Rabu, 02 April 2025

Kesadaran kita tidak benar-benar menghilang saat tidur, tetapi berubah bentuk.

Kemana Perginya Kesadaran Kita Saat Kita Sedang Tidur?

Tidur adalah fenomena biologis yang kompleks, tetapi yang lebih menarik adalah bagaimana kesadaran kita tampaknya menghilang atau berubah selama tidur. Saat kita terjaga, kita memiliki kesadaran penuh akan lingkungan sekitar, pikiran, dan perasaan kita. Namun, ketika kita tidur, terutama dalam tidur nyenyak, kesadaran kita tampak menghilang, hanya sesekali muncul dalam bentuk mimpi. Lalu, ke mana sebenarnya perginya kesadaran kita saat kita tidur?

Tahapan Tidur dan Perubahan Kesadaran

Tidur terdiri dari beberapa tahapan, yang secara umum dibagi menjadi dua kategori utama: tidur non-REM (Rapid Eye Movement) dan tidur REM.

1. Tidur Non-REM

Pada tahap awal tidur (Tahap 1 dan 2), kesadaran mulai menurun, tetapi kita masih dapat terbangun dengan mudah.

Pada tahap tidur lebih dalam (Tahap 3 dan 4), kesadaran hampir sepenuhnya menghilang, dan aktivitas otak melambat secara signifikan.



2. Tidur REM

Pada tahap ini, otak menjadi sangat aktif, hampir seperti saat terjaga, dan inilah saatnya kita mengalami mimpi.

Kesadaran kita berubah menjadi pengalaman subjektif dalam bentuk mimpi, tetapi kita tidak menyadari keadaan fisik kita di dunia nyata.




Perspektif Ilmiah: Otak dan Kesadaran Selama Tidur

Secara ilmiah, kesadaran kita saat tidur dikendalikan oleh aktivitas otak, khususnya oleh interaksi antara korteks serebral dan struktur otak lainnya, seperti talamus dan batang otak. Selama tidur nyenyak, koneksi antara berbagai bagian otak menjadi lemah, menyebabkan hilangnya kesadaran akan dunia luar.

Namun, pada tahap tidur REM, bagian otak yang berhubungan dengan memori dan emosi, seperti amigdala dan hippocampus, menjadi aktif, menghasilkan pengalaman mimpi yang kadang-kadang terasa nyata. Meskipun kita mengalami mimpi, kita biasanya tidak menyadari bahwa kita sedang bermimpi, kecuali dalam keadaan lucid dream (mimpi sadar), di mana seseorang dapat menyadari bahwa mereka sedang bermimpi dan bahkan mengontrol jalannya mimpi.

Pandangan Filosofis dan Spiritual

Dalam beberapa ajaran spiritual, tidur dianggap sebagai perjalanan kesadaran ke dimensi lain. Misalnya:

Dalam Hindu dan Budhisme, tidur dianggap sebagai keadaan di mana jiwa beristirahat dan bisa memasuki dunia mimpi atau dimensi spiritual lainnya.

Dalam filsafat Barat, beberapa pemikir seperti Descartes berpendapat bahwa tidur adalah keadaan di mana pikiran masih aktif, tetapi kehilangan akses ke dunia nyata.


Kesimpulan

Kesadaran kita tidak benar-benar menghilang saat tidur, tetapi berubah bentuk. Selama tidur nyenyak, kesadaran kita hampir sepenuhnya tidak aktif karena aktivitas otak yang melambat. Namun, dalam tidur REM, kesadaran muncul dalam bentuk mimpi, meskipun tidak seperti saat kita terjaga. Studi ilmiah terus meneliti lebih dalam mengenai hubungan antara kesadaran dan tidur, tetapi satu hal yang pasti: tidur adalah bagian penting dari kehidupan manusia yang tetap menyimpan banyak misteri.


Selingkuh Tidak Termaafkan

Dosa yang Tidak Dapat Diampuni: Selingkuh

Dalam berbagai budaya dan ajaran agama, kesetiaan dalam hubungan merupakan nilai yang sangat dijunjung tinggi. Salah satu bentuk pengkhianatan yang paling menyakitkan dan merusak adalah perselingkuhan. Tidak hanya melukai pasangan yang dikhianati, tetapi juga meninggalkan dampak psikologis yang mendalam bagi semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa selingkuh adalah dosa yang sulit, bahkan tidak dapat diampuni.

Mengapa Selingkuh Dianggap Dosa Besar?

Selingkuh melibatkan kebohongan, pengkhianatan, dan pelanggaran komitmen yang telah dibuat dalam suatu hubungan, baik itu pernikahan maupun hubungan yang dilandasi kepercayaan. Dalam ajaran agama, perselingkuhan sering kali dianggap sebagai perbuatan yang sangat tercela karena menghancurkan institusi keluarga, merusak moralitas, dan menciptakan ketidakstabilan dalam masyarakat.

Selain itu, dampak emosional dari perselingkuhan sering kali jauh lebih parah daripada luka fisik. Orang yang dikhianati mungkin mengalami trauma, kehilangan harga diri, depresi, hingga ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain lagi. Inilah yang membuat banyak orang percaya bahwa dosa selingkuh sangat sulit untuk diampuni.

Perspektif Agama tentang Selingkuh

Dalam Islam, Kristen, Hindu, dan banyak agama lainnya, perselingkuhan dipandang sebagai tindakan dosa yang sangat serius.

Dalam Islam, zina dan perselingkuhan dianggap sebagai dosa besar yang memiliki konsekuensi baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam Kristen, perselingkuhan bertentangan dengan janji suci pernikahan dan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum Tuhan.

Dalam Hindu, kesetiaan dalam pernikahan merupakan prinsip dharma yang harus dijaga, dan selingkuh dapat membawa karma buruk dalam kehidupan selanjutnya.


Meskipun setiap agama mengajarkan tentang pengampunan dan kesempatan untuk bertobat, ada anggapan bahwa dosa perselingkuhan meninggalkan luka yang begitu dalam sehingga pengampunan menjadi sesuatu yang sangat sulit diberikan.

Sloka Sansekerta tentang Kesetiaan dan Pengkhianatan

Sloka:

सत्यान्नास्ति परो धर्मः सत्यं सत्येन लिप्यते।
असत्यं तु नरः कुर्वन् पतति नरकं भृशम्॥

धर्मपत्न्या विरुद्धो यः पतति दुर्गतिं नरः।
स्वधर्मं यो न जानाति स याति नरकं ध्रुवम्॥

पारदार्यं महापापं पतनं नरकस्य च।
धर्मपत्नीं परित्यज्य योऽन्ययोषिति रमते॥

नरकायैव स याति न पुनः प्रतिजायते।
तस्मात् सत्यम् परं धर्मं पतिव्रता परं तपः॥

Transliterasi:

satyānnāsti paro dharmaḥ satyaṃ satyena lipyate।
asatyaṃ tu naraḥ kurvan patati narakaṃ bhṛśam॥

dharmapatnyā viruddho yaḥ patati durgatiṃ naraḥ।
swadharmaṃ yo na jānāti sa yāti narakaṃ dhruvam॥

pārādāryaṃ mahāpāpaṃ patanaṃ narakasya ca।
dharmapatnīṃ parityajya yo'nyayoṣiti ramate॥

narakāyaiva sa yāti na punaḥ pratijāyate।
tasmāt satyam paraṃ dharmaṃ pativratā paraṃ tapaḥ॥

Makna:

1. Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari kebenaran, dan kebenaranlah yang menjunjung manusia.


2. Orang yang melakukan ketidakjujuran akan jatuh ke dalam neraka yang mengerikan.


3. Seseorang yang melanggar kesetiaan terhadap istrinya akan menghadapi nasib buruk.


4. Mereka yang tidak mengenali kewajiban sucinya akan jatuh ke dalam siksa abadi.


5. Perselingkuhan adalah dosa besar yang menyebabkan kehancuran.


6. Orang yang meninggalkan istri sahnya untuk wanita lain akan jatuh ke neraka.


7. Mereka tidak akan terlahir kembali dalam kebajikan.


8. Oleh karena itu, kebenaran adalah dharma tertinggi, dan kesetiaan seorang istri adalah bentuk tapa yang tertinggi.



Bisakah Selingkuh Dimaafkan?

Meskipun sulit, ada beberapa individu yang memilih untuk memaafkan pasangan mereka yang berselingkuh, dengan berbagai alasan seperti keluarga, anak-anak, atau cinta yang masih ada. Namun, memaafkan bukan berarti melupakan. Kepercayaan yang telah hancur sangat sulit untuk dipulihkan, dan sering kali hubungan tidak akan pernah kembali seperti semula.

Dalam perspektif moral dan psikologis, pengkhianatan dalam bentuk perselingkuhan menciptakan luka yang dalam, yang mungkin tidak akan pernah benar-benar sembuh. Oleh karena itu, banyak orang yang menganggap bahwa selingkuh adalah dosa yang tidak dapat diampuni, bukan hanya dari sudut pandang agama, tetapi juga dari sudut pandang emosional dan sosial.

Kesimpulan

Selingkuh bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan tindakan yang dapat menghancurkan kehidupan seseorang secara emosional dan psikologis. Dalam banyak ajaran agama dan norma sosial, selingkuh dianggap sebagai dosa besar yang sulit untuk diampuni. Meskipun beberapa orang mungkin memilih untuk memaafkan, luka yang ditinggalkan oleh perselingkuhan sering kali bertahan seumur hidup. Oleh karena itu, menjaga kesetiaan dalam hubungan adalah prinsip yang seharusnya dihormati dan dijaga oleh setiap individu.

Jangan Tinggalkan Pendidikan karena Jodoh

Jangan Pernah Meninggalkan Pendidikan karena Jodoh: Sebuah Perspektif Ilmiah dan Logis

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Pendahuluan

Dalam kehidupan, pendidikan dan jodoh sering kali menjadi dua aspek yang mempengaruhi keputusan besar seseorang. Tidak sedikit orang yang mengorbankan pendidikannya demi mempertahankan hubungan asmara, dengan harapan bahwa jodoh akan menjadi bagian penting dalam masa depan mereka. Namun, keputusan ini sering kali berujung pada penyesalan. Mengapa? Karena jodoh bisa berkhianat, sedangkan gelar pendidikan akan selalu menjadi milik kita.

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang

Pendidikan bukan hanya sekadar gelar, tetapi merupakan investasi jangka panjang dalam kehidupan seseorang. Ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama menempuh pendidikan akan selalu bermanfaat, baik dalam dunia kerja maupun dalam pengembangan diri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNESCO, individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki stabilitas ekonomi yang lebih baik, kemampuan berpikir kritis yang lebih matang, serta peluang lebih besar dalam mengatasi tantangan hidup.

Sebaliknya, mengorbankan pendidikan demi jodoh dapat berdampak buruk dalam jangka panjang. Hubungan asmara tidak selalu bertahan selamanya, dan jika hubungan berakhir, seseorang yang telah meninggalkan pendidikannya mungkin menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan atau mengembangkan karier.

Jodoh Bisa Berubah, Pendidikan Tetap Melekat

Fakta menunjukkan bahwa tidak semua hubungan asmara berakhir dalam pernikahan yang harmonis. Menurut American Psychological Association, tingkat perceraian di beberapa negara bisa mencapai lebih dari 40%. Ini menunjukkan bahwa ketidakpastian dalam hubungan asmara adalah sesuatu yang nyata.

Sebaliknya, pendidikan adalah sesuatu yang pasti. Gelar yang telah diraih tidak bisa dicabut atau diambil oleh orang lain. Pendidikan memberikan keterampilan dan wawasan yang bisa membantu seseorang mandiri, bahkan ketika hubungan pribadi mengalami kegagalan.

Perempuan dan Pendidikan: Kunci Kemandirian

Dalam konteks perempuan, pendidikan memiliki peran yang lebih krusial. Data dari World Bank menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki pendidikan tinggi lebih mampu dalam mengambil keputusan finansial yang bijaksana, lebih sehat, dan memiliki peran yang lebih aktif dalam masyarakat. Oleh karena itu, perempuan yang memilih meninggalkan pendidikan demi jodoh berisiko kehilangan kesempatan untuk mandiri dan berkembang secara optimal.

Kesimpulan

Keputusan untuk meninggalkan pendidikan demi jodoh adalah pilihan yang berisiko. Jodoh bukanlah sesuatu yang bisa dijamin selamanya, sedangkan pendidikan adalah aset yang tidak bisa diambil oleh siapa pun. Oleh karena itu, sebelum mengorbankan pendidikan untuk alasan asmara, pertimbangkan dampak jangka panjangnya. Karena pada akhirnya, pendidikan akan selalu menjadi bekal yang bisa diandalkan, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam kehidupan profesional.



Jaman Kaliyuga telah membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan manusia.

Jaman Kaliyuga: Manusa Memada-mada Dewa, Dianggap Biasa

Pendahuluan

Jaman Kaliyuga, dalam ajaran Hindu, dikenal sebagai era kegelapan, di mana nilai-nilai dharma semakin merosot dan manusia semakin jauh dari ajaran kebajikan. Tanda-tanda jaman ini telah lama dinubuatkan dalam berbagai naskah kuno seperti Bhagavata Purana dan Mahabharata. Salah satu ciri utama dari Kaliyuga adalah manusia yang semakin kehilangan penghormatan terhadap hukum alam dan ketuhanan, bahkan berani mempersamakan dirinya dengan dewa. Fenomena ini menjadi semakin nyata dalam kehidupan modern, di mana kesombongan, egoisme, dan keangkuhan manusia dianggap sebagai hal yang wajar.

Fenomena Manusia Memada-mada Dewa

Dalam berbagai teks sastra Hindu, disebutkan bahwa pada Jaman Kaliyuga, manusia akan semakin merasa berkuasa dan menganggap dirinya setara dengan Dewa. Hal ini tercermin dalam perilaku manusia yang ingin mengendalikan alam dengan teknologi, menciptakan kehidupan buatan, serta mengubah hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh alam semesta. Dalam konteks sosial dan budaya, penghormatan terhadap nilai-nilai luhur semakin terkikis. Generasi muda lebih memilih mengejar kemewahan duniawi dibandingkan nilai spiritual yang sesungguhnya.

Dalam teks Mahabharata (Bhismaparwa 12.248), disebutkan bahwa pada Kaliyuga, orang-orang yang tidak memiliki kebajikan akan berkuasa, sementara orang bijak akan diabaikan. Ini adalah salah satu tanda bahwa kesetimbangan kosmik mulai goyah dan manusia semakin tersesat dalam ilusi materialisme.

Ceciren Bhuta me-Awak Dewa

Dalam filsafat Hindu, manusia dan Bhuta (makhluk halus atau energi negatif) memiliki sifat yang berlawanan. Bhuta melambangkan nafsu, keserakahan, dan kebodohan, sedangkan Dewa melambangkan kebijaksanaan, kasih sayang, dan ketulusan. Di Jaman Kaliyuga, banyak manusia justru mengadopsi sifat-sifat Bhuta, tetapi mengklaim dirinya sebagai sosok yang bijak dan suci. Fenomena ini semakin nyata dalam kehidupan sosial, di mana orang yang tidak memiliki kebajikan dihormati, sedangkan orang suci justru dicemooh dan diremehkan.

Fenomena ini bisa kita lihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, hingga budaya. Orang-orang yang korup dan haus kekuasaan justru dipuja, sedangkan mereka yang jujur dan berpegang teguh pada dharma malah dianggap aneh dan tersingkirkan. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai moral dan etika telah bergeser drastis, sejalan dengan prediksi mengenai Kaliyuga.

Pelih Agulikan: Fenomena yang Dianggap Wajar

"Pelih agulikan niki pas sekadi gending" merupakan ungkapan yang mencerminkan bagaimana masyarakat saat ini menganggap hal-hal negatif sebagai sesuatu yang biasa. Apa yang dulu dianggap tabu kini justru menjadi tren, dan kebobrokan moral dipandang sebagai sesuatu yang normal. Misalnya, budaya pamer kekayaan di media sosial, pencitraan yang berlebihan, serta gaya hidup hedonisme yang semakin menjauhkan manusia dari nilai spiritualitasnya.

Hal ini sejalan dengan ajaran Hindu yang menyatakan bahwa di Jaman Kaliyuga, manusia akan lebih menghormati mereka yang memiliki kekayaan daripada mereka yang memiliki kebijaksanaan. Keberhasilan diukur dari materi, bukan dari nilai kebaikan yang diberikan kepada sesama. Inilah yang membuat banyak orang kehilangan arah dan semakin tersesat dalam arus duniawi yang menyesatkan.

Kesimpulan

Jaman Kaliyuga telah membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan manusia. Kesombongan dan keangkuhan semakin dianggap lumrah, sedangkan nilai-nilai luhur semakin tergerus. Fenomena manusia yang memada-mada Dewa dan perilaku Bhuta yang dikemas sebagai kebajikan menjadi tanda nyata dari kemerosotan moral di era ini.

Namun, ajaran Hindu juga mengajarkan bahwa di tengah kegelapan, selalu ada secercah cahaya. Oleh karena itu, sebagai individu yang sadar akan hakikat dharma, kita tetap memiliki tanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai kebajikan, memperkuat spiritualitas, serta membangun kesadaran kolektif agar tidak semakin terjebak dalam arus negatif Kaliyuga. Sebab, di setiap siklus kehidupan, ada harapan untuk kembali kepada kebenaran sejati.



Hukum dunia


Sloka:

लोकन्यायः सदा चिंत्यम्, धर्मो मार्गः सदा स्मृतः।
नैतिकं सत्यमेवं च, सेवानिष्ठा परा मतिः॥ १॥

हिन्दूनां देवस्थानं, पवित्रं तीर्थमुत्तमम्।
विशेषतः बासुक्यां तु, पूजनीयं सदा भवेत्॥ २॥

वस्त्रं स्थाप्यम् यथायोग्यं, पादपद्मं न स्पृशेत्।
कारणं यद्यपि किंचित्, धर्मलोपो न कार्यते॥ ३॥

वामतः वा दक्षिणतः, सन्धाय यत्नपूर्वकम्।
सीढिं वापि उपयुज्येत, मार्गा अन्येऽपि सन्ति हि॥ ४॥

न्यायं बुद्धिं च धर्मं च, पालयेद्यः सदा नरः।
सत्यं श्रद्धां च सेवां च, तस्य पुण्यं भवेत् महत्॥ ५॥

Transliterasi:
Sloka :
Lokanyāyaḥ sadā cintyam, dharmo mārgaḥ sadā smṛtaḥ। Naitikaṁ satyamevaṁ ca, sevāniṣṭhā parā matiḥ॥ 1॥ Hindūnāṁ devasthānaṁ, pavitraṁ tīrthamuttamam। Viśeṣataḥ Bāsukyāṁ tu, pūjanīyaṁ sadā bhavet॥ 2॥
Vastraṁ sthāpyam yathāyogyaṁ, pādapadmaṁ na spṛśet। Kāraṇaṁ yadyapi kiṁcit, dharmalopo na kāryate॥ 3॥ Vāmataḥ vā dakṣiṇataḥ, sandhāya yatnapūrvakam। Sīḍhiṁ vāpi upayujyeta, mārgā anye'pi santi hi॥ 4॥ Nyāyaṁ buddhiṁ ca dharmaṁ ca, pālayedyaḥ sadā naraḥ। Satyaṁ śraddhāṁ ca sevāṁ ca, tasya puṇyaṁ bhavet mahat॥ 5॥

Maknanya:
Hukum dunia hendaknya selalu dipikirkan, jalan dharma harus selalu diingat. Kebenaran dan etika adalah hal utama, pengabdian adalah niat yang luhur. Tempat suci umat Hindu adalah tempat yang sakral dan suci, Terutama di Besakih, harus selalu dihormati. Wastra harus dipasang dengan benar, jangan sampai menginjak Padmasana. Apapun alasannya, jangan sampai melanggar dharma. Dapat memasang dari sisi kiri atau kanan dengan penuh kehati-hatian. Menggunakan tangga atau cara lainnya yang lebih tepat. Barang siapa yang menjaga hukum, kebijaksanaan, dan dharma. Menjunjung tinggi kebenaran, ketulusan, dan pengabdian, akan memperoleh pahala yang besar.

Harmoni Spiritual

Harmoni Spiritual: Perjalanan Ida Pandita Mpu Putra & Putri Bhirudaksa Yaksa Archarya Manuaba
Abstrak
Dalam sebuah perbincangan yang penuh makna, kami berkesempatan mewawancarai Irjen Pol. (Purn) Drs. Ketut Untung Yoga, SH, MM., yang kini dikenal sebagai Ida Pandita Mpu Putra Bhirudaksa Yaksa Archarya Manuaba, bersama istrinya, Ida Pandita Mpu Putri Bhirudaksa Yaksa Archarya Manuaba. Pasangan ini berbagi pengalaman hidup, kearifan dalam menjaga alam, serta pandangan mereka tentang kehidupan dari perspektif Hindu dan universal. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi perjalanan spiritual mereka serta nilai-nilai kebajikan yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern.

Perjalanan Hidup dan Pengabdian 
Sebagai seorang pensiunan jenderal polisi, Ida Pandita Mpu Putra telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk negara dan masyarakat. "Kehidupan adalah tentang pengabdian. Dulu saya melayani melalui penegakan hukum, kini saya melayani melalui ajaran dharma," ungkapnya. Setelah pensiun, ia memilih mendalami spiritualitas Hindu dan bertransformasi menjadi seorang sulinggih, menjalani kehidupan yang lebih tenang dan penuh kebijaksanaan.

Sang istri, Ida Pandita Mpu Putri, juga turut serta dalam perjalanan ini. "Sebagai pasangan, kami selalu saling mendukung. Transformasi spiritual ini adalah perjalanan bersama menuju kehidupan yang lebih bermakna," tambahnya.

Menjaga Alam dalam Kearifan Hindu
Salah satu ajaran Hindu yang mereka pegang teguh adalah Tri Hita Karana, keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. "Alam bukan hanya tempat kita hidup, tetapi juga bagian dari diri kita. Jika kita merusaknya, kita merusak keseimbangan semesta," jelas Ida Pandita Mpu Putra.

Mereka menekankan pentingnya menjaga lingkungan melalui tindakan nyata seperti menanam pohon, mengurangi limbah plastik, dan menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan selaras dengan alam. "Kita tidak hanya berbicara tentang menjaga alam, tetapi juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari," tambah Ida Pandita Mpu Putri.

Hidup dalam Harmoni dan Kesadaran
Dari sudut pandang universal, pasangan ini meyakini bahwa nilai-nilai kebajikan tidak hanya milik satu agama atau budaya, tetapi milik semua manusia. "Hidup harmonis, berbuat baik, dan menjaga keseimbangan adalah prinsip yang bisa diterapkan siapa saja, di mana saja," kata Ida Pandita Mpu Putra.

Mereka juga mengajak generasi muda untuk lebih mengenal nilai-nilai spiritual dan filosofi kehidupan. "Jangan hanya mengejar materi, tetapi juga pahami makna kehidupan. Hidup ini bukan hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang memberi dan berbagi," pesan mereka.

Penutup
Wawancara ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana pengalaman hidup, spiritualitas, dan kepedulian terhadap alam dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan bermanfaat bagi sesama. Dalam dunia yang semakin modern, ajakan untuk hidup dalam harmoni dengan alam dan manusia menjadi pesan yang sangat relevan bagi kita semua.


Selasa, 01 April 2025

Puja Mantra Ngangkid ring Segara

Berikut adalah  puja mantra yang berkaitan dengan ritual Ngangkid ring Segara (permohonan di laut)

Oleh : I Gede Sugata Yadnya Manuaba

Puja Mantra Ngangkid ring Segara

(Dalam bahasa Sanskerta)

ॐ उङ् गङ्गा सप्त जीवाय नमः स्वाहा ।  
ॐ उमिलि य नमः स्वाहा ।  
ॐ नमो वरुणाय महासमुद्रेशाय स्वाहा ।  
ॐ नमः सागराय सर्वजीवानां पूरकाय स्वाहा ।  
ॐ नमः पवित्राय जीवनाय प्रदाय स्वाहा ।  
ॐ महावरुणाय नमः स्वाहा ।  
ॐ कृपां कुरु मम जीवात्मनः शुद्धये स्वाहा ।  
ॐ सत्यं वद धर्मं चर आत्मसंयमं कुरु स्वाहा ।  
ॐ शान्तिः शान्तिः शान्तिः ।


Transliterasi

Om ung Gangga sapta jīvāya namah swāhā।  
Om umili ya namah swāhā।  
Om namo Varuṇāya Mahāsamudreśāya swāhā।  
Om namah Sāgarāya sarvajīvānāṁ pūrakāya swāhā।  
Om namah pavitrāya jīvanāya pradāya swāhā।  
Om Mahāvaruṇāya namah swāhā।  
Om kṛpāṁ kuru mama jīvātmanaḥ śuddhaye swāhā।  
Om satyaṁ vada dharmaṁ cara ātmasaṁyamaṁ kuru swāhā।  
Om śāntiḥ śāntiḥ śāntiḥ।

Makna Mantra
1. Om, aku menghaturkan puja kepada Gangga dan tujuh jiwa suci, semoga berkah tercurah.

2. Om, aku menghaturkan puja kepada kesucian yang mendalam, semoga segala kotoran sirna.

3. Om, sembahku kepada Hyang Varuna, penguasa samudra yang agung, semoga aku diberkati.

4. Om, sembahku kepada lautan yang menopang kehidupan seluruh makhluk, semoga berkah menyertai.

5. Om, sembahku kepada air yang suci, pemberi kehidupan, semoga menyucikan atman.

6. Om, sembahku kepada Maha Varuna, yang menjaga keseimbangan dunia.

7. Om, limpahkanlah belas kasih-Mu untuk menyucikan jiwaku dan segala yang terkait denganku.

8. Om, ajarkanlah kejujuran, dharma, dan pengendalian diri agar aku tetap dalam jalan kebajikan.

9. Om, semoga kedamaian hadir di segala penjuru, di dalam batin, dan di seluruh alam semesta.


Berikut adalah Puja Saha

Mantra Kawi Ngangkid ring Segara

Om, Pakulun Hyang Bhatara Baruna,  
Hyang Pusering Samudra-Tengahing Segara,  
Ingsun hana nglungsur nugraha ri jeng Paduka Bhatara,  
Hulun anaut angulapi atman ipun si...(sebut nama)...,  
Antukakna ring jiwa premanan ipun,  
Mepamit angregeh suci ring telenging segara,  
Mukti ring pawitra, murub ring suddha,  
Wruh suksma, terang citta, jumbuh atma,  
Om Siddhirastu, Om Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ.


Makna Mantra
1. Om, sembah bakti hamba kepada Hyang Bhatara Baruna,

2. Penguasa lautan dan pusat semesta di tengah samudra.

3. Hamba memohon anugerah suci dari Paduka Bhatara.

4. Hamba menghadap dengan segala kerendahan hati, untuk mengulapkan atman dari si...(sebut nama yang diulapkan).

5. Semoga atman ini diterima dalam jiwa suci dan keabadian sejati.

6. Pamit untuk mencapai kesucian dalam lautan samudra.

7. Menyatu dengan kesucian, bercahaya dalam kemurnian.

8. Mengenali hakikat sejati, batin terang, dan atman kembali ke asalnya.

9. Om, semoga terkabul, semoga damai di segala penjuru.

Mantra ini dapat digunakan dalam upacara Ngangkid ring Segara, sebagai bentuk permohonan kepada Hyang Baruna, penguasa lautan, agar memberikan kesejahteraan, pembersihan jiwa, dan perlindungan bagi yang bersangkutan.