing.
Dan semua kelahiran juga bisa mengikuti upacara ini karena setiap kelahiran pasti ada unsur baik dan buruknya. 

OLEH SEBAB ITU  diputuskan dan ditetapkan  bahwa:

1. Upacara bayuh tampel bolong dilaksanakan, Tgl 15 MEI 2022/ PURNAMANING DESTA. Diadakan di Griya Agung Bangkasa, Jl. Tangsub no 4 Banjar Pengembungan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal Badung Bali (sebelah utara SMP N 4 Abiansemal) dari pukul 09.00 sampai selesai. 

2. Punia Bebayuhan Tampel Bolong Rp. 350.000. / orang

3. Prosesi Ritual Pebayuhan masal bernaung dibawah Yayasan Widya Daksa Dharma, Griya Agung bangkasa, yang telah berbadan hukum dengan nomor : AHU-0006915.50.80.2014. 

4. No Tlp Yang dapat dihubungi: 
(081353057625 / 081936287278 a.n Tubaba); (085102866744 / 082145161677 a.n Ibu Aan)

5. Dipuput oleh Ida Sulinggih sarwa sadaka dan lintas pasemetonan

6. Peserta Bebayuhan membawa Pejati suang-suang, kuwangen madaging asep 7 katih anggen saat madudus agung,  segehan putih kuning, segehan kepelan manca warna maanggen ring arepan sang pinahayu sebelum muspa, tirtha Ida Bhatara Hyang Guru, dan makta genah tirtha.

Bayuh Tampel Bolong adalah Pamahayu Masal dan salah satu ceremony bayuh,  (ruwat / pangentasan)  yg hampir hilang di Bali. 

Kutipan lontar tampel bolong dan lontar kembang rampe:

Kapratyaksakna den ta makabehan,  kalinganing pamahayu tampel bolong, ngaranya waneh,  ika maka panebusan danda ikang hyang- hyanging wwang sudosa,  makadi pinaku jihwa,  rikahuripania swang - swang. 

Artinya :
Perhatikanlah penjelasan ku,  olehmu semua, y. Mengenai bayuh oton tampel bolong,  itu nama, y,  tujuan, y sebagai penebusan hukuman kepada leluhur,  dari org yg berdosa,  sebagai pembeli atau penebusan jiwa pada kehidupan masing - masing. 

Kutipan,,, 
Samangkana pretekaning rare,  pawehe mukti swarga nikang rat,  apan hana dosania duk ing kari maurip ring madhya pada nguni,  mangke tinemunya sengsara dinanda de sanghyang yamadipati,  pinelara denira watek bhuta kingkara.  Karananing wnang tinebus dening pangaci - aci manut sakramaning puja tampel bolong,  pahayunen ika pinaka panawar,  danda, ning sudosan ipun,  twin kadurmitan,  kaupadrawan,  lawan kadurmangalan ira,  prasida hning pamidanda, nira, agung alit tuten ira pwa denta,  wnang kaparisudha de sang rumaga putus, 

Artinya :
Demikianlah upacara ini terhadap anak,  sehingga dapat menemui dan menikmati sorga di dunia (semasih hidup)  krn ada dosa, y pd kehidupan terdahulu,  mk skrg menerima penderitaan di hukum oleh sanghyang yamadipati,  dan para bhuta kingkara.  Itu yg menyebabkan patut di tebus (bayuh / rwat)  dgn upacara bebayuhan yg di sebut " tampel bolong " yg sekali gus merupakan pembebasan hukuman org yg berdosa,  atau org yg mempunyai pertanda buruk, mala petaka,  dan isyarat yg kurang baik pd kehidupan skrg.  Bebayuhan tampel bolong,  bs menghilangkan hukuman yg besar maupun kecil,  krn itu patut di ikuti dan di sucikan di mana du puput oleh sang sulinggih,,,,,,!!!

Kutipan :
Pamahayu " tampel bolong" make pangilanganing papa klesa,  panyadma, nya mwang kadurmitania ring loka.  Agung alit ika pamahayunan,  manggawe kepagehaning sang hyang pramana,  makadi sanghyang urip ring bhuwana,  mangkana kengetakna denta presamya,,,,, 

Artinya :
Pabayuhan tampel bolong sebagai penghapus papa atau penderitaan,  baik yg di bawa sejak lahir,  maupun kemalangan dlm hidup ini.  Besar,  kecil, y bebayuhan tampel bolong ini,  hendak, y di lakukan pd setiap org,  yg akan menyebabkan langgeng ( kekal, y)  sang atma dan jiwa, y di dunia. Demikianlah agar sllu di ingat olehmu semua, y,,,,  

Kutipan : 
Kunang wwang tan maka don pinahayunen " tampel bolong"  salawasnya tan amanggih amretha sanjiwani lawan kaswargani,  apan jadma tan kasupat dening sang putus siwa,  kalawan bodha,  wnang amanggih panca gati,  sangsara sama lawan atmaning wwang,  tulah kneng utpata,  upadrawa,  tan dadya jadma mwah encep ring kawah,,,,,, 

Artinya :
Kalau ada org yg tidak melakukan rwatan / bebayuhan tampel bolong,  selama, y tidak akan menemui keberhasilan dlm hidup, y.  Dan menemukan sorga, y. Krn org itu tidak di sucikan oleh pandita siwa dan budha,  mk wajarlah menemukan lima macam kesengsaraan,  sama sprti atma org yg mendapatkan kutukan,  tidak akan menjelma mnjadi manusia lagi,  dan akan selama, y tenggelam dlm api neraka,,,,,, 

Utk itu dpt di simpulkan  bhwa: pebayuhan tampel bolong,  merupakan puncak dari semua pebayuhan yg ada.  Dimana bebayuhan ini berfungsi sebagai  penyempurna dari semua pebayuhan yg ada. 

NB; 
Makta pejati asoroh jangkep, segehan, toples wadah tirtha, miwah tirtha ida bhatara guru lan dalem karang. (sampunang nganggen plastik) 

Sane arsa nyarengin mangda mendaftar ring koperasi kmds griya agung bangkasa. 

Rikala aedan bayuh tampel bolong sane pacang kapolihang sekadi
1. Madudus ring marga agung
2. Panglukatan pancawara, saptawara ring jaba tengah.
3. Panglukatan melik, sanan empeg, telaga apit bulakan, bulakan apit pancoran
4. Panglukatan Bhatara Brahma
5. Panglukatan Tampel Bolong
6. Natab tebasan2 lan ngenggen sarana tampel bolong, ngemargiang pamegat sotsot.
7. Ngaturang sembah bhakti

Asapunika pamargi polah palihnyane. 

Punia semeton puniki ayat anggen ngwangun pura kahyangan dharma smrti ida bhatara sinuhun. 

#PEBAYUHAN MASAL TAMPEL BOLONG, SAPUH LEGER, MELIK, DAN SANAN EMPEG#

#Kutipan Pustaka Lawar Capung Ki Dalang Tangsub#

MAHA NIRWANA TANTRA

MAHA NIRWANA TANTRA
Eksistensi Nabe Sinuhun Siwa Putri Parama Daksa Manuaba
Griya Agung Bangkasa di Bongkasa
Maha Nirwana (atau Mahānirwāna) Tantra adalah Tantra Sastra yang menguraikan mengenai Siwa dan sakti yang merupakan bentuk Sastra Hindu yang masih kurang dikenal sebagai konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu disebutkan widya wahana yaitu :
Karena ajaran-ajarannya tergolong memang sulit sehingga diperlukan tingkat evolusi berpikir untuk bisa menyerap dan memahaminya. 
Selain itu juga karena arti terhadap beberapa istilah serta metode yang dilaksanakan terus dijaga kerahasiannya oleh para penganutnya. 

Tantra Sastra dikatakan sebagian ilmu pengetahuan spiritual untuk periode Kaliyuga sekarang (Avalon’s, 1997 : v), disebutkan sebagai berikut :
Siwa telah bersabda: “untuk menyempurnakan manusia di zaman Kaliyuga, pada ketika manusia menjadi sangat lemah dan hidupnya hanya tergantung kepada makanan-makanan saja, maka O Dewi dirumuskanlah ajaran-ajaran daripada kaula” (Bab IX, bait 12 Mhn. T.).
Mahānirwāna Tantra yang menguraikan mengenai Siwa dan sakti demikian : “Eksistensi kekal, yang tidak bisa dipecah belah itu, yang kesadaran-Nya melampaui batas tūriya dan mengatasi semua keadaan yang lain, itulah absolute yang tak berciri, 
Brahman yang Agung atau Parabrahman. Dia terbebas (nishkala) dari pengaruh Prakriti atau terbebas dari ciri-ciri Prakriti (nirguna), 
Dia-lah Pribadi di dalam, subjek dari yang mengetahui, karena itu, tidak pernah Dia itu menjadi objek pengetahuan.
Dia itu tanpa nama, maka Brahman itu disebut Tat (Itu), dan kemudian Tat Sat (Itu Yang Ada). Matahari, bulan, bintang-bintang, dan semua yang kelihatan itu, 
Apakah semuanya selain sekedar sekilas cahaya yang tertangkap dari Tat itu?
Brahman meliputi keduanya niskala dan sakala (Avalon’s, 1997 : 3).

Menurut Mahānirwāna Tantra disebutkan bahwa : 
Pada mula-mulanya yang ada hanyalah satu yaitu Nishkala Brahman saja yang ada. Yang satu itu berkehendak, dan menjadi banyak. Aham bahu syam “Menjadilah Aku ini banyak”. 
Dia mewujudkan diri dalam bentuk para dewa dan dewi, dan juga berada di dalam pemuja sendiri. Perwujudannya itu ialah perwujudan alam semesta raya, termasuk segalanya yang berada di dalamnya. 
Di sini Tuhan Yang Maha Esa digambarkan dengan perwujudan immanent dan transcenden.

Perpaduan Hindu Siwaisme dengan Buddha Mahayan

Dasar-dasar paham Tantra sebenarnya telah ada di India sebelum bangsa Arya datang di India, jadi sebelum kitab Weda tercipta. Pada masa itu, di peradaban lembah Sungai Sindu, cikal-bakal paham Tantra telah terbentuk dalam praktik pemujaan oleh bangsa Dravida terhadap Dewi Ibu atau Dewi Kemakmuran. Dalam salah satu seloka lagu pujaan, 

Dewi ini dilukiskan sebagai penjelmaan kekuatan (sakti) penyokong alam semesta. Timbullah paham Saktiisme, atau disebut juga Kalaisme, Kalamukha, atau Kalikas (Kapalikas), yang dianut oleh penduduk asli India tersebut. Karena pengikut sekte ini kebanyakan penduduk asli India, maka oleh bangsa Arya disebut Sudra Kapalikas.

Aliran ini memusatkan pemujaan terhadap Devi/Dewi sebagai Ibu Bhairawa (Ibu Durga atau Kali). Sebagai sakti (istri) Dewa Siwa, kedudukan Dewi Durga ini lebih ditonjolkan daripada dewa itu sendiri.
Peran Dewi Durga dalam menyelamatkan dunia dari ambang kehancuran ini disebut Kalimasada (Kali-Maha-Husada), artinya “Dewi Durga adalah obat yang paling mujarab” dalam zaman kekacauan moral, pikiran, dan perilaku. 

Jumat, 25 Maret 2022

Dudonan Acara Munggah Bhawati

Dudonan acara munggah bhawati
1. Pamabah miwah Pangaksama
2. Atur piuning prawartaka karya
3. Sambramawacana :
    a. Bendesa Adat Kelating
    b. Bendesa Adat Pangkungkarung
    c. Pengurus PDDS Bali
4. Mesandekan katurang boga
5. Pamuput

Kamis, 24 Maret 2022

Lontar Penyarang


Lontar Penerang



Adapun mantra-mantranya yakni:

#Mantra tersebut digunakan untuk menghadirkan kilap atau petir saat terjadi pergesekan antar balian terang.


Om Sang Kalacakra-gni-indra, Am panukupan gumi Wetan, idep, Om Sang Brugada, Am panukupan gumi kidul, idep, Om Sang Kala-laki, panukupan gumi kulon, idep, Om Sang Kala-gni-braja, panukupan Lor, Idep, Am Ah panukupan gumi panggawa sakti aheng, angadeg aku ring tengah, atapakan aku kilap/tatit, amanca-warna, apayung aku gni makobaran, AH OH UM, dadya metu mega amanca-warna, ring wetan, Kidul, Kulon, Elor, aprabawa kilap/tatit, krug krebek, ambekta ing situbanda, makerak Sanghyang Sakti haheng, sapa anuduh kita, sapa angreka kita, mulih kita ring kamulamu, apan aku gurumu, aku angreka kita, Om Am Ah. 


#Mantra untuk menggeser awan mendung atau posisi hujan dengan sarana baleman atau api.

Om terang wetan terang Kidul, terang Kulon terang Lor, mundur Sanghyang Gelap tiba tangk maring alas-agung, teka syah galang, Om Sang Garuda putih miber Mangetan, mulih mangalor, deleng ring tengah, aku mamedah papetengawun-awun byar pada galang.

#Mantra yang digunakan untuk menghadirkan angin saat menggeser awan atau mendung itu. Sarananya yakni menggunakan gedebong rajah Antaboga. 

Om Sang Antaboga, mayoga ring Sapta-patala, atemu adadi kumudug luhuring Pritiwi Akasa matemahan dadi linus baret riyut-riyut, Om Sang Wandara Petak, angadeg tengahing Antariksa, angaji baret anglinus, rubuh ikang taru-agung, salwiring maruta, teka sinang, maring kemulanira, teka syar galang.

#Mantra untuk menghadirkan guntur atau halilintar. Dalam hal ini ada dua mantra berbeda yang digunakan namun memiliki fungsi yang sama. 

#Yang pertama dengan menggunakan senjata pecut atau cambuk yang terbuat dari lidi nyuh gading dengan metali benang tridatu. 


#Mantra yang diucapkan untuk menghadirkan halilintar itu adalah, 

Om Metu Sang Ramadewa, apareng ring Sang Rawana, apa aku Sang Ramadewa sakti, AH, IH.

#Mantra yang kedua dengan menggunakan sarana cambuk atau pecut dengan rajah naga yang menghadap ke atas. Mantranya berbunyi, 

Om pecutira Bhatara Bima, makeber makepung teked babwan di langit mmulakang mega papeteng awun-awun,balengbong caraking tawun, ucur-ucur mati, byar apadang, 3, muksah tan ana katon, sidi mantranku.

Banten yang digunakan dalam ritual nerang hujan secara umum adalah santun sarad, suci, tipat kelanan, pangambyan, tebasan, sorohan alit, segehan kepelan bang penastan, arak, berem, air, dupa 11 batang. Di samping itu, untuk memperkuat sarana tersebut, diperlukan sarana tambahan berupa kunda pemujaan sang Hyang agni atau sembe layar, pasepan atau padupan rokok, api pedamaran, baik lilin atau ganjreng (untuk ganjreng biasanya menggunakan minyak nyuh surya) cabe yang ditusuk dengan sebatang lidi yang biasa digunakan untuk menyapu (sampat) banten pajati. Ditambahkannya, beberapa orang ada yang menggunakan sarana seikat dupa menyala dan nyuh gading marajah Triaksara.

Pemujaan Sang Hyang agni di kunda dan pedamaran Sambe Layar atau api terapung adalah salah satu simbol Hyang Agni, merupakan sistem padamaran (dipa) dengan menggunakan mangkok kramik (istilah Balinya cawan sutra), sumbu-nya benang tukel (sejenis kapas). Minyak yang digunakan adalah minyak atau  lengis nyuh surya, bumbunya  digantung dengan busung (janur) atau daun lontar berbentuk tapak dara yang dirajah Ong-kara pasupati. Selanjutnya, diatasnya diisi batas uang kepeng sebagai penyangga api. Bila memungkinkan, uang kepengnya gunakan yang tridatu atau pancadatu dan sangat direkomendasikan menggunakan pis wayang (pis anoman, pis padma atau nawasanga).

#Mantra nerang hujan pendek ini, yakni Ang Ung Mang Syah diucapkan 11 kali dengan  ngacep Ida Bhatara Dalem mohon penugerahan panerangan, gunakan pula sarana banten pajati dengan 11 dupa yang dihaturkan kehadapan Bhatara Surya (Sanggah Surya).

#tubaba@griyangbang//lontar panyarang#


WIKU

.                 " WIKU / WIKU - WIKUAN "


    Orang yang bagaimana disebut WIKU ? Pertanyaan seperti itu kerap muncul dalam perbincangan banyak orang . Melalui pertanyaan itu mereka seakan INGIN MEMBEDAKAN yang mana WIKU dan yang mana WIKU - WIKUAN . Keinginan MEMISAHKAN yang ASLI dengan yang PALSU adalah WAJAR dan MANUSIAWI . 

KARENA DALAM PERTEMUAN BANYAK WIKU MISALNYA . TIDAK LAGI MUDAH MENUNJUK YANG MANA WIKU - WIKUAN DAN YANG MANA WIKU SEJATI . 
KEDUANYA MENAMPAKKAN DIRI DENGAN ATRIBUT DAN AKSESORIS YANG NYARIS TIDAK BERBEDA . 

        Istilah WIKU - WIKUAN bukan buatan karena MERASA IRI  ( TIDAK ) ini murni karena melihat PRAKTEK DIMASYARAKAT . 
Istilah itu tercantum dalam beberapa PUSTAKA tentang WIKU dan KEWIKUAN . Kenyataan itu menandakan bahwa Fenomena WIKU - WIKUAN ternyata sudah menjadi KELUHAN JAGAT sejak dahulu bahkan sebelum teks - teks itu disusun . 

Sekarang kembali kita pertanyakan , SIAPAKAH YANG SEBENARNYA YANG DISEBUT WIKU ITU ? 

PERTANYAAN IN TENTU SANGAT RELEVAN . KARENA SEKARANG INI PERKEMBANGAN JUMLAH WIKU SANGAT PESAT . 

      Dari berbagai Pustaka tentang WIKU dan KEWIKUAN , kita mendapat berbagai petunjuk bagaimana caranya mengenali sosok WIKU . 
Tiga diantara petunjuk itu adalah : 
1) . WIKU adalah ORANG SUCI 
       WI berarti TIDAK 
       KU berarti KOTOR 
      ( secara harfiah seorang wiku adalah orang 
         Yang tidak kotor , atau orang suci . 
         Apanya yang suci ? 
         Suci badan kasarnya . Suci badan halus - 
         nya . dan suci pula badan pembungkus 
         Atmanya ) . 

2) . WIKU adalah seorang SADHAKA . 
      ( yang disebut SADHAKA adalah orang yang 
         Menggelar SADHANA .  yang dinamakan 
         SHADANA adalah YOGA ) . 

3) . WIKU adalah orang yang Bertongkatkan 
       SHASTRA . 
       ( Maksudnya ..... Orang yang disebut wiku 
          Adalah orang yang menggunakan 
          SHASTRA sebagai pegangan . 
          SHASTRA menjadi pegangan sang wiku
          Ketika menempuh hidup . dan ketika 
          menyongsong mati ) . 

                       ITULAH SEBABNYA 
                DALAM BERBAGAI CERITA 
             DIANALOGIKAN BAHWA WIKU 
                YANG TIDAK BERSHASTRA 
                             TIDAK BEDA 
                DENGAN ORANGTUA RENTA 
                         TANPA TONGKAT .

     Seperti itulah barangkali jadinya apabila WIKU TIDAK BERTONGKAT SHASTRA . Keadaannya SANGAT MEMPRIHATINKAN dan sekaligus SANGAT MEMBAHAYAKAN ! . karena bagaimana mungkin seorang WIKU akan berhasil MERAHAYUKAN JAGAT . apabila MERAHAYUKAN DIRINYA SENDIRI saja ia TIDAK MAMPU . mana bisa seorang WIKU mengentaskan kesengsaraan ATMA  orang banyak . Sedangkan ATMA SENDIRI belum tentu bebas dari PAPA  dan SENGSARA . 

                         ITULAH SEBABNYA 
                  KEADAAN SEORANG WIKU
                     YANG TIDAK MEMILIKI 
                       TONGKAT SHASTRA 
         ATAU YANG KEHILANGAN SHASTRA
                SANGAT MEMPRIHATINKAN .
          KEHADIRANNYA  JUGA DIPANDANG
                      SANGAT BERBAHAYA 
                        BAGI KERAHAYUAN 
          SEGALA YANG HIDUP DI JAGAT INI .

     Ajaran tentang TONGKAT SHASTRA sebenarnya TIDAK HANYA DITUJUKAN kepada para WIKU . Pesan NITI SHASTRA itu terutama di TUJUKAN kepada para CALON WIKU . BAIK CALON YANG SUDAH MATANG .
HAMPIR MATANG . CALON SETENGAH MATANG ATAU MATANG SEPARO . ATAUPUN CALON YANG MASIH MENTAH . 

apa yang dikatakan NITI SHASTRA itu tidak ubahnya sebagai sebuah PERINGATAN KERAS agar jangan sampai TIDAK MEMPERCAYAI AJARAN TONGKAT SHASTRA . 

Kalau sampai TIDAK MEYAKINI KEBENARAN PESAN itu . Maka akan TERJADI seperti tertulis dalam karya Shastra SALAMPAH LAKU 

        " HANA WONG PANGRESEK JAGAT "

Maksudnya ....
       
                      ADA ORANG ( CALON )
                      YANG KEHADIRANNYA 
                              TIDAK LEBIH 
                      SEKEDAR MENAMBAH
                    JUMLAH ORANG ( WIKU )
           DI DUNIA YANG SEMAKIN SESAK INI

OM NAMA SIWA YA . 

Rabu, 23 Maret 2022

Susunan acara Piodalan


Susunan acara Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati sebagai berikut.

  1. Persiapan:
    1. Nyoroh banten (menata banten).
    2. Ngunggahan banten di pelinggih-pelinggih
    3. Mangku Melaksanakan Tata lungguh, Puja tirta penglukatan, byakala, durmangala, prayascita dan penglukatan
    4. Piuning ke surya nunas upesaksi.
    5. Pasupati daksina lingga.
  2. Mecaru ekasata (brumbun).
  3. Puja Pangastawan
  4. Katuran tari rejang dewa.
  5. Mendak ngubeng Ida Betara murwa daksina
  6. Mekala iyas, nganteb keluan dan keteben
  7. Ida Betara (daksina lingga) kelinggihang ring pelinggih soang-soang.
  8. Ida Betara katuran pujawali: Ngantebang keluhur, keteben.
  9. Bakti sinarengan:
    1. Puja Tri Sandhya
    2. Muspa keramaning sembah
  10. Puja nedunang tirta wasupada Ida Betara
  11. Nunas tirta wasupada Ida Betara
  12. Ngedengan pras
  13. Nganteb banten pengarep
  14. Ngaturang Pependetan
  15. Parama shanti
  16. Nglungsur nunas prasadam
#tubaba@griyangbang#

Minggu, 20 Maret 2022

Bekerjalah buat dirimu sendiri De......! 

Pada dasarnya bekerja buat diri sendiri itu untuk membangun nilai pribadi kita ke arah yang positif”. 

Statement itu yang sebenarnya bagus, namun terkesan egois. Coba bayangkan kalau kita bekerja hanya untuk memenuhi segala kebutuhan kita sendiri saja? Apa yang mau dicapai? 

Kesannya menjadi sangat individualis. Tujuan yang ingin dicapai hanyalah ambisi pribadi saja.