Senin, 06 Juni 2022

Magedong-gedongan

UPACARA MANUSA YADNYA
 
Magedong- gedongan 
(Garbhadhana Samskara)

Arti Upacara ini dilaksanakan pada saat kandungan berusia 7 bulan .
Sarana

1 Pamarisuda: Byakala dan prayascita.

2 Tataban: Sesayut, pengambean, peras penyeneng dan sesayut pamahayu tuwuh.

3 Di depan sanggar pemujaan : benang hitam satu gulung kedua ujung dikaitkan pada dua dahan dadap, bambu daun talas dan ikan air tawar, ceraken (tempat rempah-rempah).
Waktu

Upacara Garbhadhana dilaksanakan pada saat kandungan berusia 210 hari (7 bulan). Tidak harus persis, tetapi disesuaikan dengan hari baik.

Tempat Upacara Garbhadhana dilaksanakan di dalam rumah, pekarangan, halaman rumah, di tempat permandian darurat yang khusus dibuat untuk itu, dan dilanjutkan di depan sanggar pemujaan (sanggah kamulan).
Pelaksana Upacara ini dipimpin oieh Pandita, Pinandita atau salah seorang yang tertua (pinisepuh).

Tata Pelaksanaan 
1 lbu yang sedang hamil terlebih dahulu dimandikan (siraman) di parisuda, dilanjutkan dengan mabyakala dan prayascita.

2 Si lbu menjunjung tempat rempah-rempah, tangan kanan menjinjing daun talas berisi air dan ikan yang masih hidup.

3 Tangan kiri suami memegang benang, tangan kanannya memegang bambu runcing.

4 Si Suami sambil menggeser benang langsung menusuk daun talas yang dijinjing si Istri sampai air dan ikannya tumpah.

5 Selanjutnya melakukan persembahyangan memohon keselamatan.

6 Ditutup dengan panglukatan dan terakhir natab

 
Mantram Magedong-gedongan
Om Sang Hyang paduka lbu Pertiwi Bhetari Gayatri, Bhetari Sawitri, Bhetari Suparni, Bhetari wastu, Bhetari Kedep, Bhetari Angukuni, Bhetari Kundang Kasih, Bhetari Kamajaya- Kamaratih, samudaya, iki tadah saji aturan manusanira si-anu (sebutkan nama yang diupacarai) ajakan sarongwangan ira amangan anginum, menawi ana kirangan kaluputan ipun den agung ampuranen manusaniro, mangke ulun aminta nugraha ring sira den samua aja sira angedonging, angancingin muwang anyangkalen, uwakakena selacakdana uwakakena den alon sepunganenuta anak-anakan denipun den apekik dirghayusa yowana weta urip tan ana saminiksan ipun.

Om Siddhirastu swaha.

Adapun upacara pagedong – gedongan itu pada pokoknya terdiri atas:
-          Byakala
-          Peras
-          Daksina
-          Ajuman
-          Prayascita
-          Pagedong-gedongan (Gedong)
-          Sayut Pengambean
-          Sesayut Pemahayu tuwuh

Pagedong-gedongan (gedong) adalah sejenis sesajen yang berbentuk gedong (rumah-rumahan), yang didalamnya dimasukkan beberapa perlengkapan, seperti : beras, sebutir telur ayam, klungah nyuh gading, segulung benang, uang kepeng 225 butir, dilengkapi dengan beberapa jenis banten lainnya, seperti: canang tubungan, dan beberapa jenis rempah-rempah.

Banten pagedong – gedongan ini merupakan simbolik dari perut ibu yang menggambarkan si bayi beserta saudara-saudaranya (Sang Catur Sanak). Tujuan banten ini adalah mengandung arti simbolik agar kandungan si ibu menjadi selamat, dan pemeliharaan keselamatan si bayi agar kuat nidasi, serta selamat ada dalam kandungan, dapat berproses dengan sempurna sampai pada saat kelahirannya nanti. Dan terakhir adalah upacara Ngelukat Bobotan. Upacara ini agak jarang dilakukan masyarakat.

Kata Ngelukat Bobotan itu mengandung pengertian, peleburan segala dosa dan kotoran (Ngelukat) dari kandungan (bobotan) seorang ibu. Jadi upacara ngelukat bobotan ini adalah suatu upacara yang bertujuan melenyapkan atau melebur segala noda kotoran (leteh) suatu kandungan dengan sarana bebantenan, sesajen. Adapun sesajen (banten) yang digunakan dalam upacara ngelukat bobotan ini, antara lain yang terpenting adalah : Air (tirta) penglukatan, Canang, Peras, Daksina, Lis, Isuh-isuh, serta Banten Penglukatan di paon (dapur), biasanya berupa peras pengambean. Di haturkan kehadapan Bhatara Brahma, agar beliau berkenan untuk melebur kotoran, leteh pada ibu hamil.

Mantra yang biasa digunakan oleh para pendeta untuk memuja Tirtha penglukatan tersebut :
“Om Sang Hyang Ayu munggah pritiwi, pritiwi melomba-lomba, angebekin bwana, Om penglukatan dacamala, kalukat metu sira anadi dewa, kalukat metu anadi bhujangga, kalukat metu sira anadi jadma manusa, kalukat mameneng kapanggih sukha sugih, saisining rat bwana kabeh, sapangangoning bumi,kelod kauh yeh minagakensudha dewa, sudamanusa, Om sa ba ta a i na ma si wa ya”

Dari makna mantra tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, tujuannya adalah memohon keselamatan dan kesucian agar ibu beserta bayinya menjadi selamat, dan bersih lahir batin. Ucapan mantra itu mengandung pengertian dan pengharapan agar ibu dan bayi dikandungnya mempunyai sifat-sifat Dewa (kebaikan), Bhujangga (orang yang memiliki ilmu pengetahuan, sastra dan ilmu agama), dan juga memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Disamping juga bertujuan agar hidupnya nanti memperoleh kesenangan, kekayaan dengan berbagai isi dunia dan lain-lainnya.
Upacara Ngelukat Bobotan ini biasanya dilakukan bila suatu kehamilan itu mengenai wuku wayang, khususnya Tumpek Wayang. Karena hari yang berwuku wayang di anggap sebagai hari yang jelek, kotor, leteh. Dan merupakan hari (wuku)nya Bhuta Kala, yang mempunyai pengaruh-pengaruh negative terhadap kehidupan manusia di dunia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar